Makalah Granitoid

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

MATA KULIAH PETROGRAFI GRANITOID

TUGAS MAKALAH

OLEH : ANDI AZIZAH FEBIYANTI D611 11 007

MAKASSAR 2013

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya kita masih diberi kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Granitoid. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Akhir kata, menyadari bahwa sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruksional demi lebih baiknya penyajian materi di masa yang akan datang. Demikianlah makalah ini dibuat, Semoga bermanfaat. Aamiin.

Makassar, 13 September 2013

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di bumi ini terdapat banyak sekali kandungan sumber daya alamnya, diantaranya yaitu batuan. Batuan mempunyai manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Batuan merupakan kumpulan dari satu atau lebih mineral. Batuan penyusun kerak bumi berdasarkan kejadiannnya (genesa), tekstur, dan komposisi mineralnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu : batuan beku (Igneous Rocks), batuan sedimen (Sedimentary Rocks), batuan metamof/malihan

(Metamorphic Rocks). Batuan dan mineral merupakan sumber daya alam yang banyak dibutuhkan dan digunakan untuk kehidupan manusia, dan bahan dasar industri. Batuan terbentuk dari kumpulan magma yang membeku di permukaan bumi dan berakhir menjadi berbagai jenis batuan. Sedangkan mineral terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom yang tersusun secara teratur, mineral merupakan komponen batuan yang membentuk lapisan kerak bumi. Adapun pembahasan dalam makalah ini terkhusus pada batuan asam yaitu granit (granitoid).

1.2 Maksud dan tujuan

Adapun maksud dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai tugas pada mata kuliah petrografi di Jurusan Teknik geologi Universitas Hasanuddin. Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini adalah studi literatur yang menambah wawasan mengenai mineral-mineral penciri dari granitoid dengan melihat sifat optiknya, dan mengetahui petrogenesanya dengan melihat komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan beku.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah makalah ini adalah: Bagaimana karakteristik dengan batuan granitoid? Bagimana genesa batuan granitoid? Apa kegunaan dari batuan granitoid

BAB II PEMBAHASAN

Granitoid, ada sebegitu banyak myrmekitic tekstur di kompleks yang berdemonstrasi mempengaruhi tekanan pada granitoid. Myrmekite intergrowth vermicular kuarsa dan sodic plagioclase yang terjadi dekat pelek plagioclase kristal, baik di antara butir-butir perthitic K-feldspar atau sepanjang koneksi Kfeldspar dan plagioclase kristal (Turner dan Verhoogen, 1960; Phillips, 1974; Pengemudi Sekoci et al, 1979). Wartlike myrmekite dihasilkan di mana perubahan bentuk kuat dan selalu terjadi dengan berlimpah microcline atau orthoclase. Simpson dan Wintsch (1989) memperlihatkan bahwa seperti ini myrmekite hanya bentuk di pihak yang tegaklurus ke perenyah di yang kasar feldspars (Ara. 6). Oleh membandingkan pimpinan garis tengah dan tekanan yang lebih pendek hasil dari penelitian kesalahan dan jahitan memperkuat subyek ini. Selanjutnya, biotite, amphibole andalusite, turmaline dan feldspar orientasi dibiarkan kosong dari mengganggu badan foliation (Ara. 4a, B, 7). Lingkup granitic batu permata mempunyai foliation sejajar sampai orientasi country batu permata metamorfis. 2.1 Karakteristik Granitoid

Gambar Batuan Granitoid

Gambar Granitoid XPL dan PPL

(Sumber :http://micro.magnet.fsu.edu/primer/techniques/polarized/gallery/pages/ granitoidgneisssmall.html) 2.1.1 Tekstur dan Struktur Batuan granitoid itu berbeda dengan granit meski memiliki ciri umum yang sama, granit memiliki kandungan dua pertiga total mineral pengisinya adalah kuarsa (25%) dan feldspar granitoid juga demikian, hanya saja persentase kuarsanya lebih sedikit dibandingkan granit (20%). Tekstur pegmatit hadir pada seluruh kisaran batuan granit, namun umumnya hadir dalam batuan siliceous seperti granit. Batuan granitoid hadir dalam bentuk plutonik entah batolith, stock ataupun dike, dalam bentuk yang sederhana dan tubuh pegmatit yang komplek, serta dike

aplite. Setiap struktur ini memiliki teksturnya tersendiri, memberikan petunjuk untuk mengetahui asal muasal dari batuan yang hadir. Tubuh pegmatit dari batuan granitoid memiliki bentuk tabular, elptikal, rod-shaped, atau lentikular tak beraturan. Secara internal pegmatit memiliki dua tipe sederhana dan kompleks (lihat ilustrasi dibawah). Simple pegmatite body secara khas terdiri dari; (1) area yang mengandung butiran sangat kasar yang berada dalam batuan yang berbutir halus, (2) melensa pada batuan metamorf bergrade tinggi (T tinggi, P tinggi). Secara tekstural umumnya berupa batuan hipidiomorfik-granular yang sangat kasar, tapi tekstur grafik atau tekstur inequigranular lainnya dapat hadir. Secara mineralogi, pegmatit sederhana biasanya terdiri dari mineral mineral yang mencirikan batuan granitoid lainnya, mineral ini seperti kuarsa dan felspar, dengan atau tanpa muskovit, biotit, dan beberapa mineral asesoris. Tipe pegmatit kedua berupa pegmatit kompleks, meskipun kurang umum dibandingkan pegmatit sederhana, tipe struktur yang ini lebih menarik karena teksturnya, strukturnya, dan kandungan mineralnya yang tidak biasa.

