Makalah Al Islam 4
“Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Islam”
DOSEN PENGAMPU:
Dr.Muhammad Syahrullah,S.E,M.M
Nama : Fanny Nurhaliza
Nim : 210304021
Kelas : 4 MGT 1 Reg A
Universitas Muhammadiyah Riau
Fakultas Ekonomi Bisnis
Prodi Manajemen
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Islam dengan tepat
waktu.
Makalah Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Islam disusun guna memenuhi tugas dari
Bapak Dr.Muhammad Syahrullah,S.E.,M.M pada bidang studi Al Islam di kampus Universitas
Muhammadiyah Riau. Selain itu,penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Islam.
Penulis mengucapkan Terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.Muhammad
Syahrullah,S.E.,M.selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Pekanbaru,20 Maret 2023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
2.1 Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu .................................................................. 2
2.2 Ilmu dalam Artian Sesungguhnya dan Para Tokoh Islam ............................................... 3
2.3 Perihal ilmu dan adab dari sudut pandang Raja Ali Haji ................................................. 5
2.4 Nash-nash tentang kewajiban menuntut ilmu .................................................................. 9
2.5 Keutamaan Menuntut Ilmu............................................................................................. 10
2.6 Kendala dan Permasalahan dalam menuntut Ilmu ......................................................... 12
2.7 Hakekat IPTEKS dalam Pandangan Islam ........................................................................ 13
BAB III .................................................................................................................................... 17
PENUTUP................................................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 18
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai umat muslim (orang yang beragama Islam) kita memerlukan agar kita dapat
ilmu untuk hidup di dunia dan memperoleh bekal untuk di akhirat Hal-hal penting tentang ilmu
yang harus kita pelajari nantinya akan berpengaruh dan InsyaAllah dapat menjadi pegangan
kita selama hidup di dunia yaitu dengan ilmu kita dapat mencari nafkah untuk kebutuhan hidup.
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani hidup
ini dengan baik Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain.
Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai
manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik.
Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua
bagian, yaitu 1). Fardhu ain; dan 2). Fardhu kifayah Orang yang berilmu sangat dimulakan oleh
Allah SWT dan akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
Sehingga Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya,
menjadi agung dan mulia kehormatannya. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam
kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya,
mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta
derajat orang-orang yang bertaqwa.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan kewajiban menuntut Ilmu dan mengamalkan ilmu ?
2) Bagaimana artian ilmu menurut para tokoh Islam?
3) Apa saja Nash-Nash yang mejelaskan tentang kewajiban menuntut ilmu?
4) Jelaskan kendala dan permasalahan dalam menuntut ilmu?
5) Sebutkan apa saja keutamaan orang berilmu?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui perintah menuntut ilmu menurut Al-qur'an dan hadits
2) Untuk mengetahui keutamaan orang berilmu.
3) Untuk mengetahui sudut pandang kewajiban menuntut ilmu menurut tokoh islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu
• Kewajiban menuntut ilmu
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut ilmu.
Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur'an dan Al-Hadist.
Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh perpedoman
pada Al-Qur'an dan Al-Hadist. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Sabda Rasulullah SAW:
"menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan Ilmu
adalah kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.
• Mengamalkan ilmu
Banyak orang menuntut ilmu yang tidak diamalkan,ilmunya menjadi sia-sia hanva digunakan
untuk menuniukan kehebatan dan keutamaan dirinya serta untuk tujuan yang berbau
keduniaan. Amalkan ilmumu bila engkau ingin selamat dari adzab Allah.
Dalam mengamalkan ilmu kita harus memperhatikan hal-hal berikut,diantaranya:
1. Jangan melihat tempat dan waktu dalam mengamalkan ilmu.
2. Meskipun sedikit amalkan ilmumu
3. Janganlah menunggu masa tua dalam mengamalkan ilmu.
4. Jangan beranggapan ilmu itu bisa mengangkat derajat mu bila tanpa diamalkan.
"Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya, serta penghuni langit dan bumi,
hingga semut yang ada pada lubangnya, dan ikan hiu yang ada di lautan akan membacakan
shalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia."(Merupakan bagian dari
hadits Abu Umamah di atas.). Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa mengajar orang lain
kepada suatu petunjuk, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
melaksanakan petunjuk itu, tanpa mengurangi pahala mereka sama sekali."Nabi bersabda,
"Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya
ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalan nya sehingga ia
mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh
ilmunya. itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan. mendapatkan
neraka".
