Geologi Dan Alterasi Panas Bumi - Kelompok 2

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 92

Geologi dan Alterasi

Panas Bumi
KELOMPOK 2
Anggota Kelompok

 Andriyanto Dwi Nugroho (155090701111013 )


 Dana Helmi Anggara (155090707111008)
 Domi Alpi W (155090707111017)
 Mahathir Wiaam (155090700111007)
 Meta Nisrina Syafitri (155090700111001)
 Mia Khairunnisa (155090720111001)
 Ardwina Khairun Nisak (155090700111013)
 Khansa Rasyidatul Husna (155090701111006)
 Syafiq Syaikhul Akbar (155090701111003)
ANDRIYANTO DWI
Pendahuluan NUGROHO
 Geothermal adalah sebuah sumber daya energi yang berasal dari perut bumi yang termasuk
sumber energi baru saat ini. Nama geothermal sendiri diambil dari sebuah nama dari bahasa
yunani. Geo dalam bahasa yunani artinya Bumi, sedangkan Thermal yang berarti Panas.
Jadi secara umum pengertian dari geothermal adalah energi panas yang dihasilkan dari
panas bumi.
 Di indonesia sendiri sebagai negara yang memiliki iklim tropis, sangat banyak sumber
energi panas bumi, dan saat ini tercatat sudah puluhan perusahaan menggunakan geothermal
sebagai pembangkit tenaga listrik untuk kebutuhan produksi. Secara garis besar apabila di
indonesia bisa memanfaatkan energi panas bumi ini, kemungkinan pembangkit listrik
tenaga air dan tenaga diesel akan banyak beralih ke geothermal, selain hasil panas bumi ini
ramah lingkungan, juga bisa di ambil langsung dari sumber daya yang ada di indonesia.
 Selain sebagai pembangkit tenaga listrik, geothermal juga berfungsi sebagai pemanasan,
jika di negara yang memiliki 4 musim, energi panas bumi ini dimanfaatkan sebagai
penghangat ruangan. Geothermal akan menjadi salah satu energi yang paling penting
untuk kelangsungan hidup manusia disaat energi bumi sudah menipis.
 Energi geotehermal memiliki banyak potensi dan harapan untuk memainkan peran
penting di pasar energi global. Kemajuan teknologi dan iptek harus membuat biaya modal
untuk proyek panas bumi menjadi turun sehingga listrik tenaga geothermal terjangkau di
berbagai area di seluruh dunia. Memanfaatkan energi bumi akan menyelamatkan siklus
manusia yang semakin hari kebutuhan menusia semakin meningkat.
 Secara sederhana panas bumi dapat diartikan sebagai sumber energi panas yang berasal
dari dalam bumi. Secara umum, pembentukan energi panas bumi berkaitan dengan
kegiatan vulkanisme dan mekanisme pembentukan magma. Sistem panas bumi pada suhu
tinggi umumnya terletak disepanjang zona vulkanik punggungan pemekaran benua, di
atas zona subduksi, dan anomali pelelehan di dalam lempeng.
 Batas-batas pertemuan lempeng merupakan pusat lokasi munculnya sistem hidrotermal.
Perpindahan energi panas secara konduktif pada lingkungan tektonik lempeng, diperbesar
oleh adanya gerakan magma dan sirkulasi hidrotermal. Beberapa definisi lain tentang
panas bumi diantaranya adalah menurut:
1. Hochstein dan Browne (2000), mendeskripsikan panas bumi sebagai proses perpindahan
panas dari suatu tempat ke tempat tertentu dalam kerak bumi, dimana panas (heat)
dipindahkan dari sumber panas (heat source) menuju ke suatu tempat pengeluaran panas
di permukaan (heat sink).
2. UU Panas Bumi No 21 Tahun 2014, menyebutkan bahwa panas bumi didefinisikan sebagai
sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, serta batuan, bersama
mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu
sistem panas bumi.
 Persyaratan utama pembentukan sistem panas bumi (hidrotermal) adalah:
1. Adanya Sumber panas (heat source)
2. Adanya Reservoir untuk mengakumulasi panas
3. Adanya Fluida
4. Adanya Lapisan penudung (caprock) sebagai tempat terakumulasinya panas
 Sumber panas dalam sistem panas bumi umumnya berasal dari magma. Pembentukan
awal magma dapat terjadi sebagai hasil pelelehan mantel (partial melting) atau karena
pelelehan sebagian kerak bumi pada proses penebalan lempeng benua, seperti yang terjadi
pada tumbukan antar lempeng benua (collision).
 Reservoir panas bumi yang produktif umumnya memiliki suhu yang tinggi, geometri yang
