9. PSIKOLOGI PENDIDIKAN FIFI
9. PSIKOLOGI PENDIDIKAN FIFI
9. PSIKOLOGI PENDIDIKAN FIFI
INTELEGENSI PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
TEMBILAHAN-RIAU
TA.1445 H/ 2024 M
PEMBAHASAN
A. Pengertian Intelegensi
Istilah inteligensi berasal dari kata latin “intelligere” yang berarti menghubungkan atau
menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind together) (Walgito, 1997). Dalam
bahasa Arab, inteligensi disebut dengan ad-dzaka yang berarti pemahaman, kecepatan, dan
kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan (al-qudrah) dalam memahami sesuatu secara
cepat dan sempurna (Murad, dalam Mujib dan Mudzakir, 2002).1
Inteligensi sering diartikan dengan kecerdasan. Istilah “cerdas” sendiri sudah lazim
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bila seseorang tahu banyak hal, mampu belajar
cepat, serta berulang kali dapat memilih tindakan yang efektif dalam situasi yang rumit, maka
disimpulkan bahwa ia orang yang cerdas. Meski fenomena yang dipelajari sama, namun para
psikolog yang mempelajari intelegensi memberikan pengertian yang berbeda-beda. Berikut ini
beberapa definisi tentang intelegensi yang dikemukakan oleh para ahli:
1. William Stern (dalam Crow and Crow, 1984), menyatakan bahwa intelegensi adalah
daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berpikir
menurut tujuannya. Orang yang intelegensinya tinggi akan lebih cepat dan lebih tepat di
dalam menghadapi masalah-masalah baru bila dibandingkan dengan orang yang
intelegensinya rendah
2. Edward L. Thorndike mengatakan bahwa intelligence is demonstrable in ability of the
individual to make good responses from the standpoint of truth or fact (inteligensi
ditunjukkan dengan kemampuan individu untuk memberikan respons yang tepat atas
dasar kebenaran atau fakta (Skinner, 1959). Orang dianggap memiliki intelegensi tinggi
bila responnya merupakan respons yang tepat terhadap stimulus yang diterimanya.
Kemampuan untuk memberikan respons yang tepat ini ditentukan oleh pengalaman.
3. David Wechsler Mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kumpulan atau totalitas
kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional
serta menghadapi lingkungannya secara efektif.2
4. Freeman (1962) memandang inteligensi sebagai: (a) capacity to integrate experiences
and to meet a new situation by means of appropriate and adaptive responses (kapasitas
untuk memadukan pengalaman dan menghadapi situasi baru dengan pengertian yang
tepat dan respons yang adaptif), (b) capacity to learn (kapasitas untuk belajar), (c)
1 prof. Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si. “Psikologi pendidikan” ( Depok: Rajawali pers, 2019 ) Hlm. 89
2 Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Hlm. 5
1
capacity to perform tasks regarded by psychologists as intelectual (kapasitas untuk
melaksanakan tugas-tugas psikologis secara intelektual), dan (d) capacity to carry on
abstract thinking (kapasitas untuk berpikir abstrak).
5. Sternberg (dalam Eggen dan Kauchak, 1997) mendefinisikan inteligensi sebagai tiga
dimensi, yaitu: (a) kapasitas untuk memperoleh pengetahuan, (b) kemampuan untuk
berpikir dan logika dalam bentuk abstrak, dan (c) kapasitas untuk memecahkan masalah.
6. J.P. Chaplin (1999) mendefinisikan inteligensi sebagai: (a) kemampuan menghadapi
dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (b) kemampuan
menggunakan konsep abstrak secara efektif, dan (c) kemampuan memahami pertalian-
pertalian dan belajar dengan cepat sekali.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa: Inteligensi adalah kemampuan potensial umum untuk belajar dan bertahan hidup, yang
dicirikan dengan kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk berpikir abstrak, dan
kemampuan memecahkan masalah.
B. pengukuran Intelegensi
Untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang tidak bisa hanya dengan berdasarkan
perkiraan melalui pengamatan, akan tetapi harus menggunakan alat khusus yang dinamakan tes
intelegensi atau IQ (Intelligence Quotient). Orang yang dapat dipandang sebagai orang yang
pertama-tama menciptakan tes intelegensi adalah Binet (Walgito, 1997).
Inteligensi adalah kemampuan umum sesungguhnya yang dimiliki seseorang, akan tetapi
IQ adalah suatu indeks tingkat relatif intelegensi seseorang, setelah dibandingkan dengan orang
lain yang seusia dengannya. Dengan demikian, IQ pada dasarnya hanyalah sebuah ukuran
tingkat kecerdasan, dan bukan kecerdasan yang sebenarnya. Ukuran-ukuran yang biasanya
3
digunakan untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang adalah sebagai berikut:
3 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, 5 ed. (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Hlm 157.
2
140 ke atas Jenius
120-129 Cerdas
90-109 Normal
70-79 Bodoh
C. Teori Intelegensi
1. Teori “Two Factors”
Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearman (Yusuf, 2006:107). Dia
Berpendapat bahwa intelegensi itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode “G”
(general factors), dan kemampuan khusus yang diberi kode “S”(specific factors). Setiap
individu memiliki kedua kemampuan ini yang keduanya menentukan penampilan atau
perilaku mentalnya.5
4 Nana Syaodih Sukmadinata, “Bimbingan dan Konseling dalam Praktek”, (Bandung: Maestro, 2007), Hlm 198.
5 Djaali, Psikologi Pendidikan, Hlm 72-74.
3
Faktor umum (G), general factor Faktor G, mencakup semua kegiatan intelektual
yang dimiliki oleh setiap orang dalam berbagai derajat tertentu. Contohnya penyanyi,
orang yang mempunyai suara yang merdu dengan musikalitas yang tinggi tanpa latihan.
General factor mempunyai beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut:Merupakan
kemampuan umum yang dibawa sejak lahir
a. Bersifat konstan
b. Dipergunakan dalam setiap kegiatan individu
c. Jumlah faktor G setiap individu berbeda
d. Semakin besar jumlah G yang ada dalam diri seseorang, maka makin besar
kemungkinan kesuksesan hidupnya
Faktor khusus (S), specific factors Faktor S, mencakup berbagai faktor khusus
tertentu yang relevan dengan tugas tertentu. Contohnya pianis, dengan latihan yang giat
setiap orang dapat bermain piano dengan baik atau seorang ahli matematika dengan terus
menerus berlatih mengerjakan soal-soal matematika seseorang akan dapat mengerjakan
soal dengan baik. Specific factor mempunyai beberapa karakteristik, antara lain sebagai
berikut :
a. Dipelajari dan diperoleh dari lingkungan
b. Bervariasi dari kegiatan yang satu dengan lainnya dari individu yang sama
c. Jumlah muatan S pada tiap-tiap individu berbeda
Kedua faktor diatas terkadang tumpang tindih dan terkadang pula terlihat berbeda.
Menurut Spearman, faktor G lebih banyak mewakili segi genetis dan faktor S lebih
banyak diperoleh melalui latihan dan pendidikan. Kedua faktor diatas sangat penting
untuk melihat kemampuan individu saat berpindah dari situasi satu ke situasi yang
lainnya.6
4
3. Teori“MultipleIntelligence”
Teori ini dikemukakan oleh J.P. Guilford dan Howard Gardner (Yusuf,2006:107).
Guilford berpendapat bahwa intelegensi itu dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau
“faces of intellect”, yaitu sebagai berikut :
a. Operasi Mental (Proses Berpikir)
b. Content (Isi yang Dipikirkan)
c. Product (Hasil Berpikir)
Tokoh berikutnya dari teori multiple intelligence ini adalah Howard Gardner(Yusuf,
2006:108). Gardner membagi inteligensi itu dalam 7 jenis, yaitu:
5
intelegensi dalam ukuran kemampuan intelektual atau tataran kognitif. Pandangan lama
menunjukkan bahwa kualitas intelegensi yang tinggi dipandang sebagai faktor yang
mempengaruhi keberhasilan individu dalam belajar atau meraih kesuksesan dalam
hidupnya. Menurut Goleman (Yusuf,2006:113), saat ini telah berkembang pandangan
lain yang menyatakan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan
individu bukan semata mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual, tetapi oleh
faktor kemantapan emosional yang oleh ahlinya, yaitu Daniel Goleman disebut
Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional).
D. Perkembangan Intelegensi
Menurut Piaget, inteligensi akan mengalami perkembangan dengan memuat tiga aspek
yakni structure, content, dan function. Adapun fase perkembangan dari sudut pandang Piaget,
meliputi: kematangan (terbentuknya suatu kepribadian pada individu), physical experience
(pengenalan wujud atau fisik pada suatu objek), social transmission (pengaruh lingkungan
sosial sehingga nantinya dapat merubah pola pikir anak), serta self regulation (perilaku
mengontrol diri sendiri).7 Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki
tingkat intelegensi yang berbeda. Adanya perbedaan tersebut dapat diketahui bahwa intelegensi
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Senjaya, 2010).8
1. Pengaruh faktor bawaan Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang
berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkorelasi
tinggi (+ 0,50), orang yang kembar (+ 0,90) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20), anak yang
diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( +0,10 – + 0,20 ).
2. Pengaruh faktor lingkungan Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Oleh Karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan
intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh
lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif
emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan,
latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
3. Stabilitas intelegensi dan IQ Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep
umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes inteligensi itu
(yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas intelegensi
tergantung perkembangan organik otak.
6
4. Pengaruh faktor kematangan Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
5. Pengaruh faktor pembentukan Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi
6. Minat dan pembawaan yang khasMinat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan
(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
7. Kebebasan, Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang
tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih
metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
9 Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M. Si.”Psikologi Pendidikan”( Depok: Rajawali pers, 2019). Hlm 101
7
tidaknya seseorang dalam hal belajar,sedangkan pada sisi lain ada juga yang menganggap
bahwa intelegensi tidak terlalu mempengaruhi dalam hal belajar. Namun, pada umumnya orang
berpendapat bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan
berhasil atau gagalnya belajar seseorang.
Menurut teori Binet dalam Sumadi Suryabrata (2004:133), sifat hakikat inteligensi ada
tiga macam, yaitu:
1. Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan
tertentu. Makin cerdas seseorang, akan makin cakaplah dia membuat tujuan sendiri, tidak
menunggu perintah saja. Semakin cerdas seseorang, makadia akan makin tetap pada
tujuan itu, tidak mudah dibelokkan oleh orang lain dan suasana lain.
2. Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud mencapaitujuan. Jadi
makin cerdas seseorang dia akan makin dapat menyesuaikan caracara menghadapi
sesuatu dengan semestinya dan makin dapat bersikap kritis.
3. Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri
sendiri,kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya. Makin cerdas
seseorang makin dapat dia belajar dari kesalahannya, kesalahan yang telah dibuatnya
tidak mudah di ulang lagi.
F. KESIMPULAN
Kecerdasan seorang anak tidaklah dapat diukur dengan melihat dari satu sisi
saja,melainkan ada beberapa kemampuan atau intelegensi yang harus diperhatikan, antara lain
kemampuan anak tersebut dalam memahami, bertindak, mengontrol dan mengkritik berbagai
hal yang ada di lingkungan sekitarnya dan yang kemudian akan menunjang perkembangan
intelektualitasnya sebagai manusia.Intelegensi juga mempunyai hubungan dan perbedaan
dengan bakat maupun kreativitas, tapi yang perlu kita ketahui, bakat dan kreativitas adalah hasil
yang di dapat dari intelegensi itu sendiri.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
10