LAPORAN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ultisol merupakan jenis tanah yang barusaja mulai terbentuk dengan

tingkat perkembangan profil tanah awal atau termasuk dalam jenis tanah

muda.Ketersediaan unsur hara sangat di tentukan oleh jenis bahan induk, tetapi

padaumumnya rendah karena sebagian unsur hara masih terikat dalam bentuk

mineral.Penggunaan Ultisol untuk lahan pertanian, seperti perkebunan tebu

(Saccharumofficinarum), akan semakin menguras ketersediaan unsur hara dan

bahan organik tanah jika pengelolaan lahan tidak memperhatikan tehnik-tehnik

konservasi (Arifin, 2011).

Tanah Utisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk

pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan

produktivitasnya dengan jalan pemupukan. Sistem pertanian konvensional selama

ini menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang makin tinggi takarannya.

Peningkatan takaran ini menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari

pupuk/pestisida di perairan maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya

pencemaran lingkungan,. Tanah sendiri juga akan mengalami kejenuhan dan

kerusakan akibat masukan teknologi tinggi tersebut. Atas latar belakang tersebut

mulai dikembangkan sistem pertanian organik yang dahulu telah lama dilakukan

oleh nenek moyang kita (Utami dan Suci, 2003).

Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk menyediakan unsur hara

dalam jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia dan seimbang untuk

menjamin pertumbuhan tanaman yang maksimum. Namun demikian tidak dapat

dianggap bahwa tanah yang subur adalah juga produktif karena status
2

kesuburantanah tidak memberikan indikator kecukupan faktor pertumbuhan

lainnya. Selain dari pada itu untuk menyebutkan bahwa apakah status tanah itu

subur atau tidak subur, maka haruslah dikaitkan dengan keadaan sifat fisik dan

kimia tanahnya (kesuburan secara fisik dan kimia), karena bisa saja tanah itu

subur secara fisik tetapi secara kimia tidak dan sebaliknya. Jadi tanah yang benar-

benar subur itu adalah apabila didukung oleh faktor-faktor pertumbuhan, salah

satu diantaranya sifat fisik dan kimia tanahnya juga dalam kondisi yang baik,

karena sifat fisik dan kimia tanah itu saling mempengaruhi satu sama lain

(Yamani, 2010).

Jagung dapat dijadikan sebagai tanaman indikator. Dimana tanaman

jagung dapat tumbuh, maka sangat dimungkinkan bahwa tanaman lain juga dapat

tumbuh dengan baik Jagung merupakan tanaman yang relatif mudah

dibudidayakan. Jagung juga tanaman Indikator yang bagus untuk melihat gejala

kekurangan hara (Irawan, 2012).

Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapacara, yaitumelalui

pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanamandan

analisa tanah.Analisa tanaman meliputi analisa serapan haramakro primer (N,P

dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihatpertumbuhan

tanaman.Sedangkananalisa tanah meliputianalisaketersediaanharamakroprimer (N,

P danK) dalam tanah.Kandungan unsur hara di dalam tanah sebagai gambaran

statuskesuburan tanahdapatdinilai dengan beberapametode pendekatan

yaitu:(1)melihat citra tanaman di lapangan (melihat gejala-gejala kekurangan

unsur hara), ( 2)uji tanaman, (3) uji biologi, dan (4) Uji tanah. Selain dari pada itu
3

untuk menyebutkan bahwa apakah status tanah itu subur atau tidak subur, maka

haruslah dikaitkan dengan keadaan sifat fisik dan kimia tanahnya (Madina, 2015).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengevaluasi kesuburan tanah

ultisol Tanjung Morawa dengan metode substraksi (missing element technic) pada

pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Praktikum Kesuburan Tanah

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Ultisol

Ultisol merupakan tanah masam yang mempunyai tingkat kesuburan tanah

yang rendah untuk tanaman pangan. Dimana dalam pemanfaatannya memiliki

permasalahan diantaranya adalah memperlihatkan kandungan liat pada horizon

argilik, kandungan bahan organik yang rendah pada semua horizon, kapasitas

tukar kation yang relatif rendah dan jumlah basa dapat tukar dan persentase

kejenuhan basa sangat rendah, serta terdapat kejenuhan aluminium yang tinggi

(Ratmini, 2014).

Ultisol merupakan tanah lahan kering masam di Indonesia dengan sebaran

terluas mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Meskipun memiliki banyak permasalahan dalam pengelolaannya, tanah ini masih

dapat diperbaiki. Masalah utama pada Ultisol diantaranya pH masam, biasanya di

bawah 5,0 dan ketersediaan P sangat rendah. Rendahnya pH dan P tersedia

tersebut berkaitan dengan konsentrasi kation Al dan kation H yang tinggi. Mineral

lempung (clay) tipe 1:1 (kaolonit), yang ada mampu memfiksasi P diantara kisi-

kisi mineral amorf. Selain itu Al bereaksi kuat meretensi P yang sulit

dilepaskan,sehingga tanaman kekurangan P yang dapat menghambat

pertumbuhannya (kerdil) (Taufiq, 2006).

Selain itu, tanah Ultisol memiliki tingkat perkembangan yang cukup

lanjut, seperti penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan

kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada

umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan

bahan organik. Kemudian kandungan hara P serta kation-kation dapat ditukar


5

seperti Ca, Mg, Na, dan K rendah, kadar Al tinggi, dan peka terhadap erosi

(Marajo, 2003).

Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara

alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan dengan

cadangan hara rendah, reakasi tanah yang masam, basa-basa dapat ditukar dan

kejenuhan basa rendah, sedangkan kejenuhan alumunium tinggi sampai sangat

tinggi. Sebagian besar tanah marginal dari batuan sedimen masam diklasifikasikan

sebagai Ultisol (Suharta, 2010).

Usaha pertanian di Ultisol akan menghadapi sejumlah permasalahan

karena Ultisol umumnya mempunyai pH rendah yang menyebabkan kandungan

Al, Fe, dan Mn terlarut tinggi sehingga dapat meracuni tanaman. Jenis tanah ini

biasanya miskin unsur hara makro esensial seperti N, P, K, Ca, dan Mg dan unsur

hara mikro Zn, Mo, Cu, dan B, serta bahan organik. Umumnya tanah Ultisol atau

Podsolik Merah Kuning (PMK) banyak mengandung Al dapat dipertukarkan

kisaran 20-70% (Subandi, 2007).

