Modul Apk 2022

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 53

MODUL PRAKTIKUM

ANALISA PERANCANGAN
KERJA

Dosen Pengampu :
Yusuf Mauluddin, S.T. M.T.

Disusun Oleh :
Resha Ariyana
Hemas Pramesti
Ara Firmansyah
Rahmat Hidayat Anggara

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


INSTITUT TEKNOLOGI GARUT
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah SWT, seraya mengucapkan rasa syukur kepada Allah
SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan Modul Praktikum APK ini. Shalawat dan salam selalu
dipanjatkan kepada nabi akhir zaman yakni Nabi Muhammad SAW, kepada para
keluarganya, para sahabatnya, tabi’in-tabi’atnya, hingga kepada kita semua selaku
umatnya yang insyaallahmengikuti jejak langkahnya.
Modul ini bukan semata-mata sebagai pemenuhan kewajiban kami selaku
asisten yang harus menyusun modul praktikum ini, tetapi makna lebih dalam dari
itu, mulai dari belajar menganalisis hingga mengevaluasi sehingga memperluas
wawasan praktikan melalui Praktikum Analisa Perancangan Kerja. Modul APK
ini terdiri dari beberapa modul yang saling terintegrasi antara satu modul dengan
modul lainya. Diantara modul yang ada pada modul ini diantaranya Peta Kerja,
perancangan metode kerja, standarisasi kerja, line balancing, antropometri,
biomekanika kerja, fisiologi kerja, serta lingkungan kerja.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua unsur yang terlibat
dalam penyusunan modul ini seperti koordinator laboratorium, koordinator
asisten serta dosen pengampu mata kuliah APK. Sehingga dengan bantuan
berbagai pihat tersebutlah penyusun dapat menyelesaikan penyusunan modul
praktikum APK ini. Akhirnya penyusun berharap semoga modul praktikum APK
ini bermanfaat secara luas bukan hanya menjadi acuan tugas semata tapi lebih dari
itu. Semoga praktikum yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar dan
ada dalam lindungan Allah SWT. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun terhadap perbaikan modul ini demi memperbaiki segala
kekurangan.
Garut, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

TATA TERTIB PRAKTIKUM .......................................................................... iii

ANALISAPERANCANGAN KERJA ................................................................ iii

MODUL I PETA KERJA ................................................................................... I-1

MODUL II PERANCANGAN METODE KERJA ........................................ II-1

MODUL III STANDARISASI KERJA .........................................................III-1

MODUL IV LINE BALANCING ................................................................... IV-1

MODUL V ANTROPOMETRI ....................................................................... V-1

MODUL VI BIOMEKANIKA ........................................................................ VI-1

MODUL VII FISIOLOGI KERJA ............................................................... VII-1

MODUL VIII LINGKUNGAN KERJA ..................................................... VIII-1

LEMBAR ASISTENSI ...................................................................................... viii

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
ANALISAPERANCANGAN KERJA
A. ATURAN UMUM
Setiap praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan praktikum
Perancangan sistem kerja & Ergonomi sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan. Apabila tidak mengikuti salah satu modul tanpa alasan yang dapat
diterima, maka nilai praktikum dari modul yang bersangkutan praktikan tersebut
adalah nol (0) dan apabila tidak mengikuti praktikum sebanyak 2 kali maka
praktikan dinyatakan mengundurkan diri dari kegiatan praktikum.
B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Peserta praktikum hadir tepat waktu atau 10 menit sebelum kegiatan
praktikum dilangsungkan sudah berada di dalam ruang laboratorium.
Keterlambatan melebihi 5 menit maka peserta praktikum tidak
diperkenankan mengikuti tes lisan yang diberikan tugas tambahan dan
apabila terlambat lebih dari 15 menit maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum pada hari tersebut.
2. Peserta praktikum dapat mengikuti kegiatan praktikum apabila :
a. Menyelesaikan Tugas Pendahuluan praktikum setiap modul
yang sesuai dengan kaidah penulisan karya tulis yang baik atau
sesuai dengan format penulisan dalam modul praktikum ini.
b. Meyelesaikan Jurnal Mingguan praktikum tiap modul yang
sudah di asistensi dan mendapat persetujuan dari asisten
laboratorium untuk diserahkan.
3. Pada saat dilangsungkannya kegiatan praktikum, praktikan harus :
a. Menggunakan pakaian praktikum serta tidak menggunakan
aksesoris yang berlebihan (Memakai sepatu, celana panjang
sopan, dan bersepatu).
b. Tidak membuat gaduh atau keributan selama kegiatan praktikum
berlangsung, apabila melanggar maka yang bersangkutan akan
di keluarkan dari laboratorium dan dianggap tidak mengikuti
praktikum modul tersebut.
c. Tidak diperkenankan makan dan minum selama kegiatan

iii
praktikum berlangsung.
d. Dilarang memasuki dan meninggalkan ruangan tanpa izin dari
asisten laboratorium.
e. Praktikan harus menjaga keselamatan diri, perlengkapan
praktikum, dan kebersihan laboratorium.
f. Selama kegiatan praktikum berlangsung praktikan dilarang
menggunakan alat komunikasi tanpa izin asisten.
4. Kegiatan praktikum telah selesai apabila :
a. Praktikan telah merapihkan kembali dan mengembalikan
dengan lengkap peralatan praktikum yang digunakan dengan
tertib.
b. Menyelesaikan seluruh kegiatan praktikum dengan menulis
hasil praktikum pada lembar pengamatan praktikan.
5. Segala bentuk kerusakan dan kehilangan peralatan praktikum,
praktikan harus melaporkannya kepada asisten laboratorium.
6. Praktikan yang berhalangan hadir karena sakit harus mengirimkan
surat keterangan dokter minimal H-1 sebelum kegiatan praktikum
dilangsungkan kepada asisten laboratorium.
7. Praktikan tidak diperkenankan berganti kelompok.
8. Melanggar tata tertib ini asisten laboratorium dapat mengeluarkan dan
menggagalkan praktikan pada saat praktikum berlangsung. Tata Tertib
ini disetujui danKegiatan akan dilaksanakan dengan penuh kesadaran
serta ketentuan lain yang diperlukan akan ditetapkan kemudian.
C. SISTEM PENILAIAN PRAKTIKAN
1. Praktikan dinilai secara individual atas partipasinya dalam
mengerjakantugas baik tes dan atau tugas individu maupun kelompok.
2. Kesesuaian dengan prosedur yang sudah ditentukan.
3. Ketepatan pengambilan serta pengolahan data baik secara teoritis dan
ilmiah.
4. Kerapihan dan kebenaran penelitian apabila didalam jurnal/laporan
akhir yang terlihat sama atau serupa seta terdapat plagiarisme maka
semua pihak yang bersangkutan akan dikenakan nilai nol (0).

iv
5. Keaktifan praktikan dalam melakukan asistensi dan
kemampuan menganalisa serta membuat kesimpulan dari suatu
kasus dalam kegiatan praktikum.
6. Penilaian pada praktikum memiliki persentase sebagai berikut :

Komponen Penilaian Bobot Nilai


Tugas Pendahuluan 10 %
Test Lisan 5%
Tes Tulis 5%
Sikap 10 %
Jurnal Praktikum 20 %
Laporan Akhir 30 %
Presentasi Praktikum 20 %

D. WAKTU PENGUMPULAN LAPORAN


1. Tugas Pendahuluan dikumpulkan pada saat praktikum akan
dilaksanakan.
2. Jurnal Praktikum dikumpulkan dalam waktu 7 x 24 Jam setelah
praktikumberakhir dan sebelum praktikum selanjutnya dimulai.
3. Laporan Akhir Praktikum APK & Ergonomi dikumpulkan 7 x 24
Jamsetelah seluruh praktikum berakhir.
4. Keterlambatan pengumpulan jurnal dan laporan akhir maka akan
mendapat pengurangan nilai sebagai berikut :
< 15 Menit Pengurangan 10 %
16 – 30 Menit Pengurangan 25 %
31 – 60 Menit Pengurangan 50 %
>1 Jam Tidak Mendapatkan Nilai

