Keruntuhan Lereng Batuan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

KERUNTUHAN LERENG BATUAN

1. Kestabilan Lereng

Kestabilan lereng dapat didefinisikan sebagai ketahanan blok di atas suatu


permukaan miring (diukur dari garis horizontal) terhadap runtuhan (collapsing)
dan gelinciran (sliding) dalam hal ini setiap permukaan tanah yang memiliki
kemiringan terhadap garis horizontal disebut lereng, baik alami maupun buatan
manusia. Pada kondisi gaya penahan (terhadap longsoran) lebih besar dari gaya
penggerak, lereng tersebut akan berada dalam kondisi yang stabil (aman). Namun
apabila gaya penahan menjadi lebih kecil dari gaya penggeraknya, lereng tersebut
akan menjadi tidak stabil dan akan terjadi longsoran.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng Batuan:
 Geometri Lereng
Geometri lereng yang perlu diketahui adalah:
a. Orientasi (dip dan strike) lereng
b. Tinggi dan kemiringan (tiap - tiap jenjang)
c. Lebar jenjang (Berm)
 Struktur Batuan
Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah
bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Keadaan struktur batuan
yang harus diperhatikan pada analisis kestabilan lereng adalah bidang -
bidang lemah, dalam hal ini bidang ketidakselarasan (discontinuity). Ada
dua macam bidang ketidakselarasan, yaitu:
1. Major Discontinuity, seperti sesar dan patahan
2. Minor Discontinuity, seperti kekar dan bidang - bidang perlapisan.
Penentuan arah jurus dan kemiringan bidang - bidang tersebut merupakan
bagian yang sangat penting dalam melengkapi data analisis.
 Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
Sifat fisik batuan atau tanah yang mempengaruhi kemantapan lereng
adalah : bobot isi, porositas, dan kandungan air, kuat tekan, kuat tarik, kuat
geser dan sudut geser dalam batuan merupakan sifat mekanik batuan yang
berpengaruh terhadap kemantapan lereng.
 Kohesi dan Sudut Geser Dalam
Semakin besar sudut geser dalam , maka kuat geser batuan juga semakin
besar. Dengan demikian , lereng yang disusun oleh batuan tersebut
menjadi lebih mantap.
 Pengaruh Gaya
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Penahan
1. Proses pelapukan
2. Bidang lemah
3. Iklim
4. Air
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Penggerak
1. Aktivitas teknonik
2. Gempa atau sumber getaran yang lain
3. Penambahan beban akibat penimbunan
4. Penambahan air tanah

3. Klasifikasi Longsoran Batuan

 Longsoran Bidang (Plane Failure)


Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi
sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat
berupa sesar, kekar (joint) maupun bidang perlapisan batuan.
Syarat - syarat terjadinya longsoran bidang adalah:
a. Terdapatnya bidang luncur bebas, berarti kemiringan bidang luncur
harus lebih kecil daripada kemiringan lereng.
b. Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng
(maksimum berbeda 20°).
c. Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam.
d. Terdapat bidang bebas atau tidak ada gaya penahan pada kedua sisi
longsoran.
Gambar 1. Longsoran bidang (Hoek and Bray, 1981)

 Longsoran Baji (Wedge Failure)


Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu
bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan
antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam
batuannya.
Syarat - syarat terjadinya longsoran baji adalah:
a. Arah kemajuan garis potong kedua bidang lemah searah dengan
kemiringan lereng.
b. Sudut penunjaman garis potong (ωf) harus lebih kecil dari sudut
kemiringan lereng (ωt) tetapi harus lebih besar dari sudut geser dalam
batuan.
c. Sisi – sisi baji ditentukan oleh muka lereng, permukaan atas lereng dan
bidang lemahnya.
Gambar 2. Longsoran baji (Hoek and Bray, 1981)
 Longsoran Guling (Toppling Failure)
Longsoran guling terjadi apabila bidangbidang lemah yang hadir di lereng
mempunyai kemiringan yang berlawanan dengan kemiringan lereng
dimana struktur bidang lemahnya berbentuk kolom.