cukup besar, porositas dan permeabilitas yang baik serta kandungan fluida yang cukup.
Porositas dan permeabilitas merupakan salah satu aspek yang diperhitungkan dalam
penentuan daerah prospek panas bumi. Umumnya, permeabilitas memiliki keterkaitan
unsur-unsur struktur seperti sesar, kekar, dan rekahan. Keberadaan batuan penudung
(caprock) yang bersifat impermeable sangat diperlukan untuk mencegah jalan keluar
akumulasi fluida panas dalam reservoir.
 Secara umum, potensi panas bumi yang terdapat di Indonesia terbagi menjadi dua
lingkungan geologi, yaitu lingkungan vulkanik dan non-vulkanik. Pembahasan sistem
panas bumi pada lingkungan vulkanik dan non-vulkanik
 Saat ini untuk mendapatkan sumber energi panas bumi tentu harus dilakukan dengan
kegiatan eksplorasi yang menggunakan teknik geologi panas bumi yang benar dan tepat
agar dalam pemanfaatan potensi sumber energi terbesar bumi ini tidak berdampak buruk
terhadap perkembangan ekosistem di bumi dan juga bumi itu sendiri.
 Geologi panas bumi merupakan salah satu dari cabang ilmu geologi yang mana ilmu ini
untuk mengetahui tentang keberadaan reservoir energi panas bumi yang ada di bawah
permukaan tanah. Untuk mengetahui keberadaan akan energi panas bumi yang ada di dalam
tanah sendiri tentu seorang ahli harus melakukan pengeboran. Dalam hal ini kegiatan yang
dilakukannya tersebut disebut sebagai eksplorasi sumber energi panas bumi. Eksplorasi
panas bumi sendiri adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui dan
mendapatkan sumber energi panas bumi yang kemudian untuk dimanfaatkan.
 Keberadaan reservoir panas bumi sendiri memang begitu banyak di dalam permukaan
tanah, namun untuk reservoir sendiri tidak dapat ditemukan di sembarang tempat. Hanya
pada wilayah gunug berapi atau kawasan konservasilah yang memiliki banyak cadangan
sumber energi panas bumi di bawahnya. Reservoir sendiri memiliki arti sebagai
permukaan yang terdapat jebakan air asin yang kemudian terkena sinar matahari secara
terus menerus yang mana pada bagian tersebut mengeluarkan uap dengan kekuatan dan
suhu yang sangat tinggi. Untuk hasil dari reservoir sendiri lebih banyak dimanfaatkan
sebagai pembangkit energi listrik tenaga panas bumi yang dapat digunakan untuk
menyuplai kebutuhan listrik di suatu negara
 Pada dasarnya, tujuan utama mempelajari  geologi struktur pada eksplorasi geothermal
adalh untuk memprediksi geometri pada sistem rekahan yang ada, estimasi kemungkinan
aliran fluida, dan berdasarkan informasi diatas, menganjurkan stimulasi yang cocok untuk
karakterisasi reservoir. Tanpa pengetahuan ini sangat sulit untuk menemukan reservoir
geothermal. Ada beberapa metode yang dipelajari pada geologi struktur yang penting untuk
mengetahui perkembangan permeabilitas reservoir, yaitu pemetaan geologi, sistem rekahan,
mekanika batuan dan medan stress. Hasil dari keempat metode ini akan menghasilkan
model numerik yang bisa digunakan untuk menentukan luas dan volume reservoir.
 Kebanyakan medan panasbumi terjadi pada struktur yang kompleks meskipun dengan usia
batuan  reservoir yang masih muda. Selama pemetaan, kedudukan batuan (jurus dan
kemiringan) dari unit lithologi harus dicatat sehingga struktur deformasinya dapat dikenali
Geologi Panas DOMI ALPI
Bumi
 Proses terjadinya sumber panas bumi di Indonesia merupakan hasil dari interaksi tiga lempeng
tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo
 Lempeng Eurasia. Tumbukan antara Lempeng Indo sebelah selatan dengan Lempeng Eurasia di
sebelah utara menghasilkan zona
 subduksi pada kedalaman 160 s.d 210 km di bawah pulau Jawa - Nusatenggara
 dan kedalaman 100 km di bawah pulau Sumatera
Perbedaan kedalaman subduksi antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa - Nusatenggara menyebabkan jenis magma yang
dihasilkan juga berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar seperti di pulau Jawa, magma yang dihasilkan lebih bersifat basa dan lebih
cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi

sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang menghasilkan -

endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas, di Pulau Jawa umumnya terletak pada bagian yang lebih dalam dan menempati
batuan vulkanik.

Sedangkan sistem panas bumi di Sumatera memiliki magma yang bersifat lebih asam dan lebih kental yang berkaitan dengan
kegiatan gunung api andesitik-

Riolitis, dan reservoir panas bumi terdapat pada batuan sedimen dan ditemukan

pada kedalaman yang lebih dangkal


Sistem panas bumi dikontrol oleh adanya ( Suharno, 2010) :
1. Sumber panas (heat source) berupa plutonik
2. Batuan berporos atau reservoir tempat uap panas terjebak didalamnya
3. Lapisan penutup, biasanya berupa batu lempung
4. Keberadaan srtuktur geologi (patahan, perlipatan, collapse, rekahan dan ketidakselarasan)
5. Daerah resapan air atau aliran air bawah permukaan (recharge area).
Tabel Klasifikasi kelompok sistem panas bumi Indonesia ( suharno, 2010).
Struktur Geologi
Pendukung Sistem DANA HELMI ANGGARA

Panas Bumi
Struktur Geologi Panas Bumi

 Kebanyakan medan panasbumi terjadi pada struktur yang kompleks meskipun dengan
usia batuan  reservoir yang masih muda. Selama pemetaan, kedudukan batuan (jurus dan
kemiringan) dari unit lithologi harus dicatat sehingga struktur deformasinya dapat
dikenali. Meskipun demikian, pada sebagian medan panasbumi, sesar adalah  hal yang
lebih umum dibanding dengan lipatan, dan Hal ini lebih penting dalam pemahaman
hidrologi panas bumi. Sesar-sesar dapat diinterpretasikan melalui foto geologi yang
didukung oleh hasil geologi lapangan (Santoso, 2004).
Metode Geologi Struktur pada Eksplorasi
Geothermal
Tujuan Pemetaan Geologi

 Untuk memprediksi sistem rekahan yang ada


 Untuk estimasi kemungkinan aliran fluida,
 Sebagai penentuan batas luas sumber daya (spekulatif dan hipotesis)
 penentuan besarnya volume cadangan (tereka, tertunjuk dan terbukti) dari reservoir
panasbumi
Yang paling penting dari pemetaan geologi geothermal adalah zona rekahan karena mereka
lah yang membawa transport fluida dari atau ke permukaan. Berikut zona rekahan yang
biasanya muncul pada sistem panas bumi
 Zona Sesar (fault),
 Zona Sesar Minor/Rekahan (Fracture),
 Zona Singkapan (Outcrop)
 Interusi Sistem Vulkanik (dyke)
Sesar

 Sesar adalah rekahan dimana terjadi pergeseran masa batuan secara relatif satu bagian
terhadap yang lainnya. Letaknya yang dahulu telah mengalami dislokasi atau
perpindahan. Sesar terdiri dari berbagai macam bergantung dari penyebabnya, seperti
kompresi, tarikan atau torsi. Sesar biasanya terbatas namun dapat berukuran dari beberapa
milimeter sampai ratusan kilometer. Pergeseran biasanya terbesar terjadi di bagian tengah
sesar. Jika sesar dijumpai permukaan, akan dihasilkan garis sesar atau jejak sesar yang
dapat dipetakan. 
Skema ilustrasi unit utama pada zona sesar
Fracture

 Struktur fracture sangat penting diperhatikan dikarenakan struktur ini erat hubunganya


dengan pelolosan fluida hidrotermal dan siklus hidrologi. Dimana fracture akan
menjadikan batuan beku yang memiliki permeabilitas primer yang kecil ini akan
mempunyai permeabilitas sekunder yang besar. Sehingga karena pengaruh rekahan akan
menyebabkan permeabilitas totalnya menjadi besar
Fracture berhubungan dengan tingkat permeabilitas (Pelolosan fluida
hidrotermal dan siklus hidrologi oleh sesar). 
 Permeabilitas batuan beku biasanya terdapat pada zona rekahan. Permeabilitas rekahan
(faracture permebility) berdasarkan arahnya dibagi atas dua yaitu permeabilitas vertikal
(vertikal permeability) dan permeabilitas horizontal (horizontal permeability). Sesar
sangat mendukung terbentuknya permeabilitas vertikal, sehingga melalui bidang sesarnya
dapat meloloskan fluida panasbumi ke permukaan. Sehingga dipermukaan nampak
adanya suatu manifestasi panasbumi. Sedangkan permeabilitas horizontal pada batuan
beku baisanya terbentuk oleh adanya kekar. Hubungan antara sesar dan manifestasi
panasbumi dapat dilihat dilapangan yaitu berupa suatu pola kelurusan antara suatu lokasi
manifestasi panasbumi dengan lokasi lainnya pada satu sistem sesar
Geologi Panas KHANSA RASYIDATUL
HUSNA
Bumi Vulkanik
Wilayah Indonesia mempunyai potensi panasbumi yang sangat besar. Hal ini
merupakan dampak positif dari letak Indonesia yang dilalui oleh jalur gunungapi (ring of
fire). Sedangkan keberadaan sistem panas bumi umumnya berkaitan erat dengan kegiatan
vulkanisme dan magmatisme. Dimana sistem panas bumi biasanya berada daerah busur
vulkanik (volcanic arc) dari sistem tektonik lempeng.
Terjadinya  sumber  energi  panasbumi  di 
Indonesia  serta  karakteristiknya  dijelaskan ole
Budihardi (1998) sebagai  berikut.  Ada  tiga 
lempengan  yang  berinteraksi di Indonesia, yaitu
lempeng  Pasifik,  lempeng  India‐Australia  dan 
lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi  antara 
ketiga lempeng tektonik tersebut  telah memberik
an peranan yang sangat  penting bagi terbentukny
a sumber energi  panas bumi di Indonesia.  
Tumbukan antara lempeng India‐
Australia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara  mengasilkan 
zona  penunjaman  (subduksi)  di  kedalaman  160  ‐ 210  km  di  bawah  Pulau 
JawaNusatenggara  dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah 
Pulau Sumatera. Hal ini 
menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandin
gkan dengan di 
bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma y
ang dihasilkannya  berbeda.  Pada kedalaman yang lebih besar jenis 
magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa 
dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik 
yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi 
gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya 
akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih  tebal dan  terhampar  luas. 
Oleh  karena  itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya  lebih dalam  dan 
menempati  batuan  volkanik,  sedangkan  reservoir  panas  bumi  di 
Sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan kegiatan gunung api andesitisri
olitis yang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat lebih asam dan lebih kental, sedangkan 
di  Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi umumnya berasosiasi dengan kegiatan vulkanik 
bersifat  andesitis‐
basaltis dengan sumber magma yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah panas 
bumi di ujung utara Pulau Sulawesi memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau Jaw
a.   
Akibat dari sistim penunjaman yang berbeda, tekanan atau kompresi yang dihasilkan oleh tumbu
kan  miring (oblique) antara lempeng India‐
Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan sesar regional  yang  memanjang  sepanjang  Pulau 
Sumatera  yang  merupakan sarana bagi  kemunculan 
sumbersumber panas bumi yang berkaitan dengan gunung‐gunung api muda.
Dapat disimpulkan 
bahwa sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh sistim patahan regional ya
ng terkait dengan sistim sesar Sumatera, sedangkan di Jawa sampai Sulawesi, sistim panas buminya 
lebih  dikontrol  oleh sistim  pensesaran  yang  bersifat  lokal  dan  oleh  sistim   kaldera  yang 
terbentuk karena pemindahan masa batuan bawah permukaan pada saat letusan gunung api yang 
intensif dan ekstensif. Reservoir panas bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang 
telah mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran setidak‐tidaknya sejak Tersier 
sampai  Resen.  Hal  ini  menyebabkan  terbentuknya  porositas  atau  permeabilitas  sekunder  pada 
batuan sedimen yang dominan yang pada akhirnya menghasilkan permeabilitas reservoir panas bumi 
yang besar, lebih besar dibandingkan dengan permeabilitas reservoir pada lapangan‐lapangan panas 
bumi di Pulau Jawa ataupun di Sulawesi.   
Geologi Panas Bumi Gunung Sibayak

