Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan upaya untuk mewariskan nilai
yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani
kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan
peradaban umat manusia.1 Pendidikan bagi kehidupan umat
manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi
sepanjang hayat. Pendidikan menjadi tumpuan harapan bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tanpa adanya
pendidikan manusia dari generasi ke generasi tidak akan
mampu untok maju dan berkembang.2
Pendidikan menjadi salah satu faktor penting dalam
kehidupan berbangsa. Kualitas suatu bangsa juga ditentukan
oleh pendidikannya, semakin bagus system pendidikan maka
semakin maju pula bangsanya. Oleh sebab itu Sistem
pendidikan nasional dilaksanaka dalam rangka meningkatkan
kualitas bangsa baik dalam aspek moral dan spiritual maupun
aspek intelektual dan profesional.3
Islam memiliki ajaran yang komperhensif, islam tidak
hanya tak hanya mengajarkan bagaimana cara memperoleh
kebahagiaan di akhirat saja namun juga mengajarkan
bagaimana cara memperoleh kebahagiaan hidup di dunia.
Ajaran islam memuat berbagai aspek yang menjadi dasar
dalam menjalani kehidupan termasuk aspek pendidikan. 4
Pendidikan dalam perspektif Islam memiliki berbagai
istilah , yaitu at-tarbiyah, at-ta’lim, dan at-ta’dib. Secara garis
besar ketiganya memiliki makna yang sama, akan tetapi ketika
lebih diperinci lagi ketiganya memiliki makna yang berbeda
dalam beberapa hal. penggunaan ketiga istilah tersebut, jika

1
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat, (Yogyakarta: pustaka
pelajar,2005),5.
2
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Pendidikan Komponen MKDK,( Jakarta:
Rineka Cipta, 2010, Cet 6),2.
3
Suprapto, Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Pena
Citrasatria, 2008),1.
4
Adri Efferi, Filsafat Pendidikan Islam, (Kudus: Nora Media Enterprise,
2011),9.

1
dikaji lebih mendalam dengan menggunakan Al-Qur’an dan
Hadits akan memberikan makna yang luas terhadap pengertian
pendidikan islam, bahkan secara substansial-filosofis
memunculkan pemahaman yang mendalam tentang hakikat
pendidikan Islam .5
Pertama, istilah tarbiyah berhubuhan dengan lafadz
madli-nya rabbayani, dalam QS. Al-isra’ ayat 24 ( kama
rabbayani shagiiran ), dan lafadz mudhari-nya nurrabi dalam
QS. As-syu’ara ayat 18 (alam nurrabika fiina waliidan), kedua
lafadz tersebut memiliki beberapa makna seperti, merawat,
memelihara, mengasuh dan sebagainya. Menurut Muhaimin
lafadz Rabbayani dalam yang terdapat dalam surah Al-Isra
memiliki makna yang lebih luas, yaitu mencakup aspek
jasmani dan rohani. Sedangkan lafadz nurrabi dalam surah As-
Syu’ara mencakup aspek jasmani saja.6
Menurut Fahrurrazzi dalam lafadz rabbayani
merupakan pengajaran yang berhubungan dengan ucapan dan
tingkah laku. Pendapat lain dikatakan oleh Sayyid Qutb dal
tafsir fii dilal Al-Qur’an, bahwa kata rabbaniyyah bermakna
merawat anak serta mendidik mentalnya hingga matang.7
Kedua, para ahli mengartikan istilah Ta’lim lebih
sempit dibandingkan At-Tarbiyyah Al-Aqliyyah, yaitu ilmu
pengetahuan yang diperoleh dengan keahlian berpikir, lebih
cenderung pada domain kognitif saja. Menurut Fattah Jalal
ta’lim merupakan proses memberikan informasi atau ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge) yang mendorong
seseorang untuk berubah menjadii lebih baik atau
menghilangkan segala keburukan, sehingga hati seseorang
menjadi bersih dan dengan mudah menerima hikmah. 8
Ketiga, lafadz ta’dib dimaknai dengan mengenalkan
sesuatu secara terus-menerus dengan tujuan agar manusia
dapat mengetahui kebenaran-kebenaran yang sesuai dengan

5
Beni Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, ( Bandung: Pustaka Setia,2012, Cet
2), 40.
6
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, Cet 1),2.
7
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, Cet 1),3.
8
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, Cet 1),4.

2
aturan yang sudah ada, sehingga diharapkan dalam proses
pengenalan tersebut mampu mengetahui bagaiman kekuasaan
dan keagungan tuhan : Addabani Rabbi fa Ahsana Ta’dibi,
yang bisa diartikan “tuhanku telah mendidikku, sehingga
menjadikan baik pendidikanku”.9
Dari ketiga istilah tersebut, istilah Ta’dib menurut Al-
Attas lah yang paling sesuai untuk mewakili Pendidikan dalam
islam. Karena pada zaman dahulu konsep ta’dib lah yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk mendidik para sahabat.
Menurut Al-Attas orang yang terpelajar ialah orang yang baik
adabnya baik secara sosial maupun spiritual. 10
Dari tiga istilah diatas dapat diambil kesimpulan,
tarbiyah merupakan pendidikan yang mengutamakan
pendidikan, pembentukan serta pengembangan karakter yang
sesuai norma akhlak. Ta’lim lebih concern pada hal-hal yang
berkaitan dengan pengajaran dan pengembangan ilmu
pengetahuan.. Sedangkan ta,dib adalah pendidikan yang
membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik.11
Menurut Abuddin Nata pendidikan islam merupakan
pengajaran yang dilakukan dalam rangka mengembangkan
pengetahuan berdasarkan nilai-nilai ajaran islam.12 Sedangkan
menurut Yusuf Qardawi pendidikan islam ialah pendidikan
secara menyeluruh dalam berbagai aspek meliputi jasmani dan
rohani, akal dan hati, serta budi pekerti. Senada dengan Hasan
Langgulung memaknai pendidikan islam sebagai pendidikan
yang disiapkan untuk generasi mendatang agar menjadi
penerus yang mengindahkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai
ajaran islam dalam beramal di dunia dan memetiknya di
akherat kelak.13

9
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, Cet 1),6.
10
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, Cet 1),6.
11
Dayun Riadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017,Cet 1),6.
12
Adri Efferi, Filsafat Pendidikan Islam, (Kudus: Nora Media Enterprise,
2011),9.
13
Dayun Riadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017,Cet 1),6.

3
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang di
dasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam
khususnya dalam Al-Qur’an dan Hadits. sedangkan ilmu
pendidikan Islam mengkombinasikan antara ajaran-ajaran
islam dengan komponen-komponen yang terdapat dalam dunia
pendidikan seperti tujuan pendidikan, metode pembelajaran,
strategi serta pendekatan, kurikulum serta sarana dan pra
sarana. sehingga apabila setiap mkomponen menjadi satu
kesatuan maka munculah suatu system yang berorientasi
dengan ajaran islam. System tersebut bisa dinamakan dengan
system pendidikan islam. 14
Madrasah merupakan salah satu warisan yang
diberikan oleh generasi islam terdahulu yang berupa lembaga
pendidikan. Di Indonesia, pada awal abad ke-20 madrasah
menjadi symbol lembaga pendidikan yang modern bagi orang-
orang islam. Hal ini disebabkan karena madrasah memiliki
ciri-ciri yang menyerupai dengan system pembelajaran modern
seperti adanya klasikal, kurikulum yang terstruktur, system
evaluasi secara periodic, ujian kenaikan kelas dan ijasah
kelulusan. “madrasah modern” merupakan hasil dari akulturasi
antara pembelajaran dalam Islam baik dengan sekolah modern
yang dikenalkan oleh kolonialisme. 15
Di Indonesia, Lembaga pendidikan islam memiliki
ruang lingkup yang luas. Lembaga ini meliputi madrasah,
madrasah diniyyah dan pesantren. Bahkan saat ini pesantren
juga mulai berkembang dengan mendirikan madrasah dalam
satu lembaga yayasan. Namun masih banyak juga pesantren
yang tetap mempertahankan nilai-nilai pembelajaran
tradisional dengan kitab-kitab kuning sebagai kajian
utamanya.16
Terdapat berbagai jenis Lembaga Pendidikan islam di
Indonesia. Perbedaan tersebut di dasari oleh materi

14
Dayun Riadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017,Cet 1),7.
15
Subhan Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad Ke-20
Pergumulan Antara Modernisasi dan Identitas, (Jakarta: Kencana, 2012, Cet
1),316.
16
Subhan Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad Ke-20
Pergumulan Antara Modernisasi dan Identitas, (Jakarta: Kencana, 2012, Cet
1),317.