E. TATA PENULISAN LAPORAN


1. Jurnal Praktikum
Jurnal merupakan suatu laporan yang berisi mengenai proses
pengambilan data sampai kepada pengolahan kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan. Adapun struktur penulisan jurnal adalah sebagai berikut :

v
BAB I : Pengumpulan Data
BAB II : Pengolahan Data
BAB III : Pembahasan dan Analisa Data
2. Laporan Akhir
Laporan akhir merupakan suatu laporan yang menjelaskan secara rinci
hasil dari praktikum, berisi mengenai pengumpulan data hingga pembahasan
serta analisa masalah yang didapatkan. Struktur penulisan laporan akhir
terdiri dari :
KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PRAKTIKUM
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
1.3 BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN
BAB II LANDASAN TEORI PRAKTIKUM
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB IV PENGUMPULAN DAN PEMBAHASAN DATA
4.1 PENGUMPULAN DATA
4.2 PENGOLAHAN DATA
4.3 PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
F. PERANGKAT PENULISAN
1. Ukuran Kertas A4, 80 gram.
Apabila dipakai pengolah kata MS-Word, jenis huruf yang dipakai
adalah Times New Roman, Normal, ukuran 12, jarak antar baris 1,5
spasi, dicetak dengan tinta hitam, untuk pengolah kata yang lain dapat
dilakukan penyesuaian.
Batas penulisan teks adalah dari tepi atas 3 cm, tepi kiri 4 cm, tepi
kanan 3 cm dan tepi bawah 3 cm.
2. Daftar Isi, Daftar gambar, Daftar Tabel, dan Daftar Lampiran
dicetak dengan spasi tunggal.
3. Pembagian teks dapat dilakukan dengan cara:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………….
1.1.1 ……………
1.1.2 ……………
1.2 Perumusan Masalah …………….
1.3 Dst …………….
4. Penomoran halaman:
a. Halaman muka diberi nomor halaman romawi kecil, berada di
bagian tengah-bawah.
b. Halaman isi diberi nomor arab I-1, I-2, I-3,… nomor halaman
diletakkan di kanan atas, kecuali halaman Judul Bab, nomor
halaman diletakkan di bagian tengah-bawah.
c. Penomoran bab dimulai dari angka romawi besar I, II, III, …dst
dan penomoran lampiran dimulai dari huruf besar A, B, C ….dst.
d. Penomoran gambar dilakukan dengan menyebutkan nomor bab,
diikuti nomor urutnya, misal :
Gambar 3.2 artinya gambar nomor 2 di bab III. Judul gambar
diletakkan di bawah gambar.
e. Penomoran tabel dilakukan dengan menyebutkan nomor bab,
diikuti nomor urutnya, misal :
Tabel 2.4 artinya Tabel nomor 4 di bab II.

vii
Judul Tabel diletakkan di atas tabel.
f. Penggunaan kata asing ditulis dengan huruf miring.
g. Setiap gambar harus dilengkapi dengan legenda untuk
menjelaskan arti simbol yang dipakai.
h. Daftar Pustaka disusun menurut abjad, tanpa nomor urut. Judul
buku tidak boleh disingkat.
i. Nama belakang/keluarga ditulis terlebih dahulu, diikuti dengan
singkatan nama depan.
j. Semua nama pengarang harus ditulis sesuai dengan urutannya di
dalam artikel/buku.

viii
I. MODUL I PETA KERJA
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pelaksanaan Praktikum Modul 1 yaitu sebagai berikut :
a. Praktikan memahami pembuatan dan penggunaan setiap peta kerja;
b. Praktikan diharapkan bisa menganalisis setiap peta kerja yang
digunakan.
1.2 Alat dan Bahan Praktikum
1.2.1 Alat
Alat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Praktikum Modul 1 yaitu
sebagai berikut :
a. Cutter atau gunting;
b. Lem kertas (lem fox);
c. Tang mata itik
d. Stopwatch;
e. Kamera;
f. Alat tulis;
g. Jangka;
h. Mistar;
i. Laptop;
j. Buku Referensi.
1.2.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Praktikum Modul
1 yaitu sebagai berikut :
a. Kertas Scraft/kertas samson;
b. Mata itik;
c. Mika;
d. Tali;
e. Duplek 0,5 mm.

I-1
I-2

1.3 Landasan Teori


1.3.1 Definisi Peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang mengambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas, (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa
melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda
kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku) kemudian
mengambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti transportasi,
operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan,sampai akhirnya menjadi produk
jadi, baik produk lengkap, atau merupakan bagian dari produk lengkap.
(Sutalaksana, 2006).
Apabila kita melakukan studi yang saksama terhadap suatu pekerja,
maka pekerjaan kita dalam usaha untuk memperbaiki metode kerja dari
suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang
mungkin dilakukan, antara lain, kita bisa menghilangkan operasi-operasi
yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya,
menemukan suatu urutan- urutan kerja, menentukan mesin yang lebih
ekonomis, dan menghilangkan waktu menunggu antaroperasi. Pada
dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya
produksi secara keseluruhan. Dengan demikian, peta ini merupakan alat
yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah
dalam perencanaanperbaikan kerja. (Sutalakasana, 2006).
1.3.2 Lambang-lambang yang digunakan
Menurut catatan sejarah peta-peta kerja yang ada sekarang ini
dikembangkan oleh Gilberth, dan pada saat itu Gilberth mengusulkan
40 buah lambang yang bisa dipakai. Namun pada tahun berikutnya
lambang tersebut hanya tinggal 4 macam saja. Penyederhanaan ini
memudahkan pembuatan suatu peta kerja, disamping setiap notasi
mempunyai fleksibilitas yang tinggi karena setiap lambang
mempunyai kandungan arti yang sangat luas. Dalam tahun 1947
American Society of Mechanical Eingineers (ASME) membuat
standar lambang- lambang yang terdiri dari 5 macam lambang
modifikasi dari yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Gilberth.
I-3

Lambang-lambang standar dari ASME inilah yang akan digunakan


dalam pembahasanpembahasan.
Tabel 1.1 Lambang yang digunakan dalam Peta Kerja
No Lambang Keterangan
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila bends kerja
mengalami peubahan sifat, baik sifat fisik maupun
1. kimiawi. Operasi merupakan kegiatan yang banyak terjadi
dalam suatu proses.
Contoh : Pengukuran papan dan pemotongan papan, dll.
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja
atau peralatan kerja mengalami pemeriksaan baik untuk
2.
segi kualitas maupun kuantitas.
Contoh : Pemeriksaan ukuran papan, dll.
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja,
pekerja atau perlengkapan kerja mengalami perpindahan
3. tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasu.
Contoh : Perpindahan bahan baku dari gudang bahan baku

Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau


perlengkapan kerja tidak mengalami kegiatan apa-apa
selain menunggu.
4.
Contoh : Papan menunggu sebelum masuk ke departemen
pemotongan karena departemen tersebut sedang
melakukan operasi terhadap barang lain.
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan
untuk jangka waktu yang lama.
5.
Contoh : Bahan baku yang telah menjadi barang jadi
disimpan dalam gudang barang jadi
Kegiatan aktivitas gabungan terjadi apabila antara
aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan secara
6.
bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.
I-4

1.3.3 Macam-Macam Peta Kerja


Pada dasarnya peta kerja dibagi kedalam dua kelompok, berdasarkan
jenis kegiatannya dan berikut ini adalah pembagian kelompok peta kerja
berdasarkan kegiatannya:
a. Peta Kerja Keseluruhan
Peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja
keseluruhan. Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja apabila kegiatan
tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang
diperlukan untuk untuk membuat produk yang bersangkutan, yang
termasuk kelompok kegiaan keseluruhan antara lain:
1) Peta Proses Operasi
Peta proses operasi adalah peta kerja yang mengambarkan
urutan yang terjadi dalam masalah penyelesaiaan suatu pekerjaan dari
awal sampai menjadi produk akhir. Dengan adanya informasi-
informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi, dapat diperoleh
beberapa manfaat diantaranya :
a) Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan
penganggarannya.
b) Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan
memperhitungkan efisiensi ditiap operasi/ pemeriksaan).
c) Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
d) Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang
sedang dipakai.
e) Sebagai alat untuk latihan kerja, dll.
Adapun cara menggambar peta proses operasi dengan baik,
ada beberapa prinsip yang perlu di ikuti yaitu sebagai berikut :
a) Pertama-tama pada baris paling atas dinyatakan kepalanya
Peta Proses Operasi yang diikuti oleh identifikasi lain
seperti: nama obyek, nama pembuat peta, tanggal
dipetakan, nomor peta dan nomor gambar.
b) Material yang akan diproses diletakan diatas garis
horizontal, yang menunjukan bahwa material tersebut
I-5

masuk ke dalam proses. Penomoran terhadap suatu


kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuaidengan
urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk
tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.
c) Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan
secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran
untuk kegiatanoperasi.
Tabel 1.2 Format Peta Proses Operasi

Peta Proses Operasi

Nama Objek :
Nomer Peta :
Dipetakan Oleh :
Sekarang Usulan
Tanggal Dipetakan :

Ringkasan

Kegiatan Jumlah Waktu (Detik)

Operasi

Pemeriksaan

Penyimpanan

Total

2) Peta Aliran Proses


Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukan
urutanurutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menuggu, dan
penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau prosedur
berlangsung. Dan peta aliran proses ini dibagi kedalam beberapa
kelompok antara lain yaitu :
I-6

a) Peta aliran proses tipe bahan yaitu peta yang


mengambarkan kejadian yang dialami bahan dalam suatu
proses atau prosedur operasi.
b) Peta aliran proses tipe orang pada dasarnya dibagi menjadi
2 bagian, yaitu: Peta aliran proses pekerja yang
mengambarkan aliran kerja seorang operator. Peta aliran
proses pekerja yang mengambarkan aliran kerj
sekelompok manusia.
Tabel 1.3 Format Peta Aliran Proses

3) Diagram Alir
Diagram alir merupakan satu gambaran menurut skala, dari susun
lantai dan gedung. Menunjukan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi
dalam petaaliran proses.
Tabel 1.4 Format Diagram Alir
DIAGRAM ALIR

Nama Objek :
Nomer Peta :
Dipetakan Oleh :
Sekarang Usulan
Tanggal Dipetakan :
Keterangan:
I-7

b. Peta Kerja Setempat


Peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja
setempat, yaitu apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja
yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas,
yang termasuk kelompok kegiatankerja setempat antara lain :
1) Peta pekerja dan mesin
Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan suatu grafik
yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu
menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan
demikian peta ini merupakan alat yang baik digunakan untuk
mengurangi, waktu menganggur. Informasi paling penting yang
diperoleh melalui peta pekerja dan mesin ialah hubungan yang jelas
antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang
ditanganinya.
Dengan informasi ini, maka kita mempunyai data yang baik
untuk melakukan penyelidikan, penganalisaan, dan perbaikan suatu
pusat kerja, sedemikian rupa sehingga efektifitas penggunaan
pekerjaan dan atau mesin bisa ditingkatkan, dan tentunya
keseimbangan kerja antara pekerja dan mesin bisa lebih diperbaiki.
(Sutalkasana, 2006).
Tabel 1.5 Format Pekerja dan Mesin

2) Peta tangan kanan – tangan kiri


Peta tangan kanan-tangan kiri merupakan gambaran semua
gerakan saatbekerja dan wktu menganggur yang dilakukan oleh tangan
kiri dan tangan kanan. Serta menunjukan perbandingan tugas yang
I-8

dibebankan pada tangan kri dan tangan kanan. Adapun format


pembuatan peta tangan kanantangan kiri adalah sebagai berikut :
Tabel 1.6 Format Peta Tangan kanan dan Tangan kiri

1.4 Prosedur Praktikum


Langkah-langkah pelaksanaan praktikum Modul 1 yaitu sebagai berikut
a. Setiap kelompok harus membuat produk yang telah ditentukan. Setiap
kelompok menentukan komponen yang akan dibuat dari produk yang
telah ditentukan.

b. Setiap kelompok harus membuat komponen tersebut, dengan


mendokumentasikan serta mencatat waktu dari setiap langkah-
langkah proses pembuatan setiap komponen yang telah ditentukan.

c. Setiap kelompok harus membuat Peta kerja keseluruhan dan Peta


Kerja Setempat dari komponen yang telah dibuat.
1.5 Tugas Pendahuluan
a. Jelaskan mengenai peta kerja, jenis-jenis dan penggunaan setiap peta
kerja!
b. Buatlah goodie bag dari bahan kertas samson beserta Peta Proses
Operasi nya!(proses pembuatan goodie bag wajib di video & dikumpul)
II. MODUL II PERANCANGAN METODE KERJA
2.1 Tujuan Praktikum
a. Praktikan mampu menganalisis dan memperbaiki cara kerja dengan
menggunakan Prinsip Ekonomi Gerakan;
b. Praktikan mampu merancang dan mengimplementasikan alat bantu
sederhana yang dapat meminimalisasi waktu produksi;
c. Praktikan mampu mengurangi atau meminimalisasi waktu dan
kegiatan yang tidak produktif;
d. Praktikan mampu membuktikan manfaat perbaikan perancangan
metode kerja.
2.2 Alat dan Bahan
a. Alat dan bahan proses pembuatan produk pada modul 1;
b. Stopwatch.
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Ekonomi Gerakan
Ekonomi gerakan adalah prinsip yang dipertimbangkan berdasarkan
analisa gerakan sehingga menghasilkan gerakan yang ekonomis (nyaman
dan produktivistas tinggi). Prinsip ekonomi gerakan digunakan untuk
merancang sistem kerja dengan gerakan-gerakan kerja yang benar dan
ekonomis (menghemat tenaga dan waktu).
Secara garis besar, prinsip ini terdiri atas 3 bagian besar, yaitu prinsip
ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan:
A. Tubuh Manusia dan Gerakannya
Prinsip Ekonomi Gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dengan
gerakannya :
1. Kedua tangan harus di manfaatkan sepenuhnya.
2. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan
pada saatyang sama.
3. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang
sama kecuali pada saat istirahat.
4. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap
lainnya simetris / berlawanan arah.

II-1
II-2

5. Gerakan tangan atau badan sebaiknya di hemat atau yang di


perlukan saja.
6. Hindari posisi bahu dan siku yang janggal, dan hindari
memperpanjang postur. Contoh : menjangkau di atas kepala,
menjangkau di belakang tubuh, ekstrim perpanjangan siku.
7. Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk
membantu pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena
berkurangnya kerja otot dalam pekerja. Contoh : Peletakan batu
bata pada wadah yang dapat diatur tinggi rendahnya sehingga
memudahkan suplai batu bata kepada pekerja.
8. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti
dari pada gerakan yang dikendalikan.
9. Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan
memperlambat gerakan.
10. Pekerjaan sebaiknya di rancang semudah-mudahnya.
11. Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata.
B. Pengaturan Tata Letak Tempat Kerja
1. Sebaiknya diusahakan agar bahan dan peralatan mempunyai
tempat yang tetap.
2. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah,
cepat dan enak untuk dicapai.
3. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya
memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan
dipakai selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil.
4. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan teratur
sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan
dengan urutan terbaik.
5. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa
sehingga alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi
pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan.
II-3

6. Tipe tinggi kursi harus dirancang sedemikian rupa sehingga


yang mendudukinya memiliki postur yang baik dan nyaman.
7. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur
sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kondisi yang baik
untuk penglihatan.
C. Perancangan Peralatan
1. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila
penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat
digerakan dengan kaki dapat ditingkatkan.
2. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar
mempunyai lebihdari satu kegunaan.
3. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pemegangan (penggunaan) dan
penyimpanan.
4. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri,
misalnya seperti pekerjaan mengetik, beban yang didistribusikan
pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari
(Keyboard disesuaikan dgn penggunaan dan beban kerja jari).
5. Roda tangan dan peralatan lain yang sejenis dengan itu
sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga beban dapat
melayaninya dengan posisi yang baik, dan dengan tenaga yang
minimum.
2.3.2 Standar Operasional Perusahaan (SOP)
Definisi Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan
untuk melaksanakan ugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis,
administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan
sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah
menciptakan komitment mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit
kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance.
Standar operasional prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga
eksternal, karena SOP selain digunakan untuk mengukur kinerja organisasi
II-4

publik yang berkaitan dengan ketepatan program dan waktu, juga digunakan
untuk menilai kinerja organisasi publik di mata masyarakat berupa
responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Hasil kajian menunjukkan tidak semua satuan unit kerja instansi pemerintah
memiliki SOP, karena itu seharusnyalah setiap satuan unit kerja pelayanan
publik instansi pemerintah memiliki standar operasional prosedur sebagai
acuan dalam bertindak, agar akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat
dievaluasi dan terukur.
Di kutip dari artikel website Universitas Kristen Petra, terdapat
beberapa Definisi Standar Operasional Prosedur (SOP), yaitu :
a. SOP adalah serangkaian instruksi yang menggambarkan
pendokumentasian dari kegiatan yang dilakukan secara berulang pada
sebuah organisasi. (EPA, 2001)
b. SOP adalah suatu panduan yang menjelaskan secara terperinci
bagaimana suatu proses harus dilaksanakan. (FEMA, 1999)
c. SOP ada lah serangkaian instruksi yang digunakan untuk memecahkan
suatumasalah. (Lingappan, 2000)
d. SOP adalah suatu panduan yang dikemukakan secara jelas tentang
apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari semua karyawan dalam
menjalankan kegiatan sehari-hari. (Developing, 2003)
Fungsi dari dibuatnya standar operasional prosedur adalah sebagai berikut :
a. Menjelaskan detail setiap kegiatan dari proses yang dijalankan;
b. Adanya standarisasi kegiatan;
c. Membantu dalam pengambilan keputusan;
d. Memudahkan dalam transparansi dan akuntabilitas sebuah organisasi;
e. Mengarahkan suatu pekerjaan kepada konsep yang jelas.
II-5

Berikut merupakan format SOP :


No.Dok :
STANDARD OPERATING PROCEDURE Mulai Berlaku :
Revisi :
Tanggal Revisi :
JUDUL SOP
Halaman :
1.0 Tujuan :
2.0 Pihak Terkait :
3.0 Tahapan Produksi :
4.0 Produk Jadi :

DISPOSISI NAMA JABATAN PARAF


Dibuat Oleh :
Diperiksa Oleh :
Disetujui Oleh :

2.4 Prosedur Praktikum


1. Praktikan melakukan perancangan metode kerja dengan
menggunakan prinsip ekonomi gerakan dan alat bantu;
2. Praktikan membuat peta kerja setelah perbaikan;
3. Praktikan membuat SOP setiap prosedur proses produksi;
4. Praktikan mempraktekkan metode kerja terbaik yang sudah dipilih.
2.5 Tugas Pendahuluan
1. Berdasarkan proses produksi goodie bag pada modul 1, lakukan
analisis dan perbaikan cara kerja menggunakan prinsip ekonomi
gerakan!
2. Jelaskan manfaat perbaikan perancangan metode kerja!
III. MODUL III STANDARISASI KERJA
3.1 Tujuan Praktikum
a. Mampu membagi pekerjaan perakitan menjadi beberapa stasiun kerja
yang seimbang.
b. Mampu menentukan pengukuran waktu dengan teknik jam henti
pada setiap stasiun kerja.
c. Mampu menentukan Waktu Siklus setiap stasiun kerja.
d. Mampu mengidentifikasi nilai penyesuaian pada setiap operator
setiapstasiun kerja.
e. Mampu menghitung waktu normal.
f. Mampu mengidentifikasi kelonggaran pada sistem kerja.
g. Mampu menghitung waktu baku.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 Alat Praktikum
a. Alat tulis;
b. Perekam video;
c. Stopwatch;
d. Buku referensi;
e. Laptop.
3.2.2 Bahan Praktikum
a. Goodie bag
b. Buku petunjuknya.
3.3 Landasan Teori
3.3.1 Studi Waktu
Studi waktu atau time study dilakukan untuk memperoleh suatu sistem
kerja yang baku. Untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang baku,
informasi yang sangat dibutuhkan adalah mengenai waktu baku. Sistem
kerja yang baik ditandai dengan waktu proses pembuatan produk yang
singkat (efisien). Untuk mendapatkan informasi mengenai waktu, kita dapat
melakukan pengukuran waktu secara langsung maupun tidak langsung.
3.3.2 Pengukuran Waktu Langsung
Pengukuran waktu merupakan suatu usaha untuk mengetahui

III-1
III-2

lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang


terlatih dan qualified) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
wajar dan dalam rancangan sistem kerja terbaik. Adapun langkah-
langkah untuk pengukuran waktu yaitu sebagai berikut :
a. Melakukan pengamatan data;
b. Membuat tabulasi data ke subgroup;
c. Menentukan jumlah subgroup data dengan jumlah yang
ditentukan;
d. Menentukan rata-rata masing-masing subgroup;

e. Menentukan rata-rata dari semua subgroup;


f. Menghitung rata-rata deviasi;

g. Menentukan Batas Kendali;


𝐵𝐾𝐴 = 𝑥 + 𝑍𝑐. 𝜎x
h. Membuat Plot Data;
i. Cek apakah data masuk dalam batas kendali atau tidak,
denganketentuan sebagai berikut :
1) Jika Ya, maka lanjutkan untuk menghitung Uji Kecukupan
Data;

2) Jika Tidak, maka harus dilakukan pengambilan data ulang.


j. Menghitung Uji Kecukupan Data;

Bandingkan antara N’ dengan N, dengan ketentuan sebagai


berikut;
III-3

1) Jika N’ > N maka harus dilakukan pengambilan data


ulang;
2) Jika N; < N maka lanjutkan untuk menghitung Waktu
Siklus.
k. Menghitung Waktu Siklus;
Sebelum menghitung waktu siklus, maka ditentukan dahulu
penyesuian dengan beberapa metode (pilih salah satu) yaitu
dengan metode :
1) Cara Shumard
2) Cara Westing House
Setelah mendapatkan skor, maka dihitung waktu siklus dengan
rumus:

Dimana:
X = Waktu Siklus
x = Waktu pengamatan
n = Jumlah pengamatan yan dilakukan
l. Menghitung Waktu Normal, dengan ketentuan sebagai berikut :
Sebelum menghitung waktu normal, maka harus ditentukan
mengenai skor faktor penyesuaian. Format bisa dilihat di :
Sritomo, 2009. Kemudian bisa ditentukan hasil perhitungan dari
waktu normal, denganketentuan sbb :
P = 1 Jika pekerja bekerja dengan wajar/normal’
P > 1 Jika pekerja dianggap bekerja secara cepat;
P < 1 Jika pekerja dianggap bekerja secara lambat.
𝑾𝒏 = 𝑾𝒔 × 𝒑
dimana : P = Faktor penyesuaian
Ws = Waktu Siklus
Wn = Waktu Normal
m. Menghitung Waktu Baku;

𝑾𝒃 = 𝑾𝒏 + (𝑨 × 𝑾𝒏 )
III-4

Dimana l adalah kelonggaran yang diberikan kepada


pekerja untuk menyelesakan pekerjaannya disamping
waktu normal. Kelonggaran diberikan dalam 3 kondisi
yaitu :
1) Kebutuhan pribadi;
2) Menghilangkan rasa lelah;
3) Dan gangguan yang tak terhindarkan.
3.4 Prosedur Praktikum
a. Praktikan diberikan contoh produk yang akan dibuat dari goodie bag
oleh asisten masing-masing.
b. Praktikan merancang proses perakitan produk goodie bag.
c. Mengidentifikasi proses operasi setiap perakitan sehingga bisa
membuat assembly chart.
d. Membagi proses operasi perakitan menjadi 4 stasiun prakitan.
e. Melakukan proses standarisasi waktu.
f. Menentukan kelonggaran sistem kerja.
g. Menentukan penyesuaian dengan metode Westing House.
h. Melakukan simulasi perakitan selama 30 menit.
i. Praktikan menentukan waktu siklus setiap operator setiap stasiun kerja.
j. Melakukan pengujian keseragaman dan kecukupan data.
k. Menghitung waktu normal dan waktu baku.
3.5 Tugas Pendahuluan
a. Bagaimana cara menghitung waktu baku dengan pengukuran langsung
serta jelaskan apa yang dimaksud dengan waktu siklus, waktu normal
dan waktu baku?
b. Di PT. Jaya Mandiri yang memproduksi ITC (Injector Tester &
Cleaner) terdapat masalah pada waktu pemasangan karet hitam di sisi
casing yang terlalu lama. Setelah dilakukan perbaikan didapatkan
waktu pengukuran seperti pada tabel. Bila diketahui performance
rating sebesar 1,22 dan allowance 10%. Hitunglah waktu baku untuk
pemasangan karet hitam di sisi casing!
III-5

Waktu pengamatan ke- (detik)


