Bahan Tax

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Tarif PTKP 2024 Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Golongan Kode Tarif PTKP


TK/0 (tanpa
Rp54.000.000
tanggungan)

Tidak Kawin (TK) TK/1 (1 tanggungan) Rp58.500.000


TK/2 (2 tanggungan) Rp63.000.000
TK/3 (3 tanggungan) Rp67.500.000
K/0 (tanpa tanggungan) Rp58.500.000
K/1 (1 tanggungan) Rp63.000.000
Kawin (K)
K/2 (2 tanggungan) Rp67.500.000
K/3 (3 tanggungan) Rp72.000.000
KI/0 (tanpa tanggungan) Rp112.500.000

Kawin + Istri (K/I) Penghasilan suami dan KI/1 (1 tanggungan) Rp117.000.000


istri digabung KI/2 (2 tanggungan) Rp121.500.000
KI/3 (3 tanggungan) Rp126.000.000

Perbandingan Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Orang


Pribadi di UU PPh dan UU HPP
Lapisan UU PPh UU HPP
Tarif Rentang PKP Tarif Rentang PKP Tarif
I 0 – Rp 50 juta 5% 0 – Rp 60 juta 5%
II > Rp 50 – 250 juta 15% > Rp 60 – 250 juta 15%
III > Rp 250 – 500 juta 25% > Rp 250 – 500 juta 25%
IV > Rp 500 juta 30% > Rp 500 juta – 5 miliar 30%
V > 5 miliar 35%
Andi memiliki status pribadi atau tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan. Andi
menerima gaji setiap bulan sebesar Rp10.000.000 atau Rp120.000.000 per tahun.
Bagaimanakah cara melakukan perhitungan PPh 21 untuk Andi?

Jawab:
Gaji per bulan = Rp10.000.000
Gaji dalam satu tahun = Rp120.000.000

PKP = Rp120.000.000 - PTKP per tahun


= Rp 120.000.000 - Rp54.000.000 =Rp66.000.000

PKP Andi masuk ke lapisan kedua antara Rp50.000.000 hingga Rp250.000.000,


maka berlaku dua lapis tarif PPh 21:
 Lapisan pertama Rp60.000.000 x 5% = Rp3.000.000
 Lapisan kedua Rp6.000.000 x 15% = Rp900.000
 Total PPh 21: Rp3.900.000

PPh 21 terutang setahun = Rp3.900.000


PPh 21 dalam sebulan = Rp325.000

PPh PASAL 21 (7)


SEBELUMNYA telah dibahas poin-poin penting terkait pajak penghasilan (PPh) Pasal 21, antara
lain mengenai pengertian dan pihak pemotong, kategori penerima penghasilan, jenis penghasilan
yang dipotong, penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dasar pengenaan dan pemotongan,
serta ketentuan tarif PPh Pasal 21. Kini, untuk lebih memahaminya, berikut adalah beberapa ulasan
contoh soal perhitungan PPh Pasal 21.

 Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Berupa Bonus dan


Premi

Kasus dan Pertanyaan:


Seorang karyawan bernama Adi Septiawan (kawin) dan memiliki 4 orang anak, bekerja pada PT
XYZ dengan memperoleh gaji sebesar Rp14.000.000 per bulan. Perusahaan tempat Adi bekerja
mengikuti program jamsostek.
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan premi Jaminan Kematian (JKM) dan Iuran Jaminan Hari
Tua (JHT) dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,5%, 0,3%, dan 3,7%
dari gaji.
Selain itu, Adi juga membayar iuran pensiun Rp150.000 dan iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari
gaji untuk setiap bulan. Pada tahun berjalan, Adi juga menerima bonus sebesar Rp8.000.000.
Pertanyaannya, berapa besar PPh Pasal 21 atas bonus tersebut?
Jawaban:
PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun)

