ISSN 1693-4091 E-ISSN 2622-1845
Kinerja Industri Kecil Pengolahan Kopihttps://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Ekonomika/index
Di Kota Palembang
(Nurkardina Novalia, Ahmad Maulana, Muhammad Kurniawan, Mohamad Nur Arriyanto)
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
Kinerja Industri Kecil Pengolahan Kopi Di Kota Palembang
Nurkardina Novalia1, Ahmad Maulana2, Muhammad Kurniawan3,
Mohamad Nur Arriyanto4
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas PGRI Palembang,
[email protected]
2
Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya
1,3,4
ABSTRAK
Kota Palembang termasuk sentra produksi kopi yang ada di Sumatera Selatan. Studi ini
mengidentifikasi industri pengolahan kopi di daerah ini adalah industri skala mikro kecil yang memiliki
tenaga kerja 1 sampai 19 orang. Fenomena yang terjadi selama beberapa tahun terakhir, terjadi
banyak kenaikan harga bahan baku makanan dan minuman. Kondisi ini turut menekan industri
pengolahan kopi yang memiliki potensi kopi olahan sebagai komoditas unggulan. Kenaikan harga
bahan baku akan berdampak pada kenaikan biaya produksi. Kondisi seperti inilah yang harus mampu
disiasati oleh usaha pengolahan kopi untuk tetap eksis dalam industri pangan di Sumatera Selatan.
Pola tanggapan yang dilakukan dalam lingkup persaingan industri inilah yang disebut dengan
perilaku pasar. Berhasil atau tidaknya strategi dan perilaku yang diterapkan oleh perusahaan dalam
menghadapi persaingan pasar dapat dilihat dari kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualiitatif. Data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner. Responden penelitian berjumlah 37 perusahaan
pengolahan kopi skala kecil yang terdapat di Kota Palembang. Perusahaan pengolahan kopi yang
dijadikan sebagai sampel penelitian adalah yang menghasilkan produk akhir berupa kopi bubuk. Data
primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung melalui penyebaran kuesioner yang
diisi oleh perusahaan pengolahan kopi skala kecil yang terdapat di Kota Palembang. Analisis
mengunakan metode penelitian desk riptif kualitatif dengan pendekatan SCP untuk menganalisis
struktur, perilaku, dan kinerja industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja industri
pengolahan kopi di Kota Palembang menunjukkan tingkat profitabilitas yang normal serta tingkat
efisiensi internal industri yang cukup baik. Struktur pasar industri pengolahan kopi yang bersifat
persaingan monopolistik berdampak pada kinerja industri yang juga dilihat dari rasio efisiensi yang
memperlihatkan sebagian besar industri menunjukkan efisiensi yang baik pada penggunaan
kapasitas mesin pengolah.
Kata Kunci: Struktur, perilaku, kinerja, industri kecil
ABSTRACT
Palembang is a coffee production center in South Sumatra. This research explained the coffee
processing industry that a micro-small scale industry which has a workforce of one to nineteen
workers. The fact that has happened over in the period of few years ago, has seen a lot of increase in
the price of raw materials for food and beverages. This condition also puts pressure on the coffee
processing industry which has the potential of processed coffee as a superior commodity. The trend
of increasing in rough essential prices will have an effect to the increase in production costs. It is
condition that coffee processing businesses must be able to deal to continue to remain in the food
industry in South Sumatra. The pattern of responses carried out within the scope of industrial
competition is called market behavior. The success or failure of the strategy and behavior adopted by
the company in facing market competition can be seen from the performance produced by the
company. This research is a qualitative descriptive research. The data used is primary data obtained
by distributing questionnaires. The research respondents were 37 small-scale coffee processing
companies in Palembang City. Coffee processing companies that are used as research samples are
those that produce the final product in the form of ground coffee. The primary data in this study is
data obtained directly through the distribution of questionnaires filled out by small-scale coffee
processing companies in the city of Palembang. The analysis uses a qualitative descriptive research
method with the SCP approach to analyze the structure, behavior and performance of the industry.
The results showed that the performance of the coffee processing industry in Palembang City showed
120
is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 20 No.1, April 2023 : 120-134
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
a normal level of profitability and a fairly good level of industry internal efficiency. The market
structure of the coffee processing industry which is monopolistic competition has an impact on
industry performance which is also seen from the efficiency ratio which shows that most of the
industry shows good efficiency in the use of processing machine capacity.
Keywords : Performance, Structure, Conduct, Small Scale Industry
A.
PENDAHULUAN
Dengan kemampuannya yang tinggi dalam menciptakan nilai tambah, sektor
industry menjadi sektor dengan peran yang cukup besar dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan. Sektor ini juga dapat membuka
kesempatan untuk mengurangi angka pengangguran karena mampu menciptakan
dan memperluas lapangan pekerjaan, yang berarti meningkatkan kesejahteraan
serta mengurangi kemiskinan (Novalia, 2015). Dengan jumlah tenaga kerja pada
tahun 2020 sekitar 301.931 juta orang (termasuk industri kecil, menengah, dan
besar). Tenaga kerja sector industri turut memberikan kontribusi sebesar 45,86%
terhadap total tenaga kerja di Sumatera Selatan (BPS, 2020). Salah satu sector
yang memiliki peran cukup besar dalam pembangunan ekonomi di Sumatera
Selatan adalah industri pengolahan.
