LP HDR

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Oleh :

FARIDA NUR HAYATI

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2022

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH


A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah

1. Pengertian Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri (Keliat, 2011).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2011)

Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
negatif tentang kemampuan dirinya (Fitria, 2012).

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu
mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan kemampuan yang
dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat evaluasi negatif
yang berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa gagal dalam mencapai
keinginan.

2. Rentang Respon Harga Diri Rendah

Adapun tentang respon konsep diri dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Respon Adaptif Respon maladptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kekacauan Depersonalisasi

Diri Positif Rendah Identitas

Gambar 2.1 Rentang respon Konsep Diri menurut (Stuart, 2007)


Respon adaptif terhadap konsep diri meliputi:
a. Aktualisasi diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman
nyata yang sukses dan dapat diterima individu dapat mengapresiasikan kemampuan
yang dimilikinya

b. Konsep diri positif

Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam beraktualisasi diri dan


menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya. Individu dapat
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dalam menilai suatu
masalah individu berfikir secara positif dan realistis.

Sedangkan respon maladaptif dari konsep diri meliputi:

a. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Kekacauan identitas
Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-
kanak kendala kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
c. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan sdirinya dengan
orang lain.

3. Faktor Predisposisi Harga Diri Rendah


Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.
Menurut Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat dibagi sebagai berikut:
a. Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau trauma kepala.
b. Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan
orang tua yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, penilaian negatif pasien terhadap
gambaran diri, krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realisitis,
dan pengaruh penilaian internal individu.

c. Faktor sosial budaya

Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien
yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan
lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.

4. Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah


Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang
menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara situasional atau kronik. Secara situsional misalnya karena trauma yang muncul
tiba-tiba, sedangkan yang kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan memingkat saat dirawat (yosep,
2009)

Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:

1) Trauma : penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang


mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran : berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi
a) Transisi peran perkembangan : perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan.
b) Transisi peran situasi : terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit : sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh;
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur medis dan
keperawatan.

5. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah
situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak
pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku klien sebelumnya bahkan
kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu
menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada
pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan
peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi
dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi
dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus
akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.
Psikodinamika terjadinya Harga Diri Rendah dapat dijelaskan pada gambar 2.2 berikut
ini (stuart, 2013)

Faktor predisposisi Faktor presipitasi

Faktor biologis : Faktor psikologis: Faktor sosial budaya:


1. Faktor herediter 1. Penolakan dan harapan 1. Penilaian negatif dari
2. Riwayat orang tua yang tidak lingkungan
penyakit/trauma realisitis 2. Sosial ekonomi
kepala 2. Kegagalan yang rendah
berulang 3. Tekanan dari
3. Kurang kelompok teman
mempunyai sebaya
tanggung jawab 4. Perubahan struktur
personal sosial
4. Ketergantungan pada
orang lain

1. Trauma : penganiayaan seksual dan


psikologis, menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan
2. Ketegangan peran: transisi peran
perkembangan, transisi peran situasi,
transisi peran sehat-sakit

Koping individu tidak efektif

Harga Diri rendah

Menarik diri : isolasi sosial Defisit perawatan diri

Halusinasi

Resiko perilaku kekerasan Resiko Menciderai Diri


6. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronis
Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil wawancara
dan observasi (Kemenkes, RI)
a. Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang:
1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penolakan terhadap kemampuan diri
b. Data objektif
1) Penurunan produktifitas
2) Tidak berani menatap lawan bicara
3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4) Bicara lambat dengan nada suara rendah

Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri
rendah menurut Fitria (2009) adalah:

1) Mengkritik diri sendiri


2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) selera makan kurang
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah
7. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah Kronis

Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi (2015)
adalah:

a. Jangka pendek
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagaman,
politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga kontes
popularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara (penyalahgunaan obat).
b. Jangka panjang
1) Menutup identitas
2) Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.

8. Penatalaksanaan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronis


Strategi pelaksanaan tindakan dan komunikasi (SP/SK) merupakan suatu metoda
bimbingan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang berdasarkan kebutuhan
pasien dan mengacu pada standar dengan mengimplementasikan komunikasi yang
efektif. Penatalaksanaan harga diri rendah tindakan keperawatan pada pasien menurut
Suhron (2017) diantaranya:
1. Tujuan keperawatan : pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
e. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih
2. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:
1) Ucapkan setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Perkenalkan diri dengan pasien
3) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
4) Buat kontrak asuhan
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
6) Tunjukkan sikap empati terhadap klien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien:
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif
setiap kali bertemu dengan pasien
c. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
1) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien
d. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan kegiatan
yang dilakukan
1) Diskusikan kegiatan yang dipilih untuk dilatih saat pertemuan.
2) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.
e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
1) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannnya).
2) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali
perhari.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
4) Bantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya menyusun
rencana kegiatan.
5) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
6) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
7) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
8) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
9) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan

B. Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah Kronis


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien,
serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
klien agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Keliat, 2011)
Menurut Prabowo (2014) isi dari pengkajian tersebut adalah:
1) Identitas pasien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
status marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, dan identitas penanggung
jawab.
2) Keluhan utama/alasan masuk
Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan alasan masuk
pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan bicara, sering menunduk dan
nada suara rendah.
3) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe keluarga beserta kendala mengenai jenis tipe keluarga
atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tradisional dan nontradisional.
4) Suku Bangsa
Membahas tentang suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut kaitannya dengan kesehatan.
5) Agama
Menjelaskan tentang agama yang dianut oleh masing-masing keluarga, perbedaan
kepercayaan yang dianut serta kepercayaan yang dapat memengaruhi kesehatan
6) Status Sosial dan Ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
7) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama
untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi
8) Riwayat keluarga dan Tahap Perkembangan
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Dari beberapa tahap perkembangan keluarga, identifikasi tahap perkembangan
keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
b) Tahap Perkembangan keluarga yang belum tercapai
Identifikasi tahap perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi dan yang belum
terpenuhi. Pengkajian ini juga menjelaskan kendala - kendala yang membuat
tugas perkembangan keluarga tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Pengkajian dilakukan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti, meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing - masing anggota
keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita oleh keluarga, terutama
gangguan jiwa.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Pengkajian mengenai riwayat kesehatan orang tua dari suami dan istri, serta
penyakit keturunan dari nenek dan kakek mereka. Berisi tentang penyakit yang
pernah diderita oleh keluarga klien, baik berhubungan dengan panyakit yang
diderita oleh klien, maupun penyakit keturunan dan menular lainnya.
9) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumaah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Identifikasi mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat serta budaya setempat yang memengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga dapat diketahui melalui kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Identifikasi mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan
masyarakat.
10) Struktur Keluarga
a) Sistem pendukung keluarga
Hal yang perlu dalam identifikasi sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas - fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.
b) Pola komunikasi keluarga
Identifikasi cara berkomunikasi antar anggota keluarga, respon anggota
keluarga dalam komunikasi, peran anggota keluarga, pola komunikasi yang
digunakan, dan kemungkinan terjadinya komunikasi disfungsional.
c) Struktur kekuatan keluarga
Mengenai kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengubah prilaku.
d) Struktur peran
Mengetahui peran masing - masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal
e) Nilai dan norma keluarga
Mengetahui nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berkaitan dengan
kesehatannya.
11) Fungsi
Keluarga
a) Fungsi
afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, bagaiman kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisasi
Kaji mengenai interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta prilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Mengetahui sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlingdungan, serta perawatan anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan
anggota keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dilihat dari
kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga,
yaitu (a) Mengenal masalah kesehatan;

(b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan.

(c) melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit.

(d) Menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan.

(e) Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan

tempat tinggal.
d) Fungsi reproduksi
Fungsi Reproduksi perlu dikaji mengenai jumlah anak, rencana mengenai
jumlah anggota keluarga, dan upaya mengendalikan jumah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah sejauh mana
keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan, sejauh mana
keluarga memanfaatkan sumberdaya dimasyarakat untuk meningkatkan status
kesehatannya
12) Faktor predisposisi
a) Riwayat gangguan jiwa
Biasanya pasien dengan harga diri rendah memiliki riwayat gangguan jiwa dan
pernah dirawat sebelumnya.
b) Pengobatan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah pernah memiliki riwayat gangguan
jiwa sebelumnya, namun pengobatan klien belum berhasil.
c) Aniaya
Biasanya pasiendengan harga diri rendah pernah melakukan, mengalami,
menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.
d) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama dengan
pasien.
e) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah mempunyai pengalaman yang
kurang menyenangkan pada masa lalu seperti kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan serta tidak tercapainya ideal diri merupakan stressor
psikologik bagi klien yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.

13) Pengkajian Fisik

Tanda tanda vital : Biasanya tekanan darah dan nadi pasien dengan harga diri
rendah meningkat.

14) Pengkajian psikososial


a) Genogram
Biasanya menggambarkan garis keturunan keluarga pasien, apakah ada
keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami pasien.

b) Konsep diri

(1) Gambaran diri


Biasanya pasien dengan harga diri rendah akan mengatakan tidak ada
keluhan apapun
(2) Identitas diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah merasa tidak berdaya dan rendah
diri sehingga tidak mempunyai status yang di banggakan atau diharapkan
di keluarga maupun di masyarakat.
(3) Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas, ketegangan peran
dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.
(4) Ideal diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah ingin diperlakukan dengan baik
oleh keluarga maupun masyarakat, sehingga pasien merasa dapat
menjalankan perannya di keluarga maupun di masyarakat.
(5) Harga diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kronis selalu mengungkapkan
hal negatif tentang dirinya dan orang lain, perasaan tidak mampu,
pandangan hidup yang pesimis serta penolakan terhadap kemampuan diri.
Hal ini menyebabkan pasien dengan harga diri rendah memiliki hubungan
yang kurang baik dengan orang lain sehingga pasien merasa dikucilkan di
lingkungan sekitarnya.
c) Hubungan sosial
(1) Pasien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau meminta
dukungan.

(2) Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam.

(3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien

(4) Pasien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan mengeksploitasi


orang lain.
d) Spiritual
(1) Falsafah hidup
Biasanya pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman,
tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap sakit serta dengan
penyembuhannya.

(2) Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan

Pasien mengakui adanya tuhan, putus asa karena tuhan tidak memberikan
sesuatu yang diharapkan dan tidak mau menjalankan kegiatan
keagamaan.
15) Status mental
(1) Penampilan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah penampilannya tidak rapi, tidak
sesuai karena klien kurang minta untuk melakukan perawatan diri.
Kemuduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat merupakan tanda
adanya depresi atau skizoprenia.
(2) Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara
rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking.
(3) Aktivitas motorik
Biasanya aktivitas motorik pasien tegang, lambat, gelisah, dan terjadi
penurunan aktivitas interaksi.
(4) Alam perasaan
Pasien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang pesimis.
(5) Afek
Afek pasien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon bila ada
stimulus emosi yang bereaksi.
(6) Interakasi selama wawancara
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kurang kooperatif dan mudah
tersinggung.
(7) Persepsi
Biasanya pasien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau
memberi perintah.
(8) Proses pikir
Biasanya pasien dengan harga diri rendah terjadi pengulangan pembicaraan
(perseverasi) disebabkan karena pasien kurang kooperatif dan bicara lambat
sehingga sulit dipahami.
(9) Isi pikir
Biasanya pasien merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak
diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri.
(10) Tingkat kesadaran
Biasanya tingkat kesadaran pasien stupor (gangguan motorik seperti
ketakutan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap
canggung yang dipertahankan dalam waktu lama tetapi klien menyadari
semua yang terjadi di lingkungannya).
(11) Memori
Biasanya pasien dengan harga diri rendah umumnya tidak terdapat gangguan
pada memorinya, baik memori jangka pendek ataupun memori jangka
panjang.
(12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak mampu
mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama, karena merasa cemas. Dan
biasanya tidak mengalami gangguan dalam berhitung.
(13) Kemampuan menilai
Biasanya gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain, contohnya: berikan
kesempatan pada pasien untuk memilih mandi dahulu sebelum makan atau
makan dahulu sebelum mandi, setelah diberikan penjelasan pasien masih
tidak mampu mengambil keputusan) jelaskan sesuai data yang terkait.
Masalah keperawatan sesuai dengan data.
(14) Daya tilik diri
Biasanya pasien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi)
pada dirinya dan merasa tidak perlu meminta pertolongan/pasien menyangkal
keadaan penyakitnya, pasien tidak mau bercerita penyakitnya.
16) Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Biasanya pasien makan 3 kali sehari dengan lauk pauk dan sayuran.
b) Buang air besar dan buang air kecil
Biasanya pasien BAB dan Bak secara mandiri dengan menggunakan toilet.
Klien jarang membersihkannya kembali
c) Mandi
Biasanya pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun, menyikat gigi dan pasien
selalu mencuci rambutnya setiap 2 hari 1 kali. Klien menggunting kuku setiap
kuku pasien dirasakan panjang.
d) Berpakaian
Biasanya pasien dapat mengenakan pakaian yang telah disediakan, klien
mengambil, memilih dan mengenakan secara mandiri.
e) Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidur siang setelah makan siang lebih kurang 2 jam, dan pada
malam hari pasien tidur lebih kurang 7-8 jam. Terkadang pasien terbangun
dimalam hari karena halusinasinya muncul.
f) Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3 kali dalam sehari, cara pasien meminum
obatnya dimasukkan kemudian pasienmeminum air. Biasanya pasien belum
paham prinsip 5 benar dalam meminum obat.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien akan melanjutkan obat untuk terapi dengan dukungan dari
keluarga serta petugas kesehatan dan orang disekitarnya.
h) Aktivitas di dalam rumah
Biasanya pasien jarang membantu di rumah, pasien jarang menyiapkan
makanan sendiri dan membantu membersihkan
i) Aktivitas di luar rumah.
Biasanya pasien jarang bersosialisasi dengan keluarga maupun dengan
lingkungannya.
17) Mekanisme koping
Pasien dengan harga diri rendah biasanya menggunakan mekanisme koping
maladaptif yaitu dengan minum alkohol, reaksi lambat, menghindar dan
mencederai diri.
18) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mempunyai masalah dengan dukungan dari keluarganya. Pasien
merasa kurang mendapat perhatian dari keluarga. Pasien juga merasa tidak
diterima di lingkungan karena penilaian negatif dari diri sendiri dan orang lain.
19) Kurang pengetahuan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah tidak mengetahui penyakit jiwa yang ia
alami dan penatalaksanaan program pengobatan.
20) Aspek medik
Biasanya pasien dengan harga rendah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Pasien dengan diagnosa medis Skizofrenia biasanya klien mendapatkan
Clorpromazine 1x100 mg, Halloperidol 3x5 mg, Trihexy penidil 3x2 mg, dan
Risporidon 2x2 mg.

