Tugas 3 Karil Mustafa (30112024)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


MATEMATIKA
SISWA KELAS I SDN 3 PRAYA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI UNTUK


OPTIMALISASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS I SDN 3 PRAYA
Mustafa1), Muhammad Ridho Syarlisjiswan2)
1, 2
PGSD, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka

E-mail: Penulis 1

ABSTRAK
Matematika merupakan pembelajaran yang sangat penting dalam konteks kehidupan manusia karena setiap
aspek kehidupan menggunakan matematika. Oleh karena itu, sudah selayaknya proses pembelajaran matematika
di SD bersifat inovatif sehingga siswa SD senang belajar matematika dan mampu meningkatkan hasil belajar
matematika mereka. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi penjumlahan pada siswa kelas I
SD, maka digunakan pembelajaran berdiferensiasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pembelajaran berdiferensiasi diimplementasikan
dengan diferensiasi konten, proses, dan produk. Hasil menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus pra hingga siklus II, dengan presentase ketuntasan belajar
meningkat dari 39,1% pada pra-siklus setelah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi pada siklus I, presentase
tersebut meningkat menjadi 78,2%. Pada siklus II, terjadi peningkatan signifikan lagi sehingga presentase
ketuntasan belajar siswa mencapai 87%. Pembelajaran berdiferensiasi juga meningkatkan keaktifan siswa dan
keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
pendekatan berdiferensiasi dapat memberikan kontribusi positif terhadap hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran matematika.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Matematika, Pembelajaran Berdiferensiasi

Dalam bentuk Bahasa inggrisnya : (gramerly, chat GPT)

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan tiang kehidupan. Setiap orang pasti ingin memiliki pendidikan
yang tinggi karena sebagian orang berpikiran bahwa setiap orang berpendidikan tinggi pasti
memiliki masa depan yang cerah. Indonesia memiliki target pendidikan bagi masyarakatnya,
yaitu minimal 12 tahun yang dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah
ke Atas (Mustafa, 2024). Hal ini sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2008 Pasal 3 yang menyatakan bahwa “Penyelenggaraan wajib belajar pada jalur

1
formal dilaksanakan minimal pada jenjang pendidikan dasae meliputi SD, MI, SMP, MTs, dan
bentuk lain yang sederajat”.
Pendidikan yang berkualitas merupakan pendidikan yang mampu memenuhi dan
mendukung kebutuhan setiap peserta didik (Alfurqan et al., 2020). Setiap siswa memiliki keunikan
sebagai individu dengan karakteristik yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya (Mujiono et al.,
2018). Sekalipun siswa bersekolah dan ditempatkan di kelas yang sama, perbedaan karakteristik
itu tidak akan dapat dihindari, seperti perbedaan gaya belajar, minat, latar belakang, dan
kemampuan siswa dalam memperoleh informasi terkait dengan mata pelajaran yang sedang
diajarkan.
Di sisi lain, tidak sedikit anak menjadi frustasi dan tidak ada motivasi untuk belajar karena
hanya datang ke sekolah untuk ulangan, dan ujian. Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan
pendidikan adalah mengarahkan seluruh fitrah pada diri anak agar mencapai rasa aman dan
bahagia yang setinggi-tingginya baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.
Menurut falsafah Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tempat benih-benih kebudayaan (Irawati
et al., 2022). Keinginan besar Ki Hajar Dewantara kepada generasi bangsa ini menjadi pengingat
betapa pentingnya bagi guru untuk memiliki mentalitas, moralitas dan spiritualitas yang memadai.
Kelas dimana peneliti mengajar, berusaha melaksanakan kegiatan sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran mencerminkan gagasan Ki Hajar Dewantara yaitu menerapkan pembelajaran mandiri
yang ditujukan untuk siswa melalui pendekatan pendidikan yang komprehensif. Mengembangkan
secara seimbang semua potensi yang tersembunyi dalam diri siswa, termasuk potensi intelektual,
emosional, fisik, social, seni dan spiritual berjalan beriringan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa.
Hasil belajar adalah hasil dari pembelajaran setiap individu yang berinteraksi dengan aktif
dan positif terhadap lingkungannya (Nurrita, 2018). Hasil belajar merupakan akibat dari proses
belajar yang sudah dilakukan oleh seseorang. Setelah melalui proses belajar, peserta didik pasti
akan memiliki kemampuan-kemampuan serta pengetahuan tertentu yang sebelumnya belum pernah
di miliki sebelum proses pembelajaran. Hasil belajar yang dibahas dalam penelitian ini yaitu hasil
belajar matematika. Matematika merupakan alat untuk berpikir, berkomunikasi dan alat
memecahkan permasalahan. Kemampuan bernalar, berlogika, berpikir kreatif, kemampuan
pemecahan masalah, dan kemampuan matematis lainnya bisa dikembangkan dengan matematika
(Gusteti & Neviyarni, 2022). Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal maka sebagai guru
harus kreatif dan inovatif dalam memilih pendekatan maupun metode pembelajaran.

