BAB - I - KONSEP - BEDSIDE - TEACHING (1) I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan metode pembelajaran dibidang kesehatan atau
kedoteran dapat dikatakan berjalan baik. Hingga sekarangang sebagian
besar tenaga pendidik di bidang kesehatan hamya mengandalkan metode
pembelajaran tradisional dan enggan mengaihkan metode itu menjadi
sebuah metode alternative yang lebih menantang dan berhasil guna. Hanya
sebagian kecil tenaga pendidik atau sekolah kedokteran baru yang banyak
menggunakan metode alternative terbukti efektif salah satunya bedside
teacing. (Clamen, 2016)
Metode pembelajaran yang tepatefektif dan efisien sangat
dibutuhkan bagi pendidik dibidang kedokteran atau kesehatan. Pada
dasarnya suatu sistem pedidikan bukanlah semata mata tergantung dari
metodenya, tetapi lebih kepad bagaimana suatu metode diterapkan secara
benar dan dilaksanakan oleh orang yang sangat kompeten atau profesional
dalam metode tersebut.
Untuk membantu meningkatkan kemampuan atau perilaku
profesional tersebut pada mahasiswa, mempersiapkan atau meminimalisir
hal hal yang menjadi pengaruh dalam pembelajaran klinik dan memilih atu
menerapkan metode pembelajaran klinik dengan bedside teacing penting
untuk dilakukan dengan harapa peserta didik dapat menguasai
keterampilan secara procedural tumbuh sikap profesionla melalui
pengamatan langsung (Nursalam & Ferry, 2015).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan
masalah yaitu
1. Apakah pengertian dari bedside teacing?
2. Bagaimana role play bed set teaching
C. Tujuan
1. Mampu mengetahui pengertian dari bedside teacing.
2. Mempraktikan bed set teaching dengan roleplay

1
2
BAB II
KONSEP BEDSIDE TEACHING

A. Definisi Bedside Teaching

Bedside teaching merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan di


samping tempat tidur klien, yang terdiri dari mengkaji kondisi klien dan
pemenuhan asuhan keperawatan (Nursalam & Ferry, 2015).

Menurut Snell (2015) bedside teaching merupakan sebuah pembelajaran yang


aktif yang melibatkan pasien. Dapat disimpulkan bahwa bediside teaching
merupakan metode pembelajaran yang dilakukan disamping tempat tidur yang
melibatkan pasien secara aktif.

B. Tujuan Pembelajaran Bedside Teaching (Nursalam & Ferry, 2015).

1. Mengumpulkan dan merekam semua informasi tentang pasien secara


Kompleks
2. Melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap dan teratur
3. Melakukan prosedur keterampilan
4. Menginterpretasikan data
5. Memecahkan masalah secara ilmiah dan professional
6. Memberikan informasi yang terpercaya
7. Mengembangkan keakraban dengan tim kesehatan lainnya
8. Mengembangkan sikap yang tepat untuk pasien dan petugas kesehatan
yang lain
9. Mengumpulkan pengetahuan kesehatan yang faktual
10. Memperoleh sikap positif untuk belajar mandiri

C. Prinsip Pelaksanaan Bedside Teaching

Prinsip pelaksanaan Bedside Teaching antara lain sebagai berikut (Sitorus


2016):

1. Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, keluarga dan pasien

3
2. Jumah pasien dan keluarga dibatasi, yakni 5-6 orang

3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi didepan klien dilakukan

seminimal mungkin lanjutkan dengan demonstrasi ulang

4. Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga sesegera mungkin terhadap apa

yang didapatkan saat itu

5. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah

diperoleh pasien dan keluarga sebelumnya

D. Preseptor
Preseptor adalah seseorang yang telah memiliki pengalaman pada
pelayanan kesehatan, bekerja bersama mahasiswa pada seting klinik, berperan
sebagai pendidik klinis sekaligus sebagai seorang perawat profesional.
Preseptor bertugas untuk membimbing mahasiswa keperawatan atau perawat
baru untuk belajar menerapkan teori dan pengetahuan yang dimiliki
(Mingpun, Srisa-ard & Jumpamool. 2015).
Preseptor diartikan sebagai praktisi keperawatan teregisterasi yang secara
formal memiliki tanggungjawab untuk memberikan dukungan kepada perawat
baru dengan pendekatan proses preseptorship (Minnesota Department of
Health, 2010).
E. Karakteistik preseptor
Seorang preseptor hendaknya memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik, bersikap positif selama proses pengajaran dan pembelajaran serta
mempunyai kemampuan untuk menstimulasi pemikiran yang kritis (Altman,
2006). Preseptor harus mempunyai kemampuan untuk menghadapkan
mahasiswa keperawatan kepada pengalaman klinik yang efektif yang secara
langsung meningkatkan perkembangan kepercayaan diri dan kompetensi
F. Peran Preseptor
Preseptor berperan memfasilitasi pembelajaran mahasiswa melalui
pengembangan sikap saling percaya dalam pelaksanaan preseptorship.
Seorang preseptor harus melihat preceptee sebagai seseorang yang

4
mempunyai kemampuan dan ketertarikan untuk menjadi perawat yang
berkompeten dengan segala kerentanannya selama proses pembelajaran
(Mingpun, Srisa-ard & Jumpamool. 2015).
G. Hal-Hal Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Preseptor Klinik

Menurut Sitorus 2016 preceptor harus memiliki dan mecerminkan hal-hal

berikut :

1. Mendorong mahasiswa untuk partisipasi aktif dalam kegiatan


2. Menekankan pembelajaran pada focus pemecahan masalah
3. Terintegrasi klinis dengan ilmu dasar
4. Batasi mahasiswa berdiskusi pada saat tindakan, jika ada pertanyaan
dapat dicurahkan di ruang diskusi
5. Menyediakan kesempatan yang cukup bagi mahasiswa untuk berlatih
Keterampilan
6. Menjadi teladan yang baik bagi hubungan interpersonal dengan pasien

7. Mengajarkan kepada mahasiswa untuk tetap berorientasi terhadap kasus

penyakit pasien

8. Menunjukkan sikap positif terhadap ajaran

H. Kelebihan Metode Bedside Teaching

Beberapa kelebihan metode bed side teaching adalah sebagai berikut (Nursalam,
2015) :

1. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan


kepada mahasiswa untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural dan

interpersonal.

2. Menumbuhkan sikap professional


3. Mempelajari perkembangan biologis/fisik dan melakukan komunikasi
melalui pengamatan langsung

5
Menurut McKimm (2010) keuntungan bedside teaching adalah:

1. Dapat melakukan pengamatan kepada role model secara langsung


2. Waktu yang tepat untuk melakukan anamnesis atau pemeriksaan fisik
pasien
3. Meningkatkan keterampilan komunikasi
4. Meningkatkan kerjasama tim
5. Meningkatkan pemahaman terhadap konteks yang dikaji

I.Kekurangan Metode Bedside Teaching

Beberapa kelemahan bedside teaching adalah sebagai berikut (Nursalam, 2015) :

1. Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang kurang persiapan fisik,


psikologis akan menimbulkan rasa tidak percaya dalam diri klien.

2. Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang tidak memiliki menguasai


bahan akan mengurangi efektifitas pembelajaran.

J. Langkah-langkah bedside teaching

Strategi/langkah-langkah pengajaran klinik menggunakan pendekatan bedside


teaching menurut Sitorus dan panjahitan. 2018 adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pre-Round

Hal yang perlu dilakukan pada tahap ini, yaitu :

a. Perencanaan
Artinya preseptor terlebih dahulu menyiapkan pengetahuan dan
keterampilannya mengenai konsep pembelajaran yang akan diberikan
serta menentukan guide line, kemudian menyiapkan mahasiswa sebelum
bertemu dengan pasien, baik kognitif, afektif dan psikomotorik
mahasiswa (prior knowledge) serta menetapkan tujuan pembelajaran.
b. Briefing/orientasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tahapan ini antara lain :

6
1) Mendapatkan kasus penyakit yang spesifik dan pasien yang
sesuai dengan criteria
2) Mahasiswa diberitahu hal-hal yang tidak boleh didiskususikan
selama berhadapan langsung dengan pasien.
3) Menghindari penggunaan alat komunikasi selama proses
bedside teaching.
4) Melakukan koordinasi sesama tim sebelum melakukan bedside
teaching, menjelaskan tujuan tujuan kegiatan
5) Mengalokasikan peran selama bedside teaching berlangsung

2. Tahap Round

Hal-hal yang harus dilakukan pada tahapan ini, yaitu :


a. Perkenalan atau pengantar
Mahasiswa didampingi oleh preceptor dalam melakukan interaksi
dengan pasien.
b. Interaksi
Mahasiswa didampingi preceptor melakukan interaksi dengan pasien,
fokus pada pengalaman klinis (usahakan untuk tindak menggunakan
kalimat-kalimat yang mudah dipahami oleh pasien)
c. Observasi
Preceptor mengobservasi keterampilan yang dilakukan mahasiswa.
d. Instruksi
Preceptor memberikan instruksi pada mahasiwa tanpa membuat
mahasiswa malu dihadapan pasien.
e. Penyimpulan
Preceptor membantu mahasiswa menarik kesimpulan berdasarkan
hasil interaksi dengan pasien.
2. Tahap Post Round
Hal – hal yang dapat dilakukan pada tahap ini, yaitu :
a. Debriefing
Proses debriefing dimulai dengan meminta masukan dari pasien dan
mahasiswa, beberapa pertanyaan dari pasien dan mahasiswa,

