Makalah Investasi: Dosen Pengampu: DR - Hj. Heni Noviarita, S.E, M.Si

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

INVESTASI

Dosen Pengampu : Dr.Hj. Heni Noviarita, S.E,M.Si

Oleh :

1. KARINA SETIANI 2251010074


2. VIRNADIYAH ZAHRA 2251010166
3. ADITYA APRIANA 2251010179

Program Study : Ekonomi Syariah / E

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1445 H / 2024 M

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan

meminta ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu dan keburukan amal

perbuatan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang

dapat menyesatkannnya. Sebaliknya, barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seorang

pun yang dapat memberinya petunjuk.

Kami hanya dapat berdoa, kiranya apa yang saya tulis disini bermanfaat bagi kita

semua. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu kami

dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa apa yang kami tulis masih sangat jauh

dari kesempurnaan. Untuk itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari para

pembaca sangat saya harapkan.

Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini. Dan

hanya kepada Allah swt kita berlindung dan memohon ampun.

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………………… i

Daftar isi…………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………. 1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Investasi…………………………………………………………………… 3


2.2 Jenis Investasi………………………………………………………………………. 10
2.3 Jenis-jenis Pengeluaran Investasi…………………………………………………… 10
2.4 Kriteria Investasi……………………………………………………………………. 15
2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Investasi…………………………………. 17
2.6 Sumber Dana Investasi……………………………………………………………… 18
2.7 Resiko Investasi…………………………………………………………………….. 22

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….. 24

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Para pemula dalam ilmu makroekonomi kadang-kadang dibingungkan oleh


bagaimana para ahli makroekonomi menggunakan kata-kata biasa dengan cara baru dan
spesifik. Contohnya adalah istilah “investasi”. Kebingungan muncul karena apa yang
tampak seperti investasi untuk seorang individu bukanlah investasi bagi perekonomian
secara keseluruhan. Kaidah umumnya adalah investasi perekonomian tidak mencakup
pembelian yang hanya merealokasi aset-aset yang ada di antara individu-individu yang
berbeda. Investasi, dalam pandangan para ahli makroekonomi, menciptakan modal baru.
Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena investasi dapat
mendorong kenaikan output secara signifikan, selain itu juga secara otomatis akan
meningkatkan permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan
kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya
pendapatan yang diterima masyarakat (Makmum & Yasin, 2021 : 63).
Menurut Rostow (dalam Todaro, 2021) menjelaskan bahwa setiap upaya untuk
“tinggal landas” dalam konsep pembangunan nasional suatu negara, mengharuskan
adanya mobilisasi tabungan dalam dan luar negeri dengan maksud untuk menciptakan
investasi yang cukup, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, sehingga pada
gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari
meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat.
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan
keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva
dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi
disebut juga sebagai penanaman modal.
Saat ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk
meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh
pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu
negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan
devisa atau bahkan penambahan devisa.
Melihat realita yang ada, investasi merupakan faktor dominan dalam pembangunan
ekonomi suatu negara. Hal tersebut dapat dilihat dari statistik yang menunjukkan bahwa

1
semakin tinggi nilai investasi suatu negara maka semakin tinggi pula pertumbuhan
ekonomi negara tersebut.
Uraian di atas menunjukkan bahwa perlunya peningkatan nilai investasi bagi setiap
negara khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pentingnya investasi dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi akan menjadikan pemerintah dari setiap negara
berlomba-lomba untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam negaranya. Hal
tersebut dilakukan dengan berbagai upaya antara lain seperti : memulihkan situasi politik,
keamanan dan ketertiban, memberikan insentif kepada para investor, memberikan
kemudahan dalam birokrasi, menjamin kepastian hukum, serta menjalin hubungan
diplomasi baik secara bilateral maupun multilateral dengan negara lain. Semua upaya
tersebut berorientasi pada peningkatan nilai investasi yang pada akhirnya diharapkan
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga cita-cita negara untuk menciptakan
kesejahteraan bagi rakyatnya dapat tercapai.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalahnya sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan investasi?
2. Apa saja jenis-jenis investasi?
3. apa saja jenis-jenis pengeluaran investasi?
4. apa saja kriteria investasi?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi laju investasi?
6. Darimana saja sumber-sumber dana investasi?
7. Apa saja resiko dari investasi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui definisi investasi, jenis-jenis
pengeluaran investasi, kriteria investasi, faktor-faktor yang mempengaruhi laju investasi
serta mengetahui sumber-sumber dana investasi, dan resiko dari investasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Investasi


Pengertian investasi menurut Sadono Sukirno: Investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia
dalam perekonomian.
Investasi merupakan kegiatan dalam menanamkan modal dana dalam suatu bidang
tertentu. Investasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya yaitu investasi
dalam bentuk saham. Investor dapat menanamkan kelebihan dananya dalam bentuk
saham di pasar bursa. Tujuan utama investor dalam menanamkan dananya ke bursa
efek yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return)
baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham
terhadap harga belinya (capital gain).
Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa investasi merupakan suatu
komitmen atas sejumlah dana dan penundaan konsumsi selama periode waktu tertentu
untuk mendapatkan sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.
Investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan
untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia
dalam perekonomian.
Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli/memperoleh faktor-
faktor produksi yang akan digunakanoleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan
jasa/ pengeluaran untuk membeli faktor produksi untuk membangun usaha dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Jogiyanto (2018) mengartikan investasi sebagai penundaan konsumsi sekarang
untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.
Sedangkan menurut Tandellin (2021) investasi merupakan komitmen atas sejumlah
dana atau sumber dana yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

