BAB 5 Revisi Kolokium
BAB 5 Revisi Kolokium
BAB 5 Revisi Kolokium
Batuan beku dapat terbentuk didalam bumi atau batuan beku intrusif dan
dari magma menjadi batuan ini akan dapat mengungkap banyak cerita dibaliknya.
Jarak subduksi ke pembentukan batuan juga akan mempengaruhi unsur kimia apa
kegiatan gunungapi baik berumur Tersier maupun Kuarter. Terutama Pulau Jawa
yang dilalui jalur vulkanik Tersier maupun Kuarter sehingga produk serta tatanan
stratigrafi hasil kegiatan gunungapi sangat luas dan menarik untuk dipelajari.
batuan beku Tersier yang terkait dengan kompleks magmatisme & volkanisme
sabuk Sunda & Banda (Bronto, 2010), sebagaimana dalam regional disebutkan
ada lava yang bersifat basal hingga andesit, diduga sebagai volkanisme Jawa bag.
senyawa oksida utama dari dua sampel lava andesit (untuk sampel JM-36 dan JM-
Atmadja, 1994,.
asal magma (Ringwood, 1969), tataan tektonik (Wilson, 1989), untuk mengetahui
tipe jenis batuan (Le Bas, 1986), Suhu pembekuaan magma (Tilley, 1964) hingga
penentuan tahap diferensiasi magma (Thornton & Tuttle, 1960). Salah satu analisa
serupa kedepannya.
kandungan kimia senyawa oksida utama (major element) dari lava andesit dari
komposisi kimia batuan lava Padaasih yang meliputi afinitas magma, tahap
untuk mengetahui genesa dari lava andesit khuluk Surade dilihat dari deskripsi
sayatan tipis batuan dan analisis komposisi kimia senyawa oksida utama (major
menggunakan perangkat PANalytical Axios mAX - Petro oleh PT. Intertek Utama
(ITNY).
menghasilkan data dalam angka (kuintitas) yang lebih akurat, efektif, ekonomis &
efisien.
yang ada pada padatan, bubuk ataupun sample cair. XRF mampu mengukur
elemen dari berilium (Be) hingga Uranium pada level trace element, bahkan
ploting hasil analisis kediagram klasifikasi yang dibutuhkan. Selain itu peneliti
pengamatan komposisi mineralogi batuan, struktur, tekstur & jenis batuan secara
mikroskopis
permukaan, dalam hal ini adalah sampel LP 071. Adapun Metode pengambilan
sampel dilakukan dengan syarat sampel harus segar tidak lapuk, teroksidasi
0,5 kg.
timur-barat ditemui melempar sangat luas di seluruh selatan Pulau Jawa, dimulai
dari area Pacitan di Jawa Timur hingga Palabuhan Ratu - Peg. Bayah di Barat.
wilayah yang termasuk dari Formasi OAF adalah bervariasi, tetapi semuanya
merupakan hasil dari mekanisme tektonik konvergen dengan afinitas mulai dari
senyawa oksida yang hampir serupa. Adapun prosentase nilai senyawa oksida
Tabel 5.1. Senyawa Oksida utama sampel lava andesit Palabuhan Ratu.
No JM 36 (% Berat) JM 49 (% Berat) JM 34B (%Berat)
1 SiO 2 57.50 SiO2 60.35 SiO 2 53.00
2 TiO 2 0.76 TiO2 0.50 TiO 2 0.62
3 Al2 O3 17.10 Al2 O3 16.40 Al2 O3 16.85
4 Fe2 O3 8.10 Fe2 O3 5.95 Fe2 O3 8.30
5 FeO - FeO - FeO -
6 MnO 0.18 MnO 0.12 MnO 0.18
7 MgO 3.66 MgO 2.85 MgO 5.42
8 CaO 7.45 CaO 5.80 CaO 9.65
9 Na2 O 2.64 Na2 O 3.15 Na2 O 2.71
10 K2O 1.55 K2O 1.67 K2O 0.41
11 P2 O 5 0.12 P2 O 5 0.11 P2 O 5 0.16
12 H2 O 1.12 H2 O 2.37 H2 O 2.33
Total 100.18 99.27 99.63
lingkungan tepi lempeng (plate margin) dan bagian tengah lempeng (intraplate)
yang di dalamnya dapat dibagi lagi menjadi tujuh tataan tektonik lempeng (Tabel
5.2).
benua dengan kenampakan vulkanik dan karakteristik seri magma yang berbeda-
magma meliputi tepi lempeng konstruktif, tepi lempeng destruktif, tataan bagian
tengah lempeng samudera dan tataan bagian tengah benua (Tabel 5.3). Selain itu
(Tabel 5.4). Tampak bahwa kecepatan pembentukan magma pada batuan plutonik
jauh lebih cepat (29,5 km3 /tahun) dibandingkan pada batuan gunung api (4,1
kerak maupun di dalam mantel bagian atas (Gambar 5.1). Lingkungan tegasan
benua dicirikan oleh seri magma tholeit dan seri magma alkali. Jalur subduksi/
seri magma kapur alkali. Daerah dengan tegasan minor (kompresif atau ekstensif)
seperti cekungan samudera dan daerah kraton/inti benua dicirikan oleh seri
Kecepatan (km³/tahun)
Lokasi
Batuan gunung api Batuan plutonik
Tepi lempeng kostruktif 3 18
Tepi lempeng destruktif 0,4 – 0,6 2,5 – 8,0
Bagian tengah lempeng
0,03 – 0,1 0,1 – 1,5
benua
Bagian tengah lempeng
0,3 – 0,4 1,5 – 2,0
samudera
Total global 3,7 – 4,1 22,1 – 29,5
dan bagian tepi benua aktif yang merupakan batas-batas persentuhan lempeng.
dari hot spot. Lokasi hot spot terletak dekat punggungan samudera, bagian tengah
dari peleburan bagian paling atas astenosfir, sedangkan yang membangun pulau
samudera (Hawaii) berasal dari peleburan bahan di bagian dalam mantel Bumi.
berasal dari bagian atas selubung bumi atau bagian bawah kerak bumi bersuhu
dan cenderung menuju ke permukaan bumi (Alzwar, dkk 1988). Magma dicirikan
magma artinya magma yang mempunyai viskositas tinggi tidak mudah mengalir
dan relatif cepat membeku, sedangkan magma yang mempunyai viskositas rendah
akan mudah mengalir dan relatif lambat membeku. Viskositas lava tergantung
pada komposisi (terutama SiO 2 dan kandungan gas yang terlarut di dalamnya) dan
dideteksi. Sifat kekentalannya yang tinggi tersebut membuat gelembung gas sulit
untuk keluar. Hal yang terakhir ini berkaitan dengan letusan kuat yang
Sifat fisik magma berhubungan dengan magma sebagai bahan cair kental
pijar, mengandung gas dan bersuhu tinggi. Oleh karena itu, magma mudah
dalam Bumi (deep seated intrusions) membentuk batuan beku dalam atau batuan
shallow magma intrusions dan hypabyssal intrusions) atau di dalam tubuh gunung
berkaitan dengan pembentukan tekstur, ukuran, dan jenis mineral. Batuan yang
permukaan relatif lebih dingin jika dibandingkan dengan suhu yang jauh di dalam
permukaan akan relatif cepat membeku ketika dekat dengan permukaan. Proses
tersebut akan mengalami perbedaan suhu yang ekstrim dengan suhu yang ada
Secara umum batuan beku disusun oleh enam kelompok mineral seperti
dalam ion oksida sebagai SiO 2 , Al2 O 3 , dan seterusnya. Unsur Si (SiO 2 ) merupakan
unsur terbanyak dan terpenting untuk mengendalikan sifat magma sehingga unsur
ini sering dipakai para ahli sebagai komponen pembanding untuk klasifikasi
batuan magma.
Mineral plagioklas dalam seri bowen, semakin bersifat basa maka akan
bertambah kandungan kalsiumnya (Ca) namun ketika semakin bersifat asam akan
asam terdiri dari anortit, bitownit, labroderit, andesin, oligoklas, albit. Secara
kimia, mineral gelap mempunyai kandungan magnesium (Mg) dan besi (Fe) yang
Komposisi mineral dalam batuan secara garis besar terdiri dari mafic
mineral yang terbentuk dari magma yang bersifat basa dan felsic mineral yang
terbetuk dari magma yang bersifat asam. Mafic mineral/mineral gelap terdiri dari
kuarsa. Batuan magma disaring terlebih dulu melalui dapur magma sebelum
kemungkinan batuan beku secara kimiawi berubah karena pelepasan gas atau
karena interaksinya dengan cairan yang dapat mempengaruhi kimia isotop stabil.
Secara umum batuan beku disusun oleh enam kelompok mineral seperti
olivin, piroksin, ampibol, mika, feldspar, dan kuarsa. Unsur – unsur yang
diekspresikan dalam ion oksida sebagai SiO2, Al2O3, dan seterusnya. Unsur Si
magma sehingga unsur ini sering dipakai para ahli sebagai komponen pembanding
tetapi variasi ini terbentuk bila magma terasimilasi oleh fragmen batuan sedimen
komposisi magma berubah. Berdasarkan analisa kimia tersebut terdapat tiga jenis
dan diorit;
dan granit.
batuan beku basal/gabro didominasi oleh mineral yang berkomposisi Al2 O3 , FeO,
Gambar 5.2. Komposisi (persen berat) jenis batuan beku dan dibedakan menjadi
tiga kelompok utama (Flint, 1977, dalam Hartono 2010).
Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan
minor element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.
mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia
adalah dari senyawa oksidanya, seperti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO,
MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O, P2O5. Analisa kimia batuan dapat dipergunakan
kedalaman magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia
batuan beku, kita samakan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia
yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah
berbeda.
5.7 Klasifikasi
alkali silika (TAS) menurut Le Bas (1986). Diagram ini berdasarkan kandungan
total alkali (jumlah dari Na2O + K2O) dan kandungan SiO2 sebagai persen berat
dari hasil analisis total batuan (Gambar 5.3). Diagram ini nantinya akan
Gambar 5.3. Klasifikasi batuan volkanik berdasarkan TAS (Le Bas et al, 1986).
SiO 2 (Tabel 5.5) dan kombinasi antara SiO 2 dengan K 2 O (Gambar 5.4).
menengah tinggi (high K calc alkaline series) dan K tinggi (shoshonite series).
Pada Gambar 5.4 dapat dijelaskan bahwa terdapat beragam komposisi batuan
Tabel 5.5. Jenis magma dan komposisi magma (Peccerillo dan Taylor (1976),
dalam Hartono 2010).
> 69 Riolit
Asam >63
63 – 69 Dasit
57 – 63 Andesit
Menengah 53-63
53 – 57 Andesit basal
Gambar 5.4. Komposisi dan afinitas magma menurut Peccerillo & Taylor (1976).
diferensiasi dari suatu magma pada batuan hasil pembekuannya yang dianalisis
secara kimia. Dimana tahap diferensiasi magma dibedakan menjadi tiga, yaitu
“Early Stage, Middle Stage, dan Last Stage” (Gambar 5.5). Perhitungan ini
dilakukan berdasarkan kandungan indeks mineral hitam (Mafic Indeks: MI) dan
kandungan indeks mineral terang (Felsic Indeks: FI). Rumus yang digunakan
berpendapat bahwa ada hubungan antara indeks mineral hitam (MI) dengan
temperatur pada saat kristal pertama mulai terbentuk pada kondisi setimbang.
