Laporan Praktikum Toleran Acara 2
Laporan Praktikum Toleran Acara 2
Laporan Praktikum Toleran Acara 2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN AGROTEKNOLOGI PURWOKERTO 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Stres (cekaman) biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan yang berpengaruh buruk terhadap tanaman (Fallah, 2006). Campbell (2003), mendefinisikan cekaman sebagai kondisi lingkungan yang dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup tumbuhan. Menurut Hidayat (2002), pada umumnya cekaman lingkungan pada tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) cekaman biotik, terdiri dari: (a) kompetisi intra spesies dan antar spesies, (b) infeksi oleh hama dan penyakit, dan (2) cekaman abiotik berupa: (a) suhu (tinggi dan rendah), (b) air (kelebihan dan kekurangan), (c) radiasi (ultraviolet, infra merah, dan radiasi mengionisasi), (d) kimiawi (garam, gas, dan pestisida), (e) angin, dan (f) suara.Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat penting. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan makhluk lain akan punah tanpa air. Kramer menjelaskan tentang betapa pentingnya air bagi tumbuh-tumbuhan; yakni air merupakan bagian dari protoplasma (85-90% dari berat keseluruhan bahagian hijau tumbuh-tumbuhan (jaringan yang sedang tumbuh) adalah air. Selanjutnya dikatakan bahwa air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh tumbuhan, melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuhtumbuhan. B. Tujuan 1. Mengetahui respon dan perubahan pertumbuhan tanaman dalam kondisi cekaman kelebihan air. 2. Mengetahui genotipe tanaman yang toleran terhadap kelebihan air.
II. TINJAUAN PUSTAKA Oksigen merupakan syarat dalam respirasi tanaman, sehingga pada saat tanaman tergenang dan dalam kondisi anaerob, aktivitas glikolitik akan menghasilkan asam piruvat dari glukosa yang dikonversi menjadi etanol dan kardioksida (Riche 2004).
Namun pendapat lain menyatakan bahwa ketiadaan oksigen bukanlah satu-satunya faktor pembatas, tetapi akumulasi CO2 di daerah perakaran juga berkontribusi terhadap penurunan hasil kedelai pada kondisi tergenang. Peran air yang sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman (Sinaga, 2008). Efek kelebihan air atau banjir yang umum adalah kekurangan oksigen, sedangkan kekurangan air atau kekeringan akan mengakibatkan dehidrasi pada tanaman yang berpengaruh terhadap zona sel turgor yang selanjutnya dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Fallah, 2006). Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca. Dampak genangan air adalah menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat laju difusi). Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air dan hara, penyematan N. Genangan menyebabkan kematian akar di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan akar adventif pada bagian di dekat permukaan tanah pada tanaman yang tahan genangan. Kematian akar menjadi penyebab kekahatan N dan cekaman kekeringan fisiologis (Staff Lab Ilmu Tanaman, 2008). Genangan berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman karena tanaman memerlukan adanya pertukaran gas yang cepat dengan lingkungannya dan adanya ketersediaan air yang memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan evapotranspirasi. Daya hasil merupakan karakter kuantitatif dari tanaman yang dikendalikan banyak gen dan pewarisannya sulit, sehingga bila dijadikan kriteria seleksi akan memberikan nilai kemajuan yang kecil.
