Gel TNS
Gel TNS
Gel TNS
Kelas : A6B
Kelompok : 5 (Lima)
Nama Dosen Koordinator : apt. I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana Putra,
S.Farm., M.Sc.
DENPASAR
2023
PRAKTIKUM I
GEL
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Agar mahasiswa mengetahui formulasi dan cara pembuatan gel beserta cara
uji kualitasnya.
3.1 Alat
1. Cawan Porselen
2. Spatel Logam
3. Penjepit Kayu
4. Mixer
5. Gelas Ukur
6. Beker Glass
7. Batang Pengaduk
8. Stopwatch
9. Alat Evaluasi Sediaan
3.2 Bahan
1. Carbomer 3gr
2. TEA 4 ml
3. PG/Gliserin 10ml
4. Alkohol 96% 800 ml
5. Nipagin 2gr
6. Nipasol 0.2 gr
7. Fragrance q.s
8. Aquadest ad 1000 ml
Dimasukkan 0,8 mL TEA, diaduk hingga homogen sampai terbentuk seperti lem
Dimasukkan 0,4 gram nipagin, 0,04 gram nipasol, 2 mL gliserin dan 160 mL
alkohol 96%
V. UJI KUALITAS
Disiapkan sediaan yang akan diuji organoleptis (sediaan gel industri dan sediaan gel
praktik)
Ditimbang 0,5 gram gel, kemudian diletakan ditengah kaca yang telah disediakan.
Diletakkan kaca yang lain diatas gel, lalu dibiarkan selama 1 menit
↓
Diukur diameter gel yang menyebar dan dicatat
Disiapkan sediaan yang akan diuji menggunakan beaker glass, serta disiapkan alat
yang akan digunakan yaitu viskometer brookfield
Dipilih nomor spindel yaitu 64 dan hubungkan dengan rotornya secara hati-hati
Diatur rpm yang di kehendaki dan no. Spindle, kemudian mulailah dari rpm yang
rendah yaitu 20 rpm
Baca skala viskositas dan % torque. Kemudian dilakukan hal yang sama dengan
menikkan besar rpm hingga 100 rpm. (rentang % torque yang boleh digunakan
yaitu antara 10-100%)
Dimasukkan elektroda ke dalam sampel sediaan dan ditunggu kira-kira 1-2 menit
hingga pembacaan stabil
Uji pH pH meter 7 7
5. Dikombinasi dengan
Nipagin 1 gr Pengawet nipasol yang berguna
untuk mencegah
pertumbuhan mikroba.
6. Dikombinasi dengan
Nipasol 0,1 gr Pengawet nipagin yang berguna
untuk mencegah
pertumbuhan mikroba.
Pada praktikum kali ini pembuatan basis gel yaitu dengan mencampurkan 1,5
gram Carbomer yang dikembangkan dengan 200 mL aquadest, kemudian diaduk
cepat menggunakan mortir untuk mencegah terjadinya penggumpalan serbuk-serbuk
dari carbomer yang menjadi lebih besar dan susah untuk dipecahkan. Hal tersebut
diperhatikan agar dapat memastikan bahan Carbomer dan aquadest tercampur merata
atau homogen. Carbomer pada formula tersebut bertujuan untuk memberikan bentuk
sediaan gel yang transparan. Carbomer memiliki sifat mengikat air, carbomer juga
berfungsi sebagai gelling agent sekaligus basis gel. Carbomer merupakan jenis basis
hidrofilik karena dapat dilarutkan oleh fase pendispersinya. Prinsip pembentukan gel
hidrokoloid terjadi karena adanya pembentukan jala atau jaringan tiga dimensi oleh
molekul – molekul polimer yang terentang pada seluruh volume gel yang terbentuk
dengan merangkap sejumlah air didalamnya. Selanjutnya Carbomer yang sudah
dikembangkan dengan aquadest kemudian mixer lalu tambahkan TEA. Carbomer
bersifat asam sehingga perlu dinetralkan oleh basa yaitu TEA. Selain itu, TEA
berfungsi untuk membentuk massa gel jika ditambahkan pada larutan. TEA yang
digunakan pada formulasi gel hand sanitizer sebanyak 2 mL karena jika terlalu
banyak maka akan terbentuk gel yang sangat kental. TEA dalam formulasi in
digunakan sebagai penetral pH sekaligus sebagai penstabil dari Carbomer (Rahayu,
Titis, dkk., 2016).