2
Pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak kita terhadap proses pembelajaran yang
dapat digunakan untuk pedoman saat melaksanakan pembelajaran dan disusun secara sistematis
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Terdapat berbagai
macam pendekatan pembelajaran, di antaranya yaitu pendekatan konstektual, pendekatan
berdiferensiasi, pendekatan konstruktivisme, dan masih banyak lagi.
Sebagai seorang pendidik harus bisa menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat
menarik minat anak, contohnya yaitu pendekatan pembelajaran yang terbaru diterapkan dalam
kurikulum merdeka yaitu pembelajaran berdiferensiasi. Pendekatan berdiferensiasi ialah
pendekatan pembelajaran yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing siswa sesuai
dengan minat dan bakat yang tidak terpisahkan dari mereka. Pembelajaran ini memuat tiga hal,
yaitu konten (materi yang diajarkan), proses (media yang digunakan), dan produk (produk yang
dihasilkan). Ketiga hal tersebut tidak bisa dipisahkan dan harus tertuang semua ke dalam sebuah
pembelajaran agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Seperti halnya pada teori belajar kognitif
Bruner yang menyatakan bahwa ada tiga proses kognitif yang berlangsung dalam proses belajar,
yaitu pemerolehan informasi, transformasi informasi, dan mengevaluasi (Fauziati, 2021).
Selanjutnya, tujuan pendekatan berdiferensiasi ialah untuk memenuhi kebutuhan peserta didik agar
dapat merasakan kemerdekaan belajar karena mereka belajr sesuai dengan apa yang dinginkan.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berpusat padamurid (Fitra,
2022), lebih ditekankan pada aspek proses belajar siswa dan pengaruh pembelajaran tersebut
terhadap perkembangan diri siswa. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang
menyesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa (Herwina, 2021). Guru memfasilitasi siswa sesuai
dengan kebutuhannya, karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda, siswa tidak dapat
diperlakukan sama. Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, guru harus memikirkan
langkah- langkah yang dapat diterima yang diterapkan nantinya, karena pembelajaran
berdiferensiasi bukan berarti belajar melalui perlakuan atau kegiatan yang berbeda untuk setiap
siswa dan pembelajaran yang memisahkan siswa yang cerdas dan kurang cerdas (Uni & Umar,
2023).
Pembelajaran yang dilaksanakan dengan model yang sesuai, tidak menutup kemungkinan
bahwa akan tercapainya. Ketika tujuan pembelajaran tercapai, maka hasil belajar pun akan
meningkat. Peningkatan hasil belajar dilatarbelakangi oleh kemajuan siswa saat mengikuti proses
pembelajaran. Siswa yang tertarik saat pembelajaran