Sistem panas bumi Sibayak berada dalam setting geologi berupa volcanic yang
terbentuk di sekitar Sesar Besar Sumatera. Pembentukan sistem ini berasosiasi dengan
Kaldera Singkut. Sesar utama yang mengontrol pergerakan fluida panas didominasi oleh
sesar yang berarah barat laut-tenggara.
Sistem Sibayak memiliki zona upflow di bawah Gunung Sibayak dengan zona
outflow diperkirakan ke arah Tenggara. Sistem ini memiliki reservoir dominasi air dengan
pH netral dan kandungan NCG kurang dari 1%wt. Berdasarkan kajian geothermometer,
Puncak Kawah Gunung Sibayak memberikan temperatur >300°C. Reservoir sistem ini
berada pada batuan sedimen berumur tersier.
Produk gunungapi sibayak terbentuk antara endapan pre Toba dan Post
Toba (Peta Geologi daerah Danau Toba). Stratigrafinya dihubungkan dengan
pembentukan Danau Toba diakibatkan oleh letusan (erupsi volcano tektonik)
tuff Toba, yang kemungkinan diduga membentuk gunung Singkut. Setelah
itu terjadi erupsi “volcano tectonic” material berkomposisi riolitik
dihasilkan, dimana endapannya menutupi vulkanik Singkut dan diikuti
pembentukan depresi Toba. Periode selanjutnya terjadi pengangkatan yang
diikuti oleh erupsi kedua, membentuk gunungapi Sibayak – gunung Pintau,
Gunungapi Sinabung dan Pusuk Bukit. Pada bagian lain terlihat pulau
Samosir yang terbentuk dan mempunyai kemiringan ke barat daya.
Batuan termuda dari lapangan ini yaitu endapan vulkanik (piroklastik,
lava berumur 0.05 - 0.1 Ma, ubahan vulkanik), dan ignimbrite Toba. Batuan
Geologi Panas ARDWINA KHOIRUN NISAK
Bumi Non-Vulkanik
Pendahuluan

 Sistem Panas Bumi Non Vulkanik adalah sistem panas bumi yang
tidak berkaitan secara langsung dengan vulkanisme dan umumnya
berada di luar jalur vulkanik kuarter. Fluida panas bumi tipe ini
biasanya mempunyai temperatur lebih rendah.
 Lingkungan non vulkanik di Indonesia bagian barat pada umumnya
tersebar di bagian timur Paparan Sunda. Batuan daerah ini
didominasi oleh batuan penyusun kerak benua Asia seperti batuan
metamorf dan sedimen.
 Di Indonesia bagian timur lingkungan non-vulkanik berada di
daerah lengan dan kaki Sulawesi, Kepulauan Maluku hingga Irian.
Panas Bumi Non- Vulkanik Berdasarkan
Lingkungan Geologi dan Tektonik