Untuk menjaga stabilitas sediaan gel dari pengaruh mikroba formula ini juga
ditambahkan bahan pengawet seperti Nipagin dan Nipasol. Pada formulasi ini
digunakan Nipagin sebanyak 1 gram dan Nipasol sebanyak 0,1 gram. Ditambahkan
Gliserin sebagai pelembut supaya sediaan gel antiseptik hand sanitizer ketika
digunakan pada tangan tidak terasa kering akibat penggunaan alkohol dan
memberikan kesan lembut pada kulit. Ditambahkan 5 mL gliserin pada formulasi
sediaan gel, karena jika terlalu banyak akan membuat hand sanitizer gel menjadi
terasa lengket. Gliserin digunakan sebagai emolien agar ketika digunakan di
permukaan kulit tidak membuat kulit menjadi kering. Kemudian ditambahkan
Fragrance secukupnya untuk memberikan wangi atau aroma pada sediaan hand
sanitizer gel.
Pemilihan alkohol dalam formulasi gel hand sanitizer karena alkohol banyak
digunakan sebagai antiseptik untuk desinfeksi permukaan kulit yang bersih dan
alkohol juga sebagai desinfektan yang mempunyai aktivitas bakterisidal, bekerja
terhadap berbagai jenis bakteri, tetapi tidak terhadap virus dan jamur. Akan tetapi
karena merupakan pelarut organik maka alkohol dapat melarutkan lapisan lemak dan
sebum pada kulit, dimana lapisan tersebut berfungsi sebagai pelindung terhadap
infeksi mikroorganisme, selain itu alkohol juga berfungsi untuk memberikan rasa
dingin di tangan dan agar gel hand sanitizer lebih cepat kering pada saat digunakan
(Chamber,. et al. 2019).
Pada formulasi ini digunakan alkohol 96% karena pada konsentrasi ini
merupakan konsentrasi optimal untuk daya bakterisid dan digunakan sebanyak 400
mL. Daya kerja alkohol sangat cepat (efektif dalam 2 menit). Daya alkohol cepat,
tetapi singkat karena bersifat mudah menguap dan mekanisme kerjanya berdasarkan
denaturasi protein dalam lingkungan air. Jenis gel pada praktikum ini merupakan jenis
gel fase tunggal yang terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam
suatu cairan sehingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dari cairan. Setelah sediaan jadi, selanjutnya dilakukan uji evaluasi
sediaan. Evaluasi sediaan dilakukan untuk menguji apakah sediaan yang dibuat telah
sesuai dengan kriteria untuk sediaan gel dan dibandingkan dengan sediaan hand
sanitizer gel yang ada dipasaran.
Uji evaluasi pada sediaan gel meliputi 5 evaluasi uji antara lain Uji
Organoleptis, Uji Daya Sebar, Uji Daya Lekat, Uji Viskositas, dan Uji pH.
1. Uji Organoleptis
Uji Organoleptis dilakukan dengan cara menguji menggunakan panca
indra secara visual dan dilihat secara langsung bentuk, warna, bau, dan tekstur
dari gel. Alasan dilakukan uji organoleptis ini adalah untuk mengetahui
karakteristik dari gel yang telah dibuat apakah memenuhi syarat atau tidak. Gel
biasanya jernih dengan konsentrasi setengah padat (Ansel, 2019). Adapun hasil
pengamatan yang diperoleh yaitu pada sediaan pembanding memiliki tekstur
lembut, warna jernih bening, dan baunya harum disertai bau alkohol. Sementara
pada sediaan yang dibuat memiliki tekstur lembut, warna putih keruh, dan
memiliki bau khas lavender disertai bau alkohol.
2. Uji Daya Sebar
Uji Daya Sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan sebar gel saat
di aplikasikan pada permukaan kulit. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
dengan menimbang sediaan gel sebanyak 0,5 g kemudian diletakkan pada
lempeng kaca A dan ditutup dengan lempeng kaca B, lalu diukur daya sebarnya
pada permukaan kaca dengan penggaris. Ditambahkan beban 50 gram lalu
didiamkan selama 1 menit dan diukur diameternya, setelah didapatkan hasil
ditambahkan beban hingga 500 gram kemudian diukur kembali diameternya.
Untuk sediaan gel komersial pada saat uji daya sebar tanpa beban
didapatkan hasil vertikal 7,3 cm, horizontal 7,1 cm, diagonal kanan 7,5 cm, dan
diagonal kiri 8,5 cm, kemudian ditambahkan beban 50 gram dan diukur
diameternya sehingga didapatkan hasil vertikal 7,9 cm, horizontal 8 cm, diagonal
kanan 8,4 cm, dan diagonal kiri 9 cm. Selanjutnya ditambahkan beban sebanyak
500 gram dan diukur kembali diameternya sehingga didapatkan uji daya sebarnya
yaitu vertikal 9,9 cm, horizontal 9,5 cm, diagonal kanan 8,6 cm, dan diagonal kiri
10 cm. Sedangkan untuk sediaan gel yang kami buat pada saat uji daya sebar
tanpa beban didapatkan hasil vertikal 7,5 cm, horizontal 8 cm, diagonal kanan 8
cm, dan diagonal kiri 8 cm, kemudian ditambahkan beban 50 gram dan diukur
diameternya sehingga didapatkan hasil vertikal 8 cm, horizontal 8,2 cm, diagonal
kanan 8 cm, dan diagonal kiri 8,3 cm. Selanjutnya ditambahkan beban sebanyak
500 gram dan diukur kembali diameternya sehingga didapatkan uji daya sebarnya
yaitu vertikal 8 cm, horizontal 8,2 cm, diagonal kanan 8 cm, dan diagonal kiri 8
cm. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm. Evaluasi
daya sebar adalah sediaan gel memiliki daya sebar yang memenuhi spesifikasi
sediaan yakni 5-7 cm. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas sediaan
semi padat, jika viskositas semakin rendah maka daya sebar semakin tinggi (Garg
et al., 2013).
3. Uji Daya Lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram gel di atas kaca
obyek kemudian ditutup dengan kaca obyek lainnya, dan diberi beban beban 1 kg
selama 3 menit. Penentuan daya lekat berupa waktu yang diperlukan sampai
kedua kaca obyek terlepas. Syarat daya lekat yaitu lebih dari 1 detik (Yusuf dkk,
2017).
Untuk sediaan gel komersial pada saat uji daya lekat didapatkan hasil yaitu
sebesar 02,32 detik. Sedangkan untuk sediaan gel yang kami buat pada saat uji
daya lekat yaitu didapatkan hasil sebesar 1 detik. Uji daya lekat ini menunjukkan
kemampuan sediaan dalam melekat pada tempat aplikasinya. Semakin lama
sediaan dapat melekat maka semakin lama zat aktif dapat kontak dengan tempat
aplikasi sehingga diharapkan efek antibakterinya dapat lebih optimal.
4. Uji Viskositas
Uji viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan yang diukur dengan
menggunakan alat viscometer. Dimana viscometer yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah viscometer brookfield. Viskositas yang baik akan
memiliki nilai yang tinggi. Semakin tinggi viskositas suatu bahan, maka bahan
tersebut akan semakin stabil karena mengalami pergerakan partikel cenderung
lebih sulit dengan semakin kentalnya suatu bahan. Tujuan dari dilakukannya uji
viskositas ini adalah untuk menetapkan viskositas sediaan sehingga diketahui
konsistensi gel tersebut. Semakin tinggi nilai viskositasnya maka semakin tinggi
tingkat kekentalan dari sediaan tersebut. Viskositas sediaan dipengaruhi beberapa
faktor diantaranya yaitu faktor pencampuran atau pengadukan saat proses
pembuatan sediaan, pemilihan basis gel dan humektan, serta jumlah bahan dari
sediaan. (Rahayu, Titis, dkk., 2016).
Uji viskositas ini menggunakan alat viscometer Brookfield dengan no
spindle yaitu 63 dan didapatkan hasil untuk sediaan gel komersial yaitu pada rpm
20 sebesar 1248 cP, 20.8%, pada rpm 30 sebesar 992,0 cP, 24,8%, pada rpm 50
sebesar 739,2 cP, 30,8%, pada rpm 60 sebesar 672,0 cP, 33,6%, pada rpm 100
sebesar 482,4 cP, 40,2%. Sedangkan untuk sediaan gel buatan kami didapatkan
hasil yaitu pada rpm 20 sebesar 990,0 cP, 16,5%, pada rpm 30 sebesar 912,0 cP,
22,8%, pada rpm 50 sebesar 667,2 cP, 27,8%, pada rpm 60 sebesar 640,0 cP,
32,0%, pada rpm 100 sebesar 518,6 cP, 43,2%. Pada sediaan ini sudah sesuai
dengan rentang viskositas sediaan gel.
5. Uji pH
Pada evaluasi uji pH bertujuan tujuan untuk melihat pH pada sediaan,
apakah aman untuk pemakaian pada kulit atau tidak. Uji pH dilakukan dengan
menggunakan alat pH meter, dimana pH meter adalah sebuah alat elektronik yang
digunakan untuk mengukur pH (kadar keasaman atau alkalinitas) ataupun basa
dari suatu larutan. Keadaan pH harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu fungsi membrane sel dan tidak mengiritasi kulit. Nilai pH yang
diinginkan adalah nilai pH dari kulit sekitar 4,5– 6,5 (Rosmala, dkk, 2014).