Berdasarkan hal tersebut, maka untuk memperoleh genotip suatu tanaman yang toleran terhadap genangan harus dilakukan berdasarkan karakter penciri khusus yang memiliki hubungan yang erat dengan toleransi yang didasarkan atas skess tolerance index (STI). Tanaman yang tergenang dalam waktu singkat akan mengalami kondisi hipoksia (kekurangan O2). Hipoksia biasanya terjadi jika hanya bagian akar tanaman yang tergenang (bagian tajuk tidak tergenang) atau tanaman tergenang dalam periode yang panjang tetapi akar berada dekat permukaan tanah. Jika tanaman tergenang seluruhnya, akar tanaman berada jauh di dalam permukaan tanah dan mengalami penggenangan lebih panjang sehingga tanaman berada pada kondisi anoksia (keadaan lingkungan tanpa O2). Kondisi anoksia tercapai 68 jam setelah penggenangan, karena O2 terdesak oleh air dan sisa O2 dimanfaatkan oleh mikroorganisme. Pada kondisi tergenang, kandungan O2 yang tersisa dalam tanah lebih cepat habis bila terdapat tanaman karena laju difusi O2 di tanah basah 10.000 kali lebih lambat dibandingkan dengan di udara (Dennis et al. 2000). Pengembangan genotip kedelai toleran terhadap genangan dapat dilakukan melalui persilangan yang dilanjutkan dengan seleksi. Cara itu dianggap efektif untuk menggabungkan karakter-karakter yang dikehendaki dari dua genotip atau lebih ke dalam satu genotip. Genotip yang toleran terhadap genangan adalah genotip yang mempunyai daya hasil tinggi pada kondisi tergenang (Blum, 1988). Seleksi toleransi tanaman terhadap genangan berdasarkan daya hasil (karakter agronomi) kurang efektif, karena karakter ini dikendalikan oleh banyak gen dan sangat dipengaruhi faktor lingkungan, sehingga pencapaian tujuan dalam seleksi akan sulit dan perlu waktu yang cukup lama (Blum, 1988). Berdasarkan hal tersebut maka seleksi sebaiknya dilakukan pada karakter penciri yang khusus seperti: (1) respons morfologi adalah terbentuknya akar adventif; (2) respons anatomi adalah kemampuan membentuk ruang porus antar sel, yang dapat menjadi saluran untuk
transpor gas seperti oksigen dari bagian pupus ke akar, yang disebut aerenkhima; (3) respons fisiologis meliputi kemampuan untuk memiliki jalur alternatif dari respirasi anaerob yang dapat menekan produksi etanol; (4) respons biokimia yaitu kemampuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan nitrat sebagai alternatif akseptor elektron melalui reaksi reduksi nitrat menjadi nitrit, oleh enzim nitrat reduktase; (5) respons hormonal adalah kemampuan membentuk hormon abscisic acid (ABA) dan Etilen (Krizek, 1982; Kozlowski, 1984; Hale dan Orcutt , 1987; Dennis et al., 1992; Liao dan Lin, 2001).
A.
Pelaksanaan praktikum dilakukan di laboratorium pemuliaan tanaman dan pada tanggal 12 Maret 2012 sampai 13 April 2012. Tempat di Green House Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Fakultas Pertanian.
B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah alat penyiram, polibag, ember, label, ATK, oven, koran, pengaris panjang, timbangan analitik, dan gelas ukur. Bahan yang digunakan adalah kedelai (varietas lokal dan slamet), jagung (varietas pioneer dan bisi), kacang hijau (varietas impor dan lokal), buncis (aroma dan perkasa), cabai (varietas princess dan cipanas), tanah dan air.
C. Rancangan Percobaan
Praktikum cekaman genangan dilakukan dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama sebagai kontrol (G0), polibag diberi lubang. Perlakuan kedua perlakuan genangan (G1), polibag tidak diberi lubang. Rancangan percobaan yang diamati pada cekaman genangan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Diulang sebanyak 3 kali. Pemeliharaan dilakukan dengan pemberian air hingga kapasitas lapang pada kontrol dan pada cekaman genangan pemeliharaan dilakukan saat tanaman berumur 7 hari dan 21 hari yaitu dengan cara mengenangi tanaman kira-kira batas air setinggi 3 cm.
D. Variabel Pengamatan Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, panjang akar, bobot kering tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan rasio akar atau tajuk
E. Prosedur Kerja 1. Tanah sebagai media tanam disiapkan, dimasukan dalam polibag. Siram dengan air hingga kapasitas lapang. Polibag yang telah berisi tanah tadi dibagi 2 kelompok.
Kelompok pertama sebagai kontrol (G0), polibag diberi lubang. Kelompok kedua adalah sebagai perlakuan genangan (G1). Polibag tidak diberi lubang. 2. Benih yang akan ditanam disiapkan dipilih yang baik dan bernas. 3. Benih ditanam pada polibag msing-masing 3 tanaman per polibag. 4. Polibag diletakan sesuai dengan perlakuan yang sudah ditentukan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Diulang sebanyak 3 kali. 5. Pemeliharaan dilakukan dengan pemberian air hingga kapasitas lapang untuk kontrol. 6. Perlakuan cekaman kelebihan air dilakukan saat tanaman berumur 7 hari sampai 21 hari yaitu dengan cara menggenangi tanaman kira-kira batas air setinggi 3 cm. 7. Amati pertumbuhan tanaman hingga akhir praktikum yang meliputi tinggi tanaman, dan panjang akar terpanjang. 8. Setelah itu tanaman dioven selama 3 hari kemudian diukur bobot kering tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering kar dan ras
F. Analisis Data Analisis data yang digunakan pada acara kekeringan yaitu menggunakan analisis sidik ragam, jika terdapat perbedaan dilakukan uji lanjut menggunakan LDS 5%. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil (terlampir) B. Pembahasan Air memiliki banyak fungsi bagi pertumbuhan tubuh tanaman. Salah satunya, yaitu berfungsi untuk melarutkan unsur-unsur hara yang terserap. Manfaat yang begitu besar, sehingga air sering disebut faktor pembatas dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman. (Nur Faridah, 2003). Hal ini erat kaitannya sebagai bahan dasar yang akan digunakan pada
proses fotosintesis yang merupakan proses fisiologi tanaman untuk pembentukan karbohidrat (gula). Kebutuhan suplai air bagi setiap jenis tanaman tentu saja berlainan. Selain memiliki fungsi sebagai bahan dasar fotosintesis, air juga memiliki beberapa fungsi untuk tanaman antara lain : (1) sebagai pelarut, (2) media tranportasi unsur hara dari akar ke daun, (3) hasil fabrikasi daun keseluruh bagian tanaman, (4) pengatur tekanan turgor, (5) proses pembelahan dan pembesaran sel dan (6) untuk perkecambahan. Kebanyakan semua jenis tanaman menghendaki persediaan oksigen yang cukup. Oksigen tersebut bermanfaat bagi absorsi air oleh akar rambut tanaman. Berdasarkan beberapa percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa apabila ketersediaan oksigen tidak mencukupi sehingga digantikan peranannya oleh Nitrogen dan CO2, maka proses absorsi air akan berkurang malah dapat terhenti sama sekali. Dengan demikian tanah dengan drainase dan aerasi yang baik tentunya menjamin pula lancarnya absorbsi air ke dalam tanaman. Dampak genangan air adalah menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat laju difusi). Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air dan hara, penyematan N. Genangan menyebabkan kematian akar di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan akar adventif pada bagian di dekat permukaan tanah pada tanaman yang tahan genangan. Kematian akar menjadi penyebab kekahatan N dan cekaman kekeringan fisiologis (Staff Lab Ilmu Tanaman, 2008). Genangan berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman karena tanaman memerlukan adanya pertukaran gas yang cepat dengan lingkungannya dan adanya ketersediaan air yang memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan evapotranspirasi. Mengacu pada pendapat Kozlowski (1984), bahwa pertumbuhan tanaman memerlukan adanya pertukaran gas yang cepat dengan lingkungannya serta adanya ketersediaan air yang memenuhi kebutuhan