7
preceptor dapat membicarakan pasien dan mahasiswa, preceptor dapat
membicarakan dengan mahasiswa sendirian jika memerlukan
feedback khusus.
b. Reflection dan feedback
Mahasiswa diberikan kesempatan untuk menilai dirinya/self review,
peer review kemudian diberikan umpan balik oleh preceptor.
c. Working Knowledge and Education
Mahasiswa didampingi oleh preceptor untuk meningkatan
pembelajaran selanjutnya. Seperti melakukan analisis kasus yang telah
dijumpai oleh mahasiswa selama proses bedside teaching
berlangsung. Pertanyaan yang diberikan working knowledge
mahasiswa yaitu apa yang harus mahasiswa lakukan selanjutnya?
Apakah harus dipicu dengan skenario kasus yang sama untuk masa
yang akan datang?
K. Dua Belas Tips Melakukan Bedside Teching

Dua belas tips melakukan bedside teaching menurut Sitorus dan panjahitan. 2018
yaitu :

1. Persiapan
a. Persiapan pasien
b. Persiapan pengetahuan dan keterampilan preceptor terhadap kegiatan
yang akan diajarkan dengan cara mempelajari kasus, terutama dengan
menggunakan media CD-ROM, video, dan sebagainya.
c. Menggali pengetahuan actual dan keterampilan klinis mahasiswa
d. Persiapan pelatihan dari universitas/fakultas untuk meningkatkan
keterampilan klinis dan keterampilan mengajar.
2. Membuat guideline atas setiap rencana yang akan dilakukan seperti :
a. Pre round (pre BST)
1) Perencanaan
2) Orientasi
b. Round (BST)
1) Interaksi

8
2) Pengamatan/observasi
3) Petunjuk
4) Menyimpulkan

c. Post Round (post BST)

1) Feedback
2) Refleksi
3) Persiapan BST selanjutnya

3. Mengarahkan

Mengarahkan mahasiswa untuk mencoba/latihan dengan cara memberikan


peran dari masing-masing mahasiswa, hal ini dilakukan untuk mencegah
kebosanan dari mahasiswa.

4. Perkenalan diri

Perkenalan diri preceptor dan mahasiswa kepada pasien, mengenai tujuan


kegiatan yang akan dilakukan serta mengarahkan pasien selama proses bedside
teaching berlangsung.

5. Peran model interaksi preceptor dan pasien

Pasien dapat melakukan sharing informasi dan pengetahuan secara teoritis


kepada preceptor dan mahasiswa selama kegiatan bedside teaching
berlangsung.

6. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan interaksi kepada


pasien. Mahasiswa melakukan komunikasi, anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Pada tahap ini preceptor dapat menilai keterampilan, pengetahuan dan sikap
mahasiswa. Hal ini diperlukan untuk merancang dan merencanaan kegiatan
bedside teaching selanjutnya.

7. Preceptor memberikan koreksi/tanggapan didepan pasien untuk meningkatkan


profesionalisme mahasiswa.

9
8. Preceptor mengevaluasi singkat mahasiswa terhadap apa yang telah mereka
lakukan sebelum meninggalkan pasien. Preceptor meringkas apa yang telah
diajarkan dan dipelajari selama kegiatan.

9. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengklarifikasi atau


bertanya, guna mengatasi kebingungan dan dekompresi dari kegiatan sebelumnya.

10. Beritahu apa yang telah baik/belum baik hal ini bertujuan meningkatkan moral
tim, memberikan kesempatan pada mahasiswa mengeksplorasikan pengetahuan
atau keterampilannya untuk mengubah atau memodifikasi pengajaran.

11. Preceptor mengevaluasi dan merencanakan perubahan apa yang harus


dilakukan untuk kegiatan berikutnya.

12. Preceptor mulai mempersiapkan wawasan, pengetahuan, keterampilan


mengajar dan kualitas diri untuk melakukan kegiatan bedside teaching
selanjutnya.

10
BAB III

SKENARIO ROLL PLAY

BEDSIDE TEACHING

Di ruang perawat, perawat memberikan instruksi dan penjelasan kepada mahasiswa


praktek mengenai tindakan yang akan dilakukan sebelum ke kamar pasien.

Perawat senior : Adik-adik jadi siang ini kita akan melakukan bedside teacing
yang akan dilakukan pada pasien atas nama Tn. H dengan kasus post op fraktur femur h
2. Jadi nanti kita akan melakukan perawatan luka sekaligus penggantian balut.

Mahasiswa : Baik, bu.

(Melakukan informed concent secara lisan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan)

Perawat senior : Selamat Siang, Pak. Bagaimana keadaan bapak saat ini ?
Apakah masih terasa nyeri?

Pasien :Iya, Sus, ta[I sudah agak mendingan.

Perawat senior : Iya, Pak. Saat ini kami akan melakukan perawatan luka dan
penggantian balut. Sebelumnya perkenalkan ini adalah adik-adik mahasiswa keperawatan
dari Politeknik Kesehatan Surakarta. Karena mereka sedang dalam proses belajar untuk
mengetahui bagaimana cara perawatan luka dan penggantian balut, apakah bapak
mengizinkan mereka untuk ikut serta selama kegiatan ini?

Pasien : Iya, Sus. Tentu saja boleh.

(Perawat senior menjelaskan alat dan bahan yang digunakan untuk batuk efektif kepada
mahasiswa)

Perawat senior : Jadi disini kita siapkan alat dan bahan untukmerawat luka dan
mengganti balut, alatnya satu set alat perawat luka, ada pinset, gunting, com kecil,
bengkok, lalu kita ada handschoon biasa dan handschoon seteril, perlak, bahannya kita
cukup dengan nacl, kasa, hepafit, dan supratul. Langsung kita mulai saja.

(Perawat menggunakan handsoon dan masker)

Perawat senior : Selamat pagi, Pak, saya perawat Leni yang bertugas siang ini
dari jam

08.00-14.00 WIB. Jadi hari ini kita akan melakukan perawatan


luka dang anti balut, Apakah bapak setuju ?

Pasien : Iya saya setuju.

11
Perawat senior : Baik langsung saja kita siapkan alatnya.

(Perawat mempersiapkan alat dan bahan kemudian mencuci tangan terlebih dahulu)

Perawat senior : Pertama kita pasang perlak dan dekatkan bengkok. Lalu kita
buka kasa penutup . Sampai sini adik-adik mengerti ?

Mahasiswa : Mengerti, Bu.

Perawat senior : Kita lanjutkan jika sudah paham. Kita bersihkan luka dari
dalam keluar, dengan kasa yang dibasahi nacl, satu sisi kasa hanya boleh untuk searah,
tidak boleh bolak balik, agak beri tekanan diluka untuk mengecek apakah ada nanah atau
tidak, karena nanah menjadi acuan luka tersebut mengalami infeksi atau tidak. Bisa
dimengerti ?

mahasiswa : Bisa, Bu.

Perawat senior : lalu, setelah selesai kita beri supratul, yang didalanya
mengandung obat yang akan mempercepat penyembuhan luka. Dan tutup dengan kasa
seluruhnya, lalu plester dan selesai. Ada yang ditanyakan?

Mahasiswa : saya bu, untuk tidakan seperti ini, biasanya dilakukan berapa
hari sekali ya bu?

Perawat : sebaiknya tindakan ini dilkukan setiap 2 hari sekali. Bagaimana,


sudah paham kan semuanya?

Mahasiswa : paham bu.

Perawat senior : Kalau paham, salah satu adik-adik mahasiswa disini akan
mencoba

melakukannya sendiri dengan bimbingan saya, mari kita coba


ke pasien berikutnya..

(Salah satu mahasiswa mencoba mempraktikkan apa yang sudah diajarkan perawat senior
dengan bimbingan perawat senior)

(Perawat senior dan Mahasiswa meninggalkan ruangan pasien menuju ke ruangan


Perawat)

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bedside teacing adalah pembelajaran yang dilakukan langsung didepan
pasien. Dengan metode bedside teacing mahasiswa dapat menerapkan
ilmu pengetahuan, melaksanakan kemampuan komunikasi keterampilan
klinik dan profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari
bagaimana perilaku dan pendekatan perawat kepada pasien
Metode bedside teacing merupakan salah satu metode pembelajaran klinik
yang efektif, namun hingga saat ini publikasi bedside teacing tidak terlalu
gentar sehingga tidak panyak pusat pendidikan kesehatan yang
menerapkannya
B. Saran
Penulis mengharapkan agar mahasiswa dapat mengetahuai dan
memanfaatkan makalah ini untuk mennambah wawasan tentang metode
bedside teacing, sehingga mahasiswa menerapkan ilmu pengetahuan,
melaksanakan kemampuan komunikasi keterampilan klinik dan
profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana
perilaku dan pendekatan perawat kepada pasien

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Clamen, I. 2016. Management Nursing Services and Education. Edition I.


India: Elsevier
Nursalam. 2015. Managemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek
Keperawatam, edisi ke 3 profesional. Jakarta:salemba medika
Sitorus 2016. Praktek keperawatan profesional dirumah sakit. Jakarta:
EGC
Eksap 2017. Bedside teacing. Jakarta: EGC
Sitorus dan panjahitan. 2018. Management keperawatn: management
keperawatan di ruang keperawatan. Jakarta:CV Agung Setyo

15
16

Anda mungkin juga menyukai