LP HDR Anggi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH

HARGA DIRI RENDAH DI RSJ DR. RADJIWAN WEDYODININGRAT

Oleh:

NAMA : NILLA RAHMA APREANTI

NIM : P17230223076

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR

JL. DR SOETOMO NO. 56, BENDOGERIT, KEC. SANANWETAN, KOTA BLITAR,


JAWA TIMUR 66133

2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada:

Hari :

Tanggal :

Judul : Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Harga Diri


Rendah Di RSJ Dr. Radjiwan Wedyodiningrat

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

( ) ( )
NIP. NIP
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama : Harga Diri Rendah


B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan dan keyakinan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain. Harga diri terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan
realitas dunia (Stuart, 2006). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009).
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Keliat, 2011). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana
individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan kemampuan
yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat evaluasi negatif
yang berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa gagal dalam mencapai
keinginan.
2. Klasifikasi
Harga diri rendah terbagi menjadi dua sebagai berikut.
a. Situasional
Harga diri rendah situasional dalam Wilkinson, Ahern (2009) didefinisikan sebagai
suatu perkembangan persepsi negatif terhadap harga diri individu sebagai respon
terhadap situasi tertentu misalnya akibat menderita suatu penyakit, kondisi ini dapat
disebabkan akibat adanya gangguan citra tubuh, kegagalan dan penolakan, perasaan
kurang penghargaan, proses kehilangan, dan perubahan pada peran sosial yang
dimiliki.
b. Kronik
Menurut Fitria (2012), menyatakan bahwa gangguan konsep diri: harga diri rendah
kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan pasien sebelum sakit
atau sebelum dirawat. Sedangkan menurut Nurarif dan Hardhi (2015, p. 55) harga diri
rendah kronis merupakan evaluasi diri/ perasaan negatif tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang berlangsung lama.
3. Penyebab
Berbagai faktor penyebab terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang menurut
Fitria (2009) yaitu:
a. Faktor predisposisi
Menurut (Fitria, 2009) Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas. (Fitria, 2009).
Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri
rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orangtua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. (Stuart & Sundeen,
2006)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau produktivitas yang menurun.
Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara emosional
atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya
harus dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat
bantu yang membuat klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki
pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.( Yosep,2009)
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system
keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal.(Townsend,2008)
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai
berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktifitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi
i. Selera makan berkurang
j. Tidak berani menatap lawan bicara
k. Lebih banyak menunduk
l. Bicara lambat dengan nada suara lemah
m. Merusak/melukai orang lain
n. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup
o. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi
p. Sulit bergaul
q. Menunda keputusan
1) Data Subjektif
a. Merasa tidak mampu dalam segala hal
b. Selalu merasabersalah
c. Sikap selalu negatif pada diri sendiri
d. Bersikap pesimis dalam kehidupan
e. Menjelek-jelekkan diri sendiri
f. Merasa takut dan cemas dalam suatu keadaan
g. Menentang kemampuan diri sendiri
2) Data objektif
a. Produktivitas menjadi menurun
b. Penyalahgunaan suatu zat
c. Perilaku menarik diri dari lingkungan sosial
d. Mengungkapkan rasa bersalah dan malu
e. Gampang tersinggung dan mudah marah
5. Rentang Respon
Prabowo, (2014 hal 109) menjelaskan rentang respon adaptif dan maladaptif klien
dengan harga diri rendah adalah :
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya.
b. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya negatif
dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.
2) Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dan mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu mempunyai kepribadian secara intim.

Rentang respon harga diri rendah sepanjang sehat sakit berkisar dari status
aktualisasi diri yang paling adaptif sampai dengan status maldaptif berupa kerancuan
identitas serta depersonalisasi yang lebih maladaptif. Jika seseorang yang mengalami
harga diri rendah mampu beradaptasi dengan baik maka dia akan memiliki konsep diri
yang semakin positif dimana seseorang mampu memandang apa yang ada pada
dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran serta
identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa individu itu akan
menjadi individu yang sukses. Konsep diri yang semakin positif akan menghasilkan
aktualisasi diri yakni berupa pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
Sebaliknya, jika seseorang yang mempunyai harga diri rendah tidak mampu
beradaptasi dengan baik, maka akan menimbulkan kerancuan identitas yang ditandai
dengan kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak
– kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis, misal tidak ada
kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif,
perasaan hampa, perasaan mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang
tinggi, ketidak mampuan untuk empati terhadap orang lain. Kerancuan identitas yang
tidak segera diadaptasi, maka akan menyebabkan depersonalisasi, yakni suatu
perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari
dalam atau luar dirinya. Individu mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya
sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya
(Stuart & Sundeen, 1998 dalam Damaiyanti, 2012).
6. Dampak / Akibat yang Terjadi
Dampak dari masalah harga diri rendah dapat berupa penurunan produktifitas kerja,
hubungan interpersonal yang buruk, perawatan diri yang buruk, dan ketidakpatuhan
terhadap pengobatan.
C. Pohon Masalah
Isolasi sosial: Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Koping tidak efektif

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien harga diri rendah sebagai berikut.
1. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. (Nurarif dan Hardhi, 2015, p. 56).
2. Terapi hubungan interpersonal
Menurut Enjang (2009, p. 68) Hubungan interpersonal adalah komunikasi antar orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap 11 peserta menangkap langsung baik
secara verbal maupun secara tatap muka.

Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada
masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama
(typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama
misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan
Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya,
Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik). (Hawari,2001)
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
c. Terapi Modalitas

Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang


ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan
latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan
memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
d. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial


dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.
Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5 joule/detik.
E. Masalah Keperawatan
Masalah yang ditemukan adalah harga diri rendah kronik dan harga diri rendah
situasional. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
F. Data yang Perlu Dikaji
1. Data subjektif : klien mengatakan merasa malu/bersalah, merasa tidak mampu
melakukan apapun, merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif,
meremehkan kemampuan mengatasi masalah, sulit tidur dan mengungkapkan
keputusasaan.
2. Data objektif : klien terlihat enggan mencoba hal baru, bejalan menunduk, berbicara
pelan dan lirih, pasif, dan sulit membuat keputusan.
G. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh dan riwayat penolakan
ditandai dengan menilai diri negative, merasa malu/bersalah, melebih-lebihkan penilaian
negative tentang diri sendiri, menolak penilaian positif tentang diri sendiri, berbicara pelan
dan lirih, menolak berinteraksi dengan orang lain, berjalan menunduk, postur tubuh
menunduk, sulit berkonsentrasi, kontak mata kurang, lesu dan tidak bergairah, pasif, dan
tidak mampu membuat keputusan.
H. Rencana Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1. SDKI: Harga Diri Setelah dilakukan SIKI: Manajemen
Renda Situasional tindakan keperawatan Halusinasi (I.09288)
(D.0087) selama … x 24 jam Observasi
Harga diri rendah diharapkan harga diri 1. Identifikasi harapan untuk
berhubungan dengan meningkat dengan kriteria mengendalikan perilaku
perubahan pada citra hasil:
Terapeutik
tubuh dan riwayat SLKI: Harga
1. Diskusikan tanggung jawab
penolakan ditandai Diri
terhadap perilaku
dengan menilai diri (L.09069)
negative, merasa 2. Jadwalkan kegiatan struktur
- Penilaian diri
malu/bersalah, positif meningkat 3. Ciptakan dan pertahankan
melebih-lebihkan lingkungan dan kegiatan
- Perasaan memiliki
penilaian negative perawatan konsisten setiap
kelebihan atau
tentang diri sendiri, dinas.
kemampuan positif
menolak penilaian meningkat 4. Tingkatkan aktivitas sesuai
positif tentang diri kemampuan
- Minat mencoba hal
sendiri, berbicara pelan baru meningkat 5. Batasi jumlah pengunjung
dan lirih, menolak - Berjalan 6. Bicara dengan nada rendah
berinteraksi dengan menampakkan dan tenang
orang lain, berjalan wajah meningkat 7. Lakukan kegiatan pengalihan
menunduk, postur - Tidur meningkat terhadap sumber agresi
tubuh menunduk, sulit - Aktif meningkat 8. Cegah perilaku pasif dan
berkonsentrasi, kontak - Keputusan agresif
mata kurang, lesu dan meningkat 9. Beri penguatan positif
tidak bergairah, pasif, - Perasaan malu terhadap keberhasilan
dan tidak mampu menurun mengendalikan perilaku
membuat keputusan. - Perasaan bersalah 10. Lakukan pengekangan fisik
menurun sesuai indikasi
- Perasaan tidak 11. Hindari bersikap
mampu melakukan menyudutkan dan
apapun menurun menghentikan pembicaraan
- Meremehkan 12. Hindari sikap mengancam
kemampuan dan berdebat
mengatasi masalah 13. Hindari berdebat atau
menurun menawar batas perilaku yang
telah ditetapkan
Edukasi
14. Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan kognitif
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Damaiyanti, Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan Kedua. Bandung: PT.
Refika Adimata.

Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC.

Keliat. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : edisi 2. Jakarta: EGC.

Kelliat, B.A. (1998). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Ana. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta :


Nuhamedika.

Sari, Kartika. (2015).Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


CV.Trans Info Media.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan 5th Edition.
Philadelpia: Lippincot-Raven Publisher.

Stuart & Sunden. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.

Sundeen, S. &. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Townsend. (2008). Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket Guide for Care
Plan Construction. jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai