PKK Keluarga Stroke

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 39

KEPERAWATAN KELUARGA

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN STROKE

Dosen Pengampu:
Arozamati Wa’ozaro Lase, M Kep

Disusun Oleh
Nama: NIM:
Khansa Ghassani (252021009)
Margarince Roku Awa (252021010)
Ratu Aldi Ningrum (252021012)

MAYAPADA NURSING ACADEMY 2021/2022


JL. LEBAK BULUS I KAV. 29, RT.6/RW.4, CILANDAK
BARAT, KOTA JAKARTA SELATAN, DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA 12440

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Laporan Pendahuluan pada Pasien Stroke” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Arozamati Wa’ozaro Lase, M Kep pada mata kuliah Keperawatan
Keluarga. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Stroke bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arozamati Wa’ozaro
Lase, M Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I.........................................................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................................

B. Tujuan..........................................................................................................................

BAB II.......................................................................................................................................

KONSEP DASAR KELUARGA........................................................................................

A. Definisi Keluarga.....................................................................................................

B. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan......................................................................

C. Fungsi Keluarga.....................................................................................................

D. Tipe Keluarga........................................................................................................

E. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga...........................................................

F. Stres dan Koping Keluarga....................................................................................

KONSEP DASAR PENYAKIT........................................................................................

A. Definisi...................................................................................................................

B. Etiologi...................................................................................................................

C. Patofisiologi............................................................................................................

D. Manifestasi Klinis..................................................................................................

E. Komplikasi.............................................................................................................

3
F. Penatalaksanaan Medis..........................................................................................

G. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................

Pengkajian........................................................................................................................

Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................

Intervensi..........................................................................................................................

Implementasi....................................................................................................................

Evaluasi............................................................................................................................

BAB III....................................................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................................

B. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak (cerebrovacular)
yang ditandai dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan karena
adanya penyempitan, penyumbatan serta pecahnya pembuluh darah ke
otak sehingga pasokan nutrisi dan oksigen ke otak berkurang dan
menimbulkan reaksi biokimia yang merusak ataumematikan sel-sel saraf
(neuron) otak. Stroke dapat juga terjadi akibat dari gangguan fungsi sistem
saraf yang terjadi mendadak dan akibat gangguan peredaran darah otak.
Gangguan fungsi saraf akan terganggu bila aliran darah otak turun. Bila
gangguan aliran darah berkepanjangan dapat terjadi kematian jaringan
saraf yang disebut infark (Pinzon).
Menurut World Health Organization Stroke merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker, dan merupakan
penyebab kecacatan nomor satu di dunia. Peningkatan kejadian stroke di
beberapa negara Asia (China, India, dan Indonesia) ditengarai akibat
pengaruh perubahan pola hidup, polusi, dan perubahan pola konsumsi
makanan. Angka kejadian stroke meningkat akibat peningkatan faktor

5
risiko stroke misalnya hipertensi, merokok, kadar kolesterol darah yang
tinggi, dan diabetes. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
ada 3 juta warga Amerika yang terkena penyakit pembuluh darah
(penyakit jantung, stroke, dan pembuluh darah tepi) dan 150.000
diantaranya meninggal setiap tahunnya. Kejadian stroke berulang umum
pula dijumpai, 33% pasien stroke yang selamat akan mengalami stroke
ulang dalam waktu 5 tahun. Menurut data dasar rumah sakit di Indonesia,
seperti diungkapkan Yayasan Stroke Indonesia, angka kejadian stroke
mencapai 63,52 per 100.000 pada kelompok usia 65 tahun ke atas. Secara
kasar, setiap hari dua orang Indonesia terkena stroke. Secara global, 70%
kematian disebabkan oleh stroke dan 87% kematian disebabkan oleh
stroke dan kecacatan yang terjadi pada beberapa tahun terakhir di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Prevalensi Stroke berdasarkan
diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI
Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing
9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala
tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰),
Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil
(Riskesdas, 2013).). Jumlah pasien penyakit stroke di Indonesia tahun
2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan
sebanyak 1.236.825 orang (7,0%), sedangkan berdasarkan diagnosis/gejala
diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1%). Berdasarkan diagnosis
Nakes maupun diagnosis/gejala, provinsi Jawa Barat memiliki estimasi
jumlah penderita terbanyak yaitu sebanyak 238.001 orang (7,4%) dan
533.895 orang (16,6%), sedangkan provinsi Papua Barat memiliki jumlah
penderita paling sedikit yaitu sebanyak 2.007 orang (3,6%) dan 2.955
orang (5,3%) (Litbangkes, 2013). Berdasarkan penyebabnya stroke terbagi
menjadi 2, stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik
merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi yaitu sebanyak 87%
terjadi karena adanya pembentukan trombus lokal atau embolus oklusi
arteri serebral. Stroke hemoragik atau dapat disebut stroke pendarahan

