Senja Makin Merah
Senja Makin Merah | |
---|---|
Pembuat | Multivision Plus |
Ditulis oleh | Satmowi Atmowiloto Nasri Cheppy |
Sutradara | Nasri Cheppy |
Pemeran | Roy Marten Yati Octavia Cynthia Maramis Deddy Rizaldi Dwi Yan Roy Karyadi Marini Zumarnis Cindy Fatika Sari Sherly Hambali Pedro Carrascalao Sarah Azhari |
Penggubah lagu tema | Chossy Pratama |
Lagu pembuka | "Senja Makin Merah" oleh Retno |
Lagu penutup | "Senja Makin Merah" oleh Retno |
Penata musik | Chossy Pratama |
Negara asal | Indonesia |
Jmlh. episode | 16 |
Produksi | |
Produser eksekutif | Dhamoo Punjabi Gobind Punjabi |
Produser | Raam Punjabi |
Lokasi produksi | Jakarta |
Durasi | 39-42 menit |
Rilis asli | |
Rilis | 3 September – 28 Desember 1995 |
Senja Makin Merah adalah sinetron Indonesia produksi Multivision Plus yang ditayangkan 3 September 1995 di RCTI[1]. Sinetron ini dibintangi oleh Roy Marten, Yati Octavia dan Cynthia Maramis dan disutradarai oleh Nasri Cheppy.
Sinopsis
[sunting | sunting sumber]Hendri Wicaksono, seorang pengacara idealis bersama rekannya, Sofyan, menghadapi suatu kasus yang harus segera diselesaikan. Sebuah kasus pembunuhan terhadap Sherly, sekretaris Hermanto, oleh Bonny, mantan kekasihnya. Di satu sisi, hati kecil Hendri berkata bahwa Hermanto, tidak bersalah. Segala cara dan upaya dilakukan Nyonya Darmawan, Ibunda Bonny, untuk melepaskan anaknya dari penjara, meski tahu bahwa anaknya sering merugikan ia dan nama besar keluarganya. Nyonya Darmawan memanggil Andre, adiknya untuk melobi Hendri. Cobaan muncul, Maryam yang sedang hamil besar, jatuh dari tangga dan masuk rumah sakit. Dibutuhkan uang 50 juta rupiah untuk dapat menyelamatkan Mariam serta bayinya bernama Bobby. Hendri terpaksa memutar kesaksian demi mendapatkan uang tersebut, meski Hermanto yang semestinya tidak bersalah, justru ialah yang dijatuhi hukuman penjara. Hermanto meninggal dalam penjara, meninggalkan Dewi, istrinya, serta adik Hermanto, Susiana.[2]
Mengetahui Hermanto meninggal, Hendri merasa bersalah dan berinisiatif untuk memberikan sejumlah uang untuk Dewi dan Susiana, tetapi dengan nama samaran. Hendri terpaksa mengorbankan penghasilan dan pengeluaran rumah tangganya untuk diserahkan pada Dewi. Hendra, adik Hendri, menyukai Susiana saat di perkuliahan. Dan pada perkenalan, Dewi terkejut bahwa Hendra adalah adik Hendri, pengacara yang dianggap telah menyengsarakan hidupnya dengan menyeret Hermanto ke penjara.
Hendri yang mengetahui Hendra menyukai Susiana, meminta Sofyan membuat rekayasa agar Hendra melepaskan Susi dengan cara meminta dokter mengeluarkan surat berisi rekam medis Hendri. Hendra divonis kanker otak. Karena tidak tega dengan Hendra yang selalu gelisah, Hendri akhirnya mengakui bahwa vonis tersebut hanyalah rekayasa. Hendra dan Susi pun direstui untuk menikah.
Persoalan lain dihadapi Sofyan, dimana Kristin telah berani menjual Susan, anaknya sendiri, pada muncikari. Kristin melakukannya demi uang dan perjudian. Bahkan Ivan, kekasih Susan, ikut dipukuli oleh orang suruhan Kristin. Meski begitu, Ivan tetap memaafkan Kristin dan tidak melanjutkan masalah ini ke ranah hukum. Kristin pun berjanji mengubah perilakunya.
Balas dendam Dewi dengan menyuruh Susiana berbohong telah diperkosa Hendri, membawa Hendri mendekam di penjara. Hanny, adik Hendri terkecil juga nyaris menjadi korban perkosaan Bonny yang dulu pernah berulah dan kali ini didalangi oleh Rosa beserta Rudy yang sudah menjebak Hanny sejak awal dari beberapa hari sebelumnya. Beruntung dapat dicegah oleh aparat kepolisian yang menerima laporan Irna yang membelot dari Rosa dan Bonny dijerat dengan pasal berlapis, termasuk keterlibatannya dalam pembunuhan sekretaris Hermanto.
Mengetahui Hendri berada di penjara atas kasus yang direkayasa oleh Dewi, Sofyan memberanikan diri untuk menjelaskan semua kepada Dewi dan Susiana serta uang yang diberikan selama ini adalah dari Hendri. Termasuk kepada keluarga Reynold, seorang laki-laki anak pengusaha kaya bernama Prayogo yang menyukai Hanny dan ingin segera menikahinya[3]
Pemain
[sunting | sunting sumber]- Roy Marten sebagai Hendri Wicaksono
- Cynthia Maramis sebagai Meriam Wicaksono
- Yati Octavia sebagai Dewi Koto
- Roy Karyadi sebagai Hermanto Koto
- Deddy Rizaldi sebagai Hendra Wicaksono
- Cindy Fatika Sari sebagai Hanny Wicaksono
- Marini Zumarnis sebagai Susiana Koto
- Dwi Yan sebagai Sofyan
- Sherly Hambali sebagai Kristin
- Sarah Azhari sebagai Susan
- Pedro Carrascalao sebagai Ivan
- Merry Mustaf sebagai Ibunda Ivan
- Reynold Surbakti sebagai Reynold Prayogo
- Kaharuddin Syah sebagai Pak Prayogo
- Ida Kusumah sebagai Ibu Prayogo
- Aditya Warman Cader sebagai Bonny Darmawan
- Dien Novita sebagai Ibu Darmawan
- Robert Syarif sebagai Pak Darmawan
- Roy Lino sebagai Andre
- Rika Callebaut sebagai Rika
- Emma Waroka sebagai Sherly
- Paula Ganda sebagai Rosa
- Santana Sartana sebagai Rudy
- Megie Megawati sebagai Irna
- Abe Fawzie sebagai Polisi
- Anton Indracaya sebagai Pak Sutomo
- Asmiar Yahya sebagai Ibu Budiman
- Ugi Suparmin sebagai Pak Budiman
Lagu tema
[sunting | sunting sumber]Judul lagu | Penyanyi | Pencipta | Produksi |
---|---|---|---|
"Senja Makin Merah" | Retno Susanti | Chossy Pratama | Multi Music |
"Sesal" | Utha Likumahuwa | Chossy Pratama | Chrisalies |
"Kuakui" | Renee Siregar |
- Keterangan
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Harian Republika Edisi Selasa, 22 Agustus 1995 Hal.5 : Masih Ada Sinetron Yang Rendahkan Wanita - Senja Makin Merah
- ^ Majalah Vista TV, Edisi 04 Tahun ke-III, 1-15 November 1995 Hal 66-69 : Cerbung- Senja Makin Merah, bagian kesatu
- ^ Majalah Vista TV, Edisi 05 Tahun ke-III, 16-30 November 1995 Hal 66-69 : Cerbung- Senja Makin Merah, bagian kedua