4
pembelajaran yang ditawarkan, waktu pelaksanaan
pembelajaran , dan keterkaitannya dengan Negara. Kelompok
pertama yaitu madrasah, madrasah merupakan lembaga
pendidikan islam yang mengkombinasikan antara materi
pembelajaran agama dengan materi pembelajaran umum.
Madrasah di bagi menjadi beberapa tingkatan, Untuk tingkat
dasar di sebut madrasah Ibtidaiyah (MI), sedangkan untuk
tingkat menengah pertama disebut Madrasah Tsanawiyah
(MTs) dan untuk pendidikan menengah disebut Madrasah
Aliyah (MA).17
Selanjutnya kelompok kedua, yaitu madrasah
Diniyyah. Kenapa disebut demikian, karena materi yang
diajarkan hanya mencakup keagamaan termasuk Bahasa arab.
Untuk pendidikan dasar di sebut Madrasah Diniyyah
Awwaliyah. Untuk pendidikan menengah pertama disebut
Madrasah Diniyyah Wustho. Untuk pendidikan tingkat
menengah atas disebut Madrasah Diniyyah Ulya. 18
Kelompok terakhir yaitu pesantren salafiyah. Tidak
ada pendidikan formal yang diberikan kepada santri. Pesantren
ini memiliki pembelajaran sendiri dengan system tradisional
yaitu mengajarkan materi utama berupa ilmu-ilmu keagaman
dan kajian Kitab kuning sebagai referensi utama. 19
Sistem Pendidikan Islam berakar pada tradisi
pembelajaran Islam yang berlangsung selama berabad-abad.
Dalam konteks Indonesia, sistem pendidikan islam pada
mulanya berbentuk pesantren. Fokus pembelajaran di
lingkungan pesantren biasanya seputar Al-Qur’an, hadits, ilmu
tauhid, fiqh, sejarah nabi Muhammad SAW, dan mantiq
(logika) yang dipelajari secara tradisional. Madrasah memiliki
focus pembelajaran yang hamper mirip dengan pesantren.
Perbedaan antara madrasah dan pesantren terletak pada materi

17
Subhan Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad Ke-20
Pergumulan Antara Modernisasi dan Identitas, (Jakarta: Kencana, 2012, Cet
1),318.
18
Subhan Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad Ke-20
Pergumulan Antara Modernisasi dan Identitas, (Jakarta: Kencana, 2012, Cet
1),319.
19
Subhan Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad Ke-20
Pergumulan Antara Modernisasi dan Identitas, (Jakarta: Kencana, 2012, Cet
1),319.

5
pembelajaran, selain mempelajari ilmu keislaman di madrasah
juga mempelajari ilmu-ilmu umum dan metodologi
pembelajaran yang diterapkan. Madrasah diselenggarakan
dengan kelas, kurikulum, sistem ujian dan ijasah. Diukur dari
sudut pandang lembaga pendidikan Islam di Indonesia awal
abad ke-20, dengan pesantren sebagai model pendidikan
dominan, madrasah merupakan representasi dari model
lembaga pendidikan islam modern.20
Madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan
Islam di Indonesia yang seharusnya juga memiliki peran
penting untuk membangun dan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia melalui program pendidikan. 21 Selain itu
madrasah juga perlu mempertahankan eksistensinya dalam
dunia pendidikan nasional, madrasah harus mampu bersaing
dengan lembaga pendidikan umum baik dalam segi kualitas
maupun fasilitas. Madrasah tidak harus mengubah paradigm
pembelajarannya untuk dapat tetap bersaing dengan lembaga
pendidikan umum. Itu berarti agar tidak kehilangan ciri
khasnya, madrasah harus tetap mempertahankan pendidikan
agama pada kurikulum madrasah. 22
Menurut Popisupiatin pendidikan di Indonesia
dianggap rendah karena banyaknya lulusan yang ingin
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi namun tidak terima.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan mereka. Dunia pendidikan
memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengembangkan
potensi dan pengetahuan generasi mendatang sebagai bekal
menghadapi perkembangan zaman. Anak-anak yang saat ini
sedang mengenyam pendidikan dilembaga-lembaga formal
maupun non formal kelak akan menjadi penerus bangsa. Oleh
sebab itu peningkatan sumber daya manusia menjadi sangat

20
Subhan Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad Ke-20
Pergumulan Antara Modernisasi dan Identitas, (Jakarta: Kencana, 2012, Cet
1),226.
21
Dali Zulkarnain, Manajemen Mutu Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017, Cet 1), 7.
22
Dali Zulkarnain, Manajemen Mutu Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017, Cet 1), 17.

