MK Ridwan
Researcher in Social Sciences and Humanities focusing on Quranic Studies, Religious and Political Studies, and Gender Studies
Phone: +628562764926
Address: Jl. Merdeka Selatan 03 Soka, Salatiga, 50714 Jawa Tengah, Indonesia
Phone: +628562764926
Address: Jl. Merdeka Selatan 03 Soka, Salatiga, 50714 Jawa Tengah, Indonesia
less
InterestsView All (6)
Uploads
Papers by MK Ridwan
dalam realitas kemanusiaan seakan memiliki wajah mendua. Pada
satu sisi, agama dihadapkan dengan permasalahan konflik antar umat
beragama. Agama mempertontonkan arogansi berupa kekerasan,
peperangan, kebencian bahkan pembunuhan. Namun di sisi lain, agama
dihadapkan pada realitas ketidakberdayaan. Betapa umat beragama
masih mengalami kemiskinan, pemiskinan, ketidakadilan, kebodohan,
keterbelakangan dan penindasan. Ini menunjukkan bahwa agama belum
mampu mengatasi problem sosial. Melalui tulisan ini, kompleksitas
dan keruwetan wajah agama, berusaha untuk dibedah menggunakan
pisau analisis sosiologis-hermeneutis yang menekankan pada proses
dialektika antara idealitas dengan realitas masyarakat beragama.
Sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa masyarakat
beragama harus mampu dan mau menerapkan prinsip gerak menuju
agama cita. Yaitu sebuah paradigma futuristik yang berangkat dari pemahaman agama secara optimis-positivistik. Sebagai langkah gerakan
konseptual-praksis-fungsional agama sebagai katalisator perubahan
sosial. Maka, akan ditemukan sebuah peran agama yang lebih responsif
dan kooperatif dalam regulasi sosial, tatanan moral, transformasi sosial,
serta menciptakan dan mengatur bentuk-bentuk sosial-kebudayaan.
Kata Kunci: Agama, konflik, nilai-nilai universal, kooperatif, perubahan
sosial
Indonesian is a diverse country with a variety of ethnic, class and religion. The potential for conflict over differences, can lead to disintegration of the nation. Reality is happening in the community, just a lot of conflict fueled by religion. Exclusive attitude of each religion, appears due to improper understanding of the substance of religion. For that we need a new understanding about the attitudes that must be done by humans to the existing plurality. Al-Qur'an as a guide to life, must be understood and interpreted by promoting the moral message of the Koran. This paper seeks to provide a view of the new paradigm of Islamic ethics to other communities (the others) in the context of social life. It aims to establish Islamic worldview (Weltanschauung) is based on the principle of rahmatan lil alamin. By optimizing the formulation methodology contextualist interpretation (contextualist interpretation) that the interpretation of the Koran is not just taking care of the language of the Koran, but also the critical aspects of socio-hostorical period of revelation. In this case means trying to revive the prophetic spirit (Prophethood), or with other languages, what would the Prophet will do and provide solutions, if he lived in the days of the moment. So it was concluded that the ethics of Muslims against the others is the attitude cooperatif in advancing human civilization.
Tafsir al-Qur'an menempati posisi sentral dalam perkembangan tradisi intelektual umat Islam. Sebagai sumber utama, al-Qur'an selama berabad-abad telah dieksplorasi dan dipahami menggunakan berbagai macam pendekatan dan metode untuk memenuhi setiap kebutuhan zaman. Dominasi model penafsiran tekstual dalam tradisi penafsiran al-Qur'an sepanjang sejarah Islam, telah menggerakkan Abdullah Saeed, seorang guru besar Islamic Studies Universitas Melbourne, untuk menawarkan alternatif model penafsiran " kontekstual " yaitu sebuah model pendekatan dalam menafsirkan al-Qur'an yang lebih peka konteks. Karena model penafsiran tekstual
Drafts by MK Ridwan
dalam realitas kemanusiaan seakan memiliki wajah mendua. Pada
satu sisi, agama dihadapkan dengan permasalahan konflik antar umat
beragama. Agama mempertontonkan arogansi berupa kekerasan,
peperangan, kebencian bahkan pembunuhan. Namun di sisi lain, agama
dihadapkan pada realitas ketidakberdayaan. Betapa umat beragama
masih mengalami kemiskinan, pemiskinan, ketidakadilan, kebodohan,
keterbelakangan dan penindasan. Ini menunjukkan bahwa agama belum
mampu mengatasi problem sosial. Melalui tulisan ini, kompleksitas
dan keruwetan wajah agama, berusaha untuk dibedah menggunakan
pisau analisis sosiologis-hermeneutis yang menekankan pada proses
dialektika antara idealitas dengan realitas masyarakat beragama.
Sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa masyarakat
beragama harus mampu dan mau menerapkan prinsip gerak menuju
agama cita. Yaitu sebuah paradigma futuristik yang berangkat dari pemahaman agama secara optimis-positivistik. Sebagai langkah gerakan
konseptual-praksis-fungsional agama sebagai katalisator perubahan
sosial. Maka, akan ditemukan sebuah peran agama yang lebih responsif
dan kooperatif dalam regulasi sosial, tatanan moral, transformasi sosial,
serta menciptakan dan mengatur bentuk-bentuk sosial-kebudayaan.
Kata Kunci: Agama, konflik, nilai-nilai universal, kooperatif, perubahan
sosial
Indonesian is a diverse country with a variety of ethnic, class and religion. The potential for conflict over differences, can lead to disintegration of the nation. Reality is happening in the community, just a lot of conflict fueled by religion. Exclusive attitude of each religion, appears due to improper understanding of the substance of religion. For that we need a new understanding about the attitudes that must be done by humans to the existing plurality. Al-Qur'an as a guide to life, must be understood and interpreted by promoting the moral message of the Koran. This paper seeks to provide a view of the new paradigm of Islamic ethics to other communities (the others) in the context of social life. It aims to establish Islamic worldview (Weltanschauung) is based on the principle of rahmatan lil alamin. By optimizing the formulation methodology contextualist interpretation (contextualist interpretation) that the interpretation of the Koran is not just taking care of the language of the Koran, but also the critical aspects of socio-hostorical period of revelation. In this case means trying to revive the prophetic spirit (Prophethood), or with other languages, what would the Prophet will do and provide solutions, if he lived in the days of the moment. So it was concluded that the ethics of Muslims against the others is the attitude cooperatif in advancing human civilization.
Tafsir al-Qur'an menempati posisi sentral dalam perkembangan tradisi intelektual umat Islam. Sebagai sumber utama, al-Qur'an selama berabad-abad telah dieksplorasi dan dipahami menggunakan berbagai macam pendekatan dan metode untuk memenuhi setiap kebutuhan zaman. Dominasi model penafsiran tekstual dalam tradisi penafsiran al-Qur'an sepanjang sejarah Islam, telah menggerakkan Abdullah Saeed, seorang guru besar Islamic Studies Universitas Melbourne, untuk menawarkan alternatif model penafsiran " kontekstual " yaitu sebuah model pendekatan dalam menafsirkan al-Qur'an yang lebih peka konteks. Karena model penafsiran tekstual
Kata Kunci: Zakat, Mustahik, Mantan Napiter