3
akan mudah menangkap materi yang disampaikan oleh guru sehingga hal ini dapat meningkat hasil
belajarnya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selaku guru kelas I SDN 3 Praya,
diperolah hasil bahwa terdapat keragaman siswa di kelas I Venus, yang mana setiap siswa
memiliki minat dan bakat serta kemampuan yang berbeda sehingga guru harus memfasilitasi siswa
sesuai dengan yang dibutuhkan. Ada siswa yang aktif, ada siswa yang suka membaca dan ada pula
siswa yang suka menonton video. Oleh karena itu, peneliti mencoba menerapkan model
pembelajaran berdiferensiasi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Penelitian ini penting dilakukan dikarenakan seperti yang kita ketahui bahwa siswa pasti
memiliki minat dan bakat yang berbeda, maka tugas seorang pendidik harus pintar mengelola kelas
agar masing-masing siswa dapat tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Terlebih pada siswa kelas
I SD, siswa kelas I SD merupakan siswa peralihan dari jenjang pendidikan TK menuju Pendidikan
Dasar, yang dimana siswa kelas I sangat membutuhkan perhatian yang lebih dari guru- gurunya
terutama dari wali kelasnya.
Banyak penelitian terdahulu yang membahas tentang pembelajaran berdiferensiasi
diantaranya yaitu, penelitian Pentang (2023), studi ini bertujuan untuk menentukan apakah
pembelajaran berdiferensiasi konten secara efektif mengatasi kesenjangan pembelajaran dalam
matematika. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa diferensiasi konten berhasil
mengatasi kinerja siswa dalam mata pelajaran matematika bahkan dalam waktu singkat. Kemudian
penelitian yang dilakukan oleh Patalinghug (2021) yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa
kegiatan pembelajaran bervariasi dengan TPACK yang dilakukan oleh guru mendapat nilai rata-
rata tertinggi dalam hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat
instruksi yang dibedakan dalam hal desain pembelajaran dan implementasi, isi, prosedur,
komunikasi dan pembelajaran memiliki nilai rata-rata tertinggi. Sehingga guru SD yang mengajar
mata pelajaran matematika dapat diminta untuk menghadiri webinar di TPACK atau yang terkait
seminar atau webinar untuk meningkatkan pengetahuan mereka dalam matematika secara khusus.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Perbedaannya terletak pada aspek yang
dianalisis dalam pembelajaran berdiferensiasi. Pada penelitian ini terfokus pada hasil belajar siswa
dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Selain itu, perbedaan antara penelitian
terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu subjek atau informan, dalam penelitian
ini adalah siswa fase A kelas I SD sedangkan penelitian terdahulu yaitu

4
siswa fase E kelas X. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperluas penelitian yang terdahulu
sehingga hasil dari penelitian bisa lebih detil dan bisa menjadi rujukan dalam penentuan konten
yang berdiferensiasi dalam pembelajaran matematika

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan pendekatan Penelitian Tindakan
Kelas. Salah satu pemahaman tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dikemukakan oleh
Shiyami (2018) bahwa PTK dapat menjadi sebuah strategi pemecahan masalah dengan
mengimplementasikan tindakan nyata serta mengeksplorasi keterampilan melacak dan
memecahkan masalah. Dalam konteks pendidikan, berarti PTK mengkombinasikan tindakan
bermakna dengan prosedur penelitian untuk menyelesaikan masalah sekaligus dengan
menggunakanrujukan ilmiah yang akan memperkuat solusi.
Dalam penelitian ini, pembelajaran berdiferensiasi diimplementasikan dengan menggunakan
strategi pembelajaran diferensiasi, yaitu diferensiasi konten, proses, dan produk. Tomlinson (2001),
Pembelajaran Berdiferensiasi (Diferensiasi Learning) merupakan salah satu usaha untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu
setiap siswa. Ungkapan lain untuk pembelajaran berdiferensiasi adalah penyediaan suatu
kelas yang beragam yang memberikan kesempatan dalam meraih konten, memproses suatu
ide dan meningkatkan hasil belajar setiap siswa, sehingga mereka bisa belajar dengan efektif
(Setiyo, 2022).
Hal yang harus dilakukan oleh guru untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi
di kelas, antara lain (1) Pengelompokan kebutuhan belajar siswa berdasarkan tiga aspek yang
meliputi kemauan belajar, minat belajar dan profil belajar siswa, hal ini dapat dilakukan guru
dengan cara melakukan wawancara, observasi atau survei, dll. (2) Guru melakukan pemilihan yang
berbeda dalam hal strategi, materi, dan metode pembelajaran yang akan Nampak dalam desain
pembelajaran yang berbeda berdasarkan hasil survei. (3) Guru mengevaluasi dan melakukan
refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung bersama siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wahyuni (2022), pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan menggunakan tiga strategi