1. Geopressure
2. Cekungan sedimen
3. Hot dry rock
4. Radiogenik
5. Heat sweep
1. Geopressure

  Pembentukan sistem geopressure


berkaitan dengan bagian dalam
cekungan sedimen, dalam hal ini
terjadi proses sedimentasi berlangsung
begitu cepat sehingga memungkinkan
fluida-fluida yang ada ikut
terperangkap oleh lapisan sedimen
yang bersifat impermeable pada
tekanan yang tinggi. Di Indonesia,
sistem geopressure dapat dijumpai
pada lapangan Duri (Cekungan
Sumatera Tengah), Kalimantan Timur
(Cekungan Tarakan-Kutai Timur),
Jawa Timur (Madura), Pulau Buru,
dan Papua (Manokwari).
2. Cekungan Sedimen

 Berkaitandengan pembentukan cekungan


sedimen yang terisi secara cepat oleh produk
sedimentasi, sehingga fluida hidrotermal yang
terbentuk mengalami tekanan tinggi. Contoh
pada cekungan sedimen ini yaitu panas bumi
pada geosinklin yang berada di teluk Mexico.
3. Hot Dry Rock

 menggunakan panas yang tersimpan dalam batuan impermeable, dimana untuk


mengekstraksi energi panas, sistem dibuat menyerupai sistem konvekstif dengan cara
membuat rekahan artifisial pada batuan yang diikuti dengan injeksi air dingin pada
lapisan batuan impermeable yang mengandung panas, sehingga air dingin tersebut
terpanaskan dan digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Sistem panas bumi ini
belum digunakan secara umum, hanya beberapa negara saja yang pernah melakukan
dalam skala eksperimen, seperti Amerika Serikat (New Mexico) dan Jepang.
4. Radiogenik

 berkaitan dengan peristiwa peluruhan unsur-unsur


radioaktif seperti uranium, thorium, dan potasium yang
dapat menghasilkan sumber panas. Umumnya sistem
panas bumi ini dapat ditemukan pada batuan plutonik
(intrusi batuan granit). Lapangan panas bumi di Pulau
Bangka diperkirakan merupakan hasil proses
radiogenik.
  Biasanya unsur Uranium, Thorium, dan Potasium
bergerak ke arah kerak setelah proses pembentukan
gunung api tua dan terjadi pemindahan panas pada
bagian atas kerak samudera. Dalam kondisi ini, unsur-
unsur radioaktif merupakan sumber utama panas bumi
yang berasal dari peluruhan panas radioaktif tersebut.
5. Heat Sweep

 Hochstein dan Browne (2000) menyebutkan bahwa sistem panas bumi ini berkaitan
dengan sistem zona rekahan pada kedalaman yang cukup dalam pada daerah yang
memiliki heat flow yang tinggi. 
 Sistem panas bumi heat sweep yang terjadi pada tumbukan antar lempeng (plate collision),
sumber panasnya berupa kerak benua yang mengalami deformasi (shearing). 
 Sistem ini banyak ditemukan di daerah Tibet, Yunan Barat dan Utara, serta di India
Alterasi
Hidrotermal Panas MAHATHIR WIAAM

Bumi
Introduction

Alterasi hidrotermal adalah perubahan mineralogi dan


komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan
berinteraksi dengan larutan hidrotermal. Larutan
hidrotermal adalah suatu cairan panas yang berasal dari
kulit bumi yang bergerak ke atas dengan membawa
komponen - komponen pembentuk mineral bijih.
(Bateman dan Jensen, 1981)
Alterasi dicirikan oleh pembentukan mineral-mineral sekunder yang mengandung hidroksil
(biotit, serisit, khlorit, mineral lempung) disamping kuarsa dan juga karbonat.
Fenomena Alterasi dapat disebabkan oleh:
•        Proses diagenesis pada sedimen
•        Metamorfosa
•        Proses “cooling” post magmatic/volkanik
•        Proses mineralisasi
Produk Alterasi tergantung pada :
•        Jenis reaksi alterasi
•        Komposisi batuan samping (wall rock)
•        Temperatur dan tekanan
Alterasi terjadi akibat reaksi fluida dengan “wall rocks”
Reaksi dalam proses alterasi:

1.Hydrolisis (keterlibatan H+)


2. Hydration-dehydration (lepasnya molekul air dari fluid ke mineral dan sebaliknya)
3.Alkali dan alkali tanah metasomatism (substitusi kation)
4.Decarbonation (pembebasan CO2)
5.Silicification (penambahan SiO2)
6.Silication (penggantian oleh silikiat)
7.Oksidasi dan reduksi
Batuan dinding (wall rock/country rock) 
adalah batuan di sekitar intrusi yang melingkupi urat, umumnya mengalami alterasi hidrotermal.
Derajat dan lamanya proses alterasi akan menyebabkan perbedaan intensitas alterasi dan derajat
alterasi (terkait dengan stabilitas pembentukan). Stabilitas mineral primer yang mengalami alterasi
sering membentuk pola alterasi pada batuan. Pada kesetimbangan tertentu, proses hidrotermal akan
menghasilkan kumpulan mineral tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral. Setiap himpunan
mineral akan mencerminkan tipe alterasi. Satu mineral dengan mineral tertentu seringkali dijumpai
bersama asosiasi mineral , walaupun mempunyai tingkat stabilitas pembentukan yang berbeda,
sebagai contoh klorit sering berasosiasi dengan piroksen atau biotit. Area yang memperlihatkan
penyebaran kesamaan himpunan mineral yang hadir dapat disatukan sebagai satu zona alterasi. Host
rock adalah batuan yang mengandung endapan bijih atau suatu batuan yang dapat dilewati larutan, di
mana suatu endapan bijih terbentuk. Intrusi maupun batuan dinding dapat bertindak sebagai host rock.
Alterasi hidrotermal akan bergantung pada :
 Karakter batuan dinding
 Karakter fluida
 Kondisi tekanan dan temperatur pada saat reaksi berlangsung Konsentrasi.
 Lama aktivitas hidrotermal
Walaupun faktor-faktor di atas saling terkait, tetapi temperatur dan kimia fluida kemungkinan
merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses alterasi hidrotermal
Tipe Larutan pada Alterasi Hidrothermal
Karakterisasi Endapan Epithermal pada
Alterasi Hidrothermal
Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah

Tinjauan Umum
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang bersifat netral dan
mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi kuarsa-adularia, karbonat,
serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya perbandingan perak dan emas relatif
tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan
logam dasar sulfida. Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah andesit
alkali, dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah berasosiasi
dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur pergeseran (dilatational
jog).
Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah

Genesa dan Karakteristik


Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa magma yang
berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat permukaan
dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah, dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai
mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih. Proses boiling disertai pelepasan unsur gas
merupakan proses utama untuk pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan.
Perulangan proses boiling akan tercermin dari tekstur “crusstiform banding” dari silika dalam
urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan
tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan proses boiling. Sistem
ini terbentuk pada tektonik lempeng subduksi, kolisi dan pemekaran
Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah

Genesa dan Karakteristik


Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan salinitas. Proses
boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH, sehingga terjadi perubahan
stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia. Terlepasnya CO2 menyebabkan terbentuknya
kalsit, sehingga umumnya dijumpai adularia dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue
minerals) pada urat bijih sistem sulfidasi rendah.
Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsa–adularia, karbonat dan
serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari sistem sulfidasi rendah variasinya bersifat
alkali hingga netral (pH 7) dengan kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung CO2 dan
CH4 yang bervariasi. Mineral-mineral sulfur biasanya dalam bentuk H2S dan sulfida kompleks
dengan temperatur sedang (150°-300°C) dan didominasi oleh air permukaan
Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah

Genesa dan Karakteristik


Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah andesit alkali,
riodasit, dasit, riolit ataupun batuan – batuan alkali. Riolit sering hadir pada sistem sulfidasi
rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi. Bentuk endapan didominasi oleh
urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open space), tersebar (disseminated), dan
umumnya terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996). Struktur yang berkembang
pada sistem sulfidasi rendah berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan
sedikit vuggy  Tipe endapan Sinter breccia, stockwork

Posisi tektonik Subduction, collision, dan rift

Tekstur Colloform atau crusstiform

Asosiasi mineral Stibnit, sinnabar, adularia, metal sulfida

Mineral bijih Pirit, elektrum, emas, sfalerit, arsenopirit

Contoh endapan Pongkor, Hishikari dan Golden Cross


Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah

Interaksi Fluida
Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang didominasi oleh
air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari sirkulasi air meteorik yang
dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S
Contoh Model Konseptual Endapan Emas
Epitermal Sulfidasi Rendah
Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi

Tinjauan Umum
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host
rock berupa batuan vulkanik bersifat asam hingga
intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara
regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi
batuan sekitar 500-2000 meter dan temperatur 1000C-
3200C. Endapan Epitermal  High Sulfidation terbentuk oleh
sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi
magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara
vertikal dan horizontal menembus rekahan-rekahan pada
batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-3000C), fluida
ini didominasi oleh fluida magmatik dengan
kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S
Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi

Genesa dan Karakteristik


Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan fluida magma
asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi (ubahan) yang akhirnya
membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan kontrol permeabilitas yang
tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di batuan samping, mineralogi bijih dan
kedalaman formasi. High sulphidation berhubungan dengan pH asam, timbul dari
bercampurnya fluida yang mendekati pH asam dengan larutan sisa magma yang bersifat encer
sebagai hasil dari diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat dengan tipe endapan porfiri
dan dicirikan oleh jenis sulfur yang dioksidasi menjadi SO.
Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi

Interaksi Fluida
Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem magmatic-hydrothermal yang
didominasi oleh fluida hidrothermal yang asam, dimana terdapat fluks larutan magmatik dan
vapor yang mengandung H2O, CO2, HCl, H2S, and SO2, dengan variabel input dari air
meteorik lokal.
Jenis Alterasi SYAFIQ SYAIKHUL AKBAR

Hidrotermal 155090701111003
Zona Alterasi Potasik

 Dicirikan dengan keadiran Biotit Sekunder, K-Feldspar Sekunder, Magnetit, Serisit,


Anhidrit dan Sulfida
 Terbentuk pada fase awal munculnya tubuh intrusi porfiri
 Muncul akibat penambahan Potasium pada proses metasomatis serta besar unsur kalsium
dan sodium dalam batuan yang kaya mineral aluminosilikat
 Bentuk endapan berupa hamburan dan veinlet
Zona Alterasi Filik/Serisit