3
sejumlah keuntungan di masa yang akan dating. Tujuan seseorang berinvestasi yaitu
untuk meningkatkan nilai utility total dari suatu produk.
Pengertian investasi menurut Husnan (2016: 5) menyatakan bahwa: “Proyek
investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya,
baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang
akan datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal,
bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain.
Pengertian investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2021), investasi dapat
diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka
waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang
ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik atau pun non
fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan
proyek penelitian, dan pengembangan.
Pengertian investasi menurut Downes dan Goodman, investasi adalah investasi
keuangan dimana seorang investor menanamkan uangnya dalam bentuk usaha dalam
waktu tertentu dari setiap orang yang ingin memperoleh laba dari keberhasilan
pekerjaannya.
Pengertian investasi menurut M. Suparmoko: Investasi adalah pengeluaran yang
ditujukan untuk menambah atau mempertahankan persediaan kapital (capital stock).
Persediaan kapital ini terdiri dari pabrik-pabrik, mesin-mesin kantor, barang tahan
lama lainnya yang dipakai dalam proses produksi. Termasuk dalam persediaan kapital
adalah rumah-rumah dan persediaan barang-barang yang belum dijual atau dipakai
pada tahun yang bersangkutan (inventory). Jadi investasi adalah pengeluaran yang
menambah persediaan kapital. (M. Suparmoko, 2021: 79-80).
Pengertian investasi menurut Martono dan D. Agus Marjito (2021: 138)
menyatakan bahwa: “Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu
perusahaan kedalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan
dimasa yang akan datang”.
Pengertian investasi menurut Deliarnov (2021, 123): Investasi merupakan
pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk
membeli bahan baku atau material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua
modal lain yang diperlukan dalam proses produksi, pengeluaran untuk keperluan

4
bangunan kantor, bangunan tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi
1
lainnya, juga perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari
perubahan jumlah dan harga.
Pengertian investasi menurut Sutojo (2021), investasi adalah usaha menanamkan
faktor-faktor produksi langka dalam proyek tertentu, baik yang bersifat baru sama
sekali atau perluasan proyek atau pabrik yang sudah ada untuk memperoleh manfaat
keuangan dan-atau non keuangan yang layak dikemudian hari.
Pengertian investasi menurut Haming dan Basalamah investasi merupakan
pengeluaran pada saat sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dsb)
atau aktiva keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar
dimasa yang akan datang, selanjutnya dikatakan investasi adalah aktivitas yang
berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk
mengadakan barang modal pada saat sekarang, dengan barang modal itu akan
dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.
Pengertian investasi menurut Mulyadi (2021: 284) menyatakan bahwa: “Investasi
adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di
masa yang akan dating”.
Berdasarkan teori ekonomi, investasi memiliki arti bahwa pembelian (produksi)
dari modal barang yang tidak di konsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan
datang (barang produksi). Investasi adalah suatu komponen dari Produk Domestik
Bruto atau GDP (Gross Domestic Product), dengan rumus sebagai berikut :
GDP = C + I + G + (X-M)
Keterangan :
I : Investasi C : Konsumsi G : Pengeluaran Pemerintah
X : Ekspor M : Impor GDP : Produk Domestik Bruto

Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, sebagai berikut :
I = f(Y,i)
Keterangan :

1
Lestari, N., Pasha, P. A., Oktapianti, M., & Noviarita, H. (2021). Teori Pembangunan
Ekonomi. REVENUE: Jurnal Manajemen Bisnis Islam, 2(2), 113-128.

5
Y : Pendapatan i : Tingkat Bunga
a. Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB)
Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB)
merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-
unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu
tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan
jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah
negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang
modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang
didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
Karena PDB merupakan salah satu instrumen penting untuk dapat
menghitung pendapatan nasional. PDB merupakan nilai dari akhir keseluruhan
barang/jasa yang dihasilkan oleh semua unit ekonomi dalam suatu negara,
termasuk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara lain yang tinggal di
negara tersebut. Penghitungan nilai PDB dapat dilakukan atas dua macam
dasar harga yaitu :
1. PDB atas dasar harga berlaku, merupakan PDB yang dihitung dengan
dasar harga yang berlaku pada tahun tersebut. PDB atas dasar harga
berlaku berfungsi untuk melihat dinamika/perkembangan struktur ekonomi
yang riil pada tahun tersebut.
2. PDB atas dasar harga konstan, merupakan PDB yang dihitung dengan
dasar harga yang berlaku pada tahun tertentu. PDB atas dasar harga
konstan berfungsi untuk melihat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke
tahun. Contohnya jika kita ingin mengetahui berapa persen kenaikan PDB
dari tahun 2021, 2021 dan tahun 2021, karena nilai/harga suatu produk tiap
tahun berubah-ubah maka kita harus mengubah nilai PDB tahun 2021 dan
2021 dengan dasar harga tahun 2021 sehingga akan terlihat dengan jelas
besaran kenaikan dari tiap tahunnya. GDP dapat dihitung dengan 3 cara
metode pendekatan, yaitu :

- Metode Pendekatan Pengeluaran


Y = C + G + I + (X-M)
atau

6
Konsumsi + Pengeluaran Pemerintah + Investasi + (ekspor-impor)
- Metode Pendekatan Pendapatan
Y=r+i+w+p
atau
sewa + upah + bunga + laba
- Metode Pendekatan Produksi
Y = jumlah P.Q

b. Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB)


Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB)
adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi
milik warga negara baik yang tinggal di dalam negeri maupun di luar negeri,
tetapi tidak termasuk warga negara asing yang tinggal di negara tersebut, atau
dengan kata lain PNB/GNP adalah jumlah Produk Domestik Bruto ditambah
dengan pendapatan neto dari luar negeri (penghasilan neto) adalah penghasilan
dari warga negara yang bekerja di luar negeri dikurangi penghasilan warga
negara lain yang bekerja di dalam negeri. 2
Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PNB = PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income from
Abrood)
Atau
PDB - Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income from Abrood) =
PNB
Dengan cara lain, persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Jika Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income from Abrood) <
0, maka PDB > PNB.
2. Jika Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income from Abrood) >
0, maka PDB < PNB

2
Majid, A., Noviarita, H., & Anggraeni, E. (2023). Peran digitalitasi ekonomi untuk
membentuk kemandirian ekonomi pondok pesantren. Ekonomi, Keuangan,
Investasi Dan Syariah (EKUITAS), 4(4), 1265-1273.

7
Keterangan :
PNB = Produk Nasional Bruto/Gross National Product (GNP)
PDB = Produk Domestic Bruto/Gross Domestic Product (GDP)
Pendapatan Neto = Pendapatan dari warga negara yang tinggal di luar negeri
dikurangi pendapatan warga negara asing yang bekerja di dalam negeri.

c. Perbedaan Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto


(PDB) dengan Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto
(PNB)
Kedua istilah itu merujuk kepada output suatu negara. Perbedaannya
adalah kalau GNP (Gross National Produst) mengacu kepada barang dan jasa
yang dihasilkan oleh warga negara/penduduk suatu negara selama satu tahun,
baik yang tinggal di dalam negeri maupun luar negeri, sedangkan GDP (Gross
Domestic Product) mengacu kepada barang dan jasa yang dihasilkan dalam
suatu wilayah (dalam negeri) negara tertentu baik oleh warga negaranya
sendiri ataupun oleh pihak asing.3
Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang
lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat
untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan
dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk
menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan
suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan
untuk mendapatkan bunga.
Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis
rencana investasi pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya
suatu proyek (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, atau
suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang kemungkinan
layak atau tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan, sehingga

3
Rosilawati, W., Noviarita, H., Ningsih, N. W., & Prayoga, C. (2021). The
Application Of Green Accounting On Stock Activityin Islamic Prespective. Ad-
Deenar: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, 5(01), 115-128.

8
investasi tidak gagal dan dapat menghasilkan rate of return sesuai dengan yang
diharapkan.
2.2 Jenis Investasi

Keputusan investasi dapat di lakukan oleh individu atau suatu entitas yang
mempunyai kelebihan dana. Menurut Sunariyah (2021:4) investasi dalam arti luas
terdiri dari dua bagian utama yaitu:4

1. Investasi dalam bentuk aktiva rill (Real Asset)


Berupa aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real
estate.
2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (Financial Asset)
Berupa surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva rill
yang di kuasai oleh entitas. Pilihan aktiva financial dalam rangka invetasi pada
sebuah entitas dapat di lakukan dengan dua cara:
a. Investasi langsung (Direct Investment)
Investasi langsung dapat di artikan sebagai suatu pemilikan surat-surat
berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go
public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan
dividend dan capital gains.
b. Investasi tidak langsung (Indirect Investment)
Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang di miliki di
perdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berfungsi sebagai
perantara.
2.3 Jenis-jenis Pengeluaran Investasi

Ada tiga jenis pengeluaran dalam investasi, yaitu:

1. Investasi Tetap Bisnis (Business Fixed Investment)


Mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses
produksi. Bagian terbesar dari pengeluaran investasi, yaitu kira-kira tiga perempat
dari totalnya, adalah investasi bisnis. Investasi tetap bisnis mencakup segala
sesuatu dari mesin faks sampai pabrik, dari komputer sampai mobil perusahaan.
4
Laili, A., & Noviarita, H. (2021). Peran Lembaga Keuangan Syariah Dalam
Mengahadapi Pandemi Covid 19. ASAS: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 13(2),
54-61.