2
2.2 Ilmu dalam Artian Sesungguhnya dan Para Tokoh Islam
Suatu ilmu menurut epistemologinya bermula dari pengalaman bersama yang tumbuh
menjadi pengetahuan kemudian berkembang menjadi ilmu atas dasar ciri – ciri ilmiah. Hal ini
berarti bahwa ilmu itu merupakan hasil kreasi manusia dengan daya penalarannya secara
rasional berkenaan dengan hal-hal yang kongkrit dan abstrak. Tidak bisa dipungkiri orang yang
berfikir kritis akan lebih banyak bertanya dan semakin dia berilmu tinggi maka dia merasa
semakin bodoh karena ada banyak hal yang dia cari, seperti padi semakin berisi dia akan
semakin merunduk. Keluasan ruang lingkupnya membuat ilmu itu terbagi-bagi menjadi
bidang-bidang, cabang-cabang dan rantingranting dengan ruang lingkup yang terkadang tidak
tegas perbatasannya. Misalkan Ilmu IPA yang terdiri dari Ilmu Biologi, Fisika, Kimia dan
ketiga bagian itu memiliki bagian – bagian lagi yang lebih spesifik dari sebelumnya. Seperti
Ilmu Biologi yang terdiri dari Anatomi, Fisiologi, fungiologi dan lain sebagainya. (Yedi
Purwanto, “Islam Mengutamakan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi,” Jurnal Sosioteknologi
10, no. 22 (2011): 1043–1060. )
Kerumitan ramifikasi dan pertumbuhan bidang, cabang dan ranting kespesialisasian
pun tidak sama untuk setiap bagian ilmu. Karena setiap ilmu yang ada pasti jika diperdalam
akan menyisakan pertanyaan yang jawabannya di kembalikan lagi kepada kuasa Allah.
Meskipun demikian, semua bidang, cabang ataupun ranting itu merupakan bagian integral dari
pada ilmu sebagai suatu keseutuhan. Masing-masing unsurnya saling mengisi, saling terkait,
saling mendukung dan saling bergantung satu sama lain. Aneka ragam bidang, cabang dan
ranting ilmu yang banyak itu digolongkan dan dikelompokkan.Secara umum penggolongan
ilmu itu ke dalam tiga kelompok besar yaitu ilmu-ilmu eksakta, ilmu-ilmu sosial dan
humaniora. Penamaan terhadap kelompok itu juga mengalami perbedaan antara suatu negara,
bangsa dan orang sehingga dalam kepustakaan dikenal adanya ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan budaya atau ilmu-ilmu kemanusiaan. Adakalanya
pula pengelompokan ilmu itu lebih dikokohkan lagi dengan menambahkan ilmu-ilmu perilaku
dan ilmu-ilmu kerohanian itu sebabnya agama sangat berperan penting dalam perlindungan
hak untuk dapat menuntut ilmu dan mengembangkannya. (Wahyudi Dedi dan Azizah
Habibatul, “Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Konsep Learning Revolusion,”
Attarbiyah 26 (2016): 1–28).
3
Tanpa adanya agama ilmu tidak akan berkembang seperti pencipta alat – alat oprasi
yang dibuat semasa kejayaan islam itu merupakan bukti nyata bahwa orang yang agamanya
kuat maka keilmuannya juga bertambah. Tokoh – tokoh islam yang terkenal seperti:
•
Al – Khwarizmi, Al – Jabar, dan ibnu sina. Sebenarnya setiap bidang, cabang dan
ranting ilmu itu mempunyai kedudukan, fungsi dan kepentingan yang sama jika dilihat
dari perspektif ilmu. Tetapi dalam kenyataannya setiap ilmuan (scientist) dan pandit
(scholar) memiliki pandangan yang lain baik terhadap posisi dalam klasifikasi, nilai
kepentingan maupun mengenai prioritas pengembangan disiplin ilmu yang ditekuni
sebagai spesialisasinya. Sungguhpun demikian, semuanya hampir sepakat bahwa orang
menggunakan pendekatan yang rapi dan teratur dalam mengembangkan ilmu yang
dipandu oleh etika ilmu masing-masing. Etika ilmu dimaksud adalah pola pikir deduktif
dan induktif yang dilengkapi dengan metode ilmiah berdasarkan asumsi adanya
keteraturan dalam alam semesta. Hanya sebagian ilmu-ilmu eksakta dan sebagian kecil
ilmu-ilmu sosial menggunakan metode ilmiah sehingga mengenal kegiatan penelitian.
Pengeetian Ilmu yang memiliki ruang lingkup yang luas dalam perkembangan di
Indonesia selalu dipakai istilah “ilmu pengetahuan” yang secara umum dikaitkan
dengan teknologi sehingga sering diakronimkan menjadi IPTEK (Ilmu Pengetahuan
dan Tekhnologi). (Nurdin, “Eksistensi Keilmuan Islam,” Dinamika Ilmu 13, no. 1 (Juni
2013): 88–89)
Dalam Islam, kedudukan ilmu dan belajar dilepaskan dari segala unsur mitos, magis,
prasangka tak berdasar, dan hal-hal yang bersifat pseudo-sains lainnya. Karena dalam islam
hukum menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim. Contoh pseudo-sains adalah
astrologi, Selain mengakui pencapaian ilmu melalui upaya-upaya eksperimental dan empiris,
Islam juga meneguhkan bahwa ada sumber otoritas mutlak dalam ilmu, yakni wahyu dan
kenabian. Sejak wahyu pertama turun, perintah pertama adalah iqra’, yang memiliki makna
dasar darasa (mengkaji), faqiha (memahami), jama’a (mengumpulkan), dan hafizha
(menghafal). Para ulama’ generasi terdahulu pun telah mengisyaratkan pentingnya ilmu dalam
karya-karya mereka.