Jumlah penduduk Sumatera Selatan yang mencapai lebih dari 8.370.320 Juta
jiwa menjadi peluang pasar yang sangat menjanjikan. Dengan jumlah penduduk yang
banyak, membuat Sumatera Selatan memiliki potensi besar untuk berbagai pasar produk
termasuk pangan. Berdasarkan data yang disajikan oleh BPS (Badan Pusat Statistik,
2020), Industri pangan merupakan cabang Industri yang secara keseluruhan
mengalami tren pertumbuhan positif. Selain memiliki pertumbuhan yang positif
industri pangan ini juga merupakan cabang industri yang menyerap tenaga kerja
terbanyak khususnya di Kota Palembang dibandingkan dengan cabang-cabang
industri lainnya seperti disajikan tabel berikut.
Tabel Industri Kecil Menurut Cabang Industri di Kota Palembang, 2021
No
1
2
3
4
5
Cabang Industri
Unit Usaha
Pangan
643
Sandang dan Kulit
334
Kimia dan Bahan Bangunan
779
Logam dan Jasa
636
Kerajinan dan Umum
164
Total
2556
Sumber: Dinas Perindustrian Provinsi Sumsel, 2021
Tenaga
Kerja (Orang)
4588
3748
4715
3534
1889
18374
Investasi (Rp.000)
21858659
10372025
20598206
20226765
1228512
74284167
Industri kecil pengolahan kopi merupakan salah satu industri makanan dan
minuman. Komoditas kopi adalah termasuk salah satu komoditas unggulan di
Sumatera Selatan selain karet dan kelapa sawit (Kadir et.al, 2018). Jumlah
perusahaan yang bergerak dalam sector industri pengolahan kopi di Sumatera
Selatan cukup banyak. Tahun 2018 terdapat sebanyak 620 perusahaan kecil
pengolahan kopi yang terdiri dari pengolahan sortasi kopi, penggorengan kopi,
penggilingan kopi, dan kopi bubuk di Sumatera Selatan (Dinas Perindustrian
Provinsi Sumsel, 2018). Perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang
121
Kinerja Industri Kecil Pengolahan Kopi Di Kota Palembang
(Nurkardina Novalia, Ahmad Maulana, Muhammad Kurniawan, Mohamad Nur Arriyanto)
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
industry ini diharuskan untuk mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain yang
telah lebih dulu berada di dalam pasar dan perusahaan berpotensial yang mungkin
akan masuk ke dalam pasar. Hal ini perlu dilakukan agar perusahaan dapat terus
bertahan (Novalia, 2019). Selain itu perusahaan dalam suatu daerah juga harus
dapat menyikapi persaingan dengan produk-produk olahan dari luar daerah. Strategi
penentuan harga, strategi periklanan, integrasi perusahaan, serta penelitian dan
pengembangan dapat mencerminkan perilaku perusahaan dalam menghadapi
persaingan (Arsyad dan Kusuma, 2014).
Kopi menjadi salah satu diantara banyaknya komoditi perkebunan yang
mempunyai peran cukup penting bagi Provinsi Sumatera Selatan. Perkebunan kopi
merupakan sumber mata pencaharian petani dan buruh tani di beberapa wilayah.
Studi yang dilakukan Kadir et.al (2018) menyimpulkan bahwa Kota Palembang
adalah termasuk sentra produksi kopi yang ada di Sumatera Selatan. Lebih lanjut
studi ini juga mengidentifikasi industri pengolahan kopi di daerah ini adalah industri
skala kecil yang memiliki tenaga kerja 1 sampai 19 orang. Fenomena yang terjadi
selama beberapa tahun terakhir, terjadi banyak kenaikan harga bahan baku
makanan dan minuman (Yuliawati, 2017). Kondisi ini turut menekan industri
pengolahan kopi di Kota Palembang yang memiliki potensi kopi olahan sebagai
komoditas unggulan. Kenaikan harga bahan baku akan berdampak pada kenaikan
biaya produksi. Kondisi seperti inilah yang harus mampu disiasati oleh usaha
pengolahan kopi untuk tetap eksis dalam industri pangan di Sumatera Selatan.
Sebagaimana diungkapkan oleh Kuncoro (2007) pola tanggapan yang dilakukan
dalam lingkup persaingan Industri inilah yang disebut dengan perilaku pasar.
Kinerja yang dihasilkan oleh suatu perusahaan menjadi titik penentu berhasil
atau tidaknya strategi dan perilaku yang diterapkan oleh perusahaan dalam
menghadapi persaingan pasar. Tingkat perolehan laba atau keuntungan dan
efisiensi sering digunakan untuk menilai hasil kinerja perusahaan (Muslim dan
Wardhani, 2008). Melalui potensi dari industri pengolahan kopi di Kota Palembang
yang begitu besar, maka penelitian ini menjadikan industri ini sebagai objek pokok
bahasan. Pembahasan dalam penelitian ini mencakup analisis dengan pendekatan
Structure-Conduct-Performance mengenai kinerja industri kecil pengolahan kopi di
Kota Palembang.
B.
KAJIAN TEORI
1.
Pendekatan Structure, Conduct, dan Performance
Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif
lebih menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
pasar, perilaku dan kinerja pasar. Edward S. Mason, seorang pengajar di University
of Harvard pada tahun 1939 mencetuskan dasar paradigm SCP, ia berpendapat
bahwa struktur (Structure) bagaimana perilakku (Conduct) para pelaku industry itu
ditentukan oleh struktur (Structure) yang pada akhirnya menentukan keragaman
atau kinerja (Performance) industri tersebut. Hubungan SCP dapat digambarkan
sebagai berikut:
122
is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 20 No.1, April 2023 : 120-134
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
Gambar Pendekatan Structure-Conduct-Performance (SCP)
Sumber: Mason dalam Winsih, 2007
2.
Struktur Industri
Menurut Greer (dalam Sumengcih, 2009), struktur pasar didefinisikan sebagai
jumlah penjual dan pembeli serta besarnya pangsa pasar (market share) yang
ditentukan oleh adanya diferensiasi produk, serta dipengaruhi oleh keluar masuknya
pendatang atau pesaing. Untuk mengukur struktur pasar dapat digunakan beberapa
ukuran yaitu rasio konsentrasi dan Minimum Efficiency of Scale (MES).
3.
Perilaku Industri
Perilaku industri menurut Kuncoro (2007), diartikan sebagai pola tanggapan
dan penyesuaian berbagai perusahaan dalam suatu industri untuk mencapai
tujuannya dan menghadapi persaingan. Perilaku dapat terlihat dalam bagaimana
perusahaan menentukan harga, jual, promosi produk, atau periklanan (advertising),
koordinasi kegiatan dalam pasar (misalnya dengan berkolusi, kartel dan sebagainya),
serta litbang (research and development).
4.
Kinerja Industri
Kinerja industri menurut Teguh (2010), merupakan hasil-hasil atau prestasi
yang muncul di dalam pasar sebagai reaksi akibat terjadinya tindakan-tindakan para
pesaing pasar yang menjalankan berbagai strategi perusahaannya guna bersaing
dan menguasai keadaan pasar. Kinerja secara lebih rinci dapat dilihat dari laba,
efisiensi, pertumbuhan (termasuk perluasan pasar), kesempatan kerja, prestise
professional, kesejahteraan personalia, dan juga kebanggaan kelompok.
5.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Lelissa dan Kuhil (2018) menganalisis
hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja (SCP) yang menunjukkan perbedaan empiris
antara SCP dan hipotesis yang bersaing masih tidak konklusif dan menarik banyak
penelitian di seluruh dunia dan yang terbaru ini di Afrika.
Selanjutnya Yudaruddin (2012) menemukan bahwa tingkat profit yang
diperoleh bank dipengaruhi oleh struktur pasar dan tingkat kompetisinya.
Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Gavurova, Kocisova dan Kotaskova (2017)
dimana temuannya mengindikasikan hubungan negatif antara konsentrasi dan
kinerja di pasar perbankan Eropa. Lalu Bargal, Dashmishra dan Sharma (2009)
melakukan studi yang menunjukkan kinerja sektor usaha skala kecil memiliki
dampak langsung pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dalam hal jumlah
unit, produksi, lapangan kerja dan ekspor. Penelitian Rao dan Kiran (2014)
menunjukkan bahwa selama 60 tahun terakhir, industri skala kecil telah memberikan
kontribusi yang signifikan di Indonesia perkembangan ekonomi nasional. Studi ini
juga mengevaluasi kinerja kinerja industri skala kecil dalam hal jumlah unit terdaftar,
investasi tetap aset, dan pekerjaan.
123
Kinerja Industri Kecil Pengolahan Kopi Di Kota Palembang
(Nurkardina Novalia, Ahmad Maulana, Muhammad Kurniawan, Mohamad Nur Arriyanto)
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
Robert (1995) meneliti mengenai pengaruh struktur berdasarkan pangsa
pasar, konsentrasi dan Hirschman-Herfindahl Index terhadap kinerja industri tekstil
yang diproksi dengan Price-Cost-Margin. Hasil penelitian ini di antara pangsa pasar
dengan keuntungan perusahaan di dalam pasar memiliki hubungan yang positif.
Dengan terbuktinya hal tersebut, menunjukkan adanya suatu kekuatan pasar yang
memungkinkan terjadinya perilaku kolusif di antara pelaku.
Azhari (2005) melakukan penelitian bahwa struktur pasar yang bersifat
oligopoly cenderung dimiliki oleh sektor industry, dimana bervariasinya tingkat
oligopoly antara oligopoly ketat, sedang dan longgar. Pengaruh konsentrasi
meningkat makan koefisien penyesuaian harga juga akan meningkat. Studi Winsih
(2007) menyimpulkan bahwa industri manufaktur Indonesia mempunyai struktur
pasar oligopoli yang tingkatannya bervariasi, dan hasil analisis panel data
menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terbesar pada PCM adalah
produktivitas dan efisiensi-X, sedangkan variabel CR, growth, ekspor dan impor
tidak signifikan pada peningkatan keuntungan. Kaesti (2010) turut melakukan
penelitian dengan pendekatan Structure-Conduct-Performace dan menyimpulkan
bahwa struktur industri tekstil dan produk tekstil adalah oligopoly. Dalam analisis
regresi diperoleh hasil bahwa rasio konsentrasi (CR4) dan rasio modal kerja (CLR)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan (PCM), dan MES
berpengaruh negative dan signifikan terhadap PCM.
C.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan kuantitatif. Data yang
digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner.
Responden penelitian berjumlah 37 perusahaan pengolahan kopi skala kecil yang
terdapat di Kota Palembang (13 perusahaan). Perusahaan pengolahan kopi yang
dijadikan sebagai sampel penelitian adalah yang menghasilkan produk akhir berupa
kopi bubuk.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku
industri. Metode kuantitatif dengan pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan
kinerja industri.