meliputi diferensiasi konten, proses, dan produk. Diferensiasi konten adalah apa yang diajarkan
kepada murid (Yani et al., 2023). Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap kesiapan,
minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi

5
konten

prose berdefrensiasi

produk

6
dari ketiganya. Diferensiasi konten yang dilakukan penulis yaitu
menyiapkan berbagai sumber belajar untuk peserta didik yang
meliputi buku bacaan, video, powerpoint, gambar, dan lingkungan
serta media yang sesuai dengan pembelajaran yang sedang diajarkan
seperti media sempoa, sedotan, stick, biji-bijian dan lain-lain.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilakukan pada mata
pembelajaran matematika materi penjumlahan di Kelas I SDN 3
Praya.

Diferensiasi proses merujuk pada bagaimana siswa akan


memahami atau memaknai apa yang dipelajari. Kegiatan ini dapat
dilakukan secara berjenjang dengan menyediakan pertanyaan-
pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-
sudut minat, membuat agenda individual untuk murid berupa daftar
tugas, memvariasikan lama waktu siswa untuk menyelesaikan tugas,
dan mengembangkan kegiatan bervariasi (Sarie, 2022). Diferensiasi
proses yang dilakukan yaitu menyediakan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) yang berisi aktivitas menantang untuk masing-masing
kelompok yang berbeda sesuai dengan gaya belajarnya.

Langkah yang digunakan untuk menghadapi tantangan-


tantangan tersebut adalah yang pertama menggunakan tes diagnostik
untuk memetakan minat dan profil belajar peserta didik. Peserta didik
mengerjakan tes kognitif dan non kognitif dalam bentuk survei
melalui pertanyaan pemantik. Setelah mendapatkan data, selanjutnya
merancang Pembelajaran Berdiferensiasi. Pada fase pertamaorientasi
masalah, pada tahap ini guru memberikan permasalahan dan peserta
didik menganalisisnya. Fase kedua, mengorganisasikan peserta
didik, pada faseini guru membentuk kelompok sesuai dengan profil
belajar peserta didik yang didapatkan dari tes diagnostik awal. Fase
ketiga yaitu membimbing penyelidikan kelompok. Pada tahap ini
melakukan diferensiasi konten yaitu membebaskanpeserta didik untuk
bereksplorasi memilih sumber belajar sesuai dengan minatnya. Fase
keempat adalah menyajikan dan mengembangkan hasil karya. Pada
tahap ini guru melakukan diferensiasi produk, peserta didik bebas
memilih dalammenyajikan hasil belajarnya.

Pembelajaran yang telah berlangsung mulai dari Pra Siklus


hingga ke Siklus II dengan melihat hasil yang diperoleh pada setiap
siklus maka dapat dijabarkan sebagai berikut:

Pra Siklus

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran berdiferensiasi pada


mata pelajaran matematika materi penjumlahan, siswa memiliki nilai

7
yang rendah. Siswa cenderung bosan untuk mengikuti pembelajaran
matematika materi penjumlahan dengan menggunakan pembelajaran
bermetode ceramah sehingga pembelajaran menjadi tidak kondusif
dan menghasilkan nilai yang rendah.

