Lencana+vol+2+no +3+juli+2024+hal184-193
Lencana+vol+2+no +3+juli+2024+hal184-193
Lencana+vol+2+no +3+juli+2024+hal184-193
Muthi’ah Lathifah
Prodi PPKn, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
Yakobus Ndona
Prodi PPKn, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
Abstrak. This study aims to understand the role of education in fostering a civilized humanity. The research method
used is a descriptive qualitative method with a literature review approach. Education plays a crucial role in
building a civilized humanity. The main goal of education is not only to transfer knowledge but also to develop
character, moral values, and ethics that support harmonious coexistence. In this context, education functions as
an agent of social change that can shape individuals who are responsible, tolerant, and respectful of differences.
This article analyzes how education can contribute to building a civilized society by reinforcing human values
such as justice, equality, and mutual respect. The analysis results show that effective and inclusive education can
serve as the main foundation in efforts to build a civilized and sustainable humanity.
Abstrak. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Peran pendidikan dalam membangun kemanusiaan
yang beradab. Adapun metode penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan
pendekatan studi pustaka. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun kemanusiaan yang
beradab. Tujuan utama pendidikan tidak hanya untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk mengembangkan
karakter, nilai-nilai moral, dan etika yang mendukung kehidupan bersama yang harmonis. Dalam konteks ini,
pendidikan berfungsi sebagai agen perubahan sosial yang dapat membentuk individu yang bertanggung jawab,
toleran, dan menghargai perbedaan. Artikel ini menganalisis bagaimana pendidikan dapat berkontribusi dalam
membangun masyarakat yang beradab melalui penguatan nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan, kesetaraan,
dan saling menghormati. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendidikan yang efektif dan inklusif dapat menjadi
landasan utama dalam upaya membangun kemanusiaan yang beradab dan berkelanjutan.
Pendahuluan
Pendidikan memiliki peranan penting dalam membangun kemanusiaan yang beradab.
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk mengembangkan kepribadian
seseorang sesuai dengan nilai-nilai sosial dan budaya. Pendidikan sangat penting karena
memberikan manusia berbagai pengetahuan dan wawasan. Selain itu, agar orang terdidik dapat
berpikir, bertindak, dan berbuat baik, peserta didik yang terdidik akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi tantangan hidup yang semakin menantang.
Pendidikan adalah kegiatan pelatihan dan pembelajaran yang ditujukan untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, khususnya bagi anak-anak
dan remaja, baik di sekolah maupun di kampus. Pendidikan merupakan media yang
menentukan arah keberhasilan bangsa. Pendidikan yang berkualitas bertujuan untuk
Received: April 26, 2024; Accepted: Mei 27, 2024; Published: Juli 31, 2024
*Muthi’ah Lathifah [email protected]
Peran Pendidikan Dalam Membangun Kemanusiaan Yang Beradab
Landasan Teori
A. Pentingnya pendidikan.
Disadari atau tidak, pendidikan merupakan aspek terpenting dalam pengembangan
karakter. Pendidikan tidak serta merta datang melalui pendidikan formal seperti sekolah atau
universitas.Pendidikan nonformal dan pendidikan nonformal juga mempunyai peranan yang
sama, khususnya dalam pengembangan karakter anak dan peserta didik.Dalam 20 tahun 2003
, kita melihat tiga perbedaan model institusi pendidikan.Pendidikan formal digambarkan
sebagai jalur pendidikan yang terstruktur dan bertingkat yang terdiri dari pendidikan dasar,
menengah, dan tinggi. Pendidikan nonformal saat ini merupakan jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat diselenggarakan secara sistematis dan bertahap.Satuan
pendidikan nonformal itu terdiri dari sarana kursus , sarana pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat , dan satuan pelatihan serupa dengan pertemuan Takurim .
Pendidikan nonformal kini menjadi metode pendidikan keluarga dan lingkungan
185 Lencana: Jurnal Inovasi Ilmu Pendidikan - Vol. 2 No. 3 Juli 2024
e-ISSN: 2964-9684; p-ISSN: 2964-9463, Hal 184-193
hidup.Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan masyarakat sekitar dalam
bentuk kegiatan belajar mandiri.
Oleh karena itu, untuk membina dan memberdayakan peserta didik , ketiga unsur
lembaga pendidikan harus bersinergi. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah
pendidik dan orangtua berkumpul bersama mencoba memahami gejala-gejala anak pada fase
negatif, yang meliputi keinginan untuk menyendiri, kurang kemauan untuk bekerja, mengalami
kejenuhan, ada rasa kegelisahan, ada pertentangan sosial, ada kepekaan emosional, kurang
percaya diri, mulai timbul minat pada lawan jenis, adanya perasaan malu yang berlebihan, dan
kesukaan berkhayal (Mappiare dalam Suyanto, 2000). Dengan mengkaji gejala-gejala negatif
yang umum dialami remaja, orang tua dan pendidik dapat mengenali dan melakukan upaya
untuk memperbaiki perlakuan terhadap sikap anak dalam proses pendidikan formal,
nonformal, dan nonformal.
B. Pendidikan Karakter
Dijelaskan juga bahwa karakter yang dimiliki setiap individu yang terdapat pada nilai
dari setiap butir sila-sila Pancasila yang terdiri dari dua sumber yaitu karakter yang bersumber
dari hati nurani dan dari pola pikir manusia. Karakter yang bersumber dari hati antara lain yaitu
jujur, beriman dan bertaqwa, adil, tertib, amanah, taat aturan, bertanggung jawab, berempati,
berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban dan berjiwa nasionalisme.
Sedangkan untuk karakter yang bersumber dari olah pikir manusia antara lain yaitu cerdas,
inovativ, rasa ingin tahu nya tinggi, produktif dan peka terhadap lingkungan sekitar.
Menurut salah satu tokoh pendidikan di Indonesia yaitu KI Hajar Dewantara
menyampaikan bahwa pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan untuk mengembangkan
segala aspek yang dimiliki oelh masing-masing orang yaitu berupa pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan budi pekerti.
Tujuan Pendidikan Karakter yang diharapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional
(sekarang: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) adalah seperti berikut, yang pertama
adalah mengembangkan kemampuan yang terdapat pada hati nurani peserta didik sehingga
dapat menjadi pribadi dan warga negara yang memiliki sifat dan karakter sesuai bangsa. Kedua,
mengembangkan dan menerapkan sikap dan perilaku sesuai dengan nilai dan kebiasaan bangsa
Indonesia sebagai orang yang taat, patuh, serta religius. Ketiga mengembangkan dan
menerapkan jiwa sebagai seorang pemimpin serta mengembangkan menerapkan rasa tanggung
jawab sebaggai generasi penerus bangsa. Keempat, mengembangkan dan menerapkan
kemampuan peserta didik sehingga dapat menjadi manusia mandiri, memiliki kreatifitas, dan
Peran Pendidikan Dalam Membangun Kemanusiaan Yang Beradab
memiliki wawasan kebangsaan. Kelima, menjadikan lingkungan sekolah sebagai tempat yang
nyaman, sehingga tidak akan membuat bosan ketika berada di lingkungan sekolah (dignity).
C. Pendidikan Moral
Pendidikan moral adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk dan
mengembangkan sikap, nilai, dan moralitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila, yaitu
ideologi dasar negara Indonesia .Berbicara mengenai pendidikan moral di Indonesia, maka
pemerintah zaman Orde Baru, pendidikan moral dikaitkan dengan nilai-nilai dasar Pancasila.
Hal ini dimaksudkan bahwa sebagai dasar negara, maka kedudukan Pancasila merupakan
landasan dan falsafah hidup dalam berbangsa dan bernegara. Karena itu, pendidikan moral
ditanamkan pada peserta didik melalui pemberian mata pelajaran yang diberi nama Pendidikan
Moral Pancasila (PMP) yang kemudian berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn).
Pendidikan moral merupakan bagian integral dari pendidikan yang bertujuan untuk
membentuk karakter dan nilai-nilai moral yang baik pada individu. Ini melibatkan pengajaran
tentang prinsip-prinsip etika, moralitas, nilai-nilai kebaikan, dan perilaku yang benar dalam
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Pendidikan moral tidak hanya fokus
pada pembelajaran teori, tetapi juga mengajarkan praktik-praktik moral dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini termasuk pengembangan empati, kejujuran, tanggung jawab, sikap
menghargai perbedaan, serta kemampuan untuk membuat keputusan yang baik berdasarkan
nilai-nilai moral.
Berikut ini adalah contoh-contoh dalam kehidupan nyata seperti :
1. Kejujuran: Seorang karyawan yang jujur akan mengakui kesalahan yang dibuatnya di
tempat kerja dan tidak mencoba untuk menyalahkan orang lain.
2. Empati: Seorang teman yang memiliki empati akan mendengarkan dengan penuh perhatian
ketika temannya sedang mengalami kesulitan atau masalah.
3. Tanggung Jawab: Seorang siswa yang bertanggung jawab akan mengerjakan tugasnya
dengan baik dan tidak mengandalkan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya.
4. Penghargaan terhadap Keanekaragaman : Seorang individu yang menghargai
keanekaragaman akan memperlakukan semua orang dengan hormat tanpa memandang
perbedaan agama, ras, atau budaya.
Pentingnya pendidikan moral terletak pada kemampuannya untuk membentuk individu
yang memiliki kesadaran moral yang tinggi, mampu berperan sebagai anggota masyarakat
187 Lencana: Jurnal Inovasi Ilmu Pendidikan - Vol. 2 No. 3 Juli 2024
e-ISSN: 2964-9684; p-ISSN: 2964-9463, Hal 184-193
yang bertanggung jawab, dan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat
berdasarkan nilai-nilai etika dan moral yang baik.
pihak lain. Dalam konteks epistemologi, ini berarti bahwa pengetahuan dan pengalaman
manusia harus dihormati dan diakui sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam konteks filosofis, sila kedua Pancasila juga memuat nilai-nilai yang terkait
dengan konsep keadilan dan kebersamaan. Nilai ini meminta bangsa Indonesia untuk mengakui
persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, serta untuk mengembangkan sikap
tenggang rasa dan tidak semena-mena terhadap orang lain. Dalam epistemologi, nilai-nilai ini
berarti bahwa pengetahuan dan pengalaman manusia harus dihormati dan diakui dalam konteks
keadilan dan kebersamaan.
Dalam analisis dimensi epistemologi peran pendidikan dalam membangun
kemanusiaan yang beradab, beberapa aspek penting dapat dilihat. Pertama, pendidikan
memainkan peran yang sangat signifikan dalam mengembangkan harkat dan martabat manusia,
seperti yang diutamakan dalam pandangan Islam. Pendidikan tidak hanya berfokus pada
pengembangan potensi individu, tetapi juga pada pengembangan kesadaran kolektif dan
perasaan tanggung jawab terhadap isu-isu sosial, lingkungan, dan politik. Kesadaran
masyarakat yang dibentuk melalui pendidikan dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan yang
diambil oleh sekelompok orang atau masyarakat secara keseluruhan, sehingga mempengaruhi
kualitas hidup mereka.
Kedua, pendidikan yang memanusiakan manusia, seperti yang dijabarkan dalam
penelitian "Pendidikan yang Memanusiakan Manusia" oleh Esther Christiana, memungkinkan
manusia untuk memilih dan bertindak sesuai pilihannya. Pendidikan yang memanusiakan
manusia berperan dalam pilihan-pilihan manusia, yaitu kehancuran atau pengembangan
kemanusiaan, yang merusak atau membangun, yang mematikan atau memberi kehidupan, yang
mencipta atau menghancurkan. Dengan demikian, pendidikan memainkan peran penting dalam
mengembangkan kesadaran dan kemampuan individu untuk memilih jalur yang membangun
dan memanusiakan.
Ketiga, pendidikan yang berfokus pada pengembangan kesadaran dan kemampuan
individu juga memainkan peran dalam membentuk karakter bangsa yang bermoral. Pendidikan
yang memanusiakan manusia dapat membantu mengembangkan keindahan dan belajar soft
skills yang berguna bagi kehidupan individu selanjutnya. Dalam pendidikan formal dan non
formal, pendidik harus terlibat dalam proses pembelajaran, menjadi contoh tauladan,
mendorong siswa aktif, dan membantu siswa dalam mengembangkan emosi dan kepekaan
sosial.
189 Lencana: Jurnal Inovasi Ilmu Pendidikan - Vol. 2 No. 3 Juli 2024
e-ISSN: 2964-9684; p-ISSN: 2964-9463, Hal 184-193
mengembangkan kemanusiaan yang beradab melalui pengembangan teori dan nilai-nilai yang
terkait dengan manfaat dan penggunaan pendidikan Islam.
Dalam konteks aksiologi, sila kedua Pancasila memiliki dimensi nilai yang "tidak
terukur" sehingga ukuran "ilmiah" positivistik atas kelima sila Pancasila tidak dapat diterapkan.
Sila ini mengandung makna yang sangat tinggi ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang
berdimensi spiritual, ideologis, dan kepercayaan lainnya.
Dimensi aksiologi dalam peran pendidikan dalam membangun kemanusiaan yang
beradab berfokus pada bagaimana pendidikan dapat membantu individu menjadi manusia yang
lebih baik dan berperilaku dengan nilai-nilai sosial yang lebih tinggi. Aksiologi pendidikan
Islam,memandang pendidikan sebagai proses yang mengarahkan peserta didik untuk
menjalankan kehidupan yang lebih baik dan memiliki kompetensi kesalehan individual dan
sosial. Dalam konteks ini, pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada pembangunan moral
semata, tetapi juga perlu memperhatikan aspek-aspek lain yang dominan dalam kehidupan
sosial, seperti gender, ras, agama, politik, dan budaya.