Unsur dan Defesiensi Hara

Nitrogen (N)

Tingkat serapan N pada tanaman jagung sangat dipengaruhi umur, kondisi

saat aplikasi dan proses fotosintesis tanaman. Respon pemberian pupuk N pada

tanaman juga tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan bentuk/jenis pupuk (

padat/cair ) yang diberikan. Pemberian N bertingkat sangat berpengaruh terhadap

tinggi tanaman dan bobot biomas tanaman. Semakin besar pemberian N, tinggi

dan bobot biomas tanaman semakin besar (Putra, 2014).


6

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang

pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-

bagian vegetatif tanaman, seperi daun, batang, dan akar, tetapi kalau terlalu

banyak dapat menghambat pembuangan dan pembuahan pada tamannnya. Fungsi

Nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai berikut : 1. Untuk

meningkatkan pertumbuhan tanaman; 2. Meningkatkan mikroorganisme dalam

tanah; 3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman; 4. Meningkatkan

kualitas tanaman penghasil dan-daunan; 5. Dapat menyehatkan pertumbuhan

daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hiaju, kekurangan N

menyebabkan khlorosis (pada daun muda berwarna kuning) (Simanjuntak, 2015).

Tanaman jagung membutuhkan nitrogen sepanjang hidupnya dan sangat

efektif dalam penggunaan amonium meskipun sebagian besar diambil dalam

bentuk nitrat. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi

pembentukan protein, dan disamping itu juga merupakan bagian integral dari

khlorofil karena hasil tanaman jagung ditentukan oleh fotosintesis yang terjadi

setelah pembungaan. Pemupukan N mengakibatkan meningkatnya panjang

tongkol dan diameter tongkol jagung, sehingga berat tongkol meningkat(Kuyik,

2013).

Fosfor (P)

Dari sekian banyak unsur hara yang tergolong makro, unsur fosfor (P)

merupakan salah satu yang sangat esensial dibutuhkan tanaman. Unsur fosfor (P)

bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar

benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk
7

pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, serta

mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah (Purwati, 2013).

Fosfor adalah salah satu unsur hara makro sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman, namun kandungannya lebih rendah

dibandingkan nitrogen, kalium, dan kalsium. Fosfor berfungsi untuk

pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan

dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji,

merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel tanaman

(Adelia et al., 2013).

Fosfor berfungsi bahan yang ada di dalam tanah dalam bentuk organik dan

anorganik. Bentuk organik P ditemukan dalam bahan organik dan humus. Fosfor

dalam bahan organik dilepaskan melalui proses mineralisasi melibatkan

organisme tanah. Aktivitas mikroba ini sangat dipengaruhi oleh kelembaban tanah

dan suhu. Fosfor anorganik bermuatan negatif di sebagian besar tanah. Fosfor

bereaksi dengan besi (Fe) bermuatan positif, aluminium (Al), dan kalsium (Ca)

untuk membentuk zat relatif tidak larut (Pratama, 2015).

Kalium (K)

Pengaruh unsur K terhadap pertumbuhan tanaman adalah menguatnya

jerami dari tanaman biji-bijian, sehingga tidak mudah rebah. Beberapa penelitian

melaporkan bahwa ada dampak dari K pada asimilasi CO2. Sejumlah penulis

mengatakan bahwa K mempertinggi translokasi fotosintat (hasil fotosintesis).

Kalium tidak hanya memngembangkan translokasi hasil sintesa fotosintesis

yangterbentuk tetapi juga berperan pada mobilisasi bahan fotosintesis yang

tersimpan (Wakiden, 2013).


8

Elemen K ini diserap dalam bentuk hampir pada semua proses

metabolisme tanaman, mulai dari proses penyerapan air, transpirasi, fotosintesis,

respirasi, sintesa enzim dan aktifitas enzim. Esensi unsur K adalah sebagai

berikut: K merupakan elemen yang higrokopis ( mudah menyerap air) ini

menyebabkan air banyak diserap didalam stomata, tekanan osmotik naik, stomata

membuka sehingga gas CO2 dapat masuk untuk proses fotosintesis dan K

berperan sebagai aktifitas untuk semua kerja enzim terutama pada sintesa protein

(Adelia et al., 2013).

Kalium didalam tanaman berfungsi dalam proses pembentukan gula dan

pati, translokasi gula, aktifitas enzym dan pergerakan stomata. Peningkatan bobot

dan kandungan gula pada tongkol dapat dilakukan dengan cara mengefisienkan

proses fotosintesis pada tanaman dan meningkatkan translokasi fotosintat ke

bagian tongkol. Selain itu unsur kalium juga mempunyai peranan dalam mengatur

tata air di dalam sel dan transfer kation melewati membran(Haris dan Veronica,

2010).

Magnesium (Mg)

Magnesium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Mg2+ yang merupakan

unsur penting dalam tanaman sebagai penyusun klorofil. Magnesium juga

mempunyai peranan penting terhadap metabolisme nitrogen. Makin tinggi

tanaman menyerap Mg, maka makin tinggi juga kadar protein dalam akar ataupun

bagian atas tanaman. Kekurangan Mg menyebabkan kadar protein turun dan non-

protein naik. Unsur Mg yang dahulu hanya sebagai pelengkap pupuk lain kini

telah menjadi unsur utama pada pupuk-pupuk tertentu. Hal ini disebabkan fungsi
9

atau peranan Mg pada pertumbuhan tanaman semakin

diperhitungkan (Hutapea, 2012).

Magnesium merupakan komponen zat khlorofil, yang mungkin

memainkan suatu peranan dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg

yaitu: dolomit limestone (CaCO3MgCO3), sulfat potas magnesium, epsom salt

(MgSO4.7H2O), kieserit, magnesia (MgO) serpentin (Mg3SiO2(OH)4, magnesit

(MgCO3), dan lain-lain (Syahputra, 2010).

Magnesium berfungsi sebagai peran dalam transportasi energi beberapa

enzim di dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di daun,

terutama untuk ketersediaan klorofil. Jadi kecukupan magnesium sangat

diperlukan untuk memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga merupakan

komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses sintesis protein

(Nugroho, 2009).

Kalsium (Ca)

Unsur ini yang paling berperan adalah pertumbuhan sel. Ia komponen

yang menguatkan, dan mengatur daya tembus, serta merawat dinding sel.

Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defiensi Ca,

pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu , dan berakibat penyerapan hara

terhambat. Ca berperan dalam proses pembelahan dan perpanjangan sel , dan

mengatur distribusi hasil fotosintesis (Sulaiman dan Eviati, 2005).

Unsur hara kalsium termasuk unsur hara makro sekunder bersama dengan

magnesium dan belerang. Sumber kalsium di dalam tanah berasal dari mineral-

mineral primer seperti Kalsit (CaCO3) dan Dolomit (CaMg(CO3)2), dan garam-

garam sederhana seperti gypsum (CaSO4) dan Ca-fosfat (Hasibuan, 2010).