6
penting dilakukan untuk kemajuan bangsa di masa depan 23.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia
Prof. Dr. Muhajir Effendy,M.A.P dalam sambutannya dalam
rangka menyambut hari pendidikan nasional menuturkan “
Kita menyadari bahwa kondisi ideal pendidikan dan
kebudayaan nasional yang kita cita-citakan masih jauh dari
jangkauan. Kita terus berusaha keras mempeluas akses
pendidikan yang berkualitas, terus menerus mengalibrasi
praktik pendidikan agar memiliki presisi atau ketelitian yang
tinggi, sesuai dengan tuntutan masyarakat, lapangan
pekerjaan, dan kebutuhan pembangunan.”24
Banyaknya permasalahan dalam dunia pendidikan
seharusnya mampu membuat pihak yang terkait dengan dunia
pendidikan sudah meneladani bagaimana pengajaran
Rasulullah SAW. Rasulullah SAW merupakan sosok pengajar
yang ideal, beliau memiliki ciri khas yang mampu
memaksimalkan pengajaran sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Sebagaimana Hadits Rasulullah SAW dari
Abdullah ibn Mas’ud :
‫خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم‬
Arinya: “Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di
zamanku, kemudian orang-orang setelahnya,
kemudian orang-orang setelahnya”25

Sudah semestinya pembelajaran saat ini meneladani


pembelajaran yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW merupakan sosok suri tauladan, oleh sebab
itu beliau mendapat julukan Uswatun Hasanah.26 Beliau

23
Mohammad Saroni, Analisis dan Strategi Meningkatkan Daya Saing
Sekolah, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2017),246.
24
“Pidato Kementrian Pendidikan dan Budaya pada hari Pendidikan
Nasional” diakses pada 29 juli 2019,
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/04/pidato-mentri-pendidikan-dan-
kebudayaandalam-peringatan-hari-pendidikan-nasional.
25
HR.Bukhari, no. 2652, Muslim, No. 6635.
26
Q.S Al-Ahzab;21 “Sungguh telah ada pada( diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan
kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat allah.

7
menjadi sosok yang tak bisa tergantikan, yang mengajarkan
para sahabat berbagai hal.
Ketika melihat para pendidik yang dihasilkan setelah
masa Rasulullah SAW, maka diketahui bahwa para pendidik
yang dihasilkan merupakan bukti yang paling kuat yang
menunjukan bahwa beliau adalah sosok pendidik terbaik
sepanjang masa, yang apabila tokoh-tokoh dalam dunia
pendidikan disandingkan dengan beliau maka terlihat tidak ada
apa-apanya dibanding Rasulullah SAW. Seorang pendidik
mana yang mampu melahirkan pendidik dalam jumlah yang
sangat banyak dan juga berpengaruh, selain Rasulullah SAW.
Dengan pendidikan, Rasulullah SAW telah memunculkan para
sahabat dan tabiin. Melihat bagaimana keadaan mereka
sebelum di didik oleh Rasulullah SAW dan bagaimana
keadaan mereka setelah dididik oleh Rasulullah,SAW.
Sungguh para sahabat merupakan bukti yang menunjukan
bahwa Rasulullah SAW merupakan sosok pendidik sepanjang
masa. Deskripsi diatas mengingatkan kita pada pepatah yang
sangat indah dari para ahli ushul fiqih” Seandainya Rasulullah
SAW tidak memiliki mukjizat selain para sahabat, maka hal itu
sudah cukup menjadi bukti atas kenabiaannya “.27
Nilai-niali pembelajaran Rasulullah SAW dapat
diketahui melalui hadits-hadits Beliau yang terdapat pada kitab
Ar-Rasul Al-Mu’allim Wa Asalibuhu Fii Ta’lim Karya Syaikh
Abdul Fattah Abu Ghuddah . kitab ini tersusun dari hadits
yang lebih teratur dibandingkan denganyang lain. Selain itu,
hadits-hadits dalam kitab ini yang dikumpulkan oleh syaikh
abdul Fattah Abu Ghuddah di dasarkan pada kitab-kitab
Shahih, Sunnah,dan Musnad yang terjamin dari segi kuantitas
dan kualitasnya.
Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah merupakan seorang
ulama besar di bidang hadits. Lahir di kota Aleppo, Suriah, 17
Rajab tahun 1336 H atau 9 Mei 1917. Pada masa mudanya
Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah menyelesaikan pendidikan
menengah di Suriah, lalu melanjutkan jenjang Perguruan
Tinggi di Mesir, yaitu di Fakultas Syari’ah Universitas Al-
Azhar, dia mengambil spesialisasi bidang pedagogi

27
Abdul Fattah Abu Ghuddah, Ar-Rasul Al-Mu’allim Wa Usalibuhu Fii
Ta’lim, (Aleppo: Maktab Al-Matbu’at Al-islamiyya,1994),14.