9
Model investasi tetap bisnis standar disebut model investasi neoklasik
(neoclassical model of investment). Model neoklasik mengkaji manfaat dan biaya
bagi perusahaan untuk memiliki barang-barang modal. Model ini menunjukkan
bagaimana tingkat investasi –tambahan persediaan modal- dikaitkan dengan
produk marjinal modal, tingkat bunga, dan aturan perpajakan yang mempengaruhi
perusahaan.
Untuk mengembangkan model ini, ada dua jenis perusahaan dalam
perekonomian (sebagai contoh). Perusahaan produksi (production firms)
menghasilkan barang dan jasa dengan menggunakan modal yang disewa.
Perusahaan penyewaan (rental firms) membuat seluruh investasi dalam
perekonomian; perusahaan ini membeli modal dan menyewakannya kepada
perusahaan-perusahaan produksi. Kebanyakan perusahaan dalam perekonomian
aktual melaksanakan kedua fungsi itu: mereka memproduksi barang dan jasa, dan
menginvestasikan modal untuk produksi masa depan. Namun, analisa ini akan
lebih sederhana jika memisahkan kedua aktivitas ini dengan membayakan
aktivitas tersebut dilakukan dalam perusahaan yang berbeda.5
2. Investasi Residensial (Residential Investment)
Mencakup rumah baru yang orang beli untuk tempat tinggal dan yang dibeli
tuan tanah untuk disewakan.
a. Ekuilibrium Saham dan Penawaran Aliran Investasi
Model ini terdiri dari dua bagian. Pertama, pasar untuk stok rumah
yang telah ada yang menentukan harga rumah ekuilibrium. Kedua, harga
rumah yang menentukan aliran investasi residensial.
Salah satu determinan permintaan rumah yang penting adalah tingkat
bunga riil. Banyak orang membuat pinjaman hipotek untuk membeli rumah
mereka; tingkat bunga adalah biaya pinjaman. Bahkan beberapa orang yang
tidak harus meminjam untuk membeli rumah akan merespon tingkat bunga
tersebut, karena tingkat bunga adalah biaya oportunitas dari memegang
kekayaan dalam bentuk rumah dibanding menaruhnya di bank. Karena itu,

5
Sangjaya, B., Noviarita, H., & Hilal, S. (2022). Pengaruh makro ekonomi terhadap
profitabilitas perbankan syariah di masa pandemi COVID-19. Derivatif: Jurnal
Manajemen, 16(2), 323-331.

10
penurunan dalam tingkat bunga meningkatkan permintaan ruma, harga rumah,
dan investasi residensial.

Harga
PH/P
Relatif Penawaran
Rumah, Penawaran
PH/P

Permintaan

Stok rumah, KH Aliran Investasi Residensial, IH

Gambar 2.1 Gambar 2.2


Pasar Rumah Penawaran Rumah Baru

Pada bagian (a) menunjukkan bagaimana harga relative rumah PH/P


ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap stok rumah yang telah
ada. Pada setiap titik waktu, penawaran rumah adalah tetap. Stok ini
ditunjukkan dengan kurva penawaran vertikal. Kurva permintaan rumah
miring ke bawah, karena harga yang tinggi menyebabkan orang-orang tinggal
di rumah yang lebih kecil, menumpang, atau bahkan kadang-kadang menjadi
tunawisma. Harga rumah disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan.
Pada bagian (b) menunjukkan bagaimana harga relatif rumah
menentukan penawaran rumah baru. Perusahaan konstruksi membeli bahan
dan mempekerjakan karyawan untuk membangun rumah, lalu menjual rumah
tersebut pada harga pasar. Biayanya bergantung pada tingkat harga
keseluruhan P (yang mencerminkan biaya kayu, batu bata, semen, dan lain-
lain), dan penerimaan mereka bergantung pada harga rumah PH. semakin
tinggi harga relatif rumah, semakin besar insentif untuk membangun rumah
dan semakin banyak rumah dibangun. Karena itu, aliran rumah baru –

11
investasi residensial – bergantung pada harga ekuilibrium yang ditetapkan di
pasar rumah yang ada.

12
b. Perubahan Permintaan Rumah
Bila permintaan akan rumah bergeser, harga ekuilibrium rumah
berubah, dan perubahan ini akan mempengaruhi investasi residensial. Kurva
permintaan akan rumah dapat bergeser karena berbagai sebab seperti, booming
ekonomi meningkatkan pendapatan nasional dan juga permintaan terhadap
rumah. Tingginya kenaikan populasi, bisa jadi diakibatkan karena imigrasi,
juga meningkatkan permintaan rumah.
c. Investasi Persediaan (Inventory Investment)
Investsai persediaan (mencakup barang-barang yang disimpan
perusahaan di gudang) pada saat yang sama dapat tidak bernilai apa-apa dan
bisa memiliki signifikasi yang besar. Investasi persediaan merupakan salah
satu komponen pengeluaran terkecil, rata-rata sekitar 1 persen dari GDP. Pada
masa resesi, perusahaan berhenti mengganti kembali persediaan mereka begitu
barang dijual, dan investasi persediaan menjadi negatif. Pada resesi tipikal,
lebih separuh penurunan pengeluaran berasal dari penurunan investasi
persediaan.
- Alasan menyimpan Persediaan, yaitu:
1. Pemerataan Produksi (Production Smoothing)
Salah satu kegunaan persediaan adalah untuk meratakan tingkat
produksi sepanjang waktu. Seperti, perusahaan yang mengalami booming
dan penurunan penjualan secara temporer. Selain menyesuaikan produksi
barang pada kondisi mapan. Ketika penjualan rendah, perusahaan
memproduksi lebih banyak dari yang dijual dan menyimpan kelebihan
barang itu sebagai persediaan. Ketika penjualan tinggi, perusahaan
memproduksi lebih sedikit dari yang dijual dan menjual persediaannya.
2. Persediaan Sebagai Faktor Produksi (Inventories as a Factor of
Production)
Alasan menyimpan persediaan adalah persediaan membuat perusahaan
beroperasi secara efisien. Seperti, toko-toko eceran, dapat menjual barang-
barang dagangan lebih efektif jika mereka memiliki barang untuk
ditunjukkan kepada pelanggan. Perusahaan manufaktur menyimpan
persediaan suku cadang untuk mengurangi waktu pada saat terhentinya lini
perakitan ketika mesin-mesin rusak. Dalam beberapa cara, hal ini dapat
dipandang persediaan sebagai factor produksi (inventories as a factor of