10

Kalsium (Ca) berfungsi bagi tanaman untuk (a). pengatur kemasaman

tanah dan tubuh tanaman, (b). penting bagi pertumbuhan akar tanaman, (c).

penting bagi pertumbuhan daun, dan (d). dapat menetralisasi akumulasi racun

dalam tubuh tanaman. Ca seperti halnya dengan unsur K berperan mengatur

proses fisika-kimia. Ion Ca menyebabkan dehidratasi, mempengaruhi rumah

tangga air tanaman yang sifatnya antagonik dengan ion K. Ion Ca berperanan

penting pula bagi pertumbuhan tanaman ke arah atas dan pembentukan kuncup

(Syahputra, 2010).

Pupuk dan Pemupukan

Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman

yang jika diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara

tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau

mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai

hasil/produksi yang tinggi. Terdapat 2 jenis pupuk yaitu pupuk anorganik (pupuk

buatan) dan pupuk organik. Untuk mendapatkan hasil gabah yang tinggi dengan

tetap mempertahankan kesuburan tanah,maka perlu dilakukan kombinasi

pemupukan antara pupuk anorganik dengan pupuk organik (Madina, 2015).

Pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk

anorganik. Pupuk dapat berbeda pengertiannya sesuai dengan cakupan

luasannya.Menurut jumlah unsur haranya pupuk dibedakan menjadi pupuk

tunggal dan majemuk.Pupuk tunggal adalah pupuk yang digunakan untuk

menyuplai satu jenis hara,sekalipun di dalamnya terdapat beberapa hara lainnya

sebagai ikatan,sedangkan pupuk majemuk merupakan kombinasi campuran secara


11

fisik atau formulasi pupuk (dua atau lebih pupuk tunggal) untuk memasok dua

atau lebih unsur hara sekaligus.Menurut cara aplikasinya pupuk buatan dibedakan

menjadi dua yaitu pupuk daun dan pupuk akar.Pupuk daun diberikan lewat

penyemprotan pada daun tanaman, sedangkan pupuk akar diserap lewat akar

dengan cara penebaran di tanah (Amilia, 2011).

Pupuk hijau adalah bahan hijauan yang dibenamkan ke dalam tanah untuk

memempertahankan dan meningkatkan kemampuan tanah berproduksi. Pupuk

hijau memberikan beberapa keuntungan: 1) menyulai bahan organik bagi tanah, 2)

menambah nitrogen ke tanah, 3) merupakan makanan bagi mikroorganisme, 4)

mengawetkan dan juga meningkatkan ketersediaan bahan organik. Tanaman

legume atau kacang-kacangan berpengaruh baik digunakan untuk sumber pupuk

hijau.Hal ini disebabkan tanaman kacang-kacangan mampu menambat nitrogen

(Firmansyah, 2011).

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya

untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian pupuk kedalam tanah

bertujuan untuk menambah atau mempertahankan kesuburan tanah, kesuburan

tanah dinilai berdasarkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik hara makro

maupun hara mikro secara berkecukupan dan berimbang. Pemberian pupuk ke

dalam tanah akan menambah satu atau lebih unsur hara tanah dan ini akan

mengubah keseimbangan hara lainnya (Bustami et al., 2012).

Pemupukan merupakan pemberian bahan pada tanah yang bertujuan untuk

menyediakan unsur hara pada tanah dan memperbaiki sifat kimia, fisika, dan

biologi tanah, pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik dan

anorganik. Pupuk anorganik merupakan pupuk buatan pabrik. Pupuk anorganik


12

hanya terdiri unsur-unsur makro yang berasal dari bahan-bahan kimia yang

ditambahkan pada pupuk. Unsur hara makro yang terkandung pada pupuk

anorganik pun terbatas hanya pada unsur yang ditambahkan dan ketersediaanya

bagi tanah lebih cepat dibandingkan pupuk organic (Ratna, 2016).

Metode Substraksi (Missing Element Technic)

Dalam metode substraksi (Missing Element Technic) menggunakan

tanaman indikator dimana satu pot diberikan pupuk dengan unsur hara yang

lengkap. Selanjutnya pada polybag yang lain diberi pupuk dengan mengurangi

satu atau dua unsur hara. Tanaman dipanen pada akhir masa vegetatif dengan cara

memotong bagian tanaman mulai dari batas permukaan tanah. Penetapan berat

kering tanaman dilakukan setelah tanaman diovenkan selama 2 hari hingga

akhirnya diperoleh gambaran status unsur hara (Sutardi, 2017).

Secara umum uji tanah bertujuan untuk: (1) menetapkan status

ketersediaan hara dalam tanah; (2) menunjukkan tingkat keseriusan defisiensi atau

keracunan unsur suatu tanaman; (3) menyusun rekomendasi pemupukan; dan (4)

menilai harkat hara tanah untuk memantau pencemaran lingkungan akibat

pemupukan berlebihan atau pencemaran limbah. Salah satu metode yang dapat

dilakukan yaitu dengan metode substraksi (Missing Element Technic) ataupun

disebut dengan metode minus one test (Setyorini, 2003).

Teknik biologis yang lebih sederhana dan lebih cepat telah dikembangkan

yaitu dengan melibatkan tanaman dan jumlah tanah yang lebih sedikit dalam

percobaan. Salah satu pendekatan yang pernah dikembangkan adalah didasarkan

pada identifikasi defisiensi unsur hara dengan menggunakan teknik missing

element atau minus one test, ataupun plus one test. Pada minus one test ,
13

perlakuan lengkap dianggap sebagai kontrol, sedangkan perlakuan-perlakuan

lainnya merupakan perlakuan lengkap dikurangi satu macam unsur hara secara

berturut-turut (Nursyamsi, 2001).

Percobaan pot dengan teknik minus one test dapat memberikan tiga

macam informasi, yaitu (1) unsur hara apa yang defisiensi, (2) kepentingan relatif

defisiensi, (3) laju penurunan kesuburan tanah pada panen yang berurutan kalau

digunakan indikator tanaman rerumputan (pasture). Dalam banyak kasus ternyata

tahapan yang dianggap masih lemah adalah penentuan dosis pupuk untuk

perlakuan lengkap. Kesalahan yang serius dapat terjadi kalau dosis ini ditetapkan

secara sembarangan. Oleh karena itu diperlukan uji tanah sebelum pelaksanaan

percobaan (Budiarto, 2001).