Gambar : Tekstur Myrmekitic. Anak panah tebal yang pendek menunjukkan pihak memperpendek kasar feldspar dan anak panah tipis yang panjang nampak foliation. N memperlihatkan utara. XPL Qtz: Kuarsa, Kf: Potassic Feldspar, Bi: Biotite, Myr: Myrmekite, N: Geographic North

2.1.2 Klasifikasi batuan

(Sumber http://www.marin.edu/~jim/geolprojects/IUGS.jpg)

2.2 Petrogenesa Setidaknya ada 4 (empat) tipe proses petrogenesa terjadinya granit ini: granitisasi (Granitization), kristalisasi fraksional dari magma basaltik (Fractional crystallization of basaltic magma), hibridisasi (Hybridization), dan anateksis (Anatexis). Granitization Granitisasi adalah transformasi tahap-padat dari batuan yang sudah ada sebelumnya membentuk komposisi mineral granitoid dan teksturnya, dan proses ini lebih dekat ke metamorfik dibandngkan igneous. Proses metamorfisme ini dibantu oleh kontak metasomatisme atau pertukaran ion unsur dalam batuan oleh fluida lain yang membawa ion tersebut, tentu saja dibantu oleh proses lainnya seperti anatexis dan fractional crystallization. Dalam proses ini ion K dan Na yang

dibawa dapat mengganti ion Ca yang sudah ada di dalam batuan dan terbentuklah granit. Proses ini juga dikenal sebagai ultrametamorfisme karena kenaikan suhu yang cukup tinggi. Ketika fluida ini terinjeksi kedalam pori batuan maka dapat terjadi granitisasi dan metamorfisme secara bersamaan dalam tubuh batuan (Menhert, 1963). Fractional Crystallization of basaltic magma Proses ini terjadi ketika magma mulai berdiferensiasi (tekanan dan temperatur menurun membentuk jenis magma lain). Ketika magma bermigrasi ke atas maka terjadilah penurunan temperatur kristal (mineral) yang dapat terkristalisasi pada temperatur tinggi akan terbentuk lebih awal sedangkan sisanya akan terus berada dalam fase melt (cair) atau magma. Dan magma sisa dalam dapur magma ini akan lebih bersifat siliceous (kaya silika lebih asam) dan inilah yang akan menjadi cikal bakal granitoid itu. Bukti terjadinya proses ini oleh para ahli diketahui berdasarkan (1) kontak tajam diskordan antara country rock dan dike, apophyses, dan pluton lainnya, (2) kontak metamorfisme dari country rock, (3) chilled margin, (4) xenolith menyudut dalam batuan pada tepi pluton, yang sama dengan bentuk/jenis batuan pada country rock (yang menunjukan terhentinya intrusi magma), (5) tekstur yang mengindikasikan kristalisasi magmatik. F1. Pluton yang berzona dan berlapis (zoned and layer pluton) memberikan bukti lapangan bahwa kristalisasi fraksional dari magma yang lebih basic untuk menghasilkan diferensiasi siliceous terjadi. F2. Nature (bentuk alami) dari internal layeringnya dalam beberapa pluton dianggap terjadi akibat gravitational settling dari kristal dalam magma (dapur magma).

F3. Studi eksperimental dari fase ekilibria mendemonstrasikan bahwa fraksionasi dapat hadir dan menghasilkan mineral mineral sisa dalam seri fraksionasi ini (deret bowen) seperti kuarsa dan alkali feldspar, yang pada nantinya menjadi komposisi utama granit. F4. Feldspar terzonasi (zoned feldspar) yang konsisten terhadap kristalisasi fraksional. F5. Material groundmass berupa gelas atau segregasi dari batuan basaltis memiliki komposisi siliceous. F6. Konsentrasi dan rasio dari elemen jejak dalam beberapa batuan grantiik dirasa sesuai (cocok) dengan mantel (dibawa dari mantel or matle derived), ocean island basalt dan diferensiasinya, yang hanya dapat terbentuk melalui proses kristalisasi fraksional. F7. Pengayaan, depletion, atau partitioning dari silika, alkali, dan elemen jejak dalam batuan felsik dari kelompok dari pluton yang berasosiasi secara spasial dapat dijelaskan melalui proses kristalisasi fraksional. Contohnya batuan granitoid dengan anomali Eu negatif dalam diagram REE menunjukan terjadinya fraksionasi plagioklas. F8. Kalkulasi dari sikuen yang hilang dari elemen major dan trace oleh kristalisasi dari fase fase mieneral tertentu mengindikasikan kristalisasi fraksional. F9. Ploting analisis kimia dari elemen major dan jejak menunjukan pola cuvilinear dalam diagram Harker, AFM, dan diagram variasi (variation diagram) lainnya.