Tabel 1. Data Hasil belajar siswa Pra


Siklus
Data Hasil
Skor Tinggi 85
Skor Terendah 50
Skor Ideal 100
KKM 63
Rata-rata Skor 69
Presentase Ketuntasan 39.1 %
Belajar

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang didapatkan


oleh siswa adalah 85 dan nilai terendah adalah 50. Nilai rata-rata
yang dicapai adalah 69. Data hasil belajar siswa pada pra-siklus dapat
diilustrasikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar


Siswa Prasiklus

Dari grafik yang ditunjukkan, terlihat bahwa 61% siswa tidak


berhasil dan hanya 39% yang berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa
ada 14 siswa yang kurang bersemangat atau kurang memperhatikan
pelajaran yang diberikan oleh guru. Untuk meningkatkan semangat
siswa dan membantu mereka memahami materi mengenai
penjumlahan pada pembelajaran matematika, diperlukan perbaikan
dalam proses pembelajaran melalui penerapan pembelajaran
berdiferensiasi. Tahap

Siklus I
Setelah dilakukan pembelajaran berdiferensiasi pada siklus I,
data hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 2.

8
Tabel 2. Data Hasil belajar siswa Siklus I

Data Hasil
Skor Tertinggi 90
Skor Terendah 50
Skor Ideal 100
KKM 63
Rata-rata Skor 74
Presentase Ketuntasan 78.2
Belajar %

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai rata-rata kelas mencapai


74 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Adapun presentase
ketuntasan belajar mencapai 74% atau 17 siswa dari 23 siswa.

Gambar 2. Diagram Ketuntasan Hasil


Belajar Siswa Siklus I

Dikarenakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada


siklus I belum bisa dikatakan berhasil dengan nilai ketuntasan belajar
siswa masih dibawah target yakni 78.2%, maka dilaksanakan
pembelajaran pada siklus II.

Siklus II
Berikut adalah hasil belajar matematika para siswa setelah
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi siklus II disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Data Hasil belajar siswa Siklus II
Data Hasil
Skor Tertinggi 95
Skor Terendah 60
Skor Ideal 100
KKM 63
Rata-rata Skor 81
Presentase Ketuntasan 87%
Belajar

9
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai rata-rata kelas mencapai
81 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 55. Adapun presentase
ketuntasan belajar mencapai 87% atau 20 siswa dari 23 siswa.

Gambar 3. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa


Pada Siklus II

Pembelajaran yang telah berlangsung mulai dari Pra Siklus


sampai ke Siklus II dengan melihat hasil yang diperoleh pada setiap
siklus dapat diuraikan secara detail sebagai berikut:

Hasil Pembelajaran Pra Siklus.


Melihat data pertama dari pra siklus sebelumnya terlihat bahwa
prestasi belajar siswa sangat rendah yaitu hanya 39,1% yang lulus,
sedangkan 60,9% siswa tidak lulus sesuai standar yang diberikan.
Dengan menerapkan instruksi yang berbeda pada topik penjumlahan
sebagai strategi pemecahan masalah, peneliti berusaha untuk
menyajikan kepada semua siswa di kelas mereka yang beragam
dengan berbagai cara untuk memahami informasi baru, termasuk cara
untuk: memperoleh konten; memproses, membangun atau
mendiskusikan ide; dan mengembangkan produk pembelajaran dan
ukuran penilaian sehingga semua siswa di kelas multi
kemampuan dapat belajar secara efektif. Proses pembedaan
pelajaran dilakukan sesuai dengan kebutuhan belajar, dan gaya
masing-masing siswa.

Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menggunakan pembelajaran


berdiferensiasi yang dikhususkan pada pokok bahasan penjumlahan
pada mata pelajaran matematika, yang diterapkan pada siswa dengan
cara menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, siswa dapataktif dan tidak bosan belajar penjumlahan mata
pelajaran matematika.

Hasil pembelajaran siklus I


Pada siklus I ini, terdapat perubahan dari siswa dilihat dari
perolehan nilai hasil belajarnya. Nilai yang diperoleh siswa ada pada
presentase 74% dari total 23 siswa, hal ini menunjukkan adanya

10
perubahan pada siswa. Dengan pembelajaran berdiferensiasi ternyata
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya dan merangkai
pemahamannya sendiri, kegiatan belajar mengajar tidak hanya
didominasi oleh guru, namun siswa memiliki andil dalam
pembelajaran di kelas.

Dengan melihat potensi ketuntasan hasil belajar siswa masih


dapat dioptimalkan, maka peneliti melakukan pembelajaran
berdiferensiasi siklus II. Hal ini juga dikuatkan dengan respon siswa
terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dirasa sangat
menyenangkan. Peneliti mengadakan perbaikan dengan lebih
menekankan pada metode yang digunakan dengan memperbaiki alat
peraga sebagai perantara dan merangsang siswa untuk berpikir lebih
kritis danmengaitkan kehidupan nyatanya dengan materi pelajaran di
kelas.

Hasil pembelajaran siklus II


Pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan oleh peneliti
ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan merangsang
keaktifan siswa di dalam kelas. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
keaktifan siswa yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
siklus II. Pada sebelumnya di siklus I nilai rata-rata 74 meningkat
menjadi 81 setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran pada siklus
II ini. Dominasi peneliti di dalam kelas juga mulai berkurang, siswa
begitu antusias mengungkapkan hasil penjumlahan dari post test yang
diberikan oleh guru secara lancar. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
melakukan pembelajaran dengan gaya belajar yang mereka senangi
untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru dengan
menggunakan media pembelajaran sehingga proses pembelajaran
yang terjadi sangat baik.

Dalam penelitian dan pembahasan yang dilakukan, menunjukkan


bahwa penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa, terutama pada materi penjumlahan.
Hal ini terbukti dari adanya peningkatan presentase ketuntasan
belajar siswa dari pra-siklus hingga siklus II. Pada awalnya,
presentase ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 39,1%. Namun,
setelah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi pada siklus I,
presentase tersebut meningkat menjadi 74%. Pada siklus II, terjadi
peningkatan signifikan lagi sehingga presentase ketuntasan belajar
siswa mencapai 87%.

11
SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan diskusi yang dilakukan, dapat


disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran yang berbeda-
beda dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I pada mata
pelajaran Matematika, terutama pada materi mengenai penjumlahan.
Di samping itu, melalui metode pembelajaran yang bervariasi,
keaktifan siswa lebih meningkat dan siswa dapat mengungkapkan
pendapat mereka dengan baik. Semua siswa dapat belajar dengan
materi yang sama, meskipun isi materi dan komponen penilaiannya
berbeda. Selain itu, siswa yang memiliki hasil belajar yang lebih dari
siswa lain dapat membimbing dan mengarahkan teman-temannya
untuk saling menghargai dan membantu satu sama lain.
Dalam pelaksanaannya, guru harus optimis terhadap semua
siswa untuk mencapai standar yang diberikan. Sehingga semua siswa
pasti dapat belajar dengan baik bagaimana memberikan strategi
dengan baik. Dengan menerapkan strategi pembelajaran yang
berbeda, menjadi jelas bahwa semua tingkat pemahaman siswa
memiliki kesempatan untuk belajar satu sama lain dan berpartisipasi
secara aktif.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih kami sampikan kepada pihak yang sudah


terlibat dalam melakukan penelitian ini baik lembaga instansi
pendidikan maupun perguruan tinggi negeri. Kemudian kami
sampaikan terimakasih kepada Universitas Terbuka terutama pada
program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membantu
dalam melaksanakan penelitian dan penulisan.

REFERENSI

Alfurqan, A., Trinova, Z., Tamrin, M., & Khairat, A. (2020).