Gambar 3. Longsoran Guling (Hoek and Bray, 1981)

 Longsoran Busur (Circular Failure)


Longsoran busur hanya terjadi pada tanah atau material yang bersifat
seperti tanah. Longsoran busur juga dapat terjadi pada batuan yang sangat
lapuk serta banyak mengandung bidang lemah maupun tumpukan
(timbunan) batuan hancur. Syarat – syarat terjadinya Longsoran Busur
adalah:
a. Adanya bidang bebas sehingga tidak adanya gaya penahan.
b. Kemiringan bidang luncur lebih kecil dibandingkan kemiringan lereng
Gambar 4. Longsoran Busur/circular (Hoek and Bray, 1981)
4. Investigasi Analisa Jenis/Tipe Longsoran Batuan

 Investigasi Potensi Longsoran batuan

Dalam menangani kejadian longsoran batuan yang salah satunya seperti


yang diperlihatkan pada Gambar 5, menggambarkan adanya longsoran
seperti debris batuan sehingga perlu dilakukan pengamatan terhadap
kondisi batuan mencakup:
1. Pola geologi struktur yang berkembang
2. Adanya joint kekar yang ditunjukan oleh kenampakan adanya
perlapisan, perlipatan dan ketidakselarasan yang diidentifikasi karena
proses tektonik serta dipicu oleh ke-gempaan.

Gambar 5. Longsoran Batuan (Rock Failures)


 Metode investigasi dan pananganannya terhadap potensi longsor

Dalam mengamati lereng batuan yang berpotensi longsor dengan


melakukan analisa terhadap stabilitas batuan menggunakan “Stereographic
Pojection” dengan membandingkan posisi pole position terhadap disain
lerengnya dengan mengukur “dip/Direction” adanya struktur geologi yang
berkembang, yaitu:
1. Adanya pola kekar
2. Adanya sesar geser naik/turun
3. Adanya sesar geser local
4. Adanya bedding plane
5. Dan kekerasan batuan
Untuk perencanaan lereng baru pada Lereng Galian Batuan maka data
investigasi yang perlu dilakukan adalah dengan melihat dan menghitung
jumlah rekahan (scalling system) per meter panjang yang dibetuk oleh
ketidakselarasan anatara joint pattern. Dengan mengetahui jumlah rekahan
tersebut maka akan dapat mengetahui nilai RQD (Rock Quality
Designation)dan kemungkinan menilai SMR (Slope Mass Ratting).
Pengukuran discontinuity pattern dilapangan mencakup hal sebagai
berikut:
1. Jenis Batuan
2. Diskontinuitas
3. Jumlah Set (Keluarga)
4. Jenis Diskontinuitas
5. Arah dan sudut kemiringan
6. Spasi
7. Ke-termenerus-an
8. Kekuatan Dinding
9. Bukaan (joint celah)
10. Material pengisi bukaan (in-filling)
11. Kekasaran permukaan
12. Air tanah
13. Ukuran dan Bentuk Blok
14. Derjat pelapukan
Gambar 6. Pengukuran Joint Pattern batuan akibat kondisi Discontinuty pattern
(ketidak selarasan)
5. Analisis Kestabilan Lereng (Kinematik Analisis)

Analisis kinematik, meneliti mode kelongsoran lereng yang mungkin terjadi

dalam massa batuan terkekarkan (Wright et al., 1984). Hubungan sudut antara

diskontinuitas dan permukaan lereng digunakan untuk menentukan potensi

kelongsoran yang terjadi (Yoon et al., 2002). Goodman (1989) menjelaskan

bahwa analisis kinematik lereng mengacu pada gerakan tubuh tanpa mengacu

kepada kekuatan utama yang menyebabkan mereka untuk bergerak.

Pada Analisis Kinematik parameter yang digunakan adalah parameter umum

yang terdiri dari kedudukan lereng, kedudukan diskontinuitas, dan sudut geser

dalam diskontinuitas yang didapat dari pengukuran langsung dilapangan

menggunakan metode scanline.

Metode kinematik merupakan suatu metoda yang digunakan untuk mengetahui

potensi keruntuhan lereng batuan dengan teknik stereografis. Teknik

stereografis merupakan metode grafis yang digunakan untuk menunjukan

jurus dan kemiringan dari suatu bidang.


Gambar 4. Tipe keruntuhan lereng (Hoek dan Bray, 1981). a: Planar, b:Wedge,
c:Toppling, d:Circular

Anda mungkin juga menyukai