Metode yang digunakan untuk mengetahui pembatas hara bagi

pertumbuhan tanaman adalah minus one test atau plus one test. Metode minus one

test diterapkan untuk tanah-tanah dengan tingkat kesuburan rendah sampai

sedang, karena tanah tersebut diduga mengalami beberapa kahat hara sehingga

perlu diuji dengan perlakuan pemupukan lengkap terlebih dahulu. Metode plus

one test ditujukan untuk tanah dengan tingkat kesuburan sedang sampai tinggi,

karena tanah tersebut diduga cukup hara sehingga hanya perlu diuji hara pembatas

utamanya dengan penambahan satu unsur hara (Setyorini, 2003).


14

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum dilakukan di lahan dan di laboratorium kesuburan tanah

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl. Praktikum ini dilaksanakan pada bulan

Oktober sampai bulan Desember 2018.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tanah Ultisol

Tanjung Morawa sebagai media tanam, benih jagung sebagai indikator

pengamatan, polybag sebagai tempat tanah, air untuk menyiram tanaman, karung

sebagai tempat tanah, batu-bata sebagai alas polybag, kantong plastik untuk

tempat contoh tanah, plastik transparan sebagai tempat pupuk, karet untuk

mengikat, pupuk N, P, K, Ca dan Mg sebagai bahan perlakuan, label dan stik es

sebagai penanda untuk setiap perlakuan.

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cangkul untuk

mencangkul tanah, gembor untuk menyiram air, ayakan untuk mengayak tanah,

timbangan sebagai alat untuk menimbang berat sampel tanah dan pupuk, oven

sebagai alat untuk mengeringkan tanah, cawan untuk tempat contoh tanah,

kalkulator sebagai alat hitung persentase berat tanah kering dan kebutuhan pupuk,

ember sebagai tempat untuk merendam benih, penggaris/meteran sebagai alat

ukur panjang tanaman, jangka sorong sebagai alat ukur diameter batang, spidol

untuk menandai polybag, plank sebagai penada plot, pacak untuk tiang spanduk,
15

spanduk untuk memagari lahan, amplop untuk tempat berat kering tanaman,

kamera sebagai alat dokumentasi, dan alat tulis untuk menulis data.

Metode Percobaan

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah secara sederhana

yaitu, Metode Substraksi (Missing Element Technic). Dalam metode ini

menggunakan tanaman indikator dimana satu polybag diberikan unsur hara yang

lengkap. Selanjutnya pada polybag lain diberi pupuk dengan mengurangi satu atau

dua unsure hara, dan ada yang tanpa diberi pupuk. Tanaman di panen pada akhir

masa vegetatif dengan cara memotong bagian tajuk tanaman mulai dari batas

permukaan tanah.

Selanjutnya dilakukan pengambilan seluruh akar tanaman indikator dari

dalam pot percobaan. Penetapan berat kering tanaman baik bagian tajuk maupun

bagian akar dilakukan setelah tanaman di ovenkan selama 2 hari. Berdasarkan

metode ini, diperoleh informasi mengenai unsure hara apa yang kahat, kekahatan

unsure hara apa yang relatif penting dan besarnya penurunan tingkat kesuburan

tanah.

Tabel 1. Perlakuan Percobaan


No Perlakuan Unsur Hara
1 Kontrol -
2 Lengkap N P K Ca Mg
3 -N P K Ca Mg
4 -P N K Ca Mg
5 -K N P Ca Mg
6 -Ca N P K Mg
7 -Mg N P K Ca
8 -NP K Ca Mg
16

9 -NK P Ca Mg
10 -NPK Ca Mg

Tabel 2. Jenis Pupuk dan Dosis Perlakuan


Jenis Pupuk Kadar Hara Dosis Perlakuan Jumlah Pupuk
(g/pot)
Urea 45% N 250 ppm N 2,2
SP-36 36% P2O5 150 ppm P 4,7
MOP 60% K2O 100 ppm K 1,09
CaCO3 56% CaO 75 ppm Ca 1
Kieserit 27% MgO 75 ppm Mg 2,3

Tabel 3. Jenis dan Dosis Pupuk yang diberikan untuk setiap perlakuan
No Perlakuan Urea SP-36 MOP CaCO3 Kieserit
(g/pot) (g/pot) (g/pot) (g/pot) (g/pot)
1 Kontrol - - - - -
2 Lengkap 2,2 4,7 1,09 1 2,3
3 -N - 4,7 1,09 1 2,3
4 -P 2,2 - 1,09 1 2,3
5 -K 2,2 4,7 - 1 2,3
6 -Ca 2,2 4,7 1,09 - 2,3
7 -Mg 2,2 4,7 1,09 1 -
8 -NP - - 1,09 1 2,3
9 -NK - 4,7 - 1 2,3
10 -NPK 2,2 - - 1 2,3
17

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Pengambilan Contoh Tanah Komposit

Tanah diambil secara komposit dari lahan yang cukup luas di Tebing

Tinggi.Satu contoh tanah komposit terdiri dari 20-30 contoh tanah individual

dapat mewakili tanah seluas 10-15 ha. Hal tersebut tergantung keadaan setempat.

Makin homogen keadaan daerahnya makin sedikit jumlah contoh tanah individual

yang diperlukan sebaliknya makin heterogen akan makin banyak. Agar diperoleh

contoh tanah yang mewakili maka pengambilan tanah komposit dilakukan secara

zig zag.

Pada setiap titik, tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm setelah terlebih

dahulu tumbuhan diatasnya dibersihkan.Lokasi pengambilan contoh tanah tidak

boleh di tepi dijalan raya, dekat rumah, bekas timbunan dan bekas tumpukan

sampah. Bahan tanah yang diambil dari setiap titik dicampurkan secara merata

dan ditempatkan pada wadah atau karung yang bersih (bukan karung bekas pupuk

dan pestisida).

Penanganan Contoh Tanah

Contoh tanah yang telah diambil harus segera dikering udarakan dengan

cara menganginkannya (jangan dijemur dibawah cahaya matahari).Bila telah

kering maka dilakukan pengayakan dengan ayakan 8 mesh (ayakan pasir). Karena

perhitungan kebutuhan pupuk didasarkan atas satuan ppm dan berat tanah dalam

satuan berat kering mutlak, maka perlu dihitung kadar airnya.Untuk itu diambil

sedikit contoh tanah dan dihitung kadar airnya di laboratorium. Tanah yang telah
18

kering udara (KA < 10%) dimasukkan ke pot (polybag) setara dengan 5 kg berat

kering mutlak/pot, yaitu dengan menggunakan rumus:

BTKU = BTKO + (%KA x BTKO)

BTKU : Berat tanah kering udara

BTKO : Berat tanah kering oven

%KA : Persen kadar air tanah

Vair = (%KL - %KA) x BTKO

Vair : Volume air penyiraman

Persiapan Lahan

Adapun yang dilakukan dalam persiapan lahan adalah pembersihan

gulma, pembutan paret (aliran drainase) dengan ukuran 30 cm dan kedalaman 15

cm, pembuatan plot dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 1 m.