Jenis data yang diperoleh dapat berupa data primer yaitu data yang langsung
didapat oleh perawat, dan data sekunder yaitu data yang diambil dari hasil
pengkajian atau catatan tim kesehatan lain. Perawat dapat menyimpulkan
kebutuhan atau masalah pasien dari kelompok data yang telah dikumpulkan.

Kemungkinan kesimpulan tersebut adalah:

a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan


1) Pasien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, pasien hanya memerlukan
pemeliharaan kesehatan dan memerlukan follow up secara periodik karena
tidak ada masalah dan pasien telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi
masalah.
2) Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan
promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah.
b. Ada masalah dengan kemungkinan:
1) Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan
masalah.
2) Aktual terjadi masalah disetai data pendukung.

Dari pengelompokkan data, selanjutnya perawat merumuskan masalah keperawatan pada


setiap kelompok data yang terkumpul. Umumnya sejumlah masalah pasien saling
berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Eko Prabowo, 2014).

Agar penentuan pohon masalah dapat dipahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan
tiga komponen yang terdapat pada pohon masalah yaitu: penyebab (causa), masalah utama
(core problem) dan effect (akibat). Masalah utama adalah prioritas masalah pasien dari
beberapa maslaah yang dimiliki oleh pasien. Umumnya masalah utama berkaitan erat
dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah
pasien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh
salah satu masalah lain, demikian seterusnya. Akibat adalah salah satu dari masalah pasien
yang merupakan efek/akibat dari masalah utama. Efek ini dapat pula menyebabkan efek
lain, demikian seterusnya.

Pohon masalah Harga Diri Rendah menurut Fitria (2009)

Defisit Perawatan Diri Isolasi sosial Effect

Harga diri rendah


Core Problem

Koping individu tidak efektif Causa


2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Yosep (2014) menjelaskan terdapat beberapa masalah keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien dengan harga diri rendah diantaranya adalah:
1. Harga diri rendah kronik
2. Koping Individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Defisit Perawatan Diri

3. Perencanaan tindakan keperawatan


Perencanaan tindakan keperawatan pada pasien menurut Kemenkes RI (2012), yaitu:
a) Strategi pelaksanaan pertama pasien: pengkajian dan latihan kegiatan pertama
(1) Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya
terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai,
upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi
(2) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
(3) Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat dilaksanakan)
(4) Membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
(5) Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
untuk dilatih
(6) Melatih kegiatan yang dipilih oleh pasien (alat dan cara melakukannya)
(7) Memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk dilatih
dua kali per hari
b) Strategi pelaksanaan kedua pasien: latihan kegiatan kedua
(1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah.
(2) Memvalidasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama yang
telah dilatih dan berikan pujian.
(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama
(4) Membantu pasien memilih kegiatan kedua yang telah dilatih
(5) Melatih kegiatan kedua (alat dan cara)
(6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan,
masing- masing dua kali per hari

c) Strategi pelaksanaan ketiga pasien: latihan kegiatan ketiga


(1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
(2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama dan kedua
yang telah dilatih dan berikan pujian
(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua
(4) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih
(5) Melatih kegiatan ketiga (alat dan cara)
(6) Memasukkan jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masing-
masing dua kali per hari.

d) Strategi pelaksanaan keempat pasien: latihan kegiatan keempat


(1) Mengevaluasi data harga diri rendah
(2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua, dan
ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian
(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga.
(4) Membantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
(5) Melatih kegiatan keempat (alat dan cara)
(6) Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan
masing- masing dua kali per hari.
Strategi tindakan keperawatan keluarga menurut Suhron (2017) yaitu:

a) Strategi pelaksanaan pertama keluarga: mengenal masalah harga diri rendah dan
megenal masalah harga diri rendah dan latihan cara merawat (melatih kegiatan
pertama)
(1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien harga diri rendah.
(2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah dan
akibat harga diri rendah (gunakan booklet).
(3) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah .
(4) Memberikan pujian terhadap semua hal positif yang dimiliki pasien.
(5) Melatih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipih pasien.
(6) Menganjurkan kepada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian.
b) Strategi pelaksanaan kedua keluarga : latihan cara merawat / membimbing melakukan
kegiatan kedua
(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri rendah.
(2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan
kegiatan yang telah dilatih.
(3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat dan berikan
pujian.
(4) Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan kedua yang dipilih.
(5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal dan berikan
pujian.

c) Strategi pelaksanaan ketiga keluarga : latihan cara merawat / membimbing melakukan


kegiatan ketiga
(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri rendah
(2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan
kegiatan yang telah dilatih
(3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat dan berikan
pujian
(4) Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang dipilih
(5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal dan berikan
pujian
d) Strategi pelaksanaan keempat keluarga : latihan cara merawat / membimbing
melakukan kegiatan keempat
(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri rendah
(2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
(3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat dan berikan
pujian
(4) Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang dipilih
(5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal dan berikan
pujian.

4. Evaluasi keperawatan
Menurut Kemenkes RI (2012) evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam
merawat harga diri rendah adalah:
a. Evaluasi kemampuan pasien harga diri rendah berhasil apabila pasien dapat:
1) Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
3) Melatih kemampuan yag dapat dikerjakan
4) Membuat jadwal kegiatan harian
5) Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
6) Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga
diri rendah
b. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) harga diri rendah berhasil apabila
keluarga dapat:
1) Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda dan gejala,
proses terjadinya harga diri rendah, dan akibat jika harga diri rendah tidak
diatasi)
2) Mengambil keputusan merawat harga diri rendah
3) Merawat harga diri rendah
4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien untuk
meningkatkan harga dirinya
5) Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi harga diri rendah
6) Melakukan follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan melakukan
rujukan.

5. Dokumentasi keperawatan
Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan pada setiap proses keperawatan
yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Badan PPSDM.2012. Modul pelatihan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Dermawan, D. 2013. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Biru
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika
Friedman, Marilyn m, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset,
Teori, dan Praktik. Jakarta : EGC.

Guindon, M, H. 2010. Self-esteem Across the Lifespan and interventions. New


York: Taylor and Francis Group
Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:CV Andi
Offset
Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Pramujiwati, Desi, dkk. 2013. Pemberdayaan keluarga dan kader Kesehatan Jiwa
Dalam Penanganan Pasien Harga Diri Rendah Kronik dengan Pendekatan
Model Precede L.Green di RW 06, 07 dan 10 Tanah Baru Bogor Utara.
Bogor [diunduh pada 16 Mei 2018 pukul 08.10]
Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakterisitik
dan Keunggulannya. Jakarta: Grasindo
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Mentri Kesehatan RI
Suerni, Titik, dkk. 2013. Penerapan Terapi Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga
Pada Klien Dengan Harga Diri Rendah di Ruang Yudistira Rumah Sakit
Dr. H. Marzoeki Mahdi. Bogor [diunduh pada 21 November 2017 pukul
15.45]
Suhron, Muhammad. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Self Esteem.
Jakarta: Mitra Wacana Media
Stuart. 2007. Buku Saku Keperawatan. Jakarta: EGC
Stuart. 2013. Buku Saku Keperawatan. Jakarta. EGC
Wachid, Abdul, dkk. 2013. Penerapan Terapi Latihan Keterampilan Sosial Pada
Klien Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah dengan Pendekatan Model
Hubungan Interpersonal Peplau Di RS Marzoeki Mahdi. Bogor [diunduh
pada 21 April 2018 pukul 10.30]
WHO. 2014. Health For the Worlds Adolescents a Second Chance In The Second
Decade. Geneva, Switerland
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan JiwaCetakan kedua (edisi revisi). Bandung. PT
Refrika Aditama
Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama
Yosep, Iyus dan Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Kerawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai