Bed Site Teaching

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BED-SIDE TEACHING

SIH RINI HANDAJANI, M.MID


PENDAHULUAN
• Pengajaran dan pembelajaran di kontek klinik
(rumah sakit) merupakan hal yang sangat
menentukan kualitas hasil lulusan bidan.
Ironisnya dalam praktek pendidikan klinik ini
banyak sekali hambatannya, seperti kasus
persalinan yang terbatas dan dosen klinik yang
waktunya terbatas untuk mengajar mahasiswa.
Oleh karena itu, maka perlu suatu solusi untuk
memecahkan kendala tersebut.
• Model ini menekankan tidak hanya pada
proses pengajaran pengetahuan dan
ketrampilan klinik oleh Preceptor tetapi juga
menekankan pada pentingnya mengidentifikasi
prior knowledge mahasiswa, memberikan
kesempatan untuk membuat keputusan sendiri,
melatih clinical reasoning, pentingnya
constructive feedback dan mendiagnosis
kebutuhan belajar mahasiswa.
Pengertian
Metode bimbingan klinik untuk meningkatkan
kemampuan psikomotor peserta didik pada
praktek kebidanan.
Dasar teori
• Para pakar pendidikan klinik memberikan
sebuah panduan dalam pengajaran dan
pembelajaran dalam pendidikan klinik yang
dikenal “BEDSIDE”. BEDSIDE merupakan
singkatan dari Briefing, Expectation,
Demonstrations, Spesific Feedback, Inclution
microskill, Debriefing and Education.
• BEDSIDE ini dikembangkan dari teori
experience and explanation cycles yang
dikemukakankan oleh Cox, 1993. Briefing
meliputi kegiatan menyiapkan mahasiswa
tentang syarat pengetahuan yang harus
dimiliki sebelum BST dan juga
mempersiapkan pasien untuk BST.
Demonstrations tergantung tujuan yang ingin
dicapai yaitu bila dosen ingin mengamati dan
memberi feedback atas kegiatan mahasiswa
maka dosen harus meminimalkan interupsi dan
bila tujuannya sebagai model maka mahasiswa
diberi kesempatan mengamati dosen dalam
memeriksa pasien.
• Spesific Feedback diawali dengan positif
aspek sehingga akan memotivasi mahasiswa
untuk belajar.
• Feddback harus memenuhi kaidah : Spesifik,
tepat waktu, deskriptif dan tidak menghakimi.
• Inclution microskill merupakan kemampuan
yang harus dimiliki oleh dosen klinik sehingga
BST menjadi efektif dan efisien.
• Debriefing meliputi menanyakan masukan dari
mahasiswa dan pasien.
• Education meliputi memberitahu sumber
belajar yang digunakan mahasiswa belajar
lebih lanjut dan dalam.
• The Five Steps Microskill sebagai sebuah model
pengajaran di pendidikan klinik merupakan suatu
solusi yang bisa diterapkan untuk mengoptimalkan
pengajaran dan pembelajaran di klinik dengan
keterbatasan waktu. Model The Five Steps Microskill
ini dirancang oleh Neher dan kawan-kawan yang
dimuat dalam Journal of the American Board of
Family Practice. Model ini dapat diterapkan dengan
waktu yang terbatas dalam pendidikan klinik baik di
klinik rawat jalan maupun di bangsal.
• Penerapan model ini di pendidikan klinik
rawat jalan sangat efektif karena dengan waktu
yang sangat terbatas (3-5 menit), Preceptor
dapat mengajarkan pengetahuan dan
ketrampilan klinik dengan menggunakan
pasien yang sebenarnya. Model ini juga dapat
diterapkan pada BST di bangsal.
Langkah-langkah dalam model The Five
Steps Microskill adalah sebagai berikut :
• Step 1. Tanyakan Komitmen mahasiswa
Petunjuk : Setelah mahasiswa mempresentasikan sebuah
kasus, ia akan menunggu respon dari dosen atau bertanya
mengenai petunjuk untuk kasus ini.
Preceptor : Preceptor meminta mahasiswa untuk menyatakan
masalah yang ada dalam kasus yang dipresentasikan dapat
dalam bentuk hipotesis diagnosis atau rencana manajemen
pengobatan.
Rasional : Meminta mahasiswa untuk menginterpretasikan
data merupakan langkah awal dalam menentukan kebutuhan
belajar mereka dan prior knowledge yang telah mereka miliki.
Contoh :
“Apa diagnosis pasien ini?”
• Step 2. Mengali bukti-bukti yang mendukung