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
268,44 265,77 267,38 270,29 269,47 267,89 269,43 265,67 264,99 268,16
IV. MODUL IV LINE BALANCING
4.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pelaksanaan Praktikum Modul 4 yaitu sebagai berikut :
a. Praktikan mampu membuat lintasan produksi berdasarkan elemen
kerja.
b. Praktikan mampu menentukan jumlah stasiun berdasarkan
permintaan atau demand.
c. Praktikan mampu menyelesaikan masalah jika ada stasiun yang
melebihi Takt Time.
4.2 Alat dan Bahan
a. Data Demand;
b. Microsoft Visio;
c. Assembly Chart;
d. Peta Kerja.
4.3 Landasan Teori
4.3.1 Definisi Line Balancing
Definisi Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan
suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban
antar proses secara berimbang sehingga tidak ada proses yang idle akibat
terlalu lama menunggu keluarnya peroduk dari proses yang sebelumnya.
Adapun tujuan utama dalam menyusun Line Balancing adalah untuk
membentuk dan menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada tiap-
tiap stasiun kerja. Jika tidak dilakukan keseimbangan seperti ini maka akan
mengakibatkan ketidakefisienan kerja di beberapa stasiun kerja, dimana
antara stasiun kerja yang satu dengan stasiun kerja yang lain memiliki beban
kerja yang tidak seimbang.
Dengan demikian, masalah keseimbangan lintasan perakitan
(Balancing Line) adalah bagaimana agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan
dengan beban kerja yang sama pada setiap stasiun kerja, sehingga
menghasilkan keluaran produk yang sama persatuan waktu.

IV-1
IV-2

4.3.2 Tujuan Penyeimbangan Lintasan


Tujuan dasar daripada penyeimbang lintasan yaitu untuk membantu
meningkatkan jumlah produksi yang dikeluarkan dengan fasilitas dan
sumber daya yang dimiliki perusahaan. Mengatasi permasalahan bottleneck
yang terjadi pada tahapan proses agar proses produksi dapat berjalan efektif
dan effisien. Umumnya merencanakan keseimbangan dalam sebuah lintasan
meliputi usaha yang bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas yang
optimal, dimana tidak terjadi pemborosan fasilitas (waktu, tenaga dan
material). Tujuan ini tercapai bila:
a. Lintasan bersifat seimbang, setiap stasiun kerja mendapatkan
bebankerja yang sama nilainya diukur dengan waktu.
b. Jumlah waktu operator menunggu dari proses sebelumnya
(idle)minimum di setiap stasiun kerja sepanjang lintasan proses.
c. Jumlah stasiun yang ada di lintasan memiliki waktu yang
seimbang.
4.3.3 Masukan Keseimbangan Lintasan
Masukan yang diperlukan untuk merencanakan keseimbangan lintasan
perakitan adalah:
a. Precedence diagram suatu jaringan kerja (terdiri atas rangkaian
simpul dan anak panah) yang menggambarkan urutan perakitan
serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya
mempermudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan
yangterkait di dalamnya.
b. Data waktu baku pekerjaan tiap operasi, yang diturunkan dari
perhitungan waktu baku pekerjaan operasi perakitan.
c. Kecepatan lintasan yang diinginkan (waktu siklus / CT).
4.4 Metode – Metode yang Digunakan di Line Balancing
Terdapat 3 jenis metode yang digunakan dalam penyelesaian line balancing
menurut Teguh Baroto (2002), yaitu:
a. Metode Heuristic,
yaitu metode yang didasari pengalaman, intuisi atau aturan empiris
yang dilakukan guna memperoleh hasil yang lebih baik dari solusi yang
IV-3

telah dicapai sebelumnya. Yang termasuk metode ini adalah metode bobot
posisi, metode pembagian berurutan, metode wilayah, metode yazumy dan
metode CPM.
b. Metode Analitical
Metode analytical atau disebut juga metode matematis, yaitu metode
yang dilakukan berdasarkan perhitungan matematika. Metode ini digunakan
untuk menggambarkan permasalahan dunia nyata kedalam bentuk
matematis berupa angka dan simbol.
c. Metode Simulasi,
yaitu metode yang yang dilakukan dengan meniru sistem yang
dipelajari. Metode ini dilakukan apabila semua metode yang telah dilakukan
tidak mendapat hasil yang optimal.
4.5 Prosedur Praktikum
a. Praktikan menentukan Takt time yang dimiliki perusahaan.
b. Praktikan membuat lintasan produksi berdasarkan elemen kerja.
c. Praktikan menganalisis lintasan produksi jika terjadi suatu masalah
dalamlintasan produksi.
d. Praktikan menentukan langkah yang akan diambil untuk
menyelesaikan masalah.
4.6 Tugas Pendahuluan
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan line balancing dan tujuannya?
b. PT. Sinar Harapan memperoleh permintaan produk untuk selama 3
bulan seperti di bawah ini.
Waktu kerja tersedia
Bulan Permintaan Hari kerja
(menit)
Maret 13,475 21 10,080
April 17,543 21 10,080
Mei 10,784 21 10,080
Rata-Rata 13,934 168

Pada bagian produksi diperoleh data waktu baku yang telah ditetapkan
manajemen bulan Maret, April dan Mei 2022 adalah sebagai berikut:
IV-4

Tahapan proses Proses Ws (detik)


1 Steel Plate Shearing 87,4
2 Inner/ Outer Ring Blanking 15,6
3 Lathing/Grooving Champering 21,5
4 Dimensional Inspection 15
5 Electroplating 35,9
6 Visual Inspection 5
7 Marketing 7,4
8 Assembling 58,9
9 Visual Inspection 5
10 Final Check 10
Total 261,7

Berdasarkan data-data tersebut lakukanlah penyusunan stasiun kerja agar


proses produksi di PT. Sinar Harapan bisa mencapai efisiensi terbaik
menggunakan metode yamazumi chart!
V. MODUL V ANTROPOMETRI
5.1 Tujuan Praktikum
a. Praktikan memahami konsep antropometri;
b. Praktikan mampu merancang desain produk atau desain stasiun kerja
berdasarkan data antropometri;
c. Praktikan mampu memahami cara pengukuran dan pengolahan data
antropometri.
5.2 Alat dan Bahan
a. Lembar pengukuran dimensi tubuh;
b. Alat ukur dimensi tubuh;
c. Lembar pengolahan data.
5.3 Landasan Teori
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang
pengukuran tubuh dimensi manusia dari tulang, otot, dan jaringan adiposa atau
lemak (Survey, 2009). Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh
manusia seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan,
lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya.
Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan
stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh posisi tubuh yang
sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan
menggunakannnya. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal tiga cara
pengukuran, yaitu:
a. Antropometri Statis (Struktural)
Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan
tubuh. Contoh : ukuran tubuh untuk mendesain meja, kursi, dll.
b. Antropometri Dinamis (Fungsional)
Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan
yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.

V-1
V-2

c. Newtonian Anthropometric Data


Contoh : data yang digunakan untuk analisis mekanik terhadap
pembebanan terhadap tubuh manusia. Data newtonian yang digunakan
untuk analisis mekanik terhadap pembebanan pada tulang belakang dengan
teknik pembebanan yang berbeda. Data Anthropometri ini sangat berguna
bagi para Designer untuk melakukan penataan peralatan-peralatan pada
Workspace pekerja untuk mendapatkan hasil yang optimal.
5.4 Prosedur Praktikum
a. Praktikan mengukur dimensi tubuh yang ditentukan oleh asisten
laboratorium;
b. Praktikan mengumpulkan data hasil pengukuran;
c. Praktikan menentukan produk yang akan di desain;
d. Praktikan menentukan dimensi yang akan digunakan;
e. Praktikan menghitung uji keseragaman data;
f. Praktikan menghitung uji kecukupan data;
g. Praktikan menghitung persentil;
h. Praktikan mendesain produk sesuai dengan ukuran yang sudah di
hitung.
5.5 Tugas Pendahuluan
a. Jelaskan mengenai antropometri dan konsep dari persentil!
b. Pada saat ini Indonesia mengalami pandemi Covid-19 yang
mengharuskan warga menggunakan masker setiap keluar rumah.
Masker kain adalah alternatif dari masker medis sebagai alat
pencegahan terhadap virus corona. Buatlah rancangan masker
kainnya!
Jarak Pangkal Jarak antara Jarak antara tulang
jarak antara tulang rahang kiri rahang ke telinga
No
pangkal hidung ke tulang rahang bagian belakang
dengan dagu (cm) kanan (cm) (cm)
1 14,5 10 8
2 14 11 8
3 14 13 9
4 15 10 8,5
V-3

