Academia.eduAcademia.edu

Koneksi antar materi 2 3

Koneksi antar materi Melalui coaching, guru dapat meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Seorang coach dapat membantu guru dalam mengidentifikasi area di mana mereka dapat meningkatkan kualitas pengajaran mereka dan memberikan saran yang berguna untuk meningkatkan pengajaran. coaching dalam dunia pendidikan tujuan untuk membina, mendukung, serta mengarahkan peserta didik guna mengembangkan SDM yang dimilikinya. Awal mulanya, coachee akan mendapat bantuan mengenali, mengobservasi, menganalisis. coaching itu bisa dikatan mengantarkan seseorang dari satu tempat ketempat tujuan.

Koneksi antar materi Melalui coaching, guru dapat meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Seorang coach dapat membantu guru dalam mengidentifikasi area di mana mereka dapat meningkatkan kualitas pengajaran mereka dan memberikan saran yang berguna untuk meningkatkan pengajaran. coaching dalam dunia pendidikan tujuan untuk membina, mendukung, serta mengarahkan peserta didik guna mengembangkan SDM yang dimilikinya. Awal mulanya, coachee akan mendapat bantuan mengenali, mengobservasi, menganalisis. coaching itu bisa dikatan mengantarkan seseorang dari satu tempat ketempat tujuan. 1. Definisi Choaching Coaching adalah tindakan bermitra dengan klien dalam proses untuk menginspirasi pemikiran kreatif sehingga seorang individu dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesionalnya. Konsep Coaching secara Umum: Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). 2. Coaching dalam pendidikan Coaching dalam pendidikan merupakan praktik dimana seorang coach membantu seorang guru atau siswa untuk mencapai tujuannya dalam pendidikan. Coaching dalam pendidikan juga dapat membantu siswa dalam mengatasi masalah atau hambatan dalam belajar dan meningkatkan performa akademik mereka. Coaching dalam Konteks Pendidikan: Tujuan pendidikan itu 'menuntun' / mengarahkan tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun'tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Paradigma Berfikir Coaching: Tindakan untuk dapat membantu rekan sejawat / murid untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi terarahkan , pentingnya perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu supaya kita dapat mengarahkan apa yang merekja harapkan. paradigma berpikir among : 1. Choach dan chochee adalah mitra belajar 2. kasih dan persaudaraan 3. emansifatif 4. ruang perjumpaan pribadi maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun). Paradigma tersebut adalah (1) Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, (2) Bersikap terbuka dan ingin tahu, (3) Memiliki kesadaran diri yang kuat, (4) Mampu melihat peluang baru dan masa depan. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Oleh sebab itu, empat (4) cara berpikir ini dapat melatih guru (coach/pamong) dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran . 3. Prinsip coaching Prinsip Coaching: (1) Kemitraan adalah posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara dalam coaching, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. (2) Proses kreatif adalah dilakukan melalui percakapan, yang dua arah, memicu proses berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru. (3) Memaksimalkan potensi adalah memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan. Kita ketahui bersama bahwa supervisi akademik memiliki tujuan untuk mengevaluasi kompetensi mengajar guru dan proses belajar di kelas. 4. Kompetensi Inti Coaching: (1) Mengajukan pertanyaan berbobot adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. (2) Mendengarkan dengan aktif adalah kemampuan untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh lawan bicara dan memahami keseluruhan makna yang tidak terucap. (3) Kehadiran penuh (presence) adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh pada coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presense sehingga badan, pikiran, hati, selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. 5. Alur TIRTA Alur Percakapan TIRTA: Tirta berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Sebagai seorang coach salah satu peran terpentingnya adalah membantu coachee. Coaching TIRTA merupakan kegiatan Coaching seperti air mengalir. Coaching ini bertujuan agar siswa terlepas dari sumbatan-sumbatan sehingga mengalir seperti air. Kegiatan Coaching memulai dengan tujuan, identifikasi, rencana, dan tanggung jawab. Komunikasi antara Coach dengan Coachee harus melalui tahapan-tahapan TIRTA. Sehingga akan dapat mengambil sebuah penyelesaian permasalahan. Mendengarkan aktif yaitu RASA yang diperkenalkan oleh Julian Treasure: RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask yang akan dijelaskan sebagai berikut: R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semAskua informasi yang disampaikan coachee. Perhatikan kata kunci yang diucapkan. A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan "oh..." "ya...". Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan perhatian dan hadir sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi lain atau sibuk mencatat. S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci yang diucapkan coachee. Saat merangkum bisa gunakan potongan-potongan informasi yang telah didapatkan dari percakapan sebelumnya. Minta coachee untuk konfirmasi apakah rangkuman sudah sesuaiSetelah merangkum apa yang disampaikan coachee bagian terakhir adalah A (Ask/Tanya) mengajukan pertanyaan berbobot. Coaching dengan Alur TIRTA 1. Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee. 2. Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi. 3. Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat) 4. TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya) Umpan Balik berbasis Coaching hal-hal yang perlu diperhatikan saat memberikan umpan balik dengan prinsip coaching: 1. Tujuan pemberian umpan balik adalah untuk membantu pengembangan diri coachee 2. Tanpa umpan balik, orang tidak akan mudah untuk berubah 3. Sesuai prinsip coaching, pemberian umpan balik tetap menjaga prinsip kemitraan 4. Selalu mulai dengan memahami pandangan/pendapat coachee 6. Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching: Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama dalam menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni 1.paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan 2. optimalisasi potensi setiap individu. Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas.Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001). Prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi kemitraan, proses kolaboratif antara supervisor dan guru, konstrukti bertujuan mengembangkan kompetensi individu, terencana, reflektif, objektif, informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati, berkesinambungan, komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik. Sedangkan pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut. Tahap perencanaan, supervisor merumuskan tujuan, melihat pada kebutuhan pengembangan guru, memilih pendekatan, teknik, dan model, menetapkan jadwal, dan mempersiapkan ragam instrumen. Dalam tahapan pelaksanaan supervisi akademik adalah observasi pembelajaran di kelas atau yang biasanya kita sebut sebagai supervisi klinis. Tahap tindak lanjut, berupa kegiatan langsung atau tidak langsung seperti percakapan coaching, kegiatan kelompok kerja guru di sekolah, fasilitasi dan diskusi, serta kegiatan lainnya dimana para guru belajar dan memiliki ruang pengembangan diri lewat berbagai kegiatan. Supervisi akademik sebagai proses berkelanjutan yang memberdayakan dan Kualitas guru yang diharapkan untuk berkembang juga termasuk didalamnya peningkatan motivasi atau komitmen diri. Kualitas pembelajaran meningkat seiring meningkatnya motivasi kerja para guru. Peningkatan kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid Seorang pemimpin pembelajaran dan sekolah perlu menghidupi paradigma berpikir yang memberdayakan bagi setiap warga sekolah dan melihat kekuatan-kekuatan yang ada dalam komunitasnya. Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya. Dan salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar a.Bingung Saya sempat bingung dengan menerapkan coaching dalam modul 2.3. b.Khawatir Saya sempat khawatir apabila tidak bisa mengimplementasikan dalam modul 2.3. c.Percaya Namun, saya percaya dengan kemampuan yang saya miliki dan saya yakin bisa menyelesaikan tugas-tugas dan memahami materi yang terdapat di modul 2.3. d.Tertarik Saya cukup tertarik untuk mendalami materi modul 2.3. yang memberikan pengalaman baru. e.Optimistis Saya optimistis dengan potensi yang saya miliki, saya bisa menyelesaikan tugas dengan baik. f.Senang Saya senang karena bisa berkolaborasi dengan teman CGP dalam membuat tugas setelah mempelajari modul 2.3 ini perasaan yang dirasakan adalah termotivasi untuk lebih giat belajar mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang coaching untuk supervisi akademik dan semakin banyak melakukan praktik coaching maka akan semakin terasah kemampuan kita sebagai coach untuk hadir penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Coaching Untuk Supervisi Akademik sesuai dengan salah satu Peran Guru Penggerak. Menjadi coach bagi guru lain atau murid. Dalam menjalankan peran menjadi coach bagi guru lain, terutama yang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran bagi murid di sekolah, Guru harus berdaya dalam menemani dan menuntun rekan sejawatnya itu untuk menelaah proses belajar mereka sendiri. Belajar keterampilan coaching, memberdayakan diri melalui refleksi atas hasil pengalaman praktik-praktik profesional sendiri, harus dapat mengambil pembelajaran, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendalam untuk mengakses keterampilan metakognitif ketika melihat dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri terkait belajar, pencapaian tujuan, dan pemecahan masalah. Sebagai coach harus bisa berpindah-pindah dari pemikiran pengembangan rekan sejawat pada level individu dan level anggota komunitas pendidik di sekolah. Setelah saya belajar materi coaching ini,saya sudah mencoba melakukan praktek sebagai coach,supervisior dan chochee. pada choach saya merasa tertantang bagaimana bisa menggali pengalaman dalam mengatasi masalah dan membuat pertanyaan berbobot yang dapat membangkitkan pengetahuan coachee saya tanpa berusaha memberikan arahan. Saya juga belajar menahan diri untuk tidak menjudgment, mengasumsikan serta mengasosiasikan ketika coachee berpendapat. Menurut saya disini lah keterampilan sosial emosional yang saya dapat di modul 2.2 diuji pemahamannya. Saya harus mampu mengolah emosi , keterampilan kesadaran diri, pengelolaan diri dan keterampilan berelasi perlu diterapkan ketika saya menjadi coach di kelas . Terdapat tantangan untuk menerapkan praktik coaching secara berkelanjutan dengan murid atau rekan sejawat agar mendapatkan ketrampilan coaching untuk supervisi akademik. Hal yang sudah baik adalah memperoleh pemahaman dan pencerahan tentang materi coaching untuk supervisi akademik dan sudah mempraktikkannya. Hal yang perlu diperbaiki adalah langkah-langkah yang baik dan bijak pada mengajukan pertanyaan yang berbobot kepada coachee. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi adalah mengoptimalkan kekuatan diri sebagai seorang pendidik yang mampu menjadi coach dan melakukan coaching bagi orang-orang di lingkungan sekitar. Keterkaitan materi modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi dan modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), jika dihubungkan dengan materi coaching maka pembelajaran berdiferensiasi dimana guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang terdiri dari kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar siswa. Sistem Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra peserta didik untuk melejitkan kodrat dan kodrat yang mereka miliki. salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu peserta didik, dalam hal ini "KHD mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman dan setiap individu peserta didik adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung yang jmembutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik". Langkah untuk memetakan kebutuhan individu siswa tersebut, guru bisa berperan sebagai coach untuk melakukan proses coaching dengan siswa sebagai coachee. Hal tersebut mampu mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa sehingga akan menemukan cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan individu siswa. Kegiatan untuk melatih menghadirkan presence yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan kegiatan STOP dan Mindful Listening Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) yang harus dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah untuk menumbukan kompetensi tentang kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab pada diri siswa. Proses coaching sejalan dengan PSE karena kompetensi sosial emosional tersebut dapat diterapkan oleh guru dalam proses coaching kepada siswa. Pembelajaran Sosial Emosional yang lalu Penting diingat tidak ada satu cara yang terbaik untuk semuanya karena setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk dapat menghadirkan presence. Untuk itu temukan cara yang paling efektif untuk Bapak/Ibu agar bisa terus melatih diri dan menerapkannya sebelum dan selama melakukan percakapan coaching. Pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan dan kebahagiaan. Keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Terdapat 4 macam paradigma berpikir coaching, yaitu: (1) fokus pada coachee (rekan yang akan dikembangkan, (2) bersikap terbuka dan ingin tahu, (3) memiliki kesadaran diri yang kuat, dan (4) mampu melihat peluang baru dan masa depan. Juga 3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah, yaitu: (1) kehadiran penuh (presence), (2) mendengarkan aktif (menyimak), dan (3) mengajukan pertanyaan berbobot. Keterkaitan keterampilan pemimpin pembelajaran. coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai Seorang guru pengerak harus mampu berperan sebagai pemimpin pembelajaran, pemimpin pembelajaran yang siap mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid. Semua akan bisa terlaksana dengan baik bila guru memiliki daya /memberdayakan. Memberdayakan segala potensi dan kondrat yang ada, maka seorang gurj mutlak membutuhkan keterampilan coaching ini sehingga guru mampu meng-Among atau menuntun murid menuju kodrat terbaiknya dalam meraih kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai pribadi maupun sekaligus sebagai anggota masyarakat. Guru penggerak juga mempunyai peran sebagai pemimpin pembelajaran, dimana seorang pemimpin tentu harus mempunyai kemampuan untuk melakukan supervisi akademik ketika di perlukan. Hubungan nya dengan kedua peran tersebut, ketika melakukan nya tentu seorang guru penggerak harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai Pembelajaran sosial emosional. Guru penggerak harus memiliki kesadaran diri serta kesadaran sosial yang baik ketika melakukan coaching. Harus mampu menahan diri dan keinginan untuk berkomentar yang menjudgment sang coachee. Intinya seorang Coach itu harus mampu menjadi pendengar setia ketika sang coachee sedang menyampaikan pemahamannya. Modul ini sangatlah menunjang untuk pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar Hal yang baik adalah saya mampu memahami materi-materi inti dalam pembelajaran modul 2.3. seperti pengertian coaching, paradigma berpikir coaching, prinsip-prinsip coaching, kompetensi inti coaching, alur TIRTA, dan lain-lain. Saya juga dengan mudah berkolaborasi bersama teman CGP lain dalam mempraktikkan coaching sebagai pengamat, coach, maupun coachee, baik di kegiatan Ruang Kolaborasi maupun di Demonstrasi Kontekstual. Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar a.Kemampuan berbicara menggunakan bahasa yang efektif b.Kemampuan melontarkan pertanyaan-pertanyaan berbobot c.Meningkatkan fokus saat melakukan coaching Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi Dengan mempelajari modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik, saya memahami konsep dan prinsip-prinsip coaching. Saya juga bisa mempraktikkan kegiatan coaching, baik sebagai coach, coachee, maupun observer. Praktik coaching tersebut memberikan pengalaman bagi saya untuk menerapkannya di sekolah. Praktik coaching tersebut juga meningkatkan kompetensi saya sebagai pemimpin pembelajaran dan bisa menjadi bekal jika melaksanakan supervisi akademik. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP 1.Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh. "Bagaimana penerapan coaching dalam supervisi akademik di sekolah?" Selama ini, supervisi akademik banyak dijadikan momok bagi guru karena hanya berfokus kepada penilaian dan bukan pengembangan diri guru. Dengan diterapkan coaching dalam supervisi akademik, tingkatan supervisor dan guru adalah mitra dan bukan lagi "atasan-bawahan" sehingga proses pengembangan diri guru akan menjadi lebih baik. 2.Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru. Coaching untuk supervisi akademik akan menunjang peran guru sebagai pemimpin pembelajaran yang akan mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada siswa sehingga siswa bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Prinsip, kompetensi, dan alur coaching jika dilakukan dengan tepat akan bisa menghasilkan komunikasi kemitraan antara coach dan coachee yang efektif sehingga bisa menghasilkan solusi-solusi dari permasalahan yang dihadapi. 3.Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal cgp (baik tingkat sekolah maupun daerah) a.Pengawasan dan penilaian dalam supervisi akademik Selama ini supervisi akademik hanya berfokus pada pengawasan dan penilaian sehingga guru kurang bisa mengembangkan potensi dirinya dan cenderung merasa cemas, bahkan ketakutan saat akan disupervisi. Tantangannya adalah bagaimana ke depan kita mengubah mindset supervisi yang mulanya berfokus penilaian menjadi berfokus untuk mengembangkan potensi diri guru. b.Supervisi akademik berprinsip kemitraan Tantangan selanjutnya adalah mengubah pemikiran bahwa pihak yang terlibat dalam supervisi akademik adalah atasan dan bawahan. Namun, guru dan supervisor adalah mitra sehingga terjadi proses belajar dari kedua belah pihak. Suasana yang tercipta pun akan lebih bersahabat sehinga memudahkan guru dalam memgembangkan dirinya. 4.Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi a.Menyosialisasikan konsep coaching dalam supervisi akademik kepada semua kepala sekolah dan pengawas. b.Menyosialisasikan konsep coaching untuk supervisi akademik kepada para guru melalui seminar, webinar, KKG, MGMP, diskusi, atau kegiatan bersama lainnya. c.Menyosialisasikan konsep coaching untuk supervisi akademik dengan berbagai media seperti poster, artikel, video, modul, dan lain-lain agar mudah diakses oleh para praktisi pendidikan. Membuat keterhubungan 1.Pengalaman masa lalu Sebelumnya, saya hanya mengenal kata coach di bidang olahraga saja. dan bisnis. Pengalaman saya dalam mengikuti supervisi akademik juga hanya sebatas ingin tahu saja tanpa adanya pengembangan kompetensi. Tidak ada penerapan prinsip coaching di dalamnya. dengan Supervisi akademik hanya sebagai syrat dalam nilai saja., pembelajran tanpa ada tindak lanjut, tapi setelah membaca materi modul 2.3. banyak ilmu yang saya dapat mengenai chooching dan supervisi akademik dan ingin mengimflementasikan denga murid atau teman sejawat. 2.Penerapan di masa mendatang Sebagai pemimpin pembelajaran, saya akan menerapkan prinsip-prinsip coaching terhadap siswa maupun pihak lain. Selain itu, prinsip-prinsip coaching sangat perlu dilaksanakan dalam supervisi akademik di sekolah sehingga supervisi tidak hanya sebatas penilaian saja, tetapi bisa mengembangkan potensi diri guru secara lebih maksimal. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari a.Modul 2.1. Di modul 2.1. saya belajar tentang pembelajaran berdiferensi yang mengakomodasi kebutuhan belajar siswa. Tujuannya adalah siswa bisa mengembangkan potensi dirinya. DI modul 2.3. ini saya mempelajari proses coaching yang juga bertujuan memaksimalkan potensi yang dimiliki coachee dalam menyelesaikan permasalahan yang dimilikinya. b.Modul 2.2. Di modul 2.2. saya mempelajari pembelajaran berbasis sosial dan emosional. Salah satu materinya adalah praktik mainfulness yang bisa mewujudkan kesadaran diri. Dalam kegiatan coaching, praktik mainfullness dapat diterapkan untuk mendukung kompetensi inti coaching, yakni adanya kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan melontarkan pertanyaan berbobot. .Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP Meningkatkan Kompetensi Guru dengan Coaching Supervisi Akademik