Persiapan Media Tanam

Tanah yang telah diambil harus segera dikering udarakan dengan cara

menganginkannya (jangan dijemur dibawah cahaya matahari).Bila telah kering

maka dilakukan pengayakan dengan ayakan 8 mesh (ayakan pasir), setalah itu

tanah yang telah diayakan dimasukkan kedalam polybag (ukuran 5 kg) sebanyak

5 kg.

Penanaman Tanaman Indikator

Adapun benih yang digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung.

Benih tanaman jagung indikator ditanam tepat di tengah polybag sebanyak 2-3 biji

pada kedalaman 2-3 cm. Benih tanaman jagung direndam dalam aqua cap yang

telah terisi air dengan waktu 5 menit.

Pemupukan
19

Aplikasi pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan dan dosis dari masing-

masing pupuk. Pada saat tanam, seluruh dosis pupuk ditaburkan secara merata di

permukaan tanah dan kemudian diaduk sedikit agar tertimbun tanah.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Adapun kegiatan penyiraman dilakukan setiap hari. Apabila turun hujan

tanaman tidak perlu disiram pada hari itu,karena tanaman sudah cukup air dan

tidak perlu lagi dilakukan penyiraman.

Penyisipan

Penyisipan dilakukan 3 minggu setelah tanam dan penyisipan dilakukan

pada tanaman yang mati saja,penyisipan diambil dari tanaman yang lebih dari

polybag penyisipan tanaman jagung.

Penjarangan

Penjarangan tanaman dilakukan 3 minggu setelah tanam, penjarangan

tanaman dilakukan menggunakan gunting pada tanaman yang tumbuh didalam

polybag terdapat 2 tanaman atau lebih, agar tanaman dapat tumbuh dangan

optimal.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada setiap saat kegiatan praktikum dilaksanakan

secara teratur, penyiangan dilakukan seminggu sekali dilahan membersihkan

gulma pada polybag dengan cara mencabut.

Panen
20

Panen dilakukan pada saat akhir masa vegetatif yang ditandai dengan

munculnya bunga, kemudian dilakukan dengan cara memotong bagian tajuk

tanaman mulai dari batas permukaan tanah.

Parameter Pengamatan

Tinggi Tanaman (cm)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam mengukur tinggi tanaman dimulai

dari 1 mst,diukur mulai dari dasar batang dpermukaan tanah hingga sampai titik

tumbuh tanaman jagung menggunakan rol (penggaris) dengan cara daun tanaman

di kuncupkan dari bawah keatas hingga didapat daun tanaman yang paling tinggi.

Agar tidak terjadi perubahan dasar pengukuran akibat pertumbuhan maka

kita buat patok berupa stik eskrim yang ditanamkan dekat pada batang dan diberi

tanda awal pengukuran

Jumlah Daun (helai)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam mengukur jumlah daun tanaman

jagung dengan cara menghitung jumlah daun yang sudah seutuhnya membuka

maka daun jagung sudah bisa dihitung dimulai 1 mst dan diamati setiap minggu.

Diameter Batang (mm)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam mengukur diameter batang adalah

1 mst menggunakan jangka sorong yang diukur pada bagian batang bawah

tanaman jagung dan diamati setiap minggu.

Gejala Defesiensi

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam melihat gejala defesiensi dalam

tanaman jagung diperhatikan setiap saat praktikum,tanaman dilihat gejala


21

defesiensi dimulai dari tanaman yang sudah tumbuh dan mencul daun dan dilihat

tanaman mengalami gejala kekurangan air atau kekurangan pupuk(N,P,K,Ca,Mg).

Berat Kering Akar (gram)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam mengukur kering akar adalah pada

awal setelah batang dipotong, maka akar yang tinggal didalam tanah dikeluarkan

dengan cara mencuci tanah dengan air dalam wadah hingga akar terlepas,

kemudian dicuci bersih, kemudian akar dimasukkan kedalam amplop yang telah

diberi lobang dan label sesuai dengan perlakuan, selanjutnya dikeringkan oven

pada temperatur 70 C selama kurang lebih 2 malam hngga berat konstan lalu

ditimbang.

Berat Kering Tajuk (gram)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam mengukur bobot kering tajuk

adalah pada umur 8 MST dilakukan pemotongan bagian atas tanaman pada

pangkal batang menggunakan gunting, kemudian tajuk dimasukkan kedalam

amplop yang telah diberi lobang dan label sesuai dengan perlakuan, selanjutnya

dikeringkan oven pada temperatur 70oC selama lebih kurang 2 malam hingga

beratnya konstan lalu ditimbang. Pada temperatur 70oC selama kurang lebih 2

malam hingga berat konstan lalu ditimbang.


22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman

Adapun percobaan yang dilakukan didapati data tinggi tanaman sesuai

dengan berikut :

Tabel 4. Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 1


Perlakuan
MST
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK
2 33 35 33 30 30.5 30.2 31 31 33 30
3 48 45 47 40 40 35 45.5 59.5 45 40.5
4 66.8 53.7 54,7 85.3 48.7 38 68 74,5 53.3 66.5
5 90.4 70.6 80.6 90.4 80 79 91.8 105.6 86 99.2
6 98 99.5 106.2 110.2 98.7 100.5 103.5 121 102.5 111.5
7 99 110 122 126.5 118 121.1 130 131 111.3 116.1
Total 435.2 413.8 388.8 482.4 415.9 403.8 469.8 448.1 431.1 463.8

Rataan 72.5 69.0 77.8 80.4 69.3 67.3 78.3 89.6 71.9 77.3

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi tinggi

tanaman yaitu pada perlakuan -NP dengan rata-rata 89,6 cm dan data terendah

tinggi tanaman yaitu pada perlakuan -Ca dengan rata-rata yaitu 67,3 cm.

Tabel 5. Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 2


Perlakuan
MST
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK
2 33 27 35.5 32 28 23.5 30 33 29.3 26.5
3 50 28 42.5 62.5 43.5 31 39 55 39.5 40
4 65.7 29.4 58.3 89.1 56.3 35.8 46.3 63.5 57.8 60
5 90.5 30.5 100.3 109 83.5 53 87 99 85.5 90
6 100 42.5 115.4 118.4 99 66.3 108.2 105.7 102.3 105
23

7 100 58.5 120.5 120 118.5 79 121 121.7 111.2 113.3


Total 439.2 215.9 472.5 531 428.8 288.6 431.5 477.9 425.6 434.8

Rataan 73.2 36.0 78.8 88.5 71.5 48.1 71.9 79.7 70.9 72.5

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi tinggi

tanaman yaitu pada perlakuan -P dengan rata-rata 88,5 cm dan data terendah

tinggi tanaman yaitu pada perlakuan lengkap dengan rata-rata yaitu 36 cm.