Petunjuk : Ketika mendiskusikan suatu kasus, mahasiswa
memiliki komitmen terhadap masalah yang dikemukakan dan
menantikan respon dosen untuk mengkonfirmasikan pendapat
mereka.
Preceptor : Sebelum memberikan arahan , mintalah mahasiswa
untuk memberikan bukti yang mendukung pendapat
mahasiswa tersebut.
Rasional : Mintalah mahasiswa untuk mengungkapkan proses
berpikir mereka sehingga dosen dapat mengidentifikasi apa
yang mahasiswa tahu dan yang belum tahu.
Contoh :
“Penemuan utama apa yang mendasari diagnosis anda?”
• Step 3. Katakan apa yang mahasiswa sudah lakukan
dengan benar
Petunjuk : Pelajar telah menangani suatu kasus secara sangat
efektif yang hasilnya membantu preceptor, pasien atau rumah
sakit. Mahasiswa tidak menyadari bahwa yang telah
dilakukannya efektif dan memiliki dampak yang positif.
Preceptor : Berilah komentar kepada mahasiswa bahwa ia
sudah melakukan hal yang benar dan membawa dampak
positif.
Contoh :
“Anda telah mempertimbangkan kemampuan pasien dalam
memilih obat. Kepekaan Anda telah membantu pasien dalam
mengatasi masalahnya”
• Step 4. Perbaiki yang masih salah
Petunjuk : Pekerjaan mahasiswa telah mempertunjukkan kekeliruan ,
kesalahan atau penyimpangan.
Preceptor : Segera mungkin setelah kekeliruan, temukan waktu dan tempat
yang sesuai untuk mendiskusikan apa yang salah dan bagaimana cara
menghindari atau mengoreksi kesalahan di masa datang. Pertama kali
berilah kesempatan pelajar untuk mengkritik hasil kerja mereka.
Rasional : kesalahan mahasiswa yang tidak diberitahu oleh preceptor akan
memiliki kesempatan untuk diulangi. Dengan mendiskusikan apa yang
salah pada hasil kerja mahasiswa akan menghindari kesalahan ini di masa
yang akan dating.
Contoh :
“Anda benar bahwa gejala yang ada mengarah kepada perdarahan atonia
uteri. Tetapi anda tidak bisa memastikan bahwa ia bukan atonia uteri
sebelum Anda melakukan pemeriksaan fisik pada uterus pasien”
• 5. Mengajarkan konsep/kaidah umum
Petunjuk : Preceptor memastikan bahwa ia mengetahui
seputar kasus yang dipresentasikan mahasiswa.
Preceptor : Ajarkan prinsip umum, konsep.
Rasional : Instruksi lebih mudah diingat dan diterima bila
diberi dalam bentuk kaidah umum, prinsip atau
perumpamaan.
Contoh :
“Jika pasien mengalami perdarahan post persalinan kita
tidak bisa langsung melakukan masase. Anda harus
memastikan apa penyebab dari perdarahan tersebuat
apakah karena atonia, retensi, laserasi atau faktor
koagulasi.”
• Irby et al membandingkan model The Five Steps
Microskill dengan model tradisional dalam
pendidikan klinik menemukan bahwa model The
Five Steps Microskill memperlihatkan adanya
penekanan pada kebutuhan belajar mahasiswa
dan partisipasi mereka dalam menentukan
keputusan masalah klinik yang mana hal-hal ini
sangat kurang atau bahkan tidak terlihat dalam
pendidikan klinik dengan model tradisional.
Penelitian dosen klinik di Aagard mengidentifikasi beberapa
faktor yang mempengaruhi model ini efektif dalam
pendidikan klinik, yaitu :

• Dosen klinik lebih percaya diri dalam


mengevaluasi mahasiswa.
• Dosen klinik mampu meningkatkan
kemandirian belajar mahasiswa.
• Dosen klinik mampu memberikan feedback
yang berkualitas.
PELAKSANAAN
1. Sebelumnya diskusikan tindakan dan tujuan tindakan
kebidanan yang akan dilakukan oleh peserta didik.
Umumnya dikaitkan dengan proses kebidanan yang
telah ditetapkan untuk klien
2. Pada awalnya pembimbing dapat memberikan contoh
langsung pada situasi nyata, lalu diikuti oleh peserta
didik
3. Selanjutnya pembimbing mengobservasi kegiatan
atau tindakan kebidanan yang dilakukan oleh peserta
didik
4. Setelah selesai pembimbing mengajak peserta didik
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan
memberikan umpan balik.

Anda mungkin juga menyukai