4
2.3 Perihal ilmu dan adab dari sudut pandang Raja Ali Haji
Di dalam bahagian Muqaddimah Bustan Al-Katibin, Raja Ali Haji telah menerangkan
tentang kelebihan ilmu dan akal sebagai tujuan sebenar dalam pembelajaran bahasa. Menurut
beliau, ilmu yang paling utama dipelajari oleh orang Islam ialah ilmuad’diniatu ilmu berkaitan
agama Islam dan ilmu kalamiaitu ilmu berkata-kata atau ilmu berkomunikasi dengan baik iaitu
dengan menggunakan akal. Keturunan dan pangkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang akan
menjadi sia-sia dan tidak akan berjaya tanpa ilmu yang sahih, akal budi yang luhur dan adab
sopan yang mulia. Di samping itu, aspek bahasa juga penting kerana, bahasa ialah wahana
untuk mencapai matlamat tersebut iaitu menerusi tutur kata dan adab sopan yang baik, diikuti
dengan melihat dari aspek kelakuan atau perbuatan seseorang. Pemerihalan ini dapat
dicerakinkan kepada empat aspek seperti dalam Rajah 1 berikut.
2. Adap dan
syarat menuntut
ilmu.
1. Adap dan
Nilai.
3. Adap
menuntut ilmu
dan berguru
4. Sifat yang
Perihal ilmu
dan adab
menuntut
ilmu.
menghalang
dalam nenuntut
ilmu.
Perihal ilmu dan adab dari sudut pandang Raja Ali Haji dalam Muqaddimah juga
menghuraikan secara terperinci adab dan syarat menuntut ilmu yang sebenarnya mampu
melahirkan seorang Melayu yang bukan sahaja fasih bercakap tetapi juga boleh bercakap
dengan budi bahasa dan adab sopan yang mulia dengan ilmu yang benar. Adab dan nilai perlu
5
disemat dalam diri seseorang sebagai prasyarat untuk menyemai ilmu yang benar kerana adab
dan ilmu saling diperlukan dalam membantu dan membimbing seseorang manusia untuk
mengenal, mengecam dan mengakui taraf dan hierarki atau martabat ilmu secara
keseluruhnya.
Berdasarkan hakikat adab, ilmu dan pendidikan, Raja Ali Haji menekankan
ketertiban dalam semua perkara yang membawa kepada ketertiban ilmu. Raja Ali Haji
sebenarnya mengukuh dan mengesahkan darjah ketertiban atau martabat ilmu yang membawa
kepada kesahihan dan kebenaran ilmu dalam Islam. Darjah atau martabat yang paling
tinggi dalam kewujudan dan kemuliaan ialah Allah (SWT), kemudian Rasulullah (SAW)
dan seterusnya ahli keluarga dan sahabat-sahabatnya. Penyebaran ilmu pengetahuan iaitu
tentang ilmubacaan dan tulisan (ilmu wa al-qalam) menjadi asas pembinaan akal dan
adab kerana beliau berkata tidak kira berapa hebat pun bangsa itu jika tiada akal dan adab ke
bawah juga jatuhnya, betapa pentingnya adab dan sopan tutur kata dan kemudiannya barulah
kelakuan.
Beliau menekan tentang keperluan menjaga adab menuntut ilmu dan syaratnya
bagi orang yang hendak menuntut ilmu. Antara syaratnya ialah menahan nafsu diri
sendiri dan menjaga adab antara guru dan pelajar. Jika tidak melakukan kedua-dua
perkara itusemua pekerjaan yang dilakukan akan menjadi sia-sia. Lima syarat menuntut ilmu
dari sudut pandang Raja Ali Haji ialah:
•
Pertama, al-himmatiatu keinginan atau kesungguhan untuk mendapatkan ilmu.
•
Kedua, al-mudarasahiaitu menelaah iaitu belajar sesuatu ilmu itu dengan teliti.
•
Ketiga, al-muhafazatiaitu menghafal ilmu.
•
Keempat, muzakarah iaitu membincangkan ilmu dan berkongsi kepada orang lain
agar ramai mendapat manfaat dan mengukuhkan ingatan penuntut ilmu sendiri.
•
Kelima, mutala’atyang bermaksud mengkaji dan mendalami ilmu yang diperoleh dari
segi
makna dan kandungannya secara mendalam. Sekiranya menghadapi
kekeliruan tentang sesuatu ilmu itu, penuntut perlu bertanya kepada rakan-rakan
sepengajian dan seterusnya merujuk kepada guru jika kekeliruan itu tidakdapat
dirungkai.
6
Seterusnya ialah penegasan Raja Ali Haji tentang perkaitan antara kemahiran
berbahasa, ilmu yang tinggi dengan adab pekerti yang mulia. Dalam hal ini, beliau
menekankan 10 adab untuk menuntut ilmu dan berguru.
•
Pertama,
mengucapkan
salam
apabila
bertemu
dengan
guru.
Penuntut
perlulah memberi salam kepada guru dan orang yang lebih berpangkat daripada
mereka kerana terdapat keberkatan ilmu dalam hal ini.
•
Kedua, mengurangkan perkataan atau ujaran yang tidak bermanfaat semasa berada di
hadapan guru. Raja Ali Haji menyatakan bahawa penuntut perlu menjaga setiap
tutur bicara dan menggunakan bahasa yang halus dan sopan semasa bercakap dengan
guru mahupun orang lain. Hal ini bertujuan untuk mengekalkan hubungan baik
antara seseorang individu dengan individu yang lain.
•
Ketiga,tidak berkata atau menjawab soalan selagi tidak ditanya oleh guru. Dalam hal
ini, penuntut perlu mengelakkan diri dari mencelah ketika guru sedang
memperkatakan sesuatu. Mereka perlulah menunggu guru selesai memberi
penerangan dan mula bertanya apabila guru sendiri membuka ruang soalan untuk
bertanyakan soalan.
•
Keempat, meminta izin apabila hendak bertanya kepada guru. Penuntut perlulah
meminta izin untuk bertanyakan soalan sekiranya guru telah memberi ruang
untuk bertanya. Perbuatan melulu memanggil nama guru dan terus bertanya, dianggap
sebagai perbuatan yang tidak sopan. Penuntut sepatutnya menghormati guru kerana
guru merupakan insan yang memberi ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan
penuntut.
•
Kelima, sekiranya guru tersilap memberi maklumat, penuntut perlu meminta izin
untuk membetulkan kesilapan itu secara berhemah.
Raja Haji Ali
juga
menekankan konsep untuk berfikir sebelum bercakap itu penuntut tidak boleh
mencelah dan memperbetulkan perkara yang diajari guru secara tidak berhemah. Hal
ini kerana,ia akan menyebabkan seseorang guru akan berasa tersinggung dengan
percakapan penuntut.
•
Keenam, mengelakkan daripada menunjukkan diri lebih pandai berbanding guru
tetapi sebaliknya seseorang penuntut itu perlu menunjukkan rasa rendah diri kepada
gurunya.Apabila guru membuka ruang untuk memberikan pandangan, elakkan
bersikap endah tidak endah semasa bercakap. Hal ini akan mengguriskan hati
guru dan menjadikan ilmu yang dipelajari tidak diberkati. Adalah menjadi
7
kewajipan penuntut untuk menghormati guru sebagai insan yang memberi didikan
dan ilmu.
•
Ketujuh, mengelakkan dari mempamerkan bahawa diri penuntutlah yang paling bijak
di antara rakan sepengajiannya. Hal ini bermaksud, penuntut tidak boleh
mencelah atau membuat isyarat kepada rakan di dalam kelas untuk menyokong
segala tindakan yang telah dikatakan kepada guru sehingga guru kurang senang
dengan sikap yang ditunjukkan oleh penuntut. Sikap itu merupakan sikap yang
keji dan boleh menyebabkan rakan-rakan hilang tumpuan ketika sesi pengajaran
dan pembelajaran berlangsung.
•
Kedelapan, tekun atau fokus semasa belajar merupakan sebahagian daripada adab
dalam belajar. Justeru, penuntut perlu memberi perhatian sepenuhnya terhadap ilmu
yang diajar oleh guru dan berfikir dengan baik sepanjang sesi pengajaran berlangsung.
Sikap menoleh ke kanan dan ke kiri membuatkan penuntut hilang fokus pada
waktu pengajaran dan akhirnya akan memberi kesan yang buruk terhadap kefahaman
ilmu yang diperoleh.
•
Kesembilan, ketika guru sedang berada di dalam kelas dan proses pengajaran sedang
berlangsung,
menyebabkan
janganlah
bertanyakan
soalan
kepada
guru
secara
melulu
guru kurang senang dengan tindakan yang seolah-olah tidak
menghormati dirinya. Penuntut boleh bertanyakan soalan, tetapi cukup dengan
bertanyakan soalan yang paling penting agar proses pengajaran dan pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan baik.
•
Kesepuluh, elakkan daripada berprasangka terhadap tindakan-tindakan guru.
Penuntut tidak boleh membuat sebarang spekulasi yang tidak baik terhadap
perbuatan guru. Sekiranya terdapat perselisihan faham, hendaklah segera
diselesaikan dengan mencari jalan penyelesaian yang terbaik. Penuntut perlu
menjauhi sikap suka memburukkan keadaan dan mengata perihal guru dengan
bahasa yang kurang baik sekiranya dia tidak berpuas hati dengan cara yang
ditunjukkan oleh guru. Di sini beliau menyarankan agar penuntut menghormati
guru kerana apabila mereka menghormati dan bersangka baik kepada guru,
urusan pembelajaran lebih mudah dan ilmu yang dipelajari lebih diberkati.
8
2.4 Nash-nash tentang kewajiban menuntut ilmu
❖ Nash Alquran al-Karima.