Hubungan tersebut dibuat dalam sebuah grafik yang kemudian disebut grafik
Tilley. Dengan mengetahui besarnya nilai indeks mineral hitam (MI), maka
1). Spreading center island 2). Orogenic, 3). Continental, 4). Ocean island, dan
Gambar 5.7. Klasifikasi jenis tektonik asal pembentuk magma (Pearce et al.,
1977).
CaO, Na2 O, Al2 O3 (Stephen & Halliday, 1980) (Gambar 5.8). Secara umum
menjadi tiga macam, yaitu peralumina, perakalin & metalaumina. Maksud dari
evolusi atau tingkat perubahan magma terdahulu dari suatu batuan beku.
Gambar 5.8. Klasfikasi tingkat kejenuhan alumina batuan beku (Stephen &
Halliday, 1980).
menyajikan komposisi kimia dari suatu conto batuan. Tujuan analisis ini untuk
kimia sudah lama diperkenalkan dalam disiplin geokimia dan mineralogi. Metode
normatif pertama yang digunakan untuk batuan beku dikenal dengan nama CIPW
norms (Cross, dkk., 1902; Hall, 1987; Kelsey, 1965). Prosedur ini terdiri dari
pendistribusian unsur-unsur ke dalam suatu seri mineral hipotetik yang tidak harus
hadir pada batuan, mengikuti suatu sekuen kristalisasi yang dihasilkan dari
analisis ini adalah mineral-mineral anhydrous, oleh karena itu batuan yang
dalam normatif akan diwakili oleh mineral leusit dan olivin. Dalam batuan yang
lebih asam, leusit dan olivin akan diganti oleh ortoklas dan hipersten (Hall, 1987).
posisi belakang busur. Klasifikasi lava orogenik berdasarkan kandungan SiO 2 dan
K2O dapat mengidentifikasi seri lava orogenik (Paccerillo & Taylor, 1976:
maury, 1984): seri tholeitik busur kepulauan, seri kalk-alkali potasik dan seri
shosonit.
kimiawi dan mengkristal sejak awal bersama olivin pada batuan basaltik dan
Secara geokimia, lava orogenik pada umumnya kaya akan Al2 O3 (>16%)
dan miskin titan (TiO 2 < 1,2%) (Pearce, 1982 ; Maury, 1984). Generasi magma
pada busur kepulauan terjadi pada mantle wedge atau baji mantel di bawah zona
subduksi atau Benioff Zone pada lapisan listosfer bagian bawah atau mantel
bagian atas (Wilson, 1989). Proses tersebut akan memberikan magma dengan
komposisi kimia berupa unsur & senyawa yang spesifik di dalam kandungan
unsur utama.
asal batuan terbentuk pada kedalaman zona benioff dengan menggunakan rumus
oleh Ringwood (1976). Zona benioff merupakan area planar yang secara seismik
berkaitan dengan gerakan menunjam pada zona subduksi. Kedalaman magma asal
5.6).
pada jalur benioff, Zona benioff merupakan area planar yang secara seismik
aktivitas magma pada jalur benioff tidak bisa menggunakan satu rumus saja
melainkan harus dikorelasikan juga oleh beberapa rumus lainnya, hal ini
Secara megaskopis litologi lava andesit (Gambar 5.9). memiliki ciri fisik
litologi meliputi warna segar abu-abu kehitaman, warna lapuk coklat sedikit
kemerahan, struktur masif, ciri khas berupa kekar tiang/kolom (Columnar joint),
regional menurut Sukamto (1975), yaitu Formasi Jampang berumur Miosen Awal.