1) Analisis Struktur Industri
Struktur industri diukur dari rasio konsentrasi (CR4) dan Market Share (MS) dengan
rumus sebagai berikut:
Konsentrasi Pasar
Tingkat konsentrasi pasar dihitung dengan kelompok perusahaan terdiri dari 4
perusahaan yang memiliki output lebih tinggi daripada perusahaan lain yang sejenis.
CR4 =
∑ ������ ����� ���������� ��������
������ �����
� ���%
Pangsa Pasar
Setiap perusahaan pasti memiliki target pasarnya sendiri dan besarnya berkisar
antara 0 – 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Peranan target pasar
adalah sebagai sumber keuntungan bagi perusahaan.
�� ��������� � =
������ �������� ���������� �
� ���
����� �������� ������� ����������
124
is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 20 No.1, April 2023 : 120-134
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
2) Analisis Perilaku Industri
Perilaku industri dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh
informasi mengenai perilaku perusahaan dalam suatu industri. Analisis ini dilakukan
karena variabel yang mencerminkan perilaku sifatnya kualitatif yang sulit
dikuantitatifkan.
3) Analisis Kinerja Industri
Kinerja industri dianalisis dengan produktivitas, efisiensi, rasio profit atau
keuntungan dengan rumus sebagai berikut.
Produktivitas Tenaga Kerja
Rasio produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran untuk menilai kinerja
perusahaan yang diperoleh dengan cara menghitung rasio jumlah produksi yang
dihasilkan perusahaan terhadap jumlah tenaga kerja.
����� ������������� ���������� � =
������ �������� ���������� �
������ ������ ����� ���������� �
Efisiensi
Analisis kinerja perusahaan/industry menggunakan rasio kapasitas produksi
perusahaan terhadap kapasitas terpasang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dalam proses produksi. Semakin mendekati angka 100 persen maka
semakin efisien perusahaan tersebut berproduksi dan sebaliknya semakin tidak
efisien apabila semakin mendekati angka 0.
���������� �������� ���������� �
��������� ���������� � =
� ���
��������� ��������� ���������� �
��������� ���������� � =
���������� �������� ���������� �
� ���
��������� ��������� ���������� �
Profit (Keuntungan)
Keuntungan per unit output yang dihasilkan perusahaan dihitung dengan selisih
antara harga jual per unit dan biaya per unit output yang dihasilkan. Semakin besar
selisih maka semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan dan sebaliknya
semakin kecil selisih maka semakin kecil keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Keterangan:
� = ��� − ���
� = Profit keuntungan Perusahaan i
PQi = Harga output per unit perusahaan i
CQi = Biaya output per unit perusahaan i.
D.
1)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Kota Palembang
Secara geografis, Palembang terletak pada 2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT.
Luas wilayah Kota Palembang adalah 358,55 Km² dengan ketinggian rata-rata 8
meter dari permukaan laut. Letak Palembang cukup strategis karena dilalui oleh
jalan Lintas Sumatra yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatra. Selain
itu Palembang juga memiliki Sungai Musi yang dilintasi Jembatan Ampera dan
berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah. Kota
Palembang memiliki batasan wilayah sebagai berikut: Sebelah utara dengan
Kabupaten Banyuasin, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Ogan Ilir dan Muara
Enim, Sebelah Timur dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin.
125
Kinerja Industri Kecil Pengolahan Kopi Di Kota Palembang
(Nurkardina Novalia, Ahmad Maulana, Muhammad Kurniawan, Mohamad Nur Arriyanto)
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
Kota Palembang yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan memiliki
luas wilayah 400,61 km2 dengan jumlah penduduk 1.611.309 jiwa, yang berarti
setiap km2 dihuni oleh 4.022 jiwa. Kota Palembang terbagi menjadi dua daerah oleh
Sungai yaitu daerah Seberang Ilir dan Seberang Ulu. Sungai Musi ini bermuara ke
Selat Bangka dengan jarak ± 105 Km. Oleh karena itu, perilaku air laut sangat
berpengaruh yang dapat dilihat dari adanya pasang surut antara 3 – 5 meter.
merupakan daerah tropis dengan angin lembab nisbi, suhu cukup panas antara
23,4°C-31,7°C dengan curah hujan terbanyak pada bulan April sebanyak 338 mm,
minimal pada bulan September dengan curah hujan 10 mm. Struktur tanah pada
umumnya berlapis alluvial liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang masih muda,
banyak mengandung minyak bumi, dan juga dikenal dengan nama lembah
Palembang–Jambi.
Di bagian utara kota, tempat-tempatnya terbilang tinggi dengan permukaan
tanah relatif datar. Sebagian besar tanahnya selalu digenangi air pada saat atau
sesudah hujan yang terus-menerus dengan ketinggian tanah permukaan rata-rata 8
m dari permukaan laut.91 Kota Palembang berbatasan dengan daerah-daerah
sebagai berikut:
a.
Sebelah Utara berbatasan dengan desa Pangkalan Benteng, desa Gasing,
dan Kenten Laut Kecamatan Talang Kelapa Kababupaten Banyuasin.
b.
Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Bakung Kecamatan Inderalaya
Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara
Enim.
c.
Sebelah Timur berbatasan dengan desa Balai Makmur Kecamatan Banyuasin
I Kabupaten Banyuasin
d.
Sebelah Barat berbatasan dengan desa Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa
Kabupaten Banyuasin.
Kota Palembang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan, yang terdiri
dari enam belas kecamatan, yaitu Ilir Timur I, Ilir Timur II, Ilir Barat I, Ilir Barat II,
Seberang Ulu I, Seberang Ulu II, Sukarame, Sako, Bukit Kecil, Gandus, Kemuning,
Kalidoni, Plaju, Kertapati, Alang-Alang Lebar dan Sematang Borang.
Gambar Peta Wilayah Kota Palembang
126
is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 20 No.1, April 2023 : 120-134
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
2) Deskripsi Responden
Responden penelitian adalah perusahaan/Industri pengolahan kopi skala kecil
dimana kuesioner diajukan pada pemilik perusahaan. Karakteristik responden dilihat
dari umur, pemilik perusahaan pengolahan kopi yang berskala kecil di Kota
Palembang yang menjadi sampel penelitian ini yaitu sebanyak 23 orang. Dilihat dari
umur pemilik perusahaan, sebagian besar responden industri pengolahan kopi di
Kota Palembang berada pada kisaran umur 41 – 47 tahun sebanyak 6 orang
(26,09%). Secara rinci profil responden berdasarkan umur disajikan pada Tabel di
bawah ini.
Tabel Responden Industri Kopi Menurut Umur
(Angka dalam kurung dalam persen)
Kota
25-32
33-40
Umur (Tahun)
41-47
48-55
3
4
6
(13,43)
(17,39)
(26,07)
Total
3
3
6
Sumber: Hasil penelitian, diolah, 2022
Palembang
3
(13,43)
3
56-63
5
(21,70)
5
64-73
2
(8,00)
1
Total
(orang)
23
(100)
23
Dilihat dari jenis kelamin pemilik perusahaan, sebagian besar responden industri
pengolahan kopi di Kota Palembang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 22
orang (95,65 persen) dan perempuan 1 orang (4,35 persen). Secara rinci profil
responden berdasarkan umur disajikan oleh Tabel berikut ini.
Tabel Responden Industri Kopi Menurut Jenis Kelamin
(Angka dalam kurung dalam persen)
Kota
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
22
(95,65)
Total
22
Sumber: Hasil penelitian, diolah, 2022
Palembang
1
(4,35)
1
Total
(orang)
23
(100,00)
23
Karakteristik responden perusahaan dilihat dari tahun mulai beroperasi secara
komersial, sebagian besar responden di Kota Palembang berada pada kisaran
tahum 1996-2006 sebanyak 8 perusahaan (34,78 persen). Secara rinci profil
responden perusahaan berdasarkan tahun mulai beroperasi disajikan oleh Tabel
berikut ini.
Tabel Responden Industri Kopi
Menurut Tahun Mulai Beroperasi Secara Komersial
(Angka dalam kurung dalam persen)
Kota
19521962
Tahun Mulai Beroperasi Secara Komersial
19631974198519961973
1984
1995
2006
2
(8,70)
Palembang
0
Total
2
0
Sumber: Hasil penelitian, diolah, 2022
3
(13,04)
1
5
(21,74)
3
8
(34,78)
11
20072018
5
(21,74)
20
Total
(orang)
23
(100,00)
23
127
Kinerja Industri Kecil Pengolahan Kopi Di Kota Palembang
(Nurkardina Novalia, Ahmad Maulana, Muhammad Kurniawan, Mohamad Nur Arriyanto)
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kecil Pengolahan Kopi di Kota
Palembang.
a)
Struktur Pasar
Analisis Rasio Konsentrasi (CR1)
Tabel Hasil Perhitungan Analisis Struktur Industri Pengolahan
di Kota Palembang
No
Usaha
Produksi/kg
Persentase
1
85800
17,20984
2
Perusahaan A
Perusahaan B
30420
6,10167
3
Perusahaan C
23400
4,693593
4
Perusahaan D
22080
Sumber : Data diolah penulis (2022)
4,428826
Total Indeks CR4
32,43393
Berdasarkan hasil analisis tabel diatas, terlihat bahwa struktur pasar yang
terjadi dalam industri pengolahan kopi bubuk di Kota Palembang bersifat persaingan
monopolistik dengan rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar CR4 adalah
sebesar 32,43 persen.
Analisis Hambatan Masuk Industri (Market Share)
Menurut Jaya (2001), segala sesuatu yang dapat menjadi factor penurunan,
kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru disebut sebagai hambatan
masuk pasar. Datangnya perusahaan pendatang baru akan menimbulkan sejumlah
implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misal kapasitas bertambah, terjadinya
perebutan pasar (market share) serta perebutan sumber daya produksi yang
terbatas. Kondisi ini akan menjadi ancaman bagi perusahaan yang sudah ada.
Salah satu yang dapat menjadi hambatan masuk pasar adalah keberadaan
perusahaan terbesar yang telah ada sebelumnya dalam dunia industri. Hal ini dapat
dilihat dari MS. Nilai MS diperoleh dari persentase output perusahaan terbesar
terhadap total output industri pengolahan kopi. Tingginya MS dapat menjadi
penghalang bagi pesaing baru untuk memasuki pasar suatu industry.
Tabel Market Share Industri Kecil Pengolahan Kopi di Kota Palembang
Range Market Share
Jumlah Perusahaan
Persen
11,68 – 17,50
Total
2
23
8,70
100
0,00 – 5,83
5,84 – 11,67
19
2
82,61
8,70
Sumber: Data diolah, 2022
Menurut Comanor dan Wilson (1967), MS yang lebih besar dari 10 persen
menggambarkan hambatan masuk yang tinggi pada suatu industri. Nilai MS yang
tinggi tersebut dapat menjadi penghalang bagi masuknya perusahaan baru ke
dalam pasar industri di Kota Palembang.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas terlihat bahwa hambatan masuk
industry pengolahan kopi di Kota Palembang termasuk rendah dengan rata-rata nilai
MS dari seluruh sampel penelitian di Kota Palembang sebanyak 23 Sampel adalah
< 10 persen. Sebanyak 19 perusahaan yang memiliki nilai MS 5,83 persen ke
bawah, yang berarti bahwa hambatan masuk industry pengolahan kopi di Kota
128
is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 20 No.1, April 2023 : 120-134
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
Palembang termasuk rendah. Rendahnya nilai MS tersebut dapat menjadi motivasi
masuknya perusahaan baru ke dalam industry pengolahan kopi karena tidak adanya
ketentuan standar syarat mutu produk yang dihasilkan pada industry pengolahan
kopi (kopi bubuk). Sementara untuk nilai MS >10 Persen terdapat 4 perusahaan
yang masing masing memiliki nilai MS sebesar 17,20 persen, sedangkan untuk 1
perusahaan lagi memiliki nilai MS sebesar 6.10 persen.
Berdasarkan pengukuran tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar dan
tingkat pangsa pasar pada industri kecil pengolahan kopi di Kota Palembang dapat
disimpulkan struktur pasar industri pengolahan kopi di daerah tersebut adalah
persaingan monopolistik (monopolistic competition).
b)
Perilaku
Analisis perilaku pasar industry pengolahan kopi dalam penelitian ini dilakukan
secara deskriptif dengan mengacu pada struktur pasar yang telah ada. Berdasarkan
hasil analisis, struktur pasar dalam industry pengolahan kopi di Kota Palembang
adalah persaingan monopolistik. Hal ini tentu menimbulkan beberapa perilaku yang
dilakukan yang dilakukan oleh para pelaku industry pada industry pengolahan kopi
di Kota Palembang. Perilaku yang dilakukan tersebut antara lain adalah strategi
produk, harga, dan promosi.
Strategi Produk
Strategi produk yang dilakukan perusahaan pada industry pengolahan kopi
dalam rangka meningkatkan keuntungan perusahaan adalah peningkatan mutu
melalui pengembangan desain kemasan atau produk, melakukan inovasi,
membangun brand image, serta menjamin ketersediaan produk dalam jumlah yang
cukup.
Persaingan bekerja paling baik ketika pembeli dapat membandingkan barang,
sehingga perusahaan dalam industri harus dapat membedakan produk mereka dari
produk pesaing mereka untuk memenangkan pasar. Dalam hal diferensiasi produk,
persaingan tidak efektif karena produk sulit untuk dibandingkan satu sama lain
karena perbedaannya. Diferensiasi produk sangat erat kaitannya dengan kegiatan
promosi yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan perusahaan.
Strategi Harga
Struktur pasar dalam industry pengolahan kopi bersifat persaingan
monopolistik, makaperusahaan-perusahaan dalam industry pengolahan kopi kurang
potensial untuk melakukan kolusi. Mereka tetap harus mempertimbangkan
willingness to pay masyarakat yang masih memiliki kekuatan dalam mempengaruhi
penetapan harga. Artinya perusahaan tidak bisa menentukan harga sesuai dengan
keinginan mereka.
Strategi Promosi
Media periklanan yang paling efektif untuk promosi produk adalah media cetak
dan elektronik. Demikian pula dalam pengembangan produk kopi, keterlibatan media
cetak dan elektronik dalam pemasaran produk kopi sangat diperlukan, setidaknya
untuk potensi pangsa pasar lokal dimana kota Palembang merupakan daerah yang
cukup padat penduduknya.
Strategi pengembangan produk kopi harus dilakukan melalui sinergi
kerjasama antara pihak terkait seperti industry pengolahan kopi, pemerintah,
lembaga pendidikan, dan media cetak dan elektronik dalam membangun merk brand
dalam menghasilkan produk unggul (berkualitas).
129
Kinerja Industri Kecil Pengolahan Kopi Di Kota Palembang
(Nurkardina Novalia, Ahmad Maulana, Muhammad Kurniawan, Mohamad Nur Arriyanto)
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
c)
Kinerja Industri
Analisis struktur dan perilaku industry pengolahan kopi yang telah teridentifikasi
kemudian selanjutnya diukur tingkat kinerja industri pengolahan. Perhitungan kinerja
dalam penelitian ini menggunakan rasio produktivitas, profitabilitas dan efisiensi
untuk mengetahui tingkat efisien dalam meminimalkan biaya produksi perusahaan.
Rasio Produktivitas
Untuk mengukur rasio produktivitas pengolahan kopi bubuk, digunakan
perbandingan antara satuan jumlah produksi kopi bubuk terhadap jumlah tenaga
kerja.
Dari Tabel di bawah, dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja sangat
bepengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Perusahaan A memiliki
jumlah produksi yang tinggi dengan produktivitas per tahun adalah 85800 kg atau 86
ton dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 orang. Berbeda pada Tabel di atas
banyaknya jumlah tenaga kerja tidak mempengaruhi banyaknya produktivitas yang
dihasilkan.
Tabel Rasio Produktivitas Industri Pengolahan Kopi Kota Palembang
No.
Perusahaan
1
Perusahaan A
2
Perusahaan B
3
Perusahaan C
4
Perusahaan D
5
Perusahaan E
6
Perusahaan F
7
Perusahaan G
8
Perusahaan H
9
Perusahaan I
10
Perusahaan J
11
Perusahaan K
12
Perusahaan L
13
Perusahaan M
14
Perusahaan N
15
Perusahaan O
16
Perusahaan P
17
Perusahaan Q
18
Perusahaan R
19
Perusahaan S
20
Perusahaan T
21
Perusahaan U
22
Perusahaan V
23
Perusahaan W
Sumber: Data diolah, 2022
Kapasitas
Terpakai (kg/th)
85800
7800
16560
900
23400
30420
23400
4992
600
7800
13000
5850
7200
9.000
7500
6000
4500
2880
800
600
936
540
120
Jumlah
Tenaga Kerja
20
9
6
6
4
3
3
3
3
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
Rp/Tahun
4290
866,67
2760
150
5850
10140
7800
1664
200
3900
13000
5850
7200
4500
3750
3000
2250
1440
400
300
936
540
120
Rasio Profitabilitas
Ukuran lainnya untuk mengetahui kinerja industry pengolahan kopi,
khususnya kopi bubuk dihitung dengan harga penjualan suatu produk tersebut
(dalam rupiah/kg) dan biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut
(biaya per unit). Semakin besar selisih antara harga penjualan dan biaya penjualan
maka semakin efesien dalam mengukur kinerja suatu industry pengolahan seperti
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
130
is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 20 No.1, April 2023 : 120-134
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
Tabel Rasio Profitabilitas Industri Pengolahan Kopi di Kota Palembang
Range
Profitabilitas
Jumlah
Perusahaan
Persen
10.000 - 25.000
4
17,39
26.000 - 41.000
42.000 - 57.000
5
10
21,74
43,48
58.000 - 73.000
4
17,39
74.000 - 89.000
0
0,00
23
100
Total
Sumber: Data diolah, 2022
Tabel di atas menunjukkan efesiensi keuntungan bersih dari ouput penjualan yang
paling banyak di perusahaan Kota Palembang adalah Rp.10.000 – 57.000 sebanyak
19 perusahaan dengan persentase sebesar 82,61 persen dan di atas Rp. 58.000
sebanyak 4 perusahaan dengan persentase sebesar 17,39 persen.
Rasio Efisiensi (Optimasisasi Kapastias Mesin)
Penelitian ini menggunakan variabel efisiensi yang dihitung dengan rasio
antara kapasitas produksi dengan kapasitas terpasang perusahaan untuk
menganalisis kinerja industri pengolahan di Kota Palembang. Efisiensi menunjukkan
tingkat efiisien suatu industri dalam meminimalisasi biaya produksinya, semakin
mendekati 100, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan efisien. Berikut adalah
hasil perhitungan analisis Efisiensi Industri Pengolahan di Kota Palembang.
Tabel Rasio Efisiensi Industri Pengolahan Kopi Kota Palembang
Range
Efisiensi
<50
50-59
60-69
70-79
80-89
90-99
>99
Total
Sumber: Data diolah, 2022
Jumlah Perusahaan
Persen
0
2
3
9
6
3
0
23
0,00
8,70
13,04
39,13
26,09
13,04
0,00
100
Dari tabel di atas, tingkat efisiensi Kota Palembang yang tertinggi yaitu pada
kisaran 70-79 sebanyak 9 industri (39,13 persen). Tingkat efisiensi tidak ada yang di
bawah 50, bisa dikatakan bahwa perusahaan kopi di Kota Palembang semuanya
efisiens dalam meminimalisasi biaya produksinya.
Tingkat efisiensi industri pengolahan kopi juga dilihat dari perbandingan biaya
rata-rata memproduksi per unit ouput yang dihasilkan. Tabel berikut ini
memperlihatkan perbandingan biaya per unit output yang dihasilkan dalam industri
kecil pengolahan kopi di Kota Palembang. Dari tabel di atas, tingkat efisiensi industri
pengolahan kopi di Kota Palembang berdasarkan biaya rata-rata, seluruh
perusahaan berada di kisaran Rp.41.000 sampai Rp.71.000.
131
Kinerja Industri Kecil Pengolahan Kopi Di Kota Palembang
(Nurkardina Novalia, Ahmad Maulana, Muhammad Kurniawan, Mohamad Nur Arriyanto)
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
Tabel Efisiensi di Kota Palembang berdasarkan Biaya Rata-rata
Range
Efisiensi
Jumlah
Perusahaan
Persen
10.000 - 40.000
0
0
41.000 - 71.000
23
100
72.000 - 102.000
Total
0
23
0
100
Sumber: Data diolah, 2022
E.
1)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Industri pengolahan kopi di Kota Palembang secara umum memiliki bentuk
struktur pasar persaingan monopolistik dimana terdapat banyak pesaing namun
tidak ada satu pun yang memiliki pangsa pasar. Nilai CR4 dan MS menunjukkan
bahwa hanya terdapat sedikit hambatan masuk pada industri sehingga perusahaan
baru dapat masuk kapan saja bila ada keuntungan lebih di atas tingkat persaingan
normal dalam industri.
Perilaku industri pengolahan kopi di Kota Palembang terlihat dari strategi
harga produk dimana posisi perusahaan adalah sebagai price taker meskipun
kekuatan untuk mempengaruhi harga relative kecil. Kekuatan untuk mempengaruhi
harga bersumber dari karakteristik produk yang dihasilkan, seperti kualitas, kemasan,
bentuk, dan lain-lain sehingga persaingan selain harga cukup besar.
Kinerja industri pengolahan kopi di Kota Palembang menunjukkan tingkat
profitabilitas yang normal serta tingkat efisiensi internal industri yang cukup baik.
Struktur pasar industri pengolahan kopi yang bersifat persaingan monopolistik
berdampak pada kinerja industri yang juga dilihat dari rasio efisiensi yang
memperlihatkan sebagian besar industri menunjukkan efisiensi yang baik pada
penggunaan kapasitas mesin pengolahan.
2)
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diuraikan maka saran yang dapat
diberikan untuk peningkatan kinerja industri pengolahan di Kota Palembang, yaitu:
1.
Terbentuknya struktur pasar persaingan monopolistik dalam industri
pengolahan kopi di Kota Palembang merupakan bentuk persaingan yang
mengarah pada sempurna. Hal ini memerlukan pengawasan dari pemerintah
agar tidak muncul perilaku-perilaku tidak sehat yang dapat merugikan
sebagian perusahaan yang ada dalam industri tersebut.
2.
Kinerja efisiensi yang diperoleh pada industri pengolahan kopi di Kota
Palembang menunjukkan bahwa masih terdapat sebagian perusahaan yang
belum efisien dalam memproduksi sehingga diperlukan upaya untuk
meningkatkan kapasitas produksi antara lain dengan meningkatkan
penggunaan bahan baku, meningkatkan jumlah tenaga kerja dan menekan
biaya produksi.
3.
Pemerintah daerah hendaknya memberikan pelayanan dan kemudahan dalam
efisiensi proses perizinan (waktu dan biaya) bagi pengembangan industry hilir
kopi sehingga dapat lebih banyak menyerap tenaga kerja dan berkontribusi
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah.
4.
Pemerintah hendaknya meningkatkan anggaran guna perbaikan infrastruktur
dan research and development mengenai produk kopi melalui kerjasama
132
is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 20 No.1, April 2023 : 120-134
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
antara instansi penelitian dan pengembangan (litbang) dengan universitas
atau lembaga penelitian lainnya guna meningkatkan produktivitas kopi serta
peningkatan nilai tambah.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk menganalisis struktur, perilaku,
dan kinerja industri pengolahan kopi di Kota Palembang karena selama ini industri
tersebut sudah menjadi salah satu prioritas utama dalam rencana pembangunan
daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari. (2005). Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Harga Pada
Industri Pengolahan di Indonesia Tahun 1983-2002. Skripsi: Bogor, Fakultas
Ekonomi dan Manejemen Institut Pertanian Bogor.
Bargal, Hitendra., Dashmishra, Manasranjan., & Sharma, Ashish. (2009).
Performance Analysis of Small Scale Industries – A Study of Pre-Liberalization
and Post- Liberalization Period. Journal of Business and Management. 1(2).
Gavurova, B., Kocisova, K., Kotaskova, A. (2017). The Structure – Conduct –
Performance Paradigm in the European Union Banking. Economics and
Sociology, 10(4), 99-112.
Kaesti, A.D. (2010). Analisis Kinerja Industri Tekstil dan produk Tekstil (TPT) di
Indonesia Tahun 2000-2003 (Pendekatan Structure-Conduct-Performance).
Skripsi: Semarang, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Kadir, et.al (2018). The Impact of Physical and Human Capital on The Economic
Growth of Agriculture Sector in South Sumatera. International Journal of
Economics and Financial Issues. 8(4).
Kadir et.al (2018). The Development of Rubber, Coffee and Palm Oil Commodity in
South Sumatra, Indonesia using SWOT Analysis. International Journal of
Environment, Agriculture and Biotechnology. 3(4).
Kuncoro, M. (2007). Ekonomika Industri Indonesia, Menuju Negara Industri Baru
2030. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Lelissa, Tesfaye Boru & Kuhil, Abdurezak, Mohammed. (2018). Empirical Evidences
on Structure-Conduct-Performance Relationship in the Banking Sector-A
Systematic Review of Literature. Global Journal of Management and Business
Research: C Finance. 18(3).
Novalia, Nurkardina (2019). Escalation Small Scale Industry in Supporting Economic
Growth in Indonesia, Journal of Research in Business, Economics and
Management, Volume 12, Issue 1, January 30, 2019
Novalia, Nurkardina (2015). Analisis Daya Saing Industri Manufaktur Indonesia dan
Negara-Negara ASEAN, Prosiding Sriwijaya Economics and Business
Conference: “Competitiveness and Government Incentive to take Advantage
of Global Economics Opportunities”
Rao, T.,U., Maheswara & Kiran, G., Kavitha. (2014). Performance of Small Scale
133
Kinerja Industri Kecil Pengolahan Kopi Di Kota Palembang
(Nurkardina Novalia, Ahmad Maulana, Muhammad Kurniawan, Mohamad Nur Arriyanto)
ISSN 1693 - 4091
E-ISSN 2622 - 1845
Industries in India. Journal of Academic Research. 1(1).
Robert, E. (1995). Hubungan Struktur dengan Kinerja Pasar: Studi Empiris pada
Industri Pemintaan. Skripsi: Depok, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sumengcih. (2009). Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan
di Indonesia. Skripsi: Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Teguh, M. (2010). Ekonomi Industri. Raja Grafindo. Jakarta.
Yudaruddin, Rizky. (2012). Market Stucture, Conduct and Performance: Evidance
From Indonesias Banking Industri.Journal Economic and Finance. 19(3).
Yuliawati, Lilik (2017). Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Makanan dan
Minuman di Indonesia, Jurnal Ecodemica, Volume 1 No. 2 September 2017.
Winsih. (2007). Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia.
Skripsi: Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
134
is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License