pertumbuhannya dan evapotranspirasi. Pengaruh yang satu atau yang lainnya berlebih atau mengalami kekurangan menyebabkan terjadinya cekaman dan akibatnya produktivitas tanaman menurun atau bahkan terjadi kematian. Dalam keadaan tergenang, ruang pori tanah semuanya terisi oleh air sehingga pertukaran gas antar akar, tanah, dan atmosfir terhambat yang mengakibatkan tanaman mengalami cekaman. Genangan dapat terjadi pada lahan basah alami maupun lahan basah buatan. Notohadiprawiro (1989) mendeskripsikan lahan basah alami sebagai lahan yang karena drainase yang buruk, bersifat basah sementara atau sepanjang waktu. Keadaan ini terjadi karena iklim basah dan berkaitan dengan kedudukan lahan yang berenergi potensial rendah (daerah berketinggian rendah) atau karena bentuk lahan yang berupa cekungan tambat (retention basin). Lahan basah buatan yakni lahan yang bentuknya sengaja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menambat banyak air untuk membuat tanah jenuh air atau mempertahankan genangan air pada permukaan tanah selama waktu tertentu. VanToai et al. (2001) membagi genangan berdasarkan kondisi pertanaman menjadi dua, yaitu: 1) kondisi jenuh air (waterlogging) di mana hanya akar tanaman yang tergenang air, dan 2) kondisi bagian tanaman sepenuhnya tergenang air (complete submergence). Kekurangan oksigen dalam tanah akibat genangan merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kekurangan oksigen menggeser metabolisme energi dari aerob menjadi anaerob sehingga berpengaruh kurang baik terhadap serapan nutrisi dan air. Akibatnya, tanaman menunjukkan gejala kelayuan walaupun tersedia banyak air (Sairam et al. 2009). Genangan dapat menurunkan pertukaran gas dalam tanah dan di udara sehingga mengurangi ketersediaan O2 bagi akar dan menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme (Riche, 2004). Pada kondisi tergenang, volume pori tanah yang berisi udara kurang dari 10% sehingga menghambat pertumbuhan akar. Tanaman yang tergenang dalam waktu singkat akan mengalami kondisi hipoksia (kekurangan O2).
Hipoksia biasanya terjadi jika hanya bagian akar tanaman yang tergenang (bagian tajuk tidak tergenang) atau tanaman tergenang dalam periode yang panjang tetapi akar berada dekat permukaan tanah. Jika tanaman tergenang seluruhnya, akar tanaman berada jauh di dalam permukaan tanah dan mengalami penggenangan lebih panjang sehingga tanaman berada pada kondisi anoksia (keadaan lingkungan tanpa O2). Kondisi anoksia tercapai 6-8 jam setelah penggenangan, karena O2 terdesak oleh air dan sisa O2 dimanfaatkan oleh mikroorganisme. Pada kondisi tergenang, kandungan O2 yang tersisa dalam tanah lebih cepat habis bila terdapat tanaman karena laju difusi O2 di tanah basah 10.000 kali lebih lambat dibandingkan dengan di udara (Amstrong 1979 dalam Dennis et al. 2000). Kondisi hipoksia atau anoksia tidak hanya menghalangi fiksasi N, tetapi juga distribusi N dan mineral lain sehingga menghambat pertumbuhan akar dan nodulasi. Akibat transportasi N dan mineral ke bagian tajuk tidak mencukupi, daun akan menguning yang akan diikuti oleh pengguguran daun. Scott et al. (1989) melaporkan, pengaruh penggenangan ditunjukkan oleh daun yang menguning, pengguguran daun pada buku terbawah, kerdil, serta berkurangnya berat kering dan hasil tanaman. Oksigen merupakan syarat dalam respirasi tanaman, sehingga pada saat tanaman tergenang dan dalam kondisi anaerob, aktivitas glikolitik akan menghasilkan asam piruvat dari glukosa yang dikonversi menjadi etanol dan karbondioksida (Riche, 2004). Pada praktikum acara genangan dilakukan 3 kali pengamatan tinggi tanaman dan tanaman yang paling dominan pada acara cekaman genangan yaitu pada V1 tanpa perlakuan dan yang dilakukan perlakuan pada V2 merupakan tanaman yang paling dominan. Varietas yang digunakan pada praktikum ini yaitu menggunakan benih kedelai dengan 3 varietas (Raja Basa, Tidar, Mitani).