Pendidikan Islam juga memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi
aktif sejak lahir, seperti yang dikemukakan dalam konsepsi fitrah. Dalam konsepsi ini,
lingkungan memiliki andil dalam mewujudkan cita-cita fitrah dalam diri individu, namun tidak
menafikan pengaruh lingkungan terhadap pembentuk karakter manusia. Pendidikan Islam
mengintegrasikan aspek fisik-materiil, sosial, dan spiritual-religius dalam proses pembentukan
karakter manusia.
Dalam analisis dimensi aksiologi pendidikan Islam, peran pendidikan dalam
membangun kemanusiaan yang beradab dapat dilihat sebagai proses yang mengarahkan
individu untuk menjadi khalifah Allah dan mengabdi kepada-Nya. Tujuan pendidikan Islam
yang umum diorientasikan untuk membentuk insan kamil (abdullah dan khalifah Allah)
mencakup dimensi normatif pada pembentukan religious beings, serta mencakup pada
pembentukan manusia sebagai historical beings yang memiliki kesadaran dalam konteks sosial
yang berhadapan dengan dimensi-dimensi multikultural.
Dalam sintesis, dimensi aksiologi pendidikan Islam dalam membangun kemanusiaan
yang beradab berfokus pada pengembangan karakter manusia yang lebih baik dan berperilaku
dengan nilai-nilai sosial yang lebih tinggi, serta mengintegrasikan aspek-aspek kehidupan yang
dominan dalam kehidupan sosial. Pendidikan Islam memandang manusia sebagai makhluk
yang memiliki potensi aktif sejak lahir dan mengarahkan individu untuk menjadi khalifah Allah
dan mengabdi kepada-Nya.
191 Lencana: Jurnal Inovasi Ilmu Pendidikan - Vol. 2 No. 3 Juli 2024
e-ISSN: 2964-9684; p-ISSN: 2964-9463, Hal 184-193
Kesimpulan
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kemanusiaan yang
beradab. Pendidikan tidak hanya bertujuan pada pencapaian akademik, tetapi juga mencakup
pengembangan aspek kognitif, emosional, sosial, dan spiritual. Guru berperan utama dalam
membentuk karakter siswa melalui teladan dan penanaman nilai-nilai moral, etika, dan empati.
Pendidikan yang berfokus pada keadilan akses dan mengatasi kesenjangan sosial ekonomi juga
diperlukan. Pendidikan Pancasila berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai
kemanusiaan dan ketuhanan serta membentuk karakter toleransi. Oleh karena itu, pendidikan
yang efektif harus mengintegrasikan nilai-nilai universal seperti kejujuran, keadilan, sopan
santun, demokrasi, dan penghormatan terhadap kebenaran untuk menciptakan manusia yang
berketuhanan dan mampu menjalankan perannya sebagai pemimpin di dunia.
Sila "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" menekankan pentingnya menghormati
pengetahuan dan pengalaman manusia sebagai bagian integral dari kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam konteks epistemologi, nilai-nilai keadilan dan kebersamaan yang terkandung
dalam sila ini menunjukkan bahwa pengakuan terhadap hak asasi manusia dan kesetaraan harus
diakui dalam setiap aspek kehidupan.
Sila ini mencerminkan nilai-nilai terkait keberadaan dan hakikat manusia. Dalam
konteks ontologi, hak asasi manusia yang tidak dapat diganggu gugat menunjukkan bahwa
keberadaan manusia memiliki hakikat yang mutlak dan harus dihormati.
Sila ini memiliki dimensi nilai yang "tidak terukur" secara positivistik dan mengandung
makna tinggi terkait aspek spiritual, ideologis, dan kepercayaan. Pendidikan harus mampu
membantu individu mengembangkan perilaku dengan nilai-nilai sosial yang lebih tinggi.
Dari analisis dimensi epistemologi, ontologi, dan aksiologi menunjukkan bahwa
pendidikan berperan sangat penting dalam membangun kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pendidikan yang memanusiakan manusia memungkinkan individu untuk mengembangkan
potensi mereka, membuat pilihan yang tepat, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai sosial
yang lebih tinggi, serta menghormati hakikat dan hak asasi manusia.
Daftar Pustaka
193 Lencana: Jurnal Inovasi Ilmu Pendidikan - Vol. 2 No. 3 Juli 2024