Ilustrasi hubungan proses fraksional kristalisasi pluton granit terhadap country rock (liat ada xenolith batuan granit lain hasil proses ini yang menyudut masuk ke tubuh pluton)

Contoh hasil ploting pada variation diagram untuk granit yang gambar a berpola curvilinier

Hybridization Proses yang ini sederhana, dimana terjadi modifikasi dari pencampuran magma melalui asimilasi (dengan batuan samping) atau mixing dengan magma lain yang sangat siliceous. Pertama kali diperkenalkan Daly (1905, 1906, 1914, 1917, 1933) dan disebut juga hibridisasi syntexis. Mekanisme ini dijelaskan oleh Daly berupa suatu proses dimana magma basaltis yang sangat panas (superheated solvent) yang dapat melarutkan (meleburkan lebih tepatnya) batuan lain yang ada disekitarnya seperti sedimen siliceous, granitoid ataupun batuan metamorf yang sudah ada sebelumnya, dan kemudian mengalami kristalisasi membentuk granit. Anatexis Proses terakhir adalah proses anatexis yang dianggap juga dapat menjelaskan petrogenesis dari granit. Anateksis atau partial melting dari batuan yang sudah ada sebelumnya, merupakan proses yang paling akhir dapat menjelaskan origin dari magma yang menghasilkan batolith granitoid dan pluton lainnya. Teori anatektik dari batolith granitoid memiliki dua bagian. Pertama, yang menganggap material origin dari granitoid ini naik ke atas masuk ke dalam batolith atau pluton lainnya, teori ini menganggap magma terbentuk pada bagian tengah sampai bawah kerak atau pada upper mantle. Suatu teori anatektik kontemporer menyatakan bahwa genesis magma dari anateksis dari batuan kerakyang dihasilkan dari melt plus residu dari material yang tidak ikut mengalami melting, umumnya disebut restite terpisahkan dari melt (White dan Chappel, 1977). Dari model unmixing restite ini, menjadi sumber magma (granitoid). kedua, teori anateksis memudahkan kristalisasi dari magma, juga kristalisasi ekuilibrium yang terjadi atau melalui kristalisasi fraksional.

2. 3 Kegunaan dari granit

Bukti penggunaan granit ini adalah sangat dicontohkan oleh piramida terkenal Mesir Kuno termasuk Piramida Merah, Piramida Menkaure, Piramida Agung, Piramida Giza dan Piramida Hitam. Para ahli masih berdebat mengenai bagaimana orang Mesir mampu memanfaatkan granit yang solid untuk membangun piramida mereka. Granit telah jelas memasuki pemandangan modernitas. Batu-batu ini banyak digunakan sebagai batu dimensi, pondasi dinding, ubin, lantai, countertops, dapur dan batu melingkar. Menjadi salah satu batu yang paling sulit dan terpadat, granit secara ekstensif membuat namanya sendiri di dunia perumahan konstruksi komersial dan industri memanfaatkan daya tahan tinggi dan karakteristik estetikanya saja.

BAB III PENUTUP

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu: Granit adalah jenis batuan beku yang terdiri dari mineral / butiran yang kasar, dengan warna yang cerah pada umumnya. Mineral mineral yang dimaksud utamanya terdiri dari kuarsa dan feldspar (Alkali Feldspar dan Feldspar Plagioklas)serta mineral mineral gelap yang bersifat tambahan khas dari kelompok mika dan amfibol. Tekstur yang biasa dijumpai pada batuan granitoid adalah tekstur Myrmekites yaitu teksur dimana terjadi intergrowth kuarsa dan plagioklas, yang ditunjukkan dengan kuarsa yang tumbuh seperti cacing (wormlike) dalam plagioklas Granit ditemukan dalam pluton-pluton besar pada benua, ketika kerak bumi telah mengalami pengikisan yang besar. Granit mengalami proses pendinginan yang sangat lambat pada kedalaman jauh dari permukaan tanah, untuk membentuk butiran-butiran mineral besar. Pluton yang ukurannya kurang dari 100 km2 disebut dengan galang dan yang lebih besar disebut batolit. Bukti penggunaan granit ini adalah sangat dicontohkan oleh piramida terkenal Mesir Kuno termasuk Piramida Merah Piramida Menkaure itu Piramida Agung Giza Piramida dan Hitam. Para ahli masih berdebat mengenai bagaimana orang Mesir kencan abad kembali mampu memanfaatkan granit yang solid untuk membangun piramida mereka

DAFTAR PUSTAKA

Asisten Laboratorium Petrografi, Penuntun Laboratorium Petrografi. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. 2009. Ulva Ria Irfan, 2012. Petrografi. Laboratorium Petrografi Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin. Makassar. http://thekoist.wordpress.com/2012/03/30/granit-granodiorit-dan-batuan-yangberhubungan/ http://lionel08upi.wordpress.com/2011/02/22/batuan-granit/

Anda mungkin juga menyukai