Pengertian Sediaan Gel
Pengertian Sediaan Gel
Pengertian Sediaan Gel
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang, jernih, tembus
cahaya, dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid
mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling
berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989).
Pernahkah kamu merasa bahwa sediaan krim dan lotion lebih banyak di
pasaran daripada sediaan gel?
Salah satu sediaan yang dikembangkan oleh para ahli saat ini adalah gel,
berikut merupakan definisi gel menurut beberapa sumber :
Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral,
dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat
dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long acting yang diinjeksikan
secara intramuskular.
Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non
streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (Fl
IV, hal 8).
Untuk hidrogei : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air
sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan
agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel
tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan
surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
Xerogel
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui
sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut,
sehingga sisa sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat
dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan agen yang
mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel.
Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa
kering dan polystyrene.
Kumparan acak
Heliks
Batang
Bangunan kartu
Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan
antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal
dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom
alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa kontinu.
Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, masa gel kadang kadang dinyatakan sebagai
magma. Partikel anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan
terdispersi pada fasa kontinu.
1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik
ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk
padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera
ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh
pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama
penggunaan topikal. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan
tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
3. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat
tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk
dikeluarkan atau digunakan).
4. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat
juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya
pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental
dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
5. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan
oleh pemanasan disebut thermogelationl anorganik tidak larut,
hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontiniu.
2. Sineresis.
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel.
Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada
waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk
massa gel yang tegar.
3. Efek suhu
4. Efek elektrolit
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,
selama transformasi dari bentuk 501 menjadi gel terjadi peningkatan
elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel.
6. Rheologi
Teori ini menyatakan bahwa gel terjadi sebagai akibat adsorpsi molekul
pelarut oleh partikel terlarut selama pendinginan yaitu dalam bentuk
pembesaran molekul akibat pelapisan zat terlarut oleh molekul molekul
pelarut.
Teori ini hampir sama dengan teori yang dikemukakan oleh Oakenfull
clan Tobolsky. Teori ini menyatakan bahwa kemampuan senyawa
senyawa untuk mengadakan gelasi disebabkan oleh terbentuknya
struktur berserat atau terjadinya reaksi di dalam molekul itu serat.
Hal ini akan menyebabkan gesekan antar molekul lebih mudah terjadi
sehingga lebih meningkatkan gaya gesek dan viskositas larutan,
dibandingkan dengan polimer yang memiliki tingkat percabangan yang
tinggi. Namun hal ini tidak terjadi pada polimer linier yang tidak
bermuatan yang cenderung membentuk larutan yang tidak stabil.
Dasar Gel
Dasar gel yang umum digunakan adalah :
1. Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul molekul organik yang
besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
pendispersi. istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya
tarik menarik pada pelarut dari bahan bahan hidrofilik kebalikan dari
tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik.
a. Pengaruh konsentrasi
b. Pengaruh suhu
c. Pengaruh pH
d. Pengaruh ion
Contoh:
Tragacanth
Fenugreek Mucilage
Diekstrakdengan multiple maserasi biji jinten hitam
Mengandung polisakarida galaktomanan
Larut lambat dalam air, cepat dalam air panas membentuk larutan
koloidal viskous
Ceiling concentration 2,5-3,5
Turunan Selulosa
Hidroksi propil metilselulose (HPMC)
Metilselulosa
Larut dalam air dingin tapi tidak larut dalam air panas
Nonionik dan stabil dalam spektrum pH luas
Non toksik
Kompatibel dengan air, alkohol (70%), dan propilenglikol (50%)
Kejernihan, hidrasi, dan viskositas maksimum tercapai jika gel
didinginkan 0-I0° C selama 1 jam
Merk pasarannya Methocel HG dan Methocel MC
Hidroksietilselulosa
Hidroksipropilselulosa
Hidroksipropilmetilselulosa = Hipromelose
Cmc
Carbopol=carbomer
Zat tambahan
Polietilen (gelling oil)
Surfaktan
Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral,
air, dan konsentrasi yang tinggi (20 40%) dari surfaktan anionik.
Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi. Bentuk komersial yang
paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut.
Wax
Polivinil alkohol
Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang
terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang
baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa grade yang berbeda
dalam viskositas dan angka penyabunan.
Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi
semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet
sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan
inkompatibilitasnya dengan gelling agent.
Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam
berat. Contohnya EDTA
Penyimpanan Gel
Cara penyimpanan sediaan gel :
1. Penampilan
Yang dilihat penampilan, warna dan bau.
2. Homogenitas
Caranya: Oleskan sedikit gel di atas kaca objek dan diamati
susunan partikel yang terbentuk atau ketidak homogenan.
3. Viskositas/rheologi
Menggunakan viscometer Stromer dan viscometer Brookfield
4. Distribusi ukuran partikel
Prosedur:
• Sebarkan sejumlah gel yang membentuk lapisan tipis pada slide
mikroskop
• Lihat di bawah mikroskop
• Suatu partikel tidak dapat ditetapkan bila ukurannya mendekati
sumber cahaya
• Untuk cahaya putih, suatu mikroskop bisa dapat mengukur
partikel 0,4-0,5 mm. Dengan lensa khusus dan sinar UV, batas
yang lebih rendah dapat diperluas sampai 0,1
5. Uji Kebocoran
6. Isi minimum
7. Penetapan pH
8. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Ivantina
“Pelepasan Diklofenak dari Sediaan Salep”)
Prinsip: mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan
gel dengan cara mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan
penerima pada waktu-waktu tertentu
9. Uji difusi bahan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Sriningsih
“Kecepatan Difusi Kloramfenikol dari Sediaan Salep”)
Prinsip: Menguji difusi bahan aktif dari sediaan gel menggunakan
suatu sel difusi dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif
dalam cairan penerima pada selang waktu tertentu)
10. Stabilitas gel (Dosage Form, Disperse System vol.2 hal 507) 1
tube
a. Yield value suatu sediaan viskoelastis dapat ditentukan dengan
menggunakan penetrometer. Alat ini berupa logam kerucut atau
jarum. Dalamnya penetrasi yang dihasilkan dilihat dari sudut
kontak dengan sediaan di bawah suatu tekanan.Yield value ini
dapat dihitung dengan rumus :
So = yield value
m = massa kerucut dan fasa gerak (g)
g = percepatan gravitasi
p = dalamnya penetrasi (cm)
n = konstanta material mendekati 2Yield value antara 100 1000
dines/cm² menunjukkan kemampuan untuk mudah tersebar. Nilai
di bawah ini menunjukkan sediaan terlalu lunak dan mudah
mengalir, di atas nilai ini menunjukkan terlalu keras dan tidak
dapat tersebar.
11. Dilakukan uji dipercepat dengan :
– Agitasi atau sentrifugasi (Mekanik)
Sediaan disentrifugasi dengan kecepatan tinggi (sekitar 30000
RPM). Amati apakah terjadi pemisahan atau tidak (Lachman hal
1081)
– Manipulasi suhu
Gel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40,
50, 60, 70 ° Amati dengan bantuan indicator (seperti sudan merah)
mulai suhu berapa terjadi pemisahan, makin tinggi suhu bearti
makin stabil)
B. Evaluasi kimia
C. Evaluasi biologi
Rute difusi jalur transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan gel
membentuk lapisan absorbsi.