(a) Gaji setahun 168.000.000

(b) Bonus 8.000.000

(c) Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 2.520.000

(d) Premi Jaminan Kematian 504.000

(e) Penghasilan Bruto setahun (a+b+c+d) 179.024.000

(f) Pengurangan

1. Biaya Jabatan 6.000.000

2. Iuran pensiun setahun 1.800.000

3. Iuran Jaminan Hari Tua 3.360.000

(g) Penghasilan neto setahun (e-f) 167.864.000

(h) PTKP (K/3) 72.000.000

(i) Penghasilan Kena Pajak (g-h) 95.864.000

(j) PPh Pasal 21 terutang

5% x Rp 50.000.000 2.500.000

15% x Rp 45.864.000 6.879.600

PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus 9.379.600


PPh Pasal 21 atas Gaji Setahun

(a) Gaji setahun 168.000.000

(b) Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 2.520.000

(c) Premi Jaminan Kematian 504.000

(d) Penghasilan Bruto setahun (a+b+c) 171.024.000

(e) Pengurangan
1. Biaya Jabatan (5%) 6.000.000

2. Iuran pensiun setahun 1.800.000

3. Iuran Jaminan Hari Tua Setahun 3.360.000

(g) Penghasilan neto setahun (e-f) 159.864.000

(h) PTKP (K/3) 72.000.000

(i) Penghasilan Kena Pajak (g-h) 87.864.000

(j) PPh Pasal 21 terutang

5% x Rp 50.000.000 2.500.000

15% x Rp 37.864.000 5.679.600

PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus 8.179.600

PPh Pasal 21 atas Bonus


PPh Pasal 21 atas Bonus adalah :
Rp 9.379.600 – Rp 8.179.600 = Rp 1.200.000
Jadi, besarnya PPh 21 atas bonus yang harus dibayarkan sebesar Rp 1.200.000
Catatan: *tambahan untuk setiap anak sebesar Rp 4,5 juta dengan maksimal paling banyak 3 orang
untuk setiap keluarga.

 Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang Diterima oleh Bukan
Pegawai, Sehubungan dengan Pemberian Jasa yang dalam Pemberian Jasanya
Memperkerjakan Orang Lain Sebagai Pegawai dan/atau Melakukan Penyerahan
Material/Bahan

Kasus dan Pertanyaan:


Aliyanto melakukan jasa perawatan mesin fotokopi kepada PT BCD dengan imbalan Rp28.000.000.
Aliyanto mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-
masing sebesar Rp750.000.
Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang pekerja selama 3 hari melakukan pekerjaan adalah
Rp11.250.000. Selain itu, Aliyanto juga membeli spare part mesin fotokopi yang dipakai untuk
perawatan sebesar Rp 5.550.000. Maka, berapakah PPh Pasal 21 yang terutang?
Jawaban:
Berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Aliyanto, diketahui bahwa yang menjadi
penghasilan bruto adalah upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan
oleh Aliyanto dan biaya untuk membeli spare part mesin fotokopi.
Maka, jumlah penghasilan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh
PT BCD atas imbalan yang diberikan kepada Aliyanto adalah sebesar penghasilan bruto dikurangi
upah tenaga kerja harian yang dipekerjaan Aliyanto dan biaya spare part mesin fotokopi.
Perhitungannya sebagai berikut:
Rp28.000.000 – (Rp11.250.000 + Rp 5.550.000) = Rp 11.200.000
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT BCD atas penghasilan yang diterima Aliyanto adalah
sebesar:
5% x 50% x Rp 11.200.000 = Rp280.000
Dalam hal Aliyanto tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT BCD
menjadi:
120% x 5% x 50% x Rp 11.200.000 = Rp 336.000
Catatan: untuk pembayaran upah harian kepada masing-masing pekerja wajib dipotong PPh Pasal
21 oleh Aliyanto.

PPh PASAL 23 (6)


PAJAK Penghasilan (PPh) Pasal 23 mengatur mengenai pajak yang dipotong oleh pemungut pajak
dari wajib pajak atas penghasilan yang diperoleh dari modal (dividen, bunga, royalti), penyerahan
jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong dalam PPh Pasal 21. Kini untuk lebih
memahami perhitungan PPh Pasal 23, berikut adalah beberapa ulasan contoh soal perhitungan PPh
Pasal 23.

 Perhitungan PPh Pasal 23 atas Dividen

Pada 10 Mei 2015, PT Dahlia mengumumkan akan membagikan dividen melalui Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), dan melakukan pembayaran dividen tunai kepada PT Melati sebesar
Rp30.000.000 yang melakukan penyertaan modal sebesal 15%.
Jawab:
PPh Pasal 23 = 15% x Rp30.000.000 = Rp4.500.000
Saat terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei 2015
Saat penyetoran: paling lambat 10 Juni 2015
Saat pelaporan: paling lambat 20 Juni 2015

 Perhitungan PPh Pasal 23 atas Dividen

PT ABCD, merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri sepatu dan beralamat di
Jl. Terusan No.11, Jakarta Selatan. PT ABCD telah memiliki NPWP 01.111.444.8-061.000. Pada
tanggal 10 Juli 2013, perusahaan membayar dividen tunai kepada pemegang saham yang
sebelumnya telah diumumkan melalui RUPS. Berikut data yang diperlukan dalam pembayaran
dividen tunai.
Pemegang Saham NPWP % Penyertaan Modal Dividen

PT Perkasa 01.589.365.8-039.000 26% Rp130.000.000

PT Cakrawala 01.125.735.8-045.000 15% Rp75.000.000

PT Matahari 01.156.198.8-026.000 10% Rp50.000.000

PT Angkasa 01.754.125.8-039.000 18% Rp90.000.000

CV Bahari Jaya 01.342.657.8-039.000 12% Rp60.000.000

CV Karya Raya 01.453.198.8-039.000 11% Rp55.000.000

PT BNI (BUMN) 01.354.344.8-045.000 8% Rp40.000.000

Jawab:
Dari data tabel di atas, berikut perhitungan PPh Pasal 23 yang harus dipotong PT ABCD.

% Penyertaan
Pemegang Modal Dividen PPh Pasal 23 yang Dipotong
Saham

PT Cakrawala 15% Rp75.000.000 15% x Rp75.000.000 = Rp11.250.000

PT Matahari 10% Rp50.000.000 15% x Rp50.000.000 = Rp7.500.000

PT Angkasa 18% Rp90.000.000 15% x Rp90.000.000 = Rp13.500.000

CV Bahari Jaya 12% Rp60.000.000 15% x Rp60.000.000 = Rp9.000.000

CV Karya Raya 11% Rp55.000.000 15% x Rp55.000.000 = Rp8.250.000

Jumlah Rp330.000.000 Rp49.500.000


Catatan: untuk PT Perkasa dikategorikan menjadi non-objek pajak sebab % penyertaan modalnya
lebih dari 25% dan untuk PT BNI (BUMN) juga merupakan non-objek pajak karena merupakan
badan usaha milik negara yang menjadi pengecualian dari objek pajak.

 Perhitungan PPh Pasal 23 atas Royalti

Pada 2 Agustus 2014, PT Mawar membayar royalti kepada Tuan Zainudin sebagai penulis buku
sebesar Rp50.000.000. Tuan Zainudin telah mempunyai NPWP 01.444.888.2.987.000.
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Mawar adalah: 15% x Rp50.000.000 = Rp7.500.000
Saat terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Agustus 2014
Saat penyetoran: paling lambat 10 September 2014
Saat pelaporan: paling lambat 20 September 2014

 Perhitungan PPh Pasal 23 atas Bunga Obligasi

Pada tanggal 3 Januari 2015, PT Sejahtera melakukan pembayaran bunga obligasi kepada PT
Damai Sentosa sebesar Rp75.000.000. Obligasi tersebut tidak diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia.
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Sejahtera adalah: 15% x Rp75.000.000 = Rp11.250.000
Saat terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Januari 2015
Saat penyetoran: paling lambat 10 Februari 2015
Saat pelaporan: paling lambat 20 Februari 2015

 Perhitungan PPh Pasal 23 atas Hadiah & Penghargaan

Pada 20 Maret 2012, PT Abadi memberikan hadiah perlombaan kepada PT Makmur sebagai juara
umum lomba senam sehat sebesar Rp150.000.000.
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Abadi adalah: 15% x Rp150.000.000 = Rp22.500.000
Saat terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Maret 2012
Saat penyetoran: paling lambat 10 April 2012
Saat pelaporan: paling lambat 20 April 2012

 Perhitungan PPh Pasal 23 atas Jasa

PT Irama meminta jasa dari Pak Budi untuk membuat sistem akuntansi perusahaan dengan imbalan
sebesar Rp80.000.000 (sudah termasuk PPN).
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Irama adalah: 2% x Rp80.000.000 = Rp1.600.000

 Perhitungan PPh Pasal 23 atas Sewa

PT Karya Makmur membayar sewa kendaraaan bus pariwisata dengan nilai sewa sebesar
Rp35.000.000 kepada Sugianto Haris.
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Karya Makmur adalah: 2% x Rp35.000.000 = Rp700.000

 Perhitungan PPh Pasal 23 atas Jasa

PT Indoraya membayarkan jasa konsultan dari PT Nuansaraya sebesar Rp120.000.000 (sudah


termasuk PPN). PT Nuansaraya tidak mempunyai NPWP.
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Indoraya adalah: 200% x 2% x Rp120.000.000 =
Rp4.800.000

Tarif PPh 25
Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu, yaitu
karyawan atau freelancer yang tidak memiliki usaha sendiri,
dihitung dengan:

PPh 25 = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf
a UU PPh (12 bulan).

Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah:

 Sampai Rp60.000.000 = 5%
 Rp60.000.000 – Rp250.000.000 = 15%
 Rp250.000.000 – Rp500.000.000 = 25%
 Rp500.000.000 – Rp5.000.000.000 = 30%
 Di atas Rp5.000.000.000 = 35%

Contoh Perhitungan
Misalnya seseorang menerima honorarium sebesar Rp10.000.000
dengan tarif PPh 25 sebesar 5%. Maka perhitungannya adalah
sebagai berikut:

PPh 25 = 5% x Rp10.000.000

PPh 25 = Rp500.000

Jika pada bulan yang sama, penerima penghasilan tersebut juga


telah dikenakan PPh Pasal 21 sebesar Rp1.000.000, maka jumlah
yang harus dibayarkan sebagai PPh 25 adalah:

Rp500.000 - Rp1.000.000 = Rp0 (tidak ada pembayaran PPh 25


karena telah dikompensasi dengan PPh Pasal 21)

Anda mungkin juga menyukai