Membangun Sebuah Pengajaran Filosofi Personal: Konsep
dari Pengembangan dan Pendidikan Dasar. Tarbiyah Al-
Awlad: Jurnal Kependidikan Islam Tingkat Dasar, 10(2).
Firdaus, A. M., & Bakhtiar, A. M. (2022). Strategi Pembelajaran
Berdiferensiasi Untuk Mengatasi Keberagaman Tingkat
Ketanggapan Siswa–Siswi Di Upt Sdn 25 Gresik. Didaktik:
Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 8(2), 2135- 2147.

Fitra, D. K. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Perspektif


Progresivisme pada Mata Pelajaran Ipa. Jurnal Filsafat
Indonesia, 5(3), 250-258.

Herwina, W. (2021). Optimalisasi kebutuhan murid dan hasil belajar


12
dengan pembelajaran berdiferensiasi. Perspektif Ilmu
Pendidikan, 35(2), 175-182.

Irawati, D., Masitoh, S., & Nursalim, M. (2022). Filsafat Pendidikan


Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Vokasi di
Era Kurikulum Merdeka. JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala,
7(4).

Mujiono, M., Degeng, I. N. S., & Praherdhiono, H. (2018).


Pengembangan pembelajaran sistem blended berbasis
universal design for learning untuk kelas inklusif. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 3(6), 758-
763.

Palendeng (2013). Metode Eksperimen. Halaman. 81. Jakarta: Renika Cipta

Patalinghug, J.S., & Arnado, A.A. (2021). Matematics Teacher’


Technological Pedagogical and Content Knowledge and their
Capacity for Differentiated Instruction. International Journal of
Multidisciplinary: Applied Business and Education Research, 2(7),
574-586.

Rahayu, D. V., & Afriansyah, E. A. (2015). Meningkatkan

kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa melalui model
pembelajaran pelangi matematika. Mosharafa: Jurnal
Pendidikan Matematika, 4(1), 29-37.

Sarie, F. N. (2022). Implementation of Differentiated Learning with


Problem Based Learning Model in Grade VI Elementary
School Students. Tunas Nusantara, 4(2), 492-498.

Setiyo, A. (2022). Penerapan pembelajaran diferensiasi kolaboratif


dengan melibatkan orang tua dan masyarakat untuk
mewujudkan student's well- being di masa pandemi. Bioma:
Jurnal Ilmiah Biologi, 11(1), 61-78.

Shiyami, D. R. (2018). Penggunaan Model Problem Based Learning


untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Subtema
Kebersamaan dalam Keberagaman (Penelitian Tindakan
Kelas pada Siswa Kelas IV SDN 020 Lengkong Besar
Tahun Ajaran 2018/2019) (Doctoral dissertation, FKIP
UNPAS).

Suwartiningsih, S. (2021). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi


untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
IPA Pokok Bahasan Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan

13
di Kelas IXb Semester
Genap SMPN 4 Monta Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal
PendidikanDan Pembelajaran Indonesia (JPPI), 1(2), 80- 94.

Tomlinson, C. A. (2001). How to differentiate instruction in mixed-


ability classrooms. ASCD. Tomlinson. (Modul 2.1 PGP, 2020)

Uno, H. B., & Umar, M. K. (2023). Mengelola kecerdasan dalam


pembelajaran: sebuah konsep pembelajaran berbasis
kecerdasan. Bumi Aksara.

Wahyuni, Ayu Sri (2022). Jurnal Pendidikan MIPA Vol. 12 (2) 118-
126. Literature Review: Pendekatan Berdiferensiasi Dalam
Pembelajaran IPA.

Yani, D., Muhanal, S., & Mashfufah, A. (2023). Implementasi


Assemen Diagnostic Untuk Menentukan Profil Gaya Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Diferensiasi Di Sekolah Dasar.
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pendidikan (JURINOTEP),
1(3), 241-250.

Yanti, N. S., Montessori, M., & Nora, D. (2022). Pembelajaran IPS


Berdiferensiasi di SMA Kota Batam. Ranah Research:
Journal of Multidisciplinary Research and Development, 4(3),
203-207.

14

Anda mungkin juga menyukai