13
production): Semakin besar persediaan yang disimpan perusahaan,
semakin besar output yang diproduksi.
3. Pencegahan kehabisan Barang (Stock-out Avoidance)
Menyimpan persediaan dapat menghindari kehabisan barang ketika
penjualan tiba-tiba melonjak. Perusahaan seringkali harus membuat
keputusan produksi sebelum mengetahui tingkat permintaan pelanggan.
Contoh: penerbit harus memutuskan berapa banyak buku baru yang harus
dicetak sebelum mengetahui apakah buku itu akan popular. Jika
permintaan melebihi produksi dan tidak ada persediaan, barang akan habis
selama satu periode, serta perusahaan akan kehilangan penjualan dan laba.

4. Barang dalam Proses (Work in Process)

Beberapa barang mungkin membutuhkan beberapa tahap dalam


produksi dan karena itu, membutuhkan waktu. Ketika barang baru selesai
sebagian, komponen-komponennya dihitung sebagai bagian dari
persediaan perusahaan.

- Model Percepatan Persediaan


Model percepatan persediaan mengasumsikan bahwa
perusahaan menyimpan persediaan yang proposional terhadap tingkat
output perusahaan. Alasannya, ketika output tinggi, perusahaan-
perusahaan manufaktur memerlukan lebih banyak bahan serta
persediaan yang disimpan, dan mereka memiliki lebih banyak barang
dalam proses. Ketika perekonomian mengalami masa booming,
perusahaan-perusahaan eceran ingin memiliki lebih banyak barang
dagangan yang akan ditunjukkan kepada pelanggan. Jadi, jika N adalah
persediaan perekonomian dan Y adalah output, maka
N = Y,
Dimana  adalah parameter yang menunjukkan berapa banyak
persediaan yang akan disimpan perusahaan sebagai proporsi output.
Investasi persediaan I adalah perubahan dalam persediaan N. karena
itu,
I = N = Y.

14
Model percepatan memprediksi bahwa investasi persediaan
adalah proporsional terhadap perusahaan output. Ketika output naik,
perusahaan ingin menyimpan lebih banyak persediaan, sehingga
investasi persediaan tinggi. Ketika output turun, perusahaan ingin
menyimpan lebih sedikit persediaan, sehingga mereka membiarkan
persediaan turun, dan investasi persediaan negatif.
Model ini disebut model percepatan karena variable Y adalah
tingkat di mana perusahaan memproduksi barang, maka Y merupakan
“percepatan” produksi. Model ini menyatakan bahw investasi
persediaan bergantung pada apakah perekonomian tumbuh dengan
cepat atau melambat.
2.4 Kriteria Investasi
Kriteria investasi bermanfaat dalam melakukan pengukuran manfaat atau
keuntungan yang akan diperoleh jika melakukan investasi terhadap suatu usaha.
Banyak orang yang menanggung rugi karena tidak melakukan perhitungan atau tidak
mengukur terlebih dahulu tingkat visibilitas dan share profit serta management risk-
nya ketika melakukan investasi.
Ada banyak kriteria investasi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
investasi, dimana kriteria tersebut dapat membantu untuk melihat apakah investasi
tersebut dapat memungkinkan dan menguntungkan atau tidak. Kriteria investasi
merupakan sebuah metode analisis yang dipakai untuk memperhitungkan antara biaya
yang dikeluarkan dengan kemanfaatan yang akan diperoleh selama investasi tersebut
dilakukan.
Dalam mengukur atau menilai investasi yang akan atau telah terjadi terdapat
beberapa kriteria yang digunakan antara lain, yaitu:
1. Payback Period
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang
direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, maka proposal investasi
dianggap makin baik. Namun, harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback
period. Karena, ada investasi yang baru menguntukkan dalam jangka panjang (> 5
tahun).

15
2. Net Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV
negativf.Net B/C mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan
dibandingkan dengan hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan
dinotasikan sebagai C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B
(benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1, maka B = C, output yang dihasilkan sama
dengan biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C < 1 maka B < C berarti output yang
dihasilkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan, begitu pula sebaliknya.
Proposal investasi akan diterima jika B/C > 1, berarti ouput yang dihasilkan lebih
besar daripada biaya yang dikeluarkan.
3. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV)sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang.
NPV dari suatu proyek atau gagasan usaha merupakan nilai sekarang (Present
Value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate
tertentu. NPV merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost
(biaya).
Menurut A. Choliq dkk, (2021), NPV merupakan manfaat yang diperoleh
pada suatu masa proyek yang diukur pada tingkat suku bunga saat ini yang
relevan. Selain itu, NPV juga dapat diartikan sebagai nilai saat ini dari suatu
investasi yang dilakukan.
Indikator NPV:
- Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak untuk dilaksanakan.
- Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
4. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada
saat NPV sama dengan nol. Keputusan untuk menerima/menolak rencana
investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat
pengembalian investasi yang diinginkan (r).

16
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Investasi
Laju investasi yang ditanam disuatu negara atau daerah, dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Pengaruh Nilai Tukar
Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi bersifat
uncertainty (tidak pasti). Shikawa (2021), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang
berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs
tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran
domestik. Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi
investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal
dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan
menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-
harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik
masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan
penurunan pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi.
Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure
switching) akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu.
Penurunan nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan produk-produk impor
yang diukur dengan mata uang domestik dan dengan demikian akan meningkatkan
harga barang-barang yang diperdagangkan / barang-barang ekspor (traded goods)
relatif terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan (non traded goods),
sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong
ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.
2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Tingkat bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk
berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan
baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang
final.
3. Pengaruh Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan
karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek
investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata
masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-
harga relatif. Disamping itu menurut Greene dan Pillanueva (2021), tingkat inflasi

17
yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro
dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi
makro.
Di Indonesia kenaikan tingkat inflasi yang cukup besar biasanya akan diikuti
dengan kenaikan tingkat suku bunga perbankan. Dapat dipahami, dalam upayanya
menurunkan tingkat inflasi yang membumbung, pemerintah sering menggunakan
kebijakan moneter uang ketat (tigh money policy). Dengan demikian tingkat
inflasi domestik juga berpengaruh pada investasi secara tidak langsung melalui
pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.
4. Pengaruh Infrastruktur
Seperti dilakukan banyak negara di dunia, pemerintah mengundang investor
guna berpartisipasi menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti
jalan tol, sumber energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain.
Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata
uang asing. Melihat perkembangan makro-ekonomi saat ini, terutama
memperhatikan kecenderungan penurunan tingkat bunga.
Pembangunan kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan
yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis.
Pembangunan infrastruktur akan menyerap banyak tenaga kerja yang selanjutnya
akan berpengaruh pada meningkatnya gairah ekonomi masyarakat. Dengan
infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin
besar dan investasi yang didapat semakin meningkat.
2.6 Sumber-sumber Dana Investasi
Kendati banyak sumber-sumber pendanaan investasi, namun pada umumnya
sumber dana investasi hanya di lihat melalui:
- Investasi oleh masyarakat swasta nasional/Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN)
- Investasi oleh pihak Asing/Penanaman Modal Asing (PMA)
A. Penanaman Modal Asing Dalam Negeri (PMDN)
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur didalam Undang-Undang No. 25

18
Tahun 2017 tentang Penanaman Modal. Penanam modal Negeri dapat dilakukan
oleh perseorangan warga negara Negeri, Badan Usaha Negeri, dan/atau
Pemerintah Negeri yang melakukan penanaman modal; di wilayah negara
Republik Indonesia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN):
1. Potensi dan karakteristik suatu daerah.
2. Budaya masyarakat.
3. Pemanfaatan era otonomi daerah secara proposional.
4. Peta politik daerah dan nasional.
5. Kecermatan pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan lokal dan
peraturan daerah yang menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia bisnis dan
investasi.
Syarat-syarat Penanaman Modal Dalam Negeri:
a. Permodalan: menggunakan modal yang merupakan kekayaan masyarakat
Indonesia (Pasal 1, Ayat 1, UU No. 6 Tahun 1968) baik langsung maupun tidak
langsung.
b. Pelaku Investasi: negara dan swasta. Pihak swasta dapat terdiri dari orang dan
atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum di Indonesia.
c. Bidang usaha: semua bidang yang terbuka bagi swasta, yang dibina, dipelopori
atau dirintis oleh pemerintah.
d. Perizinan dan perpajakan: memenuhi perizinan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah. Antara lain: izin usaha, lokasi, pertanahan, perairan,
eksplorasi, hak-hak khusus, dll.
e. Batas waktu berusaha: merujuk kepada peraturan dan kebijakan masing-
masing daerah.
f. Tenaga kerja: wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali
apabila jabatan-jabatan tertentu belum dapat diisi dengan tenaga bangsa Indonesia.
g. Mematuhi ketentuan UU ketenagakerjaan (merupakan hak dari karyawan).
Penanaman modal dalam negeri memberikan peranan dalam pembangunan
ekonomi di negara-negara sedang berkembang, hal ini terjadi dalam berbagai
bentuk. Modal Investasi mampu mengurangi kekurangan tabungan dan melalui
pemasukan peralatan modal dan bahan mentah, dengan demikian menaikkan laju
pemasukan modal. Selain itu tabungan dan investasi yang rendah mencerminkan
kurangnya modal di negara keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal

19
uang dan modal fisik, modal investasi yang membawa serta keterampilan teknik,
tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik-tekink produksi maju,
pembaharuan produk dan lain-lain. Selain itu juga melatih tenaga kerja setempat
pada keahlian baru. Semua ini pada akhirnya akan mempercepat pembangunan
ekonomi negara terbelakang.
B. Penanaman Modal Asing (PMA)
Dalam literatur ekonomi makro, investasi asing dapat dilakukan dalam dua
bentuk, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung atau foreign direct
investment (FDI). Investasi portofolio ini dilakukan melalui pasar modal dengan
instrumen surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi
langsung yang dikenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan
bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi
perusahaan.
Penanaman Modal di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 25
tahun 2017 tentang Penanaman Modal. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
dengan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 25 tahun 2017 tentang Penanaman Modal).
Dibanding dengan investasi portofolio, Penanaman Modal Asing (PMA) lebih
banyak mempunyai kelebihan, diantaranya sifatnya permanen (jangka panjang),
banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen,
dan membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara
sedang berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk
penyediaan lapangan kerja. Sedangkan, dalam investasi portofolio, dana yang
masuk ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu
membuka lapangan kerja baru.
Sekalipun ada emiten yang setelah mendapat dana dari pasar modal untuk
memperluas usahanya atau membuka usaha baru yang hal ini berarti membuka
lapangan kerja. Tidak sedikit pula dana yang masuk ke emiten hanya untuk
memperkuat struktur modal atau mungkin malah untuk membayar utang bank.
Selain itu proses ini tidak terjadi alih teknologi atau alih keterampilan manajemen.

20
Modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun
transformasi struktural. Kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera
setelah perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di masa
selanjutnya lebih produktif. Bagi negara-negara sedang berkembang yang tidak
mampu memulai membangun industri-industri berat dan industri strategis, adanya
modal asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik baja,
alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.
Selama ini investor domestik di negara yang sedang berkembang enggan
melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya
alam yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru, maka hadirnya
investor asing akan sangat mendukung merintis usaha dibidang-bidang tersebut.
Adanya pengadaan prasarana negara, pendirian industri-industri baru,
pemanfaatan sumber-sumber baru, pembukaan daerah-daerah baru, akan
membuka kecenderungan baru yaitu meningkatkan lapangan kerja. Sehingga
tekanan pendudukan pada tanah pertanian berkurang dan pengangguran dapat
diatasi. Inilah keuntungan sosial yang diperoleh dari kehadiran investor asing.
Adanya transfer teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat menjadi terampil,
sehingga meningkatkan marginal produktifitasnya, akhirnya akan meningkatkan
keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa modal asing cenderung
menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional.Dengan
demikian, kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang sangat diperlukan
untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam
industrialisasi, pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta
keterampilan teknik. Melalui modal asing terbuka daerah-daerah dan tergarap
sumber-sumber baru. Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga tertanggung,
selanjutnya modal asing mendorong pengusaha setempat untuk bekerjasama.
Modal asing juga membantu mengurangi problem neraca pembayaran dan tingkat
inflasi, sehingga akan memperkuat sektor usaha negara dan swasta domestik
negara tuan rumah.
Dalam jangka pendek atau menengah, investasi asing sangat menguntungkan
dalam pertumbuhan ekonomi. Investasi ini, dalam jangka pendek dapat
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Investasi asing ini dapat
membantu memenuhi segala sesuatu yang diperlukan oleh penduduknya dalam
jangka pendek. PMA dalam jangka panjang dapat mengurangi tingkat tabungan

21
yang tercipta pada masa yang akan datang apabila kegiatan PMA justru
mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat. Adanya perusahaan-perusahaan asing
juga dapat menghambat perkembangan perusahaan-perusahaan nasional yang
sejenis dengannya.
Apabila perkembangan perusahaan-perusahaan asing tersebut mematikan
perusahaan-perusahaan nasional yang sudah ada, maka hal ini akan menimbulkan
pengangguran dan menghapuskan mata pencaharian golongan masyarakat tertentu
(Mudrajad, 2021). Dengan demikian, dalam jangka panjang keuntungan tidak lagi
diperoleh negara yang bersangkutan, namun investasi lebih memberikan
keuntungan bagi negara yang mengeluarkan investasi.
2.7 Resiko Investasi
Risiko adalah kemungkinan dari investasi yang di lakukan oleh investor
mengalami kegagalan dalam memenuhi tingkat pengembalian yang investor
harapkan.
Adapun jenis-jenis resiko yang mungkin di hadapi oleh para investor dalam
melakukan kegiatan investasi di kemukakan oleh Reilly (2021:15), di antaranya:
1. Business Risk
Kemungkinan kerugian yang di derita perusahaan karena keuntungan yang di
peroleh lebih kecil dari keuntungan yang di harapkan.
2. Financial Risk
Risiko yang di timbulkan dari cara perusahaan membiayai kegiatannya misalnya,
penggunaan utang dalam membiayai asset perusahaan.
3. Liquidity Risk
Adanya ketidak pastian yang timbul pada saat sekuritas berada di pasar sekunder.
4. Exchange Risk
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestic dengan nilai
mata uang negaranya.
5. Country Risk
Risiko ini berkaitan dengan kestabilan politik serta kondisi lingkungan
perekonomian di suatu Negara.