Jarak Pangkal Jarak antara Jarak antara tulang


jarak antara tulang rahang kiri rahang ke telinga
No
pangkal hidung ke tulang rahang bagian belakang
dengan dagu (cm) kanan (cm) (cm)
5 14 12 9
6 14,5 12 8,5
7 14,5 12 8,5
8 15 13 8
9 13,5 13 8,5
10 14 13 8,5
11 15 12 8
12 14 11 8,5
13 15 11 9
14 15 11 8
15 13,5 11,5 8,5
16 14,5 12,5 8,5
17 14 12,5 8
18 14 13 9
19 14 13,5 8,5
20 13,5 11 8
21 13,5 11,5 9
22 13,5 11,5 8,5
23 15 13 9
24 15 14 9
25 14,5 13 8,5
26 15 12 9
27 15 11 8,5
28 14,5 11 8
29 14 11 9
30 14,5 12 8,5
31 15 13 8
32 15 12,5 9
33 14 14 8,5
34 15 11 8,5
35 14 11 9
36 13,5 11 8,5
37 13,5 11,5 9
38 13,5 12,5 8,5
39 14 11,5 9
40 14 12,5 8,5
41 14,5 12,5 8,5
V-4

Jarak Pangkal Jarak antara Jarak antara tulang


jarak antara tulang rahang kiri rahang ke telinga
No
pangkal hidung ke tulang rahang bagian belakang
dengan dagu (cm) kanan (cm) (cm)
42 15 13 9
43 15 13,5 8
44 14 10 8,5
45 15 13 9
VI. MODUL VI BIOMEKANIKA
6.1 Tujuan Praktikum
a. Praktikan mampu memahami konsep biomekanika;
b. Praktikan memahami manfaat studi biomekanika untuk perancangan
sistemkerja;
c. Praktikan dapat memahami metode RULA dan REBA yang
digunakandalam perancangan kerja;
d. Praktikan mampu merancang sistem kerja yang ergonomis
berdasarkanbiomekanika.
6.2 Alat dan Bahan
a. Laptop;
b. Perekam video;
c. Proses pembuatan produk dari modul sebelumnya;
d. Software AutoCad;
e. Lembar pengamatan.
6.3 Landasan Teori
6.3.1 Biomekanika
Biomekanika merupakan aplikasi mekanika pada sistem biologi dan
salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil ergonomi, yaitu
penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau
daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja
serta peralatan yang harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik
manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut.
6.3.2 Studi Biomekanika
Studi biomekanika dapat diterapkan pada perancangan kembali
pekerjaan yang sudah ada, evaluasi pekerjaan, penyaringan pegawai, tugas-
tugas penanganan manual, pembebanan statis, penentuan sistem waktu.
6.3.3 Prinsip Biomekanika
Prinsip-prinsip dari biomekanika adalah sebagai berikut:
a. Kurangi berat benda yang ditangani;
b. Manfaatkan dua atau lebih orang untuk memindahkan barang
yang berat;

VI-1
VI-2

c. Ubahlah aktivitas jika mungkin, sehingga lebih mudah, ringan dan


tidak berbahaya;
d. Minimasi jarak horizontal antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang;
e. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu;
f. Kurangi frekuensi pemindahan;
g. Berikan waktu istirahat;
h. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit
membutuhkan tenaga;
i. Rancang container agar mempunyai pegangan yang dapat
dipegang dekat dengan tubuh;
j. Benda yang berat dijaga setinggi lutut.

Tabel 6.1 Prinsip Biomekanika


PRINSIP KETERANGAN
MEMILIH INDIVIDU

Pemilihan berdasarkan keserupaan merupakan


diskriminasi. Variabilitas individu yang besar
meskipun dalam suatu populasi. Pengaruh

1. Jangan memilih yang stereotif umur terhadap kapabilitas tidak sebesar


pengaruh susepbilitas terhadap sakit (injury).
Rata-rata wanita memindahkan 60%
dibandingkan rata-rata pria.

Orang yang kuat memindahkan lebih banyak


dan lebih aman daripada orang yang lemah.
Pilih orang yang kuat berdasarkan
2. Pemilihan berdasarkan kelompok otot yang
pengujian
digunakan untuk pekerjaan Spesifik bukan
berdasarkan sinar X
VI-3

TEKNIK MENGAJAR
Pemindahan squat membutuhkan energi
Gunakan pemindahan dengan “gaya lebih, otot kaki yang lebih kuat dan jarang
3.
bebas” (free style) digunakan, squat baik untuk beban yang berat
dan kelompok
Jaga agar kaki terpisah, kak yang berlawanan
4. Jangan tergelincir di depan jika berputar, gunakan alas kaki
antigelincir.
Kerjakan dengan tenang, tidak terlalu cepat,
5. Jangan bertindak bodoh
tidak terlalu lambat
Jangan melintir (twist) ketika
6. Penunjang yang buruk bagi cakram (disk)
bergerak
MERANCANG KERJA
Pemegangan adalah hal yang utama.
Letakan beban yang kompak Kontainer yang sulit ditangani membuat
7.
Container aspek biomekanika menjadi buruk dan
menghalangi pandangan.
Biomekanika menjadi buruk saat
mengangkat maupun menaruh, ditambah
8. Jangan meletakkan beban diataslantai
ekstra metabolisme untuk gerakan tubuh.
Setinggi lutut terbaik.
Pegang dengan tangan, jangan dengan
9. Genggamlah dengan baik ujungjari. Jangan memegang pada bagian
yang tajam.
Berguna untuk meniminasi torsi.
Pertahankan beban dekat dengan
10. Jangan menggunakan baju yang dapat
beban
menyangkut pada beban.
Biomekanika yang dikerjakan buruk,
Jangan memindahkan barang diatas
11. jika melewati bagian dada berbahaya jika
bahu
benda kerja jatuh.
VI-4

6.3.4 Fatigue (Kelelahan)


Fatigue adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot
manusia sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Semakin
berat beban yang dikerjakan dan gerakan semakin tidak teratur, maka
timbulnya fatigue lebih cepat. Timbulnya fatigue ini perlu dipelajari untuk
menentukan tingkat kekuatan otot manusia, sehingga pekerjaan yang akan
dilakukan atau dibebankan dapat sesuai dengan kemampuan otot tersebut.
Menurut Barnes, fatigue dapat dilihat dari tiga hal, yaitu perasaan
lelah, perubahan fisiologis tubuh, menurunnya kemampuan kerja. Faktor-
faktor yang mempengaruhi fatigue adalah tenaga yang dikeluarkan,
frekuensi dan lamanya bekerja, cara dan sikap melakukan aktivitas, jenis
olahraga, jenis kelamin, dan umur.
6.3.5 REBA (Rapid Entire Body Assessment)
Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode dalam
bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher,
punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA
memiliki kesamaan yang mendekati metode RULA (Rapid Upper Limb
Assessment), tetapi metode REBA tidak sebaik metode RULA yang
menunjukkan pada analisis pada keunggulan yang sangat dibutuhkan dan
untuk pergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan, REBA lebih
umum, dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang
didalamnya termasuk faktor-faktor dinamis dan statis bentuk pembebanan
interaksi pembebanan perorangan, dan konsep baru berhubungan dengan
pertimbangan dengan sebutan “The Gravity Attended” untuk mengutamakan
posisi dari yang paling unggul.
Metode REBA telah mengikuti karakteristik, yang telah
dikembangkan untuk memberikan jawaban untuk keperluan mendapatkan
peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan
fisik para pekerja. Analisa dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah
interferensi untuk mendemonstrasikan resiko yang telah dihentikan dari
sebuah cedera yang timbul. Hal ini memberikan sebuah kecepatan pada
VI-5

penilaian sistematis dari resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa
pekerja dapatkan dari pekerjaannya.
6.3.6 RULA (Rapid Upper Limb Assessment)
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) adalah suatu metode survey
yang dikembangkan untuk penyelidikan ergonomic tentang tempat kerja
dimana ada kaitannya dengan gangguan anggota tubuh bagian atas. Metode
ini tidak membutuhkan suatu peralatan yang khusus untuk menentukan
postur dari leher, punggung, dan anggota gerak bagian atas selama
menggunakan fungsi dari otot, dan pembebanan eksternal yang
mempengaruhi tubuh (McAtamney And Corlett, 1993) Metode ini
menggunakan diagram postur tubuh dan 3 tabel skor untuk menentukan
evaluasi dari faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko selama investigasi
dideskripsikan sebagai faktor pembebanan eksternal yang terdiri dari :
a. Urutan gerakan;
b. Kerja otot statik;
c. Gaya;
d. Postur kerja yang ditentukan oleh peralatan dan furniture;
e. Waktu kerja tanpa istirahat.
6.4 Prosedur Praktikum