8
(pengajaran) di Fakultas Bahasa Arab di Universitas yang
sama dan lulus pada 1370 H atau 1950 M.28
Kitab Ar-Rasul Al-Mu’allim Wa Asalibuhu Fii at-
Ta’lim pada awalnya merupakan materi kuliah umum yang
diminta oleh direktorat Fakultas Syari’ah dan Fakultas Bahasa
Arab di Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia, pada tahun 1385-1386
H. Tema ini dipilih karena memiliki hubungan yang erat
dengan dunia keilmuan, pengajaran dan para pelajar itu
sendiri. untuk mengembangkan materi tersebut menjadi sebuah
kitab yang lengkap, pengarang kitab menambahkan berbagai
catatan di dalamnya, menambahkan pembahasan-pembahasan
penting yang menyempurnakan isinnya. Selain itu, beberapa
catatan juga di diperluas sehingga dirasa cukup sesuai koteks
dan sebagian yang lain di persempit pembahasannya. 29
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai nilai-nilai
pembelajaran Islam yang terdapat pada kitab Ar-Rasul Al-
Mu’allim Wa Asalibuhu Fii Ta’lim karya Syekh Abdul Fattah
Abu Ghuddah. Maka dari itu, peneliti memilih judul ”Nilai-
Nilai Pembelajaran Islam Ala Rasulullah SAW dalam
Kitab Ar-Rasul Al-Mu’allim Wa Asalibuhu Fii at-Ta’lim
Karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah”.

B. Fokus Penelitian
Penelitian difokuskan pada kajian nilai-nilai
pembelajaran islam ala Rasulullah SAW dan Relevansinya
dengan pembelajaran Islam dewasi ini yang terdapat dalam
kitab ar-Rasul al-Mu’allim Wa Asalibuhu Fii at-Ta’lim karya
Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan,
maka rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini
sebagai berikut:

28
Agus Chudhori, Muhammad Sang Guru, (Temanggung, Armasta, 2015),
342.
29
Agus Chudhori, Agus Chudhori, Muhammad Sang Guru, (Temanggung,
Armasta, 2015), ix.

9
1. Bagaimana Nilai-Nilai Pembelajaran Islam Ala
Rasulullah SAW dalam Kitab ar-Rasul al-Mu’allim Wa
Asalibuhu Fii at-Ta’lim karya Syekh Abdul Fattah Abu
Ghuddah?
2. Bagaiman Relevansi Nilai-Nilai Pembelajaran Islam Ala
Rasulullah SAW dalam Kitab ar-Rasul al-Mu’allim Wa
Asalibuhu Fii at-Ta’lim karya Syekh Abdul Fattah Abu
Ghuddah dengan pendidikan islam saat ini?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui Nilai-Nilai Pembelajaran Islam Ala
Rasulullah SAW dalam Kitab ar-Rasul al-Mu’allim Wa
Asalibuhu Fii at-Ta’lim karya Syekh Abdul Fattah Abu
Ghuddah.
2. Untuk memperluas khazanah keilmuan melalui Nilai-
Nilai Pembelajaran Islam Ala Rasulullah SAW dalam
Kitab ar-Rasul al-Mu’allim Wa Asalibuhu Fii at-Ta’lim
karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah dengan
pendidikan saat ini

E. Manfaat Penelitian
Jika manfaat penelitian dapat tercapai, maka hasil
penelitian akan memiliki manfaat secara teoritis dan praktis
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Memberikan kontribusi terhadap khasanah keilmuan
dalam dunia Pendidikan islam.
b. Dapat menambah wacana bagi perkembangan ilmu
pengetahuanm dalam dunia Pendidikan islam,
khususnya peneliti sendiri.
2. Secara Praktis
a. Mampu menjadi bahan pertimbangan bagi para
pendidik tentang pembelajaran islam yang sesuai
dengan Rasulullah SAW.
b. Memberikan sumbangan untuk memudahkan
penelitian selanjutnya tentang konsep pembelajaran
Rasulullah SAW.

10
F. Sistematika Penulisan
1. Bab I PENDAHULUAN
Dalam bab 1 dibahas mengenai latar belakang
masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, sistematika penelitian.
2. Bab II LANDASAN TEORI
Dalam bab 2 ini dibahas mengenai teori-teori yang
terkait dengan judul, penelitian terdahulu, kerangka
berfikir.
3. Bab III METODE PENELITIAN
Dalam bab 3 ini dibahas mengenai jenis dan
pendekatan, setting penelitian, subyek penelitian, sumber
data, tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisis data.
4. Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab 4 ini dibahas mengenai gambaran obyek
penelitian, deskripsi data penelitian, analisis data penelitian.
5. Bab V PENUTUP
Dalam bab 5 ini dibahas mengenai kesimpulan, saran-
saran, bagian akhir, daftar pustaka, lampiran-lampiran.

11

Anda mungkin juga menyukai