1.
Genangan berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman karena tanaman memerlukan adanya pertukaran gas yang cepat dengan lingkungannya dan adanya ketersediaan air yang memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan evapotranspirasi.
2. Dampak genangan air adalah menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang
mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat laju difusi). 3. Beberapa respon tanaman terhadap cekaman genangan adalah: a. respons morfologi adalah terbentuknya akar adventif.
b. respons anatomi adalah kemampuan membentuk ruang porus antar sel, yang dapat
menjadi saluran untuk transpor gas seperti oksigen dari bagian pupus ke akar, yang disebut aerenkhima. c. respons fisiologis meliputi kemampuan untuk memiliki jalur alternatif dari respirasi anaerob yang dapat menekan produksi etanol. d. respons biokimia yaitu kemampuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan nitrat sebagai alternatif akseptor elektron melalui reaksi reduksi nitrat menjadi nitrit, oleh enzim nitrat reduktase.
e. respons hormonal adalah kemampuan membentuk hormon abscisic acid (ABA) dan
Etilen.
B. Saran
Dalam pelaksanaan praktikum koordinasi antar asisten harus jelas. Alat yang digunakan untuk praktikum ini seharusnya disediakan agar tidak terkendala pada pengamatan. Waktu pengumpulan acc lebih diperpanjang lagi. Info pengumuman harus lengkap dan tidak mendadak.
DAFTAR PUSTAKA Dennis, E.S., R. Dolferus, M. Ellis, M. Rahman, Y. Wu, F.U Hoeren, A. Grover, K.P. Ismond, A.G. Good, and W.J. Peacock. 2000. Molecular strategies for improving waterlogging tolerance in plants. J. Exp. Bot. 51: 8997. Fallah, Affan Fajar. 2006. Perspektif Pertanian dalam Lingkungan yang Terkontrol. http://io.ppi jepang.org. Diakses pada tanggal 19 Mei 2012. Faridah, siti Nur. 2003. Analisis Kebutuhan Air Tanaman Jagung (zea mays, l.) Pada Berbagai Umur Tanaman. Diakses tanggal 10 Mei 2012. Notohadiprawiro, T. 1989. Pola kebijakan pemanfaatan sumber daya lahan basah, rawa, dan pantai. Seminar Ilmiah Dies Natalis ke- 25 Universitas Jember 1415 Juli 1989. http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/ 1989%20pola.pdf. diakses tanggal 10 Mei 2012. Riche, C.J. 2004. Identification of soybean cultivars tolerance to waterlogging through analyses of leaf nitrogen concentration. Lousiana State University Electronic Thesis and Dissertation Collection. http://etd.lsu. edu/docs/available/etd-04132004-154236/ unrestricted/Riche_thesis.pdf. Diakses tanggal 10 Mei 2012. Sairam, R.K., D. Kumutha, and K. Ezhilmathi. 2009. Waterlogging tolerance: nonsymbiotic haemoglobin-nitric oxide homeostatis and antioxidants. Curr. Sci. 96(5): 674682.
Scott, H.D., J. De Angulo, M.B. Daniels, and L.S. Wood. 1989. Flood duration effect on soybean growth and yield. Agronomy. 81: 631636. Sinaga. 2008. Peran Air Bagi Tanaman. http://puslit.mercubuana.ac.id/file/8Artikel %20Sinaga.pdf. Diakses tanggal 10 Mei 2012. VanToai, T.T., S.K. St. Martin, K. Chase, G. Boru, V. Schnipke, A.F. Schmitthenner, and K.G. Lark. 2001. Identification of a QTL associated with tolerance of soybean to soil waterlogging. Crop Sci. 41: 12471252.