Setelah dilakukan uji pH pada gel, sediaan gel komersial saat diuji
menggunakan alat uji pH nilai yang didapat yaitu 7 hal ini tidak sesuai dengan
literatur. Sedangkan setelah dilakukan uji pH pada gel, nilai pH sediaan yang
kami buat pada alat pH meter menunjukkan angka 7 artinya PH sediaan yang
kami buat tidak masuk dalam rentang pH yang diinginkan yaitu melebihi pH
literatur sehingga sediaan yang dibuat dapat mengiritasi kulit dan belum boleh
digunakan. Apabila sediaan gel terlalu asam dari pH kulit dikhawatirkan akan
mengiritasi kulit tetapi apabila terlalu basa maka kulit dikhawatirkan akan kering.
Sehingga untuk pembuatan sediaan berikutnya memerlukan adanya kontrol pH
pada sediaan gel saat pembuatan, sehingga sifat yang diinginkan tidak berubah
setelah pembuatan.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Sediaan gel yang praktikan buat adalah hand sanitizer, yang mana sediaan
yang telah dibuat dilakukan uji evaluasi bersamaan dengan sediaan hand sanitizer
komersial sebagai pembanding. Pada uji organoleptis hasil pengamatan yang
diperoleh yaitu pada sediaan pembanding memiliki tekstur lembut, warna jernih
bening, dan baunya harum disertai bau alkohol. Sementara pada sediaan yang dibuat
memiliki tekstur lembut, warna putih keruh, dan memiliki bau khas lavender disertai
bau alkohol. Pada uji daya sebar dengan penambahan beban 500 g tidak memenuhi
syarat karena daya sebar yang dihasilkan melebihi standar yaitu 5-7 cm. Pada uji daya
lekat sediaan gel komersial didapatkan hasil yaitu sebesar 02,32 detik, sedangkan
untuk sediaan gel yang kami buat didapatkan hasil sebesar 1 detik. Pada uji viskositas
hasil sediaan gel sudah sesuai dengan rentang viskositas sediaan gel. Pada uji pH pada
gel, nilai pH sediaan yang kami buat pada alat pH meter menunjukkan angka 7 artinya
pH sediaan yang kami buat tidak masuk dalam rentang pH yang diinginkan yaitu
melebihi pH literatur sehingga sediaan yang dibuat dapat mengiritasi kulit dan belum
boleh digunakan.
8.2 Saran
Diharapkan praktikan dapat mempelajari formulasi sediaan gel dan cara
membuat gel yang baik. Pada saat pembuatan gel, praktikan harus mengetahui
kelarutan dari bahan-bahan sediaan agar gel yang dihasilkan dapat terbentuk sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan dan disarankan juga pada saat penambahan etanol
dituangkan sedikit demi agar sediaan tidak terlalu cair. Praktikan juga harus
mewaspadai faktor-faktor eksternal maupun internal yang dapat mempengaruhi
viskositas sediaan gel.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel Howard C. 2019. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Chamber,. et al. 2019. Scientific Commite On Consumer Product : Opinion On
Triclosan. Health & Consumer Protection Directorate-General. SCCP/1192/08
Eliana dan Anung. 2022. Optimasi formula gel ekstrak etanol buah kapulaga dengan
kombinasi gelling agent HPMC dan Natrium Alginat menggunakan simplex
lattice design. Pekalongan : Universitas Pekalongan.
Depkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Garg A, Deepeka A, Garg S, Singla AK. 2013. Spreading Of Semisolid Formulation.
Pharmaceutical Tecnology. :9;84-104.
Kasim, dkk. 2019. Penuntun Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid & Liquid.
Jakarta : Institut Sains dan Teknologi Nasional.
Kurniasari, dkk. 2023. Laporan Praktikum Sediaan Gel Aloe Vera. Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang.
Putra, dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Non Steril.
Denpasar : Universitas Udayana.
Rahayu, Titis, dkk. 2016. Optimasi Formulasi Gel Ekstrak Daun Tembakau
(Nicotiana tabacum) dengan Variasi Kadar Carbopol 940 dan TEA
Menggunakan Metode Simplex Lattice Design (SLD). Jurnal Ilmiah Farmasi,
Vol. 12 (1).
Yusuf, A.L., Nurawaliah, E., dan Harun, N., 2017. Uji Efektivitas Gel Ekstrak Etanol
Daun Kelor (Moringa oleifera L.) sebagai Antijamur Malassezia furfur.
Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 5 (2):62-67.
Rosmala Dewi, Iskandarsyah, & Dewi Oktarina. 2014. Sediaan Aloe Vera Gel. No.2,
116-133.
LAMPIRAN
GAMBAR KETERANGAN