Gambar 5.9 Kenampakan Aliran Lava Andesit dengan struktur columnar joint
dengan arah foto N 20 ᵒ E (foto diambil di LP 71 koordinat S 07ᵒ 17’
30,1” & E 106ᵒ 58’ 49,9”).
abuan, pada pengamatan nikol silang sampel berwana hitam abu-abu gelap dan
putih. bertektur porfiro-afanitik dan tektur khas trakhitik dimana mineral fenokris
tertanam pada massa dasar kristal yang lebih halus. Komposisi fenokris
(2,7%), magnetit (2,7%), hornblenda (3,63%)), masa dasar gelas (5,45%) dan
berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat yang dibatasi oleh
aliran sungai besar Ci Buni (Gambar). Litologi lava andesit hasil dari erupsi
khuluk Padaasih Purba ini menempati strata paling bawah atau yang tertua di
gunung api tersebut telah ditutupi oleh produk vulkanisme yang lebih muda.
aliran lava Padaasih di Lp. 071. Sampel batuan selanjutnya dianalisis dengan
Hasil analisis uji kandungan senyawa kimia oksida lava andesit khuluk
terdiri dari tiga belas senyawa oksida utama & satu unsur jejak. Hasil analisis
Dari hasil analisis geokimia didapatkan hasil unsur oksida utama seperti
pada tabel berikut yang sudah dilakukan normalisir (Tabel 5.8) kemudian data
dengan CIPW normatif (Tabel 5.9). Berdasarkan data geokimia tersebut dapat
Alfian Trisna Adi. S
410014130 162
digunakan untuk mengetahui antara lain afinitas magma, tahap diferensiasi, suhu
pembekuan dan nama batuan secara geokimia ke dalam klasifikasi dengan tiap
Tabel 5.7. Hasil analisis geokimia senyawa oksida lava andesit khuluk Padaasih
sebelum normalisir (hasil uji lab. PT. Intertek Service Jakarta).
No Unsur Oksida Utama ( % Berat )
1 SiO 2 54.99
2 TiO2 0.80
3 Al2 O3 17.90
4 Fe2 O3 9.41
5 MnO 0.12
6 MgO 3.98
7 CaO 8.23
8 Na2 O 2.93
9 Cr2 O3 0.01
10 K2O 0.58
11 P2 O 5 0.142
12 S 0.02
13 LoI 0.19
Total 99.3
Tabel 5.8. Hasil analisis geokimia senyawa oksida lava andesit khuluk Padaasih
setelah dilakukan normalisir.
Cat prop.
Cat Normalized
Wt.% Cor.% Cat/ox prop to 1 First calcs Second calcs
SiO2 54,99 55,58 1 0,9250 0,5200 C 0,9696 Q1 1,3366
TiO2 0,80 0,81 1 0,0101 0,0057 Q2 0,4445
Al2O3 17,90 18,09 2 0,3549 0,1995 Q3 0,4008
Fe2O3 0,94 0,95 2 0,0119 0,0067 FM 0,1307 Q4 0,0850
FeO 8,47 8,56 1 0,1192 0,0670
MnO 0,12 0,12 1 0,0017 0,0010 QT 1,2157
MgO 3,98 4,02 1 0,0998 0,0561 X 8,5787
CaO 8,23 8,32 1 0,1483 0,0834
Na2O 2,93 2,96 2 0,0956 0,0537 NK 0,0607
K2O 0,58 0,59 2 0,0124 0,0070
P2O5 0,14 0,14 2
Log
Total 99,08 100,00 1,7765 1,0000 v 3,7
Alfian Trisna Adi. S
410014130 163
Tabel 5.9 Data geokimia sekunder kandungan unsur oksida utama dalam persen
(%) yang diambil dari lokasi Palabuhan Ratu (Soeria atmaja, 1994).
No JM 36 (% Berat) JM 49 (% Berat) JM 34B (%Berat)
1 SiO 2 58,12 SiO2 62,35 SiO 2 54,56
2 TiO 2 0.77 TiO2 0.52 TiO 2 0,62
3 Al2 O3 17.28 Al2 O3 16.94 Al2 O3 17,35
4 Fe2 O3 0,82 Fe2 O3 0,62 Fe2 O3 0,85
5 FeO 7,37 FeO 5,53 FeO 7,69
6 MnO 0.18 MnO 0.12 MnO 0.19
7 MgO 3.7 MgO 2.94 MgO 5.58
8 CaO 7.53 CaO 5.99 CaO 9.93
9 Na2 O 2.67 Na2 O 3.25 Na2 O 2.79
10 K2O 1.57 K2O 1.73 K2O 0.42
11 P2 O 5 0.12 P2 O 5 0.11 P2 O 5 0.16
Total 100 100 100
sampel LP 71 didominasi mineral mafik dan felsik serta sedikit mineral opak &
mineral asesoris (Tabel 5.11). Hasil perhitungan CIPW normatif menunjukan ada
Prosentase mineral mafik dan mineral felsik yang tidak seimbang, dimana pada
prosentase berat (%) mineral dominasi mineral berat dari deret discontinues
Fe, Mg dan Ca dan mineral deret continues seperti Kalsik plagioklas - Anortit
(34,046 %), Sodik plagioklas - Albit (24,66 %) dan sedikit mineral asessori
seperti magnetit (1,36 %), ilmenit (1,52 %), apatit (0,32 %), pirit (0,04%), dan
Thenardite (0,0355%). Hadir pula kuarsa dan ortoklas sebagai mineral dengan
komposisi utama unsur Al & K atau disebut pula mineral ringan. Mineral olivin
diketahui sama sekali tidak hadir dalam didalam sampel lava andeit LP 71.
Berdasarkan ploting Na2O + K2O (Alkali Total) dan SiO2 (Silika) pada
diagram Total Alkali Silika (TAS) (Le Bas, 1989) batuan yang dianalisis termasuk
Tabel 5.13. Analisis Jenis magma dan komposisi magma menurut (Peccerillo dan
Taylor (1976), dalam Hartono 2010).
No. Sampel SiO2 (%) Komposisi Magma
1. LP 71 55,58 Andesit basal
2. JM 34-B 54,56 Andesit basal
3. JM 36 58,12 Andesit
4. JM 49 62,35 Andesit
klasifikasi Pecerillo dan Taylor, (1976) mengacu pada kandungan persen berat
Tabel 5.14 Data afinitas magma tiap sampel klasifikasi Pecerillo dan Taylor
(1976).
No. Sampel SIO 2 (%) K2 O (%) Afinitas Magma
1. LP 71 55,58 0,59 Tholeite Series
2. JM 34-B 54,56 0,42 Tholeite Series
3. JM 36 58,12 1,57 calc-alkaline
4. JM 49 62,35 1,73 calc-alkaline
tersebut berdasarkan indikator senyawa FeO Total, Na2O + K2O dan MgO, maka
afinitas batuan pada sampel lava Padaasih dan sampel pembanding masuk ke
% (Tabel 5.16) atau masuk kedalam kelompok peralumina, demikian pula dengan
senyawa alumina oksida lebih besar dari jumlah total gabungan antara senyawa
Gambar 5.14. Hasil plotting tingkat kejenuhan alumina menurut Stephen &
Harlliday (1983).
diketahui sampel lava andesit khuluk Padaasih memiliki mafik indeks = 70,29
dan felsik indeks = 29,9 dan lava andesit Palabuhan ratu memiliki mafik indeks &
felsik indeks disajikan dalam tabel (Tabel. 5.17), berdasarkan nilai mafik indeks
klasifikasi menurut Tilley (1964) dengan mengetahui besarnya nilai indeks mafik.