➢ Surat At Taubah
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah/09:122)
Ayat di atas secara tegas mewajibkan kepada beberapa orang dari berbagai
kelompok,agar mereka mempelajari ilmu syar’i, dan mengajarkannya kepada orang
lain, dan agar mereka memahami seluk beluknya dan mengajarkannya kepada
orang lain, dan hendaklah mereka mengingatkan kaum mereka ketika mereka
telah kembali kepada mereka. (Abdurrahman
Ibn
Nasir
As-Sa’di, Taisirul
karimirrahman fi tafsiri kalami mannan, cet.1(Beirut: Muassasah Ar-Risalah,2002),
h. 355).
. وقال أيضاطلب العلم فضيلة عظيمة ومرتبة شريفة، " ىذه اآلية أصل في وجوب طلب العلم: قال القرطبي رحمو هللا
ال يوازيها عمل
Berkata Al-Imam a ah Muhammad ibn Ahmad ibn abiBakr ibn Farh alAnsarial-Khazraji Syamsuddin al-Qurtubi, Al-Jami’ Li Ahkamil quran,cet. 2 (Kairo:
Darul kutub al-Misriyah, 1964), jilid. VIII, h. 293)l-Qurtubi: Ayat ini merupakan dasar
tentang wajibnya menuntut ilmu, dan Ia juga mengatakan bahwa menuntut ilmu itu
adalah sebuah keutamaan yang agung,dan martabat yang mulia yang tidak dapat
disamai oleh sebuah amalan.
9
➢ Surat An-Nahl
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (QS. An-Nahl/16:43)
وأن أعلى أنواعو العلم بكتاب هللا،عموم ىذه اآلية فيها مدح أىل العلم:قال الشيخ السعدي رحمو هللا في تفسيرىذه اآلية
فإن هللا أمر من ال يعلم بالرجوع إليهم في جميع الحوادث.الدنزل
Berkata As-Syaikh As-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini,
beliau mengatakan bahwa secara umum ayat ini mengandung pujian dan sanjungan
kepada orang-orang yang berilmu, dan tingkatan yang paling tinggi dalam ilmu
adalah adalah
tentang
kitabullah,maka
sesusungguhnya
telah memerintahkan
kepada orang yang tidak tahu untuk kembali kepada orang-orang yang berilmu
terhadap segala peristiwa yang terjadi(As-Sa’di, Taisirul .......h. 441)
2.5 Keutamaan Menuntut Ilmu
Keutamaan ilmu, belajar dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam Islam. Rasulullah
SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224).
Dalam islam keutamaan menuntut ilmu juga disampaikan seperti berikut,
1. Orang Berilmu Diangkat Derajatnya
Ini adalah keutamaan menuntut ilmu yang pertama, dalam Alquran Allah SWT
berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11). Jika ditelaah lebih lanjut, ada
tafsiran atau arti dari ayat ini. Seperti salah satunya menurut Imam Syaukani berkata :
“Dan makna ayat ini bahwasanya Allah mengangkat beberapa derajat orang-orang
beriman dari orang-orang yang tidak beriman, dan mengangkat beberapa derajat orangorang yang berilmu (dan beriman) dari orang-orang yang hanya beriman. Maka barang
10
siapa yang memadukan antara iman dan ilmu maka Allah mengangkatnya beberapa
derajat karena imannya lalu Allah mengangkat derajatnya karena ilmunya”.
2. Ilmu adalah Warisan Para Nabi
Rasulullah SAW bersabda: “Dan sesungguhnya para Nabi tidak pernah mewariskan
uang emas dan tidak pula uang perak, akan tetapi mereka telah mewariskan ilmu (ilmu
syar’i) barang siapa yang mengambil warisan tersebut maka sungguh ia telah
mengambil bagian yang banyak.” (HR Ahmad).
3. Orang Berilmu akan Diberi Kebaikan Dunia dan Akhirat
Kedudukan ilmu dalam Islam begitu mulia. Ia yang berilmu pasti diberi kebaikan dan
kemudahan dalam menjalankan kehidupannya di dunia maupun di akhirat.
Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barangsiapa yang menginginkan urusan dunia,
maka wajiblah baginya berilmu. Dan barangsiapa yang ingin urusan akhirat (selamat di
akhirat) maka wajiblah ia memiliki ilmu juga. Dan barangsiapa yang menginginkan
keduanya, maka hendaklah ia memiliki ilmu tentangnya juga.” (HR Bukhari dan
Muslim)
4. Orang Berilmu Dimudahkan Jalannya ke Surga
Surga adalah idaman setiap muslim. Bahkan, ia menjadi janji dari Allah SWT bagi
banyak amalan shalih yang dilakukan oleh umat Islam. Oleh karena itu, menuntut ilmu
bisa menjadi salah satu jalan yang bisa kita lakukan untuk menuju surga. Hal ini
sebagaimana sabda Rasulullah SAW beliau bersabda :
َ س َّه َل هللا لَه بِ ِه
َ َسلَك
ط ِريقًا إِلَى ال َجنَّ ِة
َ ،ط ِريقًا يَلتَمِ س فِي ِه عِل ًما
َ َو َمن
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR Bukhari dan Muslim).
5. Orang Berilmu Memiliki Pahala yang Kekal
Siapa yang tidak ingin terus mendapatkan pahala meski telah meninggal. Ilmu akan
kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal. Hal ini akan
didapati bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebab, ilmu
tersebut bukan hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk orang lain.
11
Disebutkan dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ia berkata
kepada Rasulullah SAW :
َ َسان انق
صالِح يَدعو لَه
َ ط َع
َ اْلن
َ اريَة َوعِلم ينتَفَع بِ ِه َو َولَد
َ ع َمله إِ َّال مِ ن ث َ ََلثَة مِ ن
ِ صدَقَة َج
ِ َإِذَا َمات
Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali
tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang
sholeh” (HR. Muslim no. 1631).
2.6 Kendala dan Permasalahan dalam menuntut Ilmu
Permasalahan yang sering terjadi di lingkungan masyarakat sekitar biasanya kendala
ekonomi saat menuntut ilmu. Terutama didaerah terpencil misalkan di indonesia masih
banyak anak bangsa yang masih belum mengenyam bangku pendidikan karena
keterbatasan sarana dan prasarana yang dibutuhkan saat menuntut ilmu seperti akses para
guru yang sulit dilalui dan keadaan sekolah yang tidak layak pakai jika membicakan ilmu
pasti tidak bisa lepas dengan pendidikan karena ada orang berilmu yang diwajibkan untuk
menularkannya dengan orang lain tidak semua orang dituntut untuk membagikan ilmunya
tetapi jika tidak ada satu orang pun maka berdosalah mereka semua. Ilmu itu sangat penting
dimiliki oleh manusia karena dengan ilmu semua permasalahan bisa teratasi. Dari mulai
ilmu menulis, ilmu bahasa, ilmu sains dan ilmu sosiologi – ekonomi semuanya memerlukan
adanya ilmu dasar teori yang dijadikan sebagai acuan. Menuntut ilmu menurut Al Qur’an
dan hadis adalah sangat dianjurkan bahkan di wajibkan bagi setiap muslim.
Nabi Muhammad Saw sampai menyuruh sahabatnya mempelajari bahasa dan
kebudayaan asing sebagai ilmu yang harus dipelajari. Islam itu luas tidak hanya
menyangkut keagamaan dan bahasannya hanya sampai keislaman tetapi dalam ruang
lingkup yang lebih dari itu. Islam bisa membahas semua permasalahan yang terjadi pada
manusia dengan cara keislaman ini. Kendala yang kedua saat menuntut ilmu adalah
minimnya informasi atau pengetahuan seseorang terhadap kewajibannya menuntut ilmu
dalam Al Qur’an karena keterbatasan pengetahuan dan ilmu – ilmu lain jadi sulit untuk
dipelajari. Kendala yang ketiga adalah kurangnya iman dan rusaknya akhlak didalam
seorang manusia. Seseorang yang memiliki pengetahuan dan memiliki banyak ilmu belum
tentu akan membawa kebaikan dalam lingkungan bahkan akan menjadi biang dari
permasalahan yang terjadi di lingkuangan yang ia tinggali karena orang yang pandai dan
tidak memiliki akhlak iman yang baik ia akan lebih cenderung untuk melakukan tindakan
12
yang bagus (dalam artian tindakan yang dilakukannya itu tindakannya orang pintar) tetapi
merugikan orang lain. Seperti contohnya adalah pembobolan bank itu merupakan tindakan
orang berilmu karena dia menguasai Ilmu Jaringan dan Komunikasi, teliti dan kritis
terhadap keadaan dan waktu tapi karena tidak memiliki iman yang kuat ilmu yang
dimilikinya digunakan dalam hal kejahatan. Permasalahan saat menuntut ilmu di
lingkungan yang keempat adalah kurangnya dukungan dari orang tua, anggapan 20 orang
terdahulu buat apa sekolah nikah saja tidak menghabiskan uang dan bisa membantu
meringankan keadaan orang tuannya. Pemikiran dangkal seperti ini yang sangat
disayangkan dan tidak layak dipertahankan, seharusnya orang tua mendukung anaknya
yang ingin sekolah menuntut ilmu memang benar menuntut ilmu tidak hanya berada di
sekolah tetapi tempat yang paling efisien untuk menuntut ilmu adalah lembaga – lembaga
pendidikan yang ada. Solusi yang terbaik adalah mengamalkan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya untuk dibagikan kepada sesama manusia terutama yang sesuai dengan Akidah
Al Qur’an dan Hadis yang ada, Terutama orang yang dari lahir telah di anugrahi kelebihan.
2.7 Hakekat IPTEKS dalam Pandangan Islam
IPTEKS: Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni adalah suatu sumber informasi yang
dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan seseorang yang berhubungan dengan
bidang teknologi dan seni, baik itu penemuan yang terbaru ataupun perkembangan
dibidang teknologi itu sendiri. Kemajuan IPTEKS yang begitu pesat di berbagai bidang
seperti transportasi, telekomunikasi, informasi dan lain-lain, terbukti telah banyak
memberikan kemudahan (manfaat) positif bagi manusia. Disisi lain, dengan kemajuan
IPTEKS juga memberikan kemudahan untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif.
Artinya tidak terelakkan bahwa perkembangan IPTEKS memberikan pengaruh yang
positif kepada manusia, akan tetapi juga banyak memberikan pengaruh negatif kepada
manusia. Sehingga penguasaan dan pengembangan IPTEKS saja tidak cukup, karena
dengan menguasai teknologi tanpa dibarengi dengan penguatan nilai-nilai agama akan
menghasilkan intelektual-intelektual sekuler yang jauh dari akhaqul karimah. Hal ini
terbukti, bahwa IPTEKS banyak disalah gunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat
melanggar ketentuan agama, misalnya konten-konten pornografi semakin marak,
penciptaan senjata biologis dan senjata-senjata pemusnah masal mengakibatkan bencana
bagi kemanusiaan. Sebagaimana Alloh SWT berfirman:
عن َ عف يِد يكم َ وي َ َ ت أ ِ َم َ ا ك َسب َب َ ة ف َ كم ِ م ن م ِصيب َ َصاب َو َما أ ِ ير َكث
َ و
13
Artinya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Alloh memaafkan sebagian besar (dari kesalahankesalahanmu (QS 42:30)
Apa saja yang menimpa kalian -wahai manusia- baik musibah pada diri atau harta
kalian, maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan maksiat dari tangan kalian sendiri, dan
Alloh memaafkan banyak dari kesalahan-kesalahan dan tidak menghukum kalian
karenanya.
1. Islam menyikapi IPTEKS
Islam adalah agama yang sangat menghormati IPTEKS, terbukti banyak ayat-ayat alQur`an dan hadits Nabi SAW yang menunjukkan bahwa islam adalah agama yang
menghormati IPTEKS. Meksim Rodorson (penulis yang berhaluan Marxis) ketika
menelaah Q.S. Ali Imrân/3: 190-191 dan Q.S. Al-Baqarah/2: 164. menyatakan bahwa, kata
‘aqala (menunjukkan manusia harus berpikir secara rasional). Al-Qur’an memerintahkan
agar, manusia banyak melakukan kajian ilmiyah, seperti afala ta’qiluun “Apakah kamu
tidak berakal?”; nazhara (menganalisa), tatafakkaruun (memikirkan), faqiha (memahami),
‘alima (mengerti, menyadari), burhan (bukti, argumentasi) dan lain-lain, apabila ini
dilakukan oleh umat islam niscaya akan menemukan banyak sekali nilai-nilai ilmiyah
yang terdapat dalam al-Qur`an. Maka dapat dikatakan bahwa ilmu itu membutuhkan
pembuktian (dalil, hujjah atau argumen) sebagai hasil dari sebuah pencarian, dan alQur`an mengisyaratkan mengenai hal ini, tergantung bagaimana kita memikirkannya.
2. Konsep IPTEKS dalam Islam
Allah SWT berfirman:
Artinya: Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan.(QS 55:33)
seruan Allah SWT dalam ayat diatas, adalah merupakan tantangan bahwa manusia
harus secara terus menerus megembangkan IPTEKS di segala bidang kehidupan manusia,
agar dapat memahami rahasia-rahasia Allah SWT baik yang di langit maupun di bumi.
Dan melalui penemuan-penemuan diharapkan manusia semakin yakin akan keberadaan
dan kebesaran Allah SWT.
14
Toronto (2007), Hakekat IPTEKS sebenarnya adalah alat yang diberikan kepada
manusia untuk mengetahui dan mengenal rahasia-rahasia alam ciptaan Allah sebagai
khalifatullah fil ard, dan tujuan akhir dari IPTEKS adalah pengabdian manusia secara total
kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (QS 6:162).
Pada hakekatnya IPTEKS harus mengakui adanya nilai-nilai kemanusiaan yang
universal. Artinya mengaitkan IPTEKS dengan ideologi Islam sangatlah mungkin untuk
dilakukan, yaitu dengan menanamkan teori, metode dan tujuan IPTEKS secara Islami.
Mulkan (1998), menilai bahwa epistemologi islam sangat diperlukan karena Islam sudah
jauh ketinggalan dari golongan orang-orang non Islam. Oleh karena itu kajian-kajian
tentang IPTEKS yang dihubungkan dengan Islam harus menjadikan paradigm baru dan
secara terus menerus harus dilakukan. Karena pada dasarnya IPTEKS dan Islam bisa bisa
berjalan bersama demi untuk kemaslahatan umat manusi secara universal dalam rangka
untuk mencari ridho Allah SWT dengan cara menghubungkan antara IPTEKS dengan
ayat-ayat al-Qur’an.
3. IPTEKS tidak bertentangan dengan Islam
Banyak orientalis barat yang mengatakan bahwa yang menghambat kemajuan
IPTEKS adalah agama, sehingga mereka harus memisahkan antara ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan agama. Memang banyak bukti yang mengarah pada pernyataan
itu, sehingga mereka yang umumnya beragama nasrani semakin mempelajari IPTEKS
mereka akan semakin jauh dari agamanya sendiri. Berbeda dengan Islam, semakin maju
IPTEKS akan semakin membuktikan akan kebenaran Islam, sehingga Islam adalah
satu-satunya agama yang bisa berjalan selaras dengan kemajuan teknologi. Posisi Islam
semakin jelas dalam menempatkan IPTEKS pada konteks yang layak, artinya menuntut
ilmu memiliki tempat tinggi, tetapi tetap tnduk pada norma-norma dan nilainilai Islam.
4. Peradaban Islam mendukung IPTEKS
Banyak bukti bahwa peradaban Islam yang bersumber dari alQur’an dan As
Sunnah adalah pendukung utama IPTEKS. Al-Qur’an AIK 4 (Keilmuan Hukum) 25
15
mendorong perkembangan IPTEKS, hal ini dibuktikan dengan banyaknya ayat alQur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, pujian dan kedudukan yang tinggi
bagi orang-orang yang berilmu serta pahala bagi yang menuntut ilmu. Allah berfirman:
Artinya: Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS Al Mujadilah: 11)
Ibnu ‘Abbas menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para ahli ilmu dan
orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh perjalanan 500 tahun.
Dengan memberikan keleluasan dan penghargaan yang tinggi kepada orangorang berilmu, maka banyak prestasi yang ditorehkan oleh para ilmuwan muslim di
berbagai bidang kehidupan seperti : bidang matematika, fisika, kimia, kedokteran,
sosial dan lain-lain. Al-Khwarizmi (833M) adalah ahli matematika yang menemukan
rumus Al Jabar dan angka nol dalam matematika yang sampai saat ini masih digunakan
oleh manusia. Nama Al-Khawarizmi juga di abadikan dalam matematika yaitu
logaritma yang berasal dari bahasa inggris algorithm yang ditransliterasi dari AlKhawarizmi. Di bidang kedokteran ada Ibnu Sina (oleh orang barat disebutAvicena)
melalui sebuah karya medisnya yang berjudul The Canon “Al-Qanun fit thibb” yang
bukan hanya membahas masalah medis saja, tapi juga membahas tentang farmasi,
farmakologi dan zoology. Di bidang fisika ada Al-Biruni (1038M) menemukan hukum
gravitasi bumi, dan rumus trigonometri untuk mengukur keliling bumi. Al-Haitsam
(1041M) dalam karyanya Al-Manazir menemukan bidang optic dan teori penglihatan
yaitu seseorang bisa melihat karena adanya obyek yang memantulkan cahaya pada
kornea mata. Banyak lahirnya ilmuwan Muslim tersebut menunjukkan tingginya
peradaban muslim, yang salah satu cirinya adalah perhatian yang serius terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seseorang harus mengetahui rahasia hidupnya dengan jalan belajar atau menuntut
ilmu. Maka dari itu kemudian ada perintah yang secara jelas tentang kewajiban bagi
semua manusia untuk mencari ilmu. Karena isyarat-isyarat dalam kehidupan ini tidak
akan diketahui tanpa belajar. Al Qur’an dan Hadist adalah
Tetapi
sumber
dari
segala
ilmu.
dalam memahaminya tidak diperkenankan sembarangan dan semaunya sendiri,
karena salah salah bukan kebaikan yang diperoleh tetapi keburukan yang akan
didapatinya. apabila ingin mencapai pengertian akan kesempurnaan hidup ini yang
semuanya bersumber dari Al Qur’an dan hadist maka haruslah belajar. Keutamaan menuntut
ilmu Ilmu akan mengangkat derajat seorang mukmin diatas tingkatan hamba lainnya.
Keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan dengan seorang ahli ibadah. Para malaikat
akan membentangkan sayap rahmatnya kepada para penuntut ilmu. Orang menuntut ilmu
di doakan mahluk. Orang yang mengajarkan ilmu akan di mudahkan Allah jalan menuju
syurga.
3.2 Saran
Sebagai seorang muslim kita sudah semestinya bersungguh-sungguh dalam menuntut
ilmu, karena dalam islam orang yang berilmu itu sangat di muliakan dan akan diangkat
derajatnya oleh Allah SWT Selain dari itu, ilmu juga memiliki banyak keutamaan. Maka dari
itu, setelah kta memahami tentang perintah menuntut ilmu dalam islam, keutamaan ilmu dan
kedudukan orang yang berilmu, kita sebagai ummat muslim diharapkan dapat
mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari
17
DAFTAR PUSTAKA
•
(Manik, 2017)Manik, W. (2017). Kewajiban menuntut ilmu. Waraqat, II(2), 17.
•
Naviah, J. (n.d.). KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU MENURUT AL QUR’AN DAN
AL-HADIS. Kewajiban Menuntut Ilmu, 22.
•
Sabariah Sulaiman, N. S. M. (2021). QALAM International Journal of Islamic and
Humanities. Qalam Internasional Journal, 1(4), 16.
18