Geologi Dan Alterasi Panas Bumi - Kelompok 2
Geologi Dan Alterasi Panas Bumi - Kelompok 2
Geologi Dan Alterasi Panas Bumi - Kelompok 2
Panas Bumi
KELOMPOK 2
Anggota Kelompok
sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang menghasilkan -
endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas, di Pulau Jawa umumnya terletak pada bagian yang lebih dalam dan menempati
batuan vulkanik.
Sedangkan sistem panas bumi di Sumatera memiliki magma yang bersifat lebih asam dan lebih kental yang berkaitan dengan
kegiatan gunung api andesitik-
Riolitis, dan reservoir panas bumi terdapat pada batuan sedimen dan ditemukan
Panas Bumi
Struktur Geologi Panas Bumi
Kebanyakan medan panasbumi terjadi pada struktur yang kompleks meskipun dengan
usia batuan reservoir yang masih muda. Selama pemetaan, kedudukan batuan (jurus dan
kemiringan) dari unit lithologi harus dicatat sehingga struktur deformasinya dapat
dikenali. Meskipun demikian, pada sebagian medan panasbumi, sesar adalah hal yang
lebih umum dibanding dengan lipatan, dan Hal ini lebih penting dalam pemahaman
hidrologi panas bumi. Sesar-sesar dapat diinterpretasikan melalui foto geologi yang
didukung oleh hasil geologi lapangan (Santoso, 2004).
Metode Geologi Struktur pada Eksplorasi
Geothermal
Tujuan Pemetaan Geologi
Sesar adalah rekahan dimana terjadi pergeseran masa batuan secara relatif satu bagian
terhadap yang lainnya. Letaknya yang dahulu telah mengalami dislokasi atau
perpindahan. Sesar terdiri dari berbagai macam bergantung dari penyebabnya, seperti
kompresi, tarikan atau torsi. Sesar biasanya terbatas namun dapat berukuran dari beberapa
milimeter sampai ratusan kilometer. Pergeseran biasanya terbesar terjadi di bagian tengah
sesar. Jika sesar dijumpai permukaan, akan dihasilkan garis sesar atau jejak sesar yang
dapat dipetakan.
Skema ilustrasi unit utama pada zona sesar
Fracture
Sistem panas bumi Sibayak berada dalam setting geologi berupa volcanic yang
terbentuk di sekitar Sesar Besar Sumatera. Pembentukan sistem ini berasosiasi dengan
Kaldera Singkut. Sesar utama yang mengontrol pergerakan fluida panas didominasi oleh
sesar yang berarah barat laut-tenggara.
Sistem Sibayak memiliki zona upflow di bawah Gunung Sibayak dengan zona
outflow diperkirakan ke arah Tenggara. Sistem ini memiliki reservoir dominasi air dengan
pH netral dan kandungan NCG kurang dari 1%wt. Berdasarkan kajian geothermometer,
Puncak Kawah Gunung Sibayak memberikan temperatur >300°C. Reservoir sistem ini
berada pada batuan sedimen berumur tersier.
Produk gunungapi sibayak terbentuk antara endapan pre Toba dan Post
Toba (Peta Geologi daerah Danau Toba). Stratigrafinya dihubungkan dengan
pembentukan Danau Toba diakibatkan oleh letusan (erupsi volcano tektonik)
tuff Toba, yang kemungkinan diduga membentuk gunung Singkut. Setelah
itu terjadi erupsi “volcano tectonic” material berkomposisi riolitik
dihasilkan, dimana endapannya menutupi vulkanik Singkut dan diikuti
pembentukan depresi Toba. Periode selanjutnya terjadi pengangkatan yang
diikuti oleh erupsi kedua, membentuk gunungapi Sibayak – gunung Pintau,
Gunungapi Sinabung dan Pusuk Bukit. Pada bagian lain terlihat pulau
Samosir yang terbentuk dan mempunyai kemiringan ke barat daya.
Batuan termuda dari lapangan ini yaitu endapan vulkanik (piroklastik,
lava berumur 0.05 - 0.1 Ma, ubahan vulkanik), dan ignimbrite Toba. Batuan
Geologi Panas ARDWINA KHOIRUN NISAK
Bumi Non-Vulkanik
Pendahuluan
Sistem Panas Bumi Non Vulkanik adalah sistem panas bumi yang
tidak berkaitan secara langsung dengan vulkanisme dan umumnya
berada di luar jalur vulkanik kuarter. Fluida panas bumi tipe ini
biasanya mempunyai temperatur lebih rendah.
Lingkungan non vulkanik di Indonesia bagian barat pada umumnya
tersebar di bagian timur Paparan Sunda. Batuan daerah ini
didominasi oleh batuan penyusun kerak benua Asia seperti batuan
metamorf dan sedimen.
Di Indonesia bagian timur lingkungan non-vulkanik berada di
daerah lengan dan kaki Sulawesi, Kepulauan Maluku hingga Irian.
Panas Bumi Non- Vulkanik Berdasarkan
Lingkungan Geologi dan Tektonik
1. Geopressure
2. Cekungan sedimen
3. Hot dry rock
4. Radiogenik
5. Heat sweep
1. Geopressure
Hochstein dan Browne (2000) menyebutkan bahwa sistem panas bumi ini berkaitan
dengan sistem zona rekahan pada kedalaman yang cukup dalam pada daerah yang
memiliki heat flow yang tinggi.
Sistem panas bumi heat sweep yang terjadi pada tumbukan antar lempeng (plate collision),
sumber panasnya berupa kerak benua yang mengalami deformasi (shearing).
Sistem ini banyak ditemukan di daerah Tibet, Yunan Barat dan Utara, serta di India
Alterasi
Hidrotermal Panas MAHATHIR WIAAM
Bumi
Introduction
Tinjauan Umum
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang bersifat netral dan
mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi kuarsa-adularia, karbonat,
serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya perbandingan perak dan emas relatif
tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan
logam dasar sulfida. Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah andesit
alkali, dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah berasosiasi
dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur pergeseran (dilatational
jog).
Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah
Interaksi Fluida
Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang didominasi oleh
air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari sirkulasi air meteorik yang
dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S
Contoh Model Konseptual Endapan Emas
Epitermal Sulfidasi Rendah
Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi
Tinjauan Umum
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host
rock berupa batuan vulkanik bersifat asam hingga
intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara
regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi
batuan sekitar 500-2000 meter dan temperatur 1000C-
3200C. Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh
sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi
magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara
vertikal dan horizontal menembus rekahan-rekahan pada
batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-3000C), fluida
ini didominasi oleh fluida magmatik dengan
kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S
Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi
Interaksi Fluida
Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem magmatic-hydrothermal yang
didominasi oleh fluida hidrothermal yang asam, dimana terdapat fluks larutan magmatik dan
vapor yang mengandung H2O, CO2, HCl, H2S, and SO2, dengan variabel input dari air
meteorik lokal.
Jenis Alterasi SYAFIQ SYAIKHUL AKBAR
Hidrotermal 155090701111003
Zona Alterasi Potasik
Berada pada luar zona potasik, dengan zonanya semakin menjauhi pusat intrusi serta
berkurangnya kedalaman
Endapan berbentuk veinlet akibat berkurangnya pengaruh metasomatik dan lebih
cenderung pada proses hidrotermal
Dicirikan dengan rangkaian mineral Serisit, Kuarsa dan Pirit
Mineral Bijih yang dapat ditemukan terdiri atas: Kalkopirit, Molibdenit, Kasiterit, dan
Emas
Terbentuk akibat hadirnya influx air yang memiliki temperature lebih rendah dan lebih
asam
Argilik
Metode pemetaan alterasi memberikan gambaran terhadap potensi suatu daerah panas
bumi, ditinjau dari sisi alterasi hidrotermal.
Keuntungan pemetaan alterasi adalah memberikan informasi mengenai genesa
mineralogi, menemukan komponen system panas bumi dari data mineralogi (pH, suhu, sistem
dominasi, zona prospek), mampu mendeteksi panasbumi disaat tidak ada manifestasi termal
di permukaan (hidden geothermal)
Serta keterbatasan dari pemetaan alterasi yaitu memerlukan biaya yang cukup mahal
untuk analisis core/cutting, petrografi,dan XRD
PEMILIHAN METODE PEMETAAN ALTERASI
Informasi mengenai karakteristik geologi dan penampang alterasi
hidrotermal bawah permukaan daerah panas bumi yang bersangkutan, dengan tujuan yang lebih spesifik,
yaitu:
◉Mengetahui litologi bawah permukaan
◉Menginterpretasi zona himpunan mineral alterasi berdasarkan kedalaman
◉Menginterpretasi suhu, permeabilitas, dan jenis fluida panas bumi
◉Menentukan evolusi sejarah sistem panas bumi daerah penelitian
◉Menginterpretasi sistem panas bumi daerah penelitian
◉Menginterpretasi zona prospek daerah penelitian
RESPON YANG DIAMATI
Respon yang diamati dari pemetaan alterasi ini adalah mineral yang terubahkan dari
setiap sampel kemudian dilakukan analisis megaskopis, petrografi, dan disfraksi sinar X
(XRD) dan didapatkan informasi mengenai :
(1) Litologi bawah permukaan, (2) Zona himpunan mineral alterasi berdasarkan
kedalaman, (3) suhu, permeabilitas, dan jenis fluida panas bumi (4) Evolusi sejarah sistem
panas bumi daerah penelitian (5) sistem dominasi panas bumi daerah penelitian, dan (6)
Interpretasi zona prospek daerah penelitian (zona outflow, upflow, caprock, reservoir)
Pemetaan Permukaan Daerah Panas Bumi
Pemetaan geologi
Peta geologi merupakan peta yang menunjukkan distribusi batuan dan struktur geologi.
Pemetaan geologi merupakan bagian yang sangat penting dalam penyelidikan panas bumi.
Skala
Skala pemetaan bergantung pada tujuan penyelidikan dan terutama waktu yang berlaku.
Dasar untuk peta geologi
Peta Topografi
Foto Udara
Citra satelit
Kolom Stratigrafi
Pada saat pemetaan, sangat penting untuk ditentukan kaitan antar unit batuan dan
ketebalan serta usia relative satu terhadap lainnya. Dari sinilah kolom stratigrafi dapat
digambarkan.
Pemetaan Struktur Geologi
Kebanyakan pada daerah potensi panas bumi terjadi struktur yang kompleks meskipun
dengan usia batuan reservoir yang masih muda. Strike dan Dip dari unit litologi harus dicatat
agar struktur deformasinya dapat diketahui.
Survey Geofisika
Survey geofisika dilakukan setelah survei geologi dan geokimia karena biayanya lebih
mahal. Survey geofisika dilakukan untuk mengetahui sifat fisik batuan mulai dari
permukaan hingga kedalaman beberapa kilometer di bawah permukaan. Dengan
mengetahui sifat fisik batuan maka dapat diketahui daerah tempat terjadinya anomali
yang disebabkan oleh sistem panas bumi di daerah penelitian dan prospek serta lokasi
dan bentuk batuan sumber panas dapat diperkirakan.
Ada beberapa jenis survey geofisika, yaitu :
Survey resistivity
Survey gravity
Survey magnetik
Survey Macro Earth Quake (MEQ)
Survey Self Potential
Pemilihan jenis survey tergantung dari keadaan geologi dan struktur di daerah yang
akan diselidiki, serta batasan anggaran untuk pengukuran di lapangan dan intrepetasi data.
Survey geofisika yang pertama kali dilakukan umumnya adalah survei resistivity–
Schlumberger, gravity dan magnetik karena peralatannya mudah didapat dan biayanya
murah. Dari ketiga survei geofisika ini diusulkan daerah prospek panas bumi untuk
disurvei lebih detail dengan metoda yang lebih mahal yaitu magnetotelluric (MT)
atau Control Source Audio (CSMT) untuk melihat struktur fisik batuan dengan kedalaman
yang jauh lebih dalam dari maksimum kedalaman yang dicapai oleh
metode Schlumberger yang hanya mampu untuk mendeteksi kedalaman sampai beberapa
ratus meter saja.
Studi Kasus META NISRINA SYAFITRI
Pendahuluan
Energi panas bumi merupakan sumber energi baru terbarukan yang menjanjikan dan dapat
digunakan untuk alternatif cadangan energy di masa depan mengingat energi fosil yang
semakin menipis.
Energi panas bumi dapat ditemukan di daerah vulkanik yang dapat diketahui dari adanya
manifestasi panas bumi di permukaan. Salah satu wilayah potensi panas bumi di Jawa
Timur adalah gunung Arjuno – Welirang.
Batuan ubahan pada kawasan ini dikelompokkan menjadi dua lokasi yaitu daerah alterasi
disekitar kawah Plupuh, berdasarkan kehadirannya dapat di interpretasikan bahwa daerah
tersebut telah terbentuk alterasi hidrotermal yang dipengaruhi oleh fluida asam (PSDG,
2011).
Metode penelitian
Silicon Oxide mineral cunci (kuarsa), Magnesioferrite, syn mineral cunci (magnetit), dan
Montmorillonite, heated, oriented mineral kunci (Smektit) .
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah mineral dominan pada sampel batuan Padusan yaitu
fasa mineral Aragonite, dapat diasumsikan bahwa proses terjadinya alterasi dipengaruhi
oleh adanya temperatur bawah permukan dengan tipe zona alterasi Argilik, dan terbentuk
pada temperatur bawah permukaan sekitar 150-300°C. Sedangkan pada sampel batuan
Cangar fasa mineral Silicon Oxide, dapat diasumsikan bahwa terbentuk pada temperatur
bawah permukaan yang diperkirakan 100-300°C. Perbedaan fasa mineral yang hadir pada
sampel batuan dikarenakan adanya beda temperatur di bawah permukaan.
Sekian dan Terima Kasih
1. Pada zona alterasi terdapat konsentrasi...? (Alpan)
2. Hubungan mineral asosiasi di daerah alterasi dengan sistem panas buminya (Esti)
3. Bagaimana beda batuan reservoir yang vulkanik dengan yang non-vulkanik (Hanif)
4. Heat Sweep (Jihan)
5. Manifestasi non-vulkanik (Boma)
6. Definisi panas bumi berdasarkan Badan Standar Nasional
7.