Jumlah daun

Adapun percobaan yang dilakukan didapati data jumlah daun tanaman

sesuai dengan berikut :

Tabel 6. Jumlah Daun Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 1


Perlakuan
MST
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4
4 5 4 3 4 4 3 4 5 4 4
5 5 5 5 6 5 5 6 7 5 6
6 4 6 6 8 7 6 7 6 6 7
7 5 7 7 7 7 5 7 6 4 5
Total 26 28 27 32 29 25 31 31 25 30

Rataan 4.3 4.7 4.5 5.3 4.8 4.2 5.2 5.2 4.2 5.0

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi jumlah

MST Perlakuan

daun yaitu pada perlakuan –P dengan rataan 5,3 helai dan data terendah jumlah

daun yaitu pada perlakuan –Ca dan -NK dengan rataan yaitu 4,2 helai.
24

Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK


2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4
4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 3
5 5 2 6 6 6 4 6 7 6 5
6 5 4 6 5 7 5 7 6 6 6
7 5 5 6 5 7 6 6 5 4 5
Total 27 20 29 28 30 24 30 30 27 27

Rataan 4.5 3.3 4.8 4.7 5.0 4.0 5.0 5.0 4.5 4.5

Tabel 7. Jumlah Daun Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 2


Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi jumlah

daun yaitu pada perlakuan –K, -Mg, -NP dengan rataan 5 helai dan data terendah

jumlah daun yaitu pada perlakuan lengkap dengan rataan yaitu 3,3 helai.

Diameter Batang

Adapun percobaan yang dilakukan didapati data diameter batang sesuai

dengan berikut :

Tabel 8. Diameter Batang Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 1


Perlakuan
MST
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK
2 0,75 0,35 0,35 0,55 0,55 0,35 0,55 0,35 0,75 0,55
3 0,76 0,45 0,65 0,55 0,62 0,55 0,60 0,75 0,78 0,75
4 0,77 0,60 0,77 0,55 0,75 0,62 0,75 1 0,82 1
5 0,80 0,75 0,81 0,60 0,81 0,67 0,80 1,30 0,87 1,25
6 1,35 0,85 1,4 1,85 1,35 0,8 1,4 1,4 1,25 1,65
7 1,37 0,90 1,6 1,86 1,37 0,9 1,6 1,6 1,26 1,66
Total 5.8 3.9 5.58 5.96 5.45 3.89 5,7 6,4 5,73 6,86

Rataan 1.0 0.7 0.9 1.0 0.9 0.6 0,95 1,06 0,95 1,14

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi diameter

batang yaitu pada perlakuan -NP dengan rataan 1,06 cm dan data terendah jumlah

daun yaitu pada perlakuan lengkap dengan rataan yaitu 0,7 cm.

Tabel 9. Diameter Batang Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 2


Perlakuan
MST
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK
25

2 0,55 0,55 0,35 0,5 0,35 0,35 0,75 0,55 0,55 0,35
3 0,57 0,58 0,55 1 0,45 0,38 0,78 0,60 0,56 0,45
4 1 0,60 0,77 1,25 0,75 0,45 0,80 0,77 0,57 0,57
5 1,2 0,72 0,80 1,32 0,80 0,49 0,82 0,82 0,60 0,62
6 1,35 1,75 1,3 1,6 1,35 1,45 2,25 1,35 2 1,45
7 1,36 1,77 1,5 1,8 1,37 1,47 2,27 1,35 2,2 1,47
Total 6.03 5.97 5.27 7.47 5.07 4.59 7,67 5,44 6,48 4,91

Rataan 1.01 1.00 0.88 1.25 0.85 0.77 1,28 0,9 1,08 0,82

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi diameter

batang yaitu pada perlakuan -Mg dengan rataan 1,28 cm dan data terendah jumlah

daun yaitu pada perlakuan -Ca dengan rataan yaitu 0,77 cm.

Berat Kering Akar dan Tajuk Tanaman

Adapun percobaan yang dilakukan didapati data berat kering akar dan

tajuk tanaman sesuai dengan berikut :

Tabel 10. Berat Kering Akar dan Tajuk Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Tinggi
Gambar Berat Tajuk Berat Akar
Perlakuan Tajuk
U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2

98 94 5,89 1,64 2,20


Kontrol 16,1gr
cm cm gr gr gr

116 78 29,85 6,37 1,15


Lengkap 2 gr
cm cm gr gr gr

129 123 55,5 32,56 3,34 4,62


-N
cm cm gr gr gr gr
26

143 119 92,27 50,41 10,14 4,59


-P
cm cm gr gr gr gr

126 127 22,96 56,96 4,47


-K 5 gr
cm cm gr gr gr

128 78 24,45 12,84 8,28 1,36


-Ca
cm cm gr gr gr gr

151 130 32,80 44,71 10,59 6,71


-Mg
cm cm gr gr gr gr

133 120 47,57 26,35 8,90 4,45


-NP
cm cm gr gr gr gr

113 117 23,54 41,89 3,99 13,24


-NK
cm cm gr gr gr gr
27

123 118 44,89 33,93 4,38 3,27


-NPK
cm cm gr gr gr gr

Tabel 11. Keterangan Gambar dan Gejala Defisiensi Unsur Hara


Gambar Gejala Defisiensi Hara
Perlakuan
U1 U2 U1 U2
- Batang kurus - Batang kurus
- Daun tua mengering - Terdapat bercak-
dan mati bercak putih di daun
Kontrol - Daun berwarna hijau - Daun tua mengering
kekuningan dan mati
- Daun berwarna hijau
kekuningan

- Batang kurus
- Daun tua mengering
- Daun menggulung
dan mati
- Daun tua mengering
- Daun berwarna hijau
dan mati
pucat
Lengkap - Daun berwarna hijau
- Pertumbuhan
pucat
tanaman sangat
- Terdapat bercak-
lambat
bercak putih di daun

- Batang kurus - Batang kurus


- Daun bagian bawah - Daun menggulung
menggulung - Terdapat bercak-
- Daun tua mengering bercak kuning di
-N dan mati daun
- Terdapat bercak- - Daun tua mengering
bercak putih di daun dan mati
28

- Batang kurus - Daun menggulung


- Daun menggulung - Tanaman layu
- Daun tua mengering - Daun tua mengering
dan mati dan mati
-P - Terdapat bercak- - Daun berwarna hijau
bercak putih di daun pucat
- Batang kurus

- Daun menggulung - Batang kurus


- Daun tua mengering - Daun menggulung
dan mati - Terdapat bercak-
- Batang kurus bercak kuning di
-K - Terdapat bercak- daun
bercak coklat di daun

- Daun tua mengering - Pertumbuhan sangat


dan mati lambat
- Batang kurus - Daun tua mengering
- Terdapat bercak- dan mati
bercak coklat di daun - Daun berwarna hijau
-Ca pucat
- Terdapat bercak-
bercak putih pada
daun

- Daun tua mengering - Daun tua mengering


dan mati dan mati
- Daun menggulung - Daun menggulung
-Mg - Batang kurus - Tanaman layu
- Terdapat bercak- - Batang kurus
bercak kuning di - Terdapat bercak-
daun bercak kuning di
daun
- Daun tua mengering - Daun tua mengering
dan mati dan mati
- Batang kurus - Batang kurus
- Daun berwarna hijau - Terdapat bercak-
-NP pucat bercak kuning di
- Terdapat bercak- daun
bercak kuning di
daun
29

- Daun tua mengering - Daun menggulung


dan mati - Batang kurus
- Daun berwarna hijau - Daun tua mengering
pucat dan mati
- Batang kurus - Daun berwarna hijau
-NK - Daun menggulung pucat
- Terdapat bercak-
bercak kuning di
daun

- Daun berwarna hijau - Daun menggulung


kekuningan - Daun tua mengering
- Daun tua mengering dan mati
-NPK dan mati - Batang kurus
- Batang kurus - Terdapat bercak-
- Terdapat bercak bercak coklat di daun
coklat di daun
Pembahasan

Tanah yang digunakan dalam percobaan ialah tanah ultisol Tanjung

Morawa yaitu tanah yang memiliki tingkat kemasaman kurang dari 4,5 sesuai

dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam

menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Hal ini sesuai

dengan literatur Alibasyah (2016) yang menyatakan bahwa Ultisol mempunyai

ciri memiliki penampang tanah yang dalam, reaksi tanah masam (pH<4,5),

kejenuhan Al tinggi dan kejenuhan basa rendah.

Metode evaluasi kesuburan tanah yang digunakan pada percobaan ini

adalah metode substraksi. Metode substraksi (Missing Element Technic) adalah

metode yang menggunakan tanaman indikator dalam pengamatannya. Hal ini

sesuai dengan literatur Sutardi (2017) yang menyatakan bahwa dalam metode

substraksi (Missing Element Technic) menggunakan tanaman indikator dimana

satu pot diberikan pupuk dengan unsur hara yang lengkap.


30

Tanaman jagung digunakan pada percobaan karena tanaman jagung

merupakan tanaman indikator yang respon terhadap unsur haranya cepat dan

berumur pendek. Salah satu parameter yang diamati yaitu gejala defisiensi

contohnya pada unsur hara P yang jika kekurangan akan menyebabkan tanamman

kerdil. Hal ini sesuai dengan literatur Pradipta (2016) yang menyatakan bahwa

defisiensi fosfor mengakibatkan pertumbuhan lambat, lemah, dan kerdil. Unsur

fosfor berperan dalam proses fotosintesis, penggunaan gula dan pati, serta transfer

energy.

Pada parameter tinggi tanaman didapat hasil bahwa data tinggi tanaman

tertinggi ulangan I adalah pada perlakuan –NP dengan rata-rata yaitu 89,6 dan

ulangan II adalah pada perlakuan –P yaitu 88,5 cm sedangkan rataan tinggi

tanaman terendah ulangan I adalah pada perlakuan -Ca yaitu 67,3 cm dan ulangan

II adalah pada perlakuan lengkap yaitu 36 cm. Hal ini disebabkan tanah ultisol

memiliki masalah keasaman tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Alibasyah

(2016) yang menyatakan bahwa sifat kimia tanah Ultisol yang mengganggu

pertumbuhan tanaman adalah pH yang rendah (masam) yaitu < 5,0 dengan

kejenuhan Al tinggi yaitu >42%.

Pada parameter diameter batang didapat hasil bahwa data diameter batang

tertinggi ulangan I adalah pada perlakuan –NP dengan rata-rata yaitu 1,06 dan

ulangan II adalah pada perlakuan –Mg yaitu 1,28 sedangkan rataan diameter

batang terendah ulangan I adalah pada perlakuan lengkap yaitu 0,7 dan ulangan II

adalah pada perlakuan -Ca yaitu 0,77. Hal ini disebabkan tanah ultisol miskin

unsur hara. Hal ini sesuai dengan literatur Wijayanti (2017) yang menyatakan
31

bahwa tanah ultisol tanah yang kurang subur karena selain sifat kimia tanah yang

rendah, sifat fisika tanahnya pun juga buruk.

Pada parameter jumlah daun didapat hasil bahwa data jumlah daun

tertinggi ulangan I adalah pada perlakuan -P dengan rata-rata yaitu 5,3 helai dan

ulangan II adalah pada perlakuan -K, -Mg dan -NP yaitu 5 helai sedangkan rataan

jumlah daun terendah ulangan I adalah pada perlakuan -Ca dan -NK yaitu 4,2

helai dan ulangan II adalah pada perlakuan lengkap yaitu 3,3 helai. Hal

disebabkan tanah ultisol miskin unsur hara. Hal ini sesuai dengan literatur Yunita

(2016) yang menyatakan bahwa ultisol memiliki keterbatasan yaitu reaksi tanah

yang masam karena mengalami pencucian basa-basa yang intensif, kandungan

unsur hara relatif rendah salah satunya unsur kalium (K), bahan organik rendah,

dan kapasitas tukar kation (KTK) rendah, sehingga tingkat kesuburan alami tanah

sangat rendah.
32

KESIMPULAN

1. Tanah yang digunakan dalam percobaan ialah tanah ultisol Tanjung

Morawa.

2. Metode evaluasi kesuburan tanah yang digunakan pada percobaan ini adalah

metode substraksi. Metode substraksi (Missing Element Technic).

3. Tanaman jagung digunakan karena respin terhadap unsur hara cepat terlihat

dan berumur pendek.

4. Pada parameter tinggi tanaman tertinggi ulangan I pada perlakuan –NP

yaitu 89,6 cm dan ulangan II pada perlakuan –P yaitu 88, 5 cm dan data

terendah ulangan I pada perlakuan -Ca yaitu 67,3 cm dan ulangan II pada

perlakuan lengkap yaitu 36 cm.

5. Pada parameter diameter batang tertinggi ulangan I pada perlakuan –NP

yaitu 1,06 dan ulangan II pada perlakuan –Mg yaitu 1,28 dan data terendah

ulangan I pada perlakuan lengkap yaitu 0,7 dan ulangan II pada perlakuan

-Ca yaitu 0,77.

6. Pada parameter jumlah daun tertinggi ulangan I pada perlakuan –P yaitu 5,3

helai dan ulangan II pada perlakuan -K, -Mg dan -NP yaitu 5 helai dan data

terendah ulangan I pada perlakuan -Ca dan -NK yaitu 4,2 helai dan ulangan

II pada perlakuan lengkap yaitu 3,3 helai.


33

DAFTAR PUSTAKA

Adelia, Koesriharti dan Sunaryo. 2013. Pengaruh Penambahan Unsur Hara Mikro
(Fe Dan Cu) Dalam Media Paitan Cair Dan Kotoran Sapi Cair Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Bayam Merah (Amaranthus tricolorL.) Dengan
Sistem Hidroponik Rakit Apung. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 3. No. 1:
(2).

Amilia, Y. 2011. Penggunaan Pupuk Organik Cair Untuk Mengurangi Dosis


Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Padi Sawah (Oryza sativaL.). IPB.
Bogor.

Arifin, Z. 2011. Analisis Nilai Indeks Kualitas Tanah Entisol Pada Penggunaan
Lahan Yang Berbeda. Jurnal Agroteksos Vol. 21.

Budiarto. 2001. Pengelolaan Kahat Hara pada Inceptisols untuk Meningkatkan


Pertumbuhan Tanaman Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Bustami, Sufardi dan Bakhtiar. 2012. Serapan Hara Dan Efisiensi Pemupukan
Phosfat Serta Pertumbuhan Padi Varietas Lokal. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Lahan Vol. 1. No. 2 : (1).

Firmansyah, M.A. 2011. Peraturan Tentang Pupuk, Klasifikasi Pupuk Alternatif


Dan Peranan Pupuk Organik Dalam Peningkatan Produksi Pertanian.
Peneliti Kesuburan dan Biologi Tanah di BPTP. Kalimantan Tengah.

Haris dan Veronica. 2010. Studi Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Jagung Manis (Zea maysSaccharata Sturt) Varietas Super Bee.
Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus. Palangkaraya.

Hasibuan, B. E. 2010. Pupuk dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Hutapea, J. M. 2012. Tanggap Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.)


Terhadap Pemberian Pupuk Organik. FP USU. Medan.

Irawan, D. 2012. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung (Zea Mays L.)
Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia Polysora Underw.) Di Dataran
Rendah. FP USU. Medan.

Kuyik, A. R. 2013. Respons TanamanJagung Manis (Zea maysL.)Terhadap


Pemberian Pupuk Organik. FP USU. Medan.

Madina, R. W. 2015. Pelatihan Teknis Budidaya Padi Bagi Penyuluh Pertanian


Dan Babinsa. Badan Penyuluhan Dan Pengembangan Sdm Pertanian.

Marajo, R. K. 2003. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Lamtoro Dan Pupuk


Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
34

Jagung Manis ( Zea mays L.Saccharata Sturt.). FP Universitas Bandar


Lampung. Bandar Lampung.

Novizan. 2015. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. Fakultas


Pertanian. Universitas Sumatera utara. Medan.

Nugroho. 2009. Tanah dan Pengolahan. CV Alfabeta. Bandung.

Nursyamsi. 2001. Pengelolaan Kahat Hara pada Inceptisols untuk Meningkatkan


Pertumbuhan Tanaman Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Pratama, B. J. 2015. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK Majemuk Susulan Yang


Diaplikasikan Saat Awal Berbunga (R1) Pada Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Kedelai (Glycine max [L.] Merill). FP UNILA. Lampung.

Purwati, M. S. 2013. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit


(Elaeis guineensis Jacq) Terhadap Pemberian Dolomit Dan Pupuk Fosfor.
Fakultas Pertanian Universitas Widya Gama Mahakam. Kalimantan Timur.

Putra, A. D. 2014. Aplikasi Pupuk Urea Dan Pupuk Kandang Kambing Untuk
Meningkatkan N-Total Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala Dan
Kaitannya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung(Zea mays L.).FP
USU. Medan.

Ratmini, S. 2014. Peluang Peningkatan Kadar Seng (Zn) Pada Produk Tanaman
Serealia. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatera Selatan.

Ratna, N. E. 2016. Pengaruh Dosis Pupuk Organonitrofos Plus, Pupuk Anorganik


Dan Biochar Terhadap Pertumbuhan Dan Serapan Hara N, P, K Tanaman
Jagung Manis (Zea maysSaccharata L.) Pada Tanah Ultisols Taman Bogo.
FP UNILA. Lampung.

Ratnasari, D. 2009. KALIBRASI Kadar Hara Tanaman Kelapa Sawit


(Elaeis guinensis) Belum Menghasilkan Dengan Menggunakan Metode
Sekat Pertumbuhan Terbaik. Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya
Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Simanjuntak, M. 2015. Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di


Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. Bidang Dinamika Laut, Penelitian
Oseanografi-LIPI. Ilmu Kelautan UNDIP. Semarang.

Subandi. 2007. Ketersediaan Nitrogen Pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian
Tiga Bahan Organik Dan Serapannya Pada Tanaman Jagung. Jurnal Online
Agroekoteknologi Vol.1.

Suharta, N. 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi Terhadap


Pertumbuhan Dan Hasil Ubi Jalar. Universitas Andalas. Padang.
35

Sutardi. 2017. Kajian Minus One Test Dan Kesuburan Lahan Pasir Untuk
Budidaya Tanaman Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Yogyakarta.

Syahputra, S. E. 2010. Pengelolaan Hara Pada Berbagai Varietas Jagung (Zea


maysL.) Di Tanah Inceptisol Kabupaten Deli Serdang. FP USU. Medan.

Taufiq, A. 2006. Identifikasi Masalah Keharaan Tanaman Kedelai. Balai


Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang

Utami dan Suci. 2003. Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal
Ilmu Pertanian Vol. 10. Yogyakarta.

Wakiden, H. 2013. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis(Zea


mays Ssaccharata Sturt) Berdasarkan Variasi Varietas Dan Pemupukan
Phonska. FP Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Yamani, A. 2010. Kajian Tingkat Kesuburan Tanah Pada Hutan Lindung Gunung
Sebatung Di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis
Volume 11.

Anda mungkin juga menyukai