 Berada pada luar zona potasik, dengan zonanya semakin menjauhi pusat intrusi serta
berkurangnya kedalaman
 Endapan berbentuk veinlet akibat berkurangnya pengaruh metasomatik dan lebih
cenderung pada proses hidrotermal
 Dicirikan dengan rangkaian mineral Serisit, Kuarsa dan Pirit
 Mineral Bijih yang dapat ditemukan terdiri atas: Kalkopirit, Molibdenit, Kasiterit, dan
Emas
 Terbentuk akibat hadirnya influx air yang memiliki temperature lebih rendah dan lebih
asam
Argilik

 Terdiri dari mineral lempung Argilik seperti Kaolinit dan Monmorilonit


 Muncul akibat intensifnya influks air meteoric yang bertemperatur lebih rendah dan lebih
asam serta rusaknya unsur potassium, kalsium dan magnesium
 Terjadi pada suhu yang rendah
 Berbentuk veinlet
Propilitik

 Terbentuk pada bagian luar zona alterasi


 Dicirikan dengan kehadiran Klorit, Kalsit, Epidot dan Pirit
 Dipengaruhi oleh adanya penambahan unsur H+ dan CO2
 Bentuk endapannya veinlet akibat pengisian rekahan oleh larutan sisa magma yang
melewati batuan tersebut yang kemudian membeku dan mengkristal
 Penurunan temperature berperan dominan dalam kondisi pH netral hingga alkali
Skarn

 Terbentuk akibat kontak batuan sumber dengan batuan karbonat


 Sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan; pada musim hujan dicirikan dengan mineral
klorit, tremolit-aktinolit dan kalsit dan laturan hidrotermal
 Mengandung magnesium, besi, silika dan alumunium dalam jumlah yang banyak
 Proses pembentukan Skarn
Isokimia  Metasomatisme  Retrogradasi
Metode Pemetaan MIA KHAIRUNNISA’
Alterasi
PEMETAAN ALTERASI

Metode pemetaan alterasi memberikan gambaran terhadap potensi suatu daerah panas
bumi, ditinjau dari sisi alterasi hidrotermal.
Keuntungan pemetaan alterasi adalah memberikan informasi mengenai genesa
mineralogi, menemukan komponen system panas bumi dari data mineralogi (pH, suhu, sistem
dominasi, zona prospek), mampu mendeteksi panasbumi disaat tidak ada manifestasi termal
di permukaan (hidden geothermal)
Serta keterbatasan dari pemetaan alterasi yaitu memerlukan biaya yang cukup mahal
untuk analisis core/cutting, petrografi,dan XRD
PEMILIHAN METODE PEMETAAN ALTERASI
Informasi mengenai karakteristik geologi dan penampang alterasi
hidrotermal bawah permukaan daerah panas bumi yang bersangkutan, dengan tujuan yang lebih spesifik,
yaitu:
◉Mengetahui litologi bawah permukaan
◉Menginterpretasi zona himpunan mineral alterasi berdasarkan kedalaman
◉Menginterpretasi suhu, permeabilitas, dan jenis fluida panas bumi
◉Menentukan evolusi sejarah sistem panas bumi daerah penelitian
◉Menginterpretasi sistem panas bumi daerah penelitian
◉Menginterpretasi zona prospek daerah penelitian
RESPON YANG DIAMATI
Respon yang diamati dari pemetaan alterasi ini adalah mineral yang terubahkan dari
setiap sampel kemudian dilakukan analisis megaskopis, petrografi, dan disfraksi sinar X
(XRD) dan didapatkan informasi mengenai :
(1) Litologi bawah permukaan, (2) Zona himpunan mineral alterasi berdasarkan
kedalaman, (3) suhu, permeabilitas, dan jenis fluida panas bumi (4) Evolusi sejarah sistem
panas bumi daerah penelitian (5) sistem dominasi panas bumi daerah penelitian, dan (6)
Interpretasi zona prospek daerah penelitian (zona outflow, upflow, caprock, reservoir)
Pemetaan Permukaan Daerah Panas Bumi

Pemetaan geologi
Peta geologi merupakan peta yang menunjukkan distribusi batuan dan struktur geologi.
Pemetaan geologi merupakan bagian yang sangat penting dalam penyelidikan panas bumi.
Skala
Skala pemetaan bergantung pada tujuan penyelidikan dan terutama waktu yang berlaku.
Dasar untuk peta geologi
 Peta Topografi
 Foto Udara
 Citra satelit
Kolom Stratigrafi
Pada saat pemetaan, sangat penting untuk ditentukan kaitan antar unit batuan dan
ketebalan serta usia relative satu terhadap lainnya. Dari sinilah kolom stratigrafi dapat
digambarkan.
Pemetaan Struktur Geologi
Kebanyakan pada daerah potensi panas bumi terjadi struktur yang kompleks meskipun
dengan usia batuan reservoir yang masih muda. Strike dan Dip dari unit litologi harus dicatat
agar struktur deformasinya dapat diketahui.
Survey Geofisika