Diketahui besarnya nilai indeks mineral hitam (MI) sampel lava andesit
Palabuhan Ratu adalah 70,82, 68,8 % & 70,82 % (Tabel 5.18). Maka, bedasarkan
hasil plotingan klasifikasi Tiley (1964), keempat sampel lava andesit tersebut
terbentuk pada suhu > 1100 - < 1200 C (Gambar 5.12), Hasil plotting pada LP 71
adalah 1138 (Gambar 5.16), hasil tersebut sedikit berbeda dengan perhitungan
Tabel 5.18. Temperature hasil CIPW Normal dan Tilley (1964) dalam Cᵒ.
tataan tektonik orogenic dan tiga sampel pembanding yaitu JM 34-B, JM 36 dan
berasal dari tataan orogenic, sehingga baik sampel utama maupun pembanding
aliran panas yang tinggi dapat menimbulkan aktifitas magma pada jalur Benioff.
Diferensiasi atau asimilasi magma dengan kerak bumi yang dilaluinya saat
LP 071 lebih dangkal dari ketiga sampel pembanding yang dihasilkan dari magma
permukaan bumi yang kaya akan H2O dengan kandungan K/Na tinggi, tingkat
Perbukitan sisa gunung api. Secara geologi regional singkapan merupakan produk
dari aktifitas gunung api purba berumur Miosen Awal, yang termasuk kedalam
Dari hasil analisa lab. dengan menggunakan metode XRF didapati bahwa
komposisi batuan beku dari sampel LP 71 & sampel pembanding (JM 34-B, JM
kandungan SiO2 sampel lava Padaasih sebesar 55,58 % dimana sampel lava
Padaasih memiliki komposisi Andesite basalt (Le Bas, 1986) dan andesit basal
(Peccerilo et al, 1976), memiliki suhu pembekuan sekitar 1138 ᵒC yang telah
Bedasarkan hasil ploting jenis magma dari ketiga sampel, didapati gradasi
berupa lava andesit-basaltik berumur Miosen Awal berasal dari sumber atau dapur
magma yang berbeda dengan dua sampel lava andesitik berumur Oligosen -
130000 - 150000 Km pada hasil perhintungan zona kedalaman zona beniof yaitu
132,18 km dan terletak jauh dari zona subduksinya, hasil tersebut juga tidak
terlampau cukup jauh dari data pembanding, dibuktikan dengan hasil klasifikasi
Calc akaline yang dikenal sebagai bagian dari sabuk magmatisme berumur Oligo-
Miosen (Soeria-Atmadja, 1994), Sedangkan dua dari tiga sampel lava andesit
Palabuhan Ratu berumur Oligosen - Miosen diduga dibentuk dari tataan tektonik
konvergen calc alkaline island arc, kemudian hasil plotting tektonik pembentuk
magma menurut Pearce (1977) seluruh daerah penelitian masuk ke dalam kategori
tektonik serta komposisi kimiawi magma, dimana pada sampel Palabuhan Ratu
berkomposisi lebih basa yang dintepretasikan adalah lava koheren dari fase paling
Perubahan magma dari asam ke arah basa adalah bentuk dari diferensiasi
magma. Faktor utamanya dalah pendinginan atau penurunan suhu magma. Daerah
1960), sama dengan data pembanding pada diagram MI dan FI dalam proses
diferensiasi magma mixing dan asimilasi. Hal ini kemungkinan akibat proses
magma selalu berubah menjadi komposisi lebih asam melalui diferensiasi magma
Alfian Trisna Adi. S
410014130 177
secara normal, adapun karena proses lain komposisi magma berubah seperti
suhu sekitar 1138 ᵒC (Tilley, 1964), serta pada perhitungan temperatur CIPW
norm berkisar 1113 ᵒC walaupun menghasilkan hasil yang berbeda akan tetapi
pada umumnya baik data analisis dan data sekunder mempunyai tingkat suhu
yang selaras, suhu pembentukan tidak berbeda cukup jauh dari sampel
memungkinkan terbentuknya kuarsa sesuai bowen series pada suhu dibawah 1138
(Chernicoff et al, 1995) cukup mudah mengalir sehingga relatif cepat membeku