22
Tandelilin (2021:50), menyebutkan beberapa sumber risiko yang dapat
mempengaruhi besarnya risiko atas surat investasi, antara lain adalah:
1. Risiko Suku Bunga
2. Risiko Pasar
3. Risiko Inflasi
4. Risiko Bisnin
5. Risiko Financial
6. Risiko Likuiditas
7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang
8. Risiko Negara
Adapun resiko yang harus dihadapi dalam setiap keputusan investasi
mengharuskan investor untuk berhati-hati dan melakukan analisa serta pertimbangan
yang matang. Pengetahuan dan pemahaman yang cukup akan membantu investor
dalam mempertimbangkan suatu alternative investasi. Karena itu seorang investor
atau pelaku investasi yang akan berinvestasi dalam sekuritas saham sebaiknya
memiliki pemahaman mengenai pasar modal bagaimana proses berinvestasi pada
sekuritas serta karakteristik saham itu sendiri.

23
BAB III
PENUTUP

Investasi adalah suatu kegiatan dimana investor menanamkan kekayaannya untuk


dijadikan modal usaha dengan maksud agar mendapatkan keuntungan yang besar. Dengan
adanya investasi tersebut, bisa memberikan andil bagi perkembangan negara.Dapat
disimpulkan bahwa investasi merupakan salah satu indikator penentu tingkat pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, semakin tinggi nilai investasi
dalam suatu negara maka akan semakin tinggi pula pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
dari negara yang bersangkutan.
Didalam penanaman modal dalam negeri, penekanannya lebih kepada aspek
perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha milik negara, dan/atau pemerintah Negara
Indonesia yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.
Sedangkan dalam penanaman modal asing penekanannya lebih kepada perseorangan warga
negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman
modal di wilayah negara Republik Indonesia, dengan kegiatan usaha-usaha atau jenis usaha
terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang
dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal asing
atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2021.
Dengan beberapa pertimbangan, maka dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia
adalah sebuah negara yang sedang berkembang, dan tentunya masih banyak dana-dana yang
diperlukan untuk melangsungkan hidupnya, salah satunya melalui Penanaman Modal Dalam
Negeri dan Penanaman Modal Asing. Dengan tersedianya modal yang mencukupi,
diharapkan dapat menjadi faktor utama yang berperan dalam mempercepat pertumbuhan
ekonomi nasional, sehingga tujuan pembangunan nasional: masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera, dapat tercapai.
Ada tiga jenis pengeluaran dalam investasi, yaitu: 1) Investasi Tetap Bisnis (Business
Fixed Investment) Mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses
produksi. 2) Investasi Residensial (Residential Investment) Mencakup rumah baru yang orang
beli untuk tempat tinggal dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan. 3). Investasi
Persediaan (Inventory Investment) Mencakup barang-barang yang disimpan perusahaan di
gudang, termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang dalam proses, dan barang jadi.

24
Kriteria investasi bermanfaat dalam melakukan pengukuran manfaat atau keuntungan
yang akan diperoleh jika melakukan investasi terhadap suatu usaha. Dalam mengukur atau
menilai investasi yang akan atau telah terjadi terdapat beberapa kriteria yang digunakan
antara lain, yaitu: 1) Payback Period waktu yang dibutuhkan agar investasi yang
direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas.
2) Net Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV
negatif. 3).Net Present Value (NPV sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. 4)
Internal Rate of Return (IRR) nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV
sama dengan nol.

25
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, N., Pasha, P. A., Oktapianti, M., & Noviarita, H. (2021). Teori Pembangunan
Ekonomi. REVENUE: Jurnal Manajemen Bisnis Islam, 2(2), 113-128.
Majid, A., Noviarita, H., & Anggraeni, E. (2023). Peran digitalitasi ekonomi untuk
membentuk kemandirian ekonomi pondok pesantren. Ekonomi, Keuangan,
Investasi Dan Syariah (EKUITAS), 4(4), 1265-1273.
Rosilawati, W., Noviarita, H., Ningsih, N. W., & Prayoga, C. (2021). The Application Of
Green Accounting On Stock Activityin Islamic Prespective. Ad-Deenar: Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, 5(01), 115-128.
Laili, A., & Noviarita, H. (2021). Peran Lembaga Keuangan Syariah Dalam Mengahadapi
Pandemi Covid 19. ASAS: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 13(2), 54-61.
Sangjaya, B., Noviarita, H., & Hilal, S. (2022). Pengaruh makro ekonomi terhadap
profitabilitas perbankan syariah di masa pandemi COVID-19. Derivatif: Jurnal
Manajemen, 16(2), 323-331.

26

Anda mungkin juga menyukai