Gambar 1. Operator
VI-6

a. Siapkan alat dan bahan;


b. Tiap kelompok ada yang menjadi operator dan dokumentasi;
c. Amati proses operator saat mengukur atau merakit produk;
d. Hitung sudut - sudut tubuh saat mengukur atau merakit produk
dengan software autoCAD;
e. Hitung REBA dan RULA.
6.5 Tugas Pendahuluan
a. Jelaskan mengenai biomekanika serta manfaatnya untuk
perancangan sistem kerja!
b. Jelaskan mengenai metode RULA dan REBA yang biasa digunakan
dalam perancangan kerja!
c. Hitunglah postur kerja tubuh pekerja di bawah ini dengan
menggunakan pendekatan biomekanika kemudian lakukan analisis
perbaikan seperti apa yang harus dilakukan?
VII. MODUL VII FISIOLOGI KERJA
7.1 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari Praktikum Analisis Perancangan Kerja Modul VII
mengenaiFisiologi Kerja adalah sebagai berikut :
a. Praktikan dapat memahami mengenai tentang konsep dari fisiologi
kerja dan hubungannya dengan beban kerja;
b. Praktikan mampu menghitung dan menilai beban kerja fisik baik
dengan metode penelitian langsung maupun dengan metode penelitian
tidak langsung;
c. Praktikan mampu menghitung waktu istirahat yang diperlukan.
7.2 Alat dan Bahan
Berikut merupakan alat dan bahan yang diperlukan pada Praktikum
AnalisaPerancangan Kerja Modul VII mengenai Fisiologi Kerja :
a. Running Cycle;
b. Stopwatch;
c. Laptop;
d. Lembar Pengamatan.
7.3 Landasan Teori
Berikut ini merupakan landasan teori dari praktikum analisa perancangan
kerja modul VII mengenai Fisiologi Kerja, antara lain adalah sebagai berikut :
7.3.1 Fisiologi
Fisiologi (ilmu faal) dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja organ, jaringan dan sel-sel
organisme. Menurut Lehman (1995) mendefiniskan kerja sebagai semua
aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan manusia untuk
menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai
umat manusia secara keseluruhan. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan
manusia dapat didefinisikan menjadi 2 kegiatan yaitu :
a. Kerja Fisik (Otot);

b. Kerja Mental (Otak).

VII-1
VII-2

Pada kerja fisik, pengeluaran energy relative lebih besar dibandingkan


beban kerja mental. Jika tingkat intensitas dari masing-masing kerja terlalu
tinggi, maka akan menimbulkan pemakaian energy yang berlebihan,
sebaliknya intensitas yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan
jenuh. Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas yang optimum
untuk tiap individu Tingkat intensitas kerja optimum umumnya tercipta
ketika tidak ada tekananan dan ketegangan.
Tekanan berkenaan dengan beberapa aspek dari aktifitas manusia dari
lingkungannya yang terjadi akibat adanya reaksi individu tersebut tidak
mendapatkan keinginan yang sesuai. Sedangkan ketegangan merupakan
konsekuensi logis yang harus diterima oleh individu tersebut akibat dari
tekanan.
7.3.2 Beban Kerja Fisik
Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energy fisik otot manusia
sebagai sumber tenaganya. Dalam kerja fisik, konsumsi energy merupakan
factor utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat atau ringannya suatu
pekerjaan.
Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh,
yang dapat dideteksi melalui :
a. Konsumsi oksigen
b. Denyut jantung
c. Peredaran udara dalam paru-paru
d. Tempertaure tubuh
e. Konsentrasi asam laktat dalam darah
f. Komposisi kimia dalam darah dan air seni
g. Tingkat penguapan.
Adapun kerja fisik yang dikelompokan oleh Davis dan Miller sebagai
berikut :
a. Kerja total seluruh tubuh yang menggunakan sebagian besar otot.
Biasanya melibatkan dua pertiga atau tiga seperempat otot tubuh
b. Kerja otot yang membutuhkan energy expenditure
VII-3

Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa
kerja mekanik yang membutuhkan kontraksi sebagian otot. Metode
pengukuran kerja fisik dapat dilakukan dengan menggunakan standar :
a. Konsep Horse-Power (foot-pounds of work per minute) oleh
Taylor.
b. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
c. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen.
7.4 Prosedur Praktikum
Berikut ini merupakan prosedur praktikum analisa perancangan kerja
modul VIImengenai fisiologi kerja :
a. Setiap kelompok terdiri dari operator yang merakit dan pencatat
pengamatan denyut nadi;
b. Praktikan yang menjadi operator menyiapkan bahan pembuatan 5
goodie bag;
c. Praktikan yang menjadi operator merakit goodie bag sebanyak 5 unit;
d. Praktikan yang menjadi pencatat mencatat denyut jantung sebelum
dan ketika bekerja merakit goodie bag.
7.5 Tugas Pendahuluan
a. Jelaskan mengenai fisiologi kerja dan hubungannya dengan beban
kerja!
b. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kelelahan dalam bekerja
dan bagaimana cara menanganinya?
c. Sebuah UMKM yang memproduksi keripik singkong di Garut ingin
melakukan analisis beban kerja fisiologis pada pekerja packaging
yang berusia di atas 40 tahun. Berdasarkan hasil pengukuran
didapatkan denyut nadi seperti pada tabel. Berdasarkan pengukuran
tersebut hitunglah beban kerja dan waktu istirahat pada setiap pekerja
serta lakukan analisis untuk beban kerjanya!
Umur
No Nama DNI DNK
(Tahun)
1 Iis 44 93 114
2 Elis 53 82 105
3 Irna 48 74 104
VII-4

Umur
No Nama DNI DNK
(Tahun)
4 Lilis 47 70 108
5 Kokom 62 80 119
6 Rita 52 72 117
7 Ai 52 78 100
8 Siti 42 73 114
9 Esih 53 81 106
10 Nunung 42 84 109
11 Imas 57 75 110
12 Tati 47 76 112
VIII. MODUL VIII LINGKUNGAN KERJA
8.1 Tujuan Praktikum
Berikut ini merupakan tujuan dari praktikum analisa perancangan kerja
modul VIII mengenai lingkungan kerja, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Praktikan mampu memahami apa itu lingkungan kerja;
b. Praktikan mampu mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap
performa kerja manusia.
8.2 Alat dan Bahan
Berikut ini merupakan beberapa alat dan bahan yang diperlukan pada
praktikumanalisa perancangan kerja modul VIII mengenai lingkungan kerja.
a. Db Meter (Alat pengukur kebisingan);
b. Thermometer hygrometer (alat pengukur suhu ruangan);
c. Luxmeter (Alat pengukur intensitas / tingkat pencahayaan).
8.3 Landasan Teori
Berikut ini merupakan landasan teori pada praktikum analisa perancangan
kerja modul VIII, diantaranya adalah sebagai berikut :
8.3.1 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja
yang dapat mempegaruhi dirinya dalam menjalankan tugas / dalam
melaksanakan pekerjaannya sehingga akan diperoleh hasil kerja yang
maksimal. misalnya seperti temperatur, kelembapan, ventilasi, penerangan,
kegaduhan, kebersihan tempat kerja dan memadai tidaknya alat-alat
perlengkapan kerja.
Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan
memungkinkan pekerja untuk dapat bekerja optimal. Jika pekerja senang
akan lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan
betah ditempat kerjanya, melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja
dipergunakan secara efektif. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak
memadai akan dapat menurunkan kinerja karyawan.

VIII-1
VIII-2

Menurut (Sedarmayanti dalam Wulan, 2011:21) Menyatakan


bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua faktor
yaitu :
a. Faktor Lingkungan Kerja Fisik
1. Pewarnaan;
2. Penerangan;
3. Udara;
4. Suara bising;
5. Ruang gerak;
6. Keamanan;
7. Kebersihan.
b. Faktor Lingkungan Kerja Non-Fisik
1. Struktur kerja;
2. Tanggung jawab kerja;
3. Perhatian dan dukungan pemimpin;
4. Kerja sama antar kelompok;
5. Kelancaran komunikasi.
8.3.2 Lingkungan Kerja Fisik
Faktor fisik ini mencakup peralatan kerja, suhu ditempat kerja,
kesesakan dan kepadatan, kebisingan, luas ruang kerja.
a. Temperatur (suhu)
Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan
dengan sedikit fluktuasi sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak,
jantung dan bagian dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh
(core temperature). Suhu inti ini diperlukan agar alat-alat itu dapat
berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari core temperature adalah
shell temperature, yang terdapat pada otot, tangan, kaki dan seluruh
bagian kulit yang menunjukkan variasi tertentu.
Manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan
keadaan normal tubuh (mempunyai kemampuan untuk beradaptasi).
Kapasitas untuk beradaptasi inilah yang membuat manusia mudah
untuk mentolerir kekurangan panas secara temporer yang berjumlah
VIII-3

ratusan kilo kalori pada seluruh tubuh. Dengan kata lain, tubuh
manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk
melakukan proses konveksi., radiasi dan penguapan jika terjadi
kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya. Tetapi,
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah
jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20%
untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan
normal tubuh (Sutalaksana, 1979).
b. Pencahayaan
Pencahayaan adalah faktor yang penting untuk menciptakan
lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik akan dapat
memberikan kenyamanan dan meningkatkan produktivitas pekerja.
Efisiensi kerja seorang operator ditentukan pada ketepatan dan
kecermatan saat melihat dalam bekerja, sehingga dapat meningkatkan
efektifitas kerja, serta keamanan kerja yang lebih besar. Adapun ciri-
ciri penerangan yang baik adalah :
1) Sinar/ cahaya yang cukup
2) Sinar /cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan.
3) Kontras yang tepat
4) Kualitas pencahayaan (Brightness) yang tepat
Penerangan atau pencahayaan juga memiliki Nilai Batas
Ambang (NAB). Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002
menentukan intensitascahaya di ruang kerja minimal 100 lux.
c. Kebisingan
Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki oleh
telinga. Dikatakan tidak dikehendaki, karena dalam jangka panjang
bunyi- bunyian tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja,
merusak pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi.
Kebisingan yang menyebabkan ketulian (Noise Induced Deafness)
berada pada rentang frekuensi 2000 – 6000 Hz. Para pekerja yang
bekerja pada rentang tersebut harus dites secara berkala pada
kemampuan dengarnya dan yang penting lainnya adalah adanya
VIII-4

umpan balik untuk mengetahui apakah informasi dapat diterima


secara sempurna.
Tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh sumber bunyi (Sound
Pressure Level) dapat dihitung dari perbandingan dari tekanan sumber
suara tersebut pada tekanan suara 0,0002 dyne/cm, yaitu tekanan
bunyi dengan frekuensi 1.000 Hz yang tepat didengar oleh telinga
normal.dibawah ini ada tabel Tingkat Paparan Kebisingan Yang
Diijinkan dan tabel Ambang batas kebisingan yang diijinkan untuk
ruangan-ruangan yang berbeda keperluannya.
Tabel 8.1 Tingkat Paparan Kebisingan yang diijinkan
Lama paparan per Tingkat kebisingan
hari ( jam ) ( dB )
8 90
6 92
4 95
3 97
2 100
1 110
0,5 115

Tabel 8.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan


Ambang batas
Tipe ruangan
kebisingan ( dB )
Ruang konferensi 35
Kantor 40
Laboratorium, Ruang inspeksi 50
Kantin 50
Ruang produksi 75
Ruang mesin 90
VIII-5

8.3.3 Visual Display


Berikut adalah materi mengenai visual display.
a. Pengertian Display
Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi
informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar. Arti
informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang
diterima oleh indera manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Display berfungsi sebagai suatu “sistem komunikasi yang
menghubungkan antara fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia.
Produk display dirancang berdasarkan kajian ilmu ergonomi.
Display tersebut berfungsi untuk menggambarkan atau memberikan
informasi melalui gambar dan secara tidak langsung berfungsi untuk
menjelaskan bahwa ergonomi sangat erat kaitannya dengan
kenyamanan seseorang. Display yang dirancang sebaiknya
menggunakan background warna hijau, karena menurut ilmu
ergonomi penggunaan warna hijau dianggap dianggap warna yang
paling nyaman untuk dilihat dan gampang menarik perhatian
penglihatan seseorang.
Produk display yang dibuat ini fungsi utama yang perannya
sangat penting sekali karena bersifat memberitahu bagi pembacanya
disaat dalam keadaan darurat. Oleh karena itu, produk display ini
harus dibuat sedemikian rupa berdasarkan keilmuan ergonomi.
Pentingnya ergonomi melalui display tersebut, bermanfaat untuk
pembacanya yang melihat objek bentuknya yang kecil sehingga tidak
telalu banyak menarik perhatian orang dan orang yang berada jauh
dari produk display tersebut tidak dapat melihat dengan jelas gambar
dan tulisan pada display. Adapun ciri – ciri dari display antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Dapat menyampaikan pesan.
2) Bentuk atau gambar menarik dan menggambarkan
kejadian.
3) Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik
VIII-6

perhatian.
4) Proporsi gambar dan huruf memungkinkan untuk dapat
dilihat/dibaca.
5) Menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, dan jelas.
6) Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7) Realistis sesuai dengan permasalahan.
8) Tidak membosankan.
b. Warna pada Visul Display
Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna.
Indera mata sangat sensitif terhadap warna Biru-Hijau-Kuning, tetapi
sangat tergantung juga pada kondisi terang dan gelap. Dalam visual
display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari 5 warna. Hal ini
berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki
gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan
penglihatan pada matanya.
c. Perhitungan pada Visual Display
Rumus yang diperlukan untuk menghitung ukuran-ukuran dalam
membuat display antara lain tinggi, lebar, tebal, jarak antar huruf, dan
beberapa ukuran spesifik lainnya. Berikut ini adalah rumus-rumus
yang biasa diperlukan dalam perancangan suatu display.
VIII-7

8.4 Prosedur Praktikum


Berikut ini merupakan prosedur praktikum pada modul VIII mengenai
lingkungankerja, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Setiap kelompok melakukan analisis (temperatur, pencahayaan,
kebisingan) terhadap lingkungan kerja pembuatan produk dilakukan,
bagaimana pengaruhnya terhadap produktivitas kerja;
b. Praktikan mengamati visual display apa yang harus ada di lingkungan
kerja, dan membuatnya.
8.5 Tugas Pendahuluan
a. Jelaskan mengenai apa itu lingkungan kerja dan pengaruh faktor
lingkungan terhadap produktivitas kerja!
b. Lakukan analisis terhadap temperatur, pencahayaan dan kebisingan
yang ideal untuk ruang produksi disertai sumbernya!
c. Dalam sebuah jurnal penelitian yang dilakukan pada bagian unit
Spinning didapatkan hasil bahwa intensitas kebisingan di ruang kerja
rata-rata sebesar 91,7 dB dan suhu lingkungan rata-rata sebesar
30,65°C. Berdasarkan hasil analisis bivariat yang dilakukan, diketahui
bahwa intensitas kebisingan berhubungan sangat signifikan terhadap
tingkat kelelahan. Sedangkan suhu lingkungan tidak ada hubungan
yang bermakna dengan tingkat kelelahan. Dari hasil penelitian
tersebut coba Anda analisis apakah ruang kerja unit Spinning sudah
bisa dikatakan cocok untuk pekerja agar tidak mengalami kelelahan
atau belum? Apabila ruang kerja tersebut belum cocok/ belum ideal
maka carilah solusi untuk memperbaiki lingkungan kerja bagian unit
Spinning. Kemudian coba anda jelaskan apa yang akan terjadi apabila
tingkat kebisingan dan suhu ruangan melampaui nilai ambang batas
yang ditentukan?
d. Berdasarkan studi kasus sebelumnya coba Anda rancang sebuah visual
display yang cocok di ruang kerja unit Spinning 4 dengan baik dan
benar!
LEMBAR ASISTENSI
Kelompok :
Modul : 1.
2.

Tanggal Keterangan Paraf

viii

Anda mungkin juga menyukai