Survey geofisika dilakukan setelah survei geologi dan geokimia karena biayanya lebih
mahal. Survey geofisika dilakukan untuk mengetahui sifat fisik batuan mulai dari
permukaan hingga kedalaman beberapa kilometer di bawah permukaan. Dengan
mengetahui sifat fisik batuan maka dapat diketahui daerah tempat terjadinya anomali
yang disebabkan oleh sistem panas bumi di daerah penelitian dan prospek serta lokasi
dan bentuk batuan sumber panas dapat diperkirakan.
Ada beberapa jenis survey geofisika, yaitu :
 Survey resistivity
 Survey gravity
 Survey magnetik
 Survey Macro Earth Quake (MEQ)
 Survey Self Potential
Pemilihan jenis survey tergantung dari keadaan geologi dan struktur di daerah yang
akan diselidiki, serta batasan anggaran untuk pengukuran di lapangan dan intrepetasi data.
Survey geofisika yang pertama kali dilakukan umumnya adalah survei resistivity–
Schlumberger, gravity dan magnetik karena peralatannya mudah didapat dan biayanya
murah. Dari ketiga survei geofisika ini diusulkan daerah prospek panas bumi untuk
disurvei lebih detail dengan metoda yang lebih mahal yaitu magnetotelluric (MT)
atau Control Source Audio (CSMT) untuk melihat struktur fisik batuan dengan kedalaman
yang jauh lebih dalam dari maksimum kedalaman yang dicapai oleh
metode Schlumberger yang hanya mampu untuk mendeteksi kedalaman sampai beberapa
ratus meter saja.
Studi Kasus META NISRINA SYAFITRI
Pendahuluan

 Energi panas bumi merupakan sumber energi baru terbarukan yang menjanjikan dan dapat
digunakan untuk alternatif cadangan energy di masa depan mengingat energi fosil yang
semakin menipis.
 Energi panas bumi dapat ditemukan di daerah vulkanik yang dapat diketahui dari adanya
manifestasi panas bumi di permukaan. Salah satu wilayah potensi panas bumi di Jawa
Timur adalah gunung Arjuno – Welirang.
 Batuan ubahan pada kawasan ini dikelompokkan menjadi dua lokasi yaitu daerah alterasi
disekitar kawah Plupuh, berdasarkan kehadirannya dapat di interpretasikan bahwa daerah
tersebut telah terbentuk alterasi hidrotermal yang dipengaruhi oleh fluida asam (PSDG,
2011).
Metode penelitian

1. Pengambilan sampel batuan


 Dilakukan di 2 lokasi yaitu Padusan dan Cangar
 Sampel batuan Padusan berwarna kekuningan dengan elevasi sekitar 920 meter
 Sampel batuan Cangar berwarna agak gelap dengan titik elevasi 1623,91 meter
Metode penelitian

2. Reparasi sampel batuan


 Ball milling
 Vibrating Sieving
3. Karakterisasi menggunakan X-ray Diffraction (XRD)
 Diamati profil puncak difraksi atau peak broadening dilakukan dengan menggunakan teknik
difraksi sinar-x Shimadzu, radiasi Co-Kɒ (ɒ = 1.54060 Å),
Hasil dan Pembahasan

1. Fasa mineral pada batuan Padusan


2. Fasa mineral pada batuan Cangar
Analisa Fasa Mineral

 Fasa mineral batuan di Padusan


 Kehadiran mineral alterasi pada sampel batuan Padusan dapat dikelompokkan dengan melihat
kehadiran mineral kuncinya seperti Aragonite mineral-mineral kunci (calcite), Silicon Oxide
mineral kunci (kuarsa), Sodium Aluminum Silicate mineral kunci (zeolit), dan Montmorillonite,
heated, oriented mineral kunci (Smektit)
Fasa mineral batuan di Cangar

 Silicon Oxide mineral cunci (kuarsa), Magnesioferrite, syn mineral cunci (magnetit), dan
Montmorillonite, heated, oriented mineral kunci (Smektit) .
Kesimpulan

 Kesimpulan dari penelitian ini adalah mineral dominan pada sampel batuan Padusan yaitu
fasa mineral Aragonite, dapat diasumsikan bahwa proses terjadinya alterasi dipengaruhi
oleh adanya temperatur bawah permukan dengan tipe zona alterasi Argilik, dan terbentuk
pada temperatur bawah permukaan sekitar 150-300°C. Sedangkan pada sampel batuan
Cangar fasa mineral Silicon Oxide, dapat diasumsikan bahwa terbentuk pada temperatur
bawah permukaan yang diperkirakan 100-300°C. Perbedaan fasa mineral yang hadir pada
sampel batuan dikarenakan adanya beda temperatur di bawah permukaan.
Sekian dan Terima Kasih
 1. Pada zona alterasi terdapat konsentrasi...? (Alpan)
 2. Hubungan mineral asosiasi di daerah alterasi dengan sistem panas buminya (Esti)
 3. Bagaimana beda batuan reservoir yang vulkanik dengan yang non-vulkanik (Hanif)
 4. Heat Sweep (Jihan)
 5. Manifestasi non-vulkanik (Boma)
 6. Definisi panas bumi berdasarkan Badan Standar Nasional
 7.

Anda mungkin juga menyukai