6
merupakan jenis stroke yang paling sedikit terjadi yaitu 13% namun lebih
berbahaya daripada stroke iskemik (ASA, 2013).
Komplikasi stroke merupakan diagnosis- diagnosis atau penyakit-
penyakit yang muncul pada pasien stroke setelah dirawat. Komplikasi
stroke meliputi infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan
tromboflebitis, nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi deformitas,
dan terjatuh, epilepsi dan sakit kepala, Hidrosepalus. Menurut Brunner
Suddart.2002 serangan stroke tidak berakhir dengan akibat pada otak saja,
gangguan emosional dan fisik akibat berbaring lama tanpa dapat bergerak
adalah hal yang tidak dapat dihindari Ada beberapa komplikasi dari
penyakit stroke, yaitu: Hipoksia serchral, Penurunan aliran darah serebral,
Embolisme serebral.
Perawat berperan penting dalam pencegahan dan penanggulangan
stroke, baik dari upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
Untuk promotif, perawat dapat membantu dengan mengadakan promosi
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan tentang penyakit
stroke dan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien/masyarakat. Untuk preventif, perawat dapat memberikan
penjelasan bagaimana upaya pencegahan penyakit stroke, misalnya diit
rendah garam pada hipertensi, menganjurkan untuk olahraga agar dapat
melatih dan melenturkan otot-otot yang kaku. Untuk kuratif, perawat dapat
memberikan terapi maupun obat-obatan sebagai tindakan kolaborasi
dengan tim kesehatan maupun dokter. Pasca stroke biasanya klien
memerlukan rehabilitasi seperti terapi fisik, terapi wicara, terapi okupasi.
Rehabilitasi psikologis juga diperlukan, seperti berbagi rasa, motivasi,
terapi wisata, dan sebagainya. Karena pasien pasca stroke biasanya,
merasa kondisi tubuh yang cacat membuat penderita merasa tidak berguna
dan merasa membebani keluarga.
Berdasarkan data diatas, stroke merupakan penyakit pembuluh
darah otak yang ditandai dengan kematian jaringan otak yang disebabkan
adanya penyempitan, penyumbatan serta pecahnya pembuluh darah ke

7
otak. Menurut WHO stroke merupakan kematian nomor tiga setelah
penyakit jantung dan kanker, kejadian stroke berulang umum pula
dijumpai, 33% pasien stroke yang selamat akan mengalami stroke ulang
dalam waktu 5 tahun, angka kejadian stroke di indonesia mencapai 63,52
per 100.000 pada kelompok usia 65 tahun ke atas. Secara kasar, setiap hari
dua orang indonesia terkena stroke.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman yang nyata dalam aplikasi keperawatan
komunitas atau kesehatan masyarakat serta mampu melaksanakan
asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek
biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual dengan pendekatan
proses keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif terhadap
keluarga yang menderita stroke, yang terdiri dari pengumpulan
data, perumusan masalah dan memprioritaskan masalah.
b. Mampu melakukan rencana keperawatan keluarga yang salah satu
anggota keluarganya menderita stroke.
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan keluarga yang salah
satu anggota keluarganya menderita stroke
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap keperawatan keluarga
dengan stroke.
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan
stroke

8
C. Metode Penulisan
Adapun teknik pengambilan data yang digunakan sebagai berikut :
1. Wawancara
Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau
tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam
berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk
bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik
komunikasi terapeutik.
2. Observasi/Pengamatan
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan
klien. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang
masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk
mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada
kemampuan fungsional klien. Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam
keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk
menentukan rencana tindakan keperawatan

9
BAB II
TINJAUAN TEORI

KONSEP DASAR KELUARGA


A. Definisi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Padila (2012) keluarga merupakan
sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individuindividu yang memiliki
hubungan erat satu sama lain, saling tergantung yang diorganisir dalam
satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Menurut Sayekti (1994) dalam Padila (2012) keluarga adalah suatu
ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang perempuan yang
sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi
dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut Burgess dkk, (1963) dalam Komang (2010) keluarga terdiri
dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, anggota
keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan peran
sosial keluarga.
Dari definisi di atas ditarik kesimpulan bahwa pengertian keluarga
adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
tinggal disatu tempat atau rumah, saling berinteraksi satu sama lain,
mempunyai peran masingmasing dan mempertahankan suatu kebudayaan.

10
Definisi inii memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksanakan
fungsinya.

B. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Lima tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga setiap anggotanya.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka
apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar
perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuia dengan keadaan keluarga dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan
seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan Kesehatan.
Perawatan ini bisa dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau
kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4. Memepertahankan susana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan anggota keluarga

11
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara kelurga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
(Setiadi, 2008)

C. Fungsi Keluarga
Friedman (1998) dalam Padila (2012) mengidentifikasikan lima fungsi
dasar keluarga, yakni :
1. Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta
pada anggoa keluarga dan bagaimana keluarga mengembangakan sikap
saling menghargai.
2. Fungsi Sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksii atau hubungan
dalam keluarga,sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya dan perilaku.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana
pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di
dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehehatan, mengambil
keputusan, melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga
mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi
pengertian, tanda-gejala faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

12
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambill
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang
perlu dikaji adalah :
1) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah.
2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami.
4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
penyakit
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada
6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan.
7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
c) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji adalah :
1) Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya
(sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa, dan cara
perawatannya).
2) Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan.
4) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang
ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan / finansial,
fasilitas fisik, psikososial).
5) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.

13
d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat. Hal yang perlu
dikaji adalah :
1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber
keluarga yang dimiliki.
2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan/manfaat
pemeliharaan lingkungan.
3) Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene
sanitasi.
4) Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan
penyakit.
5) Sejauh mana sikap/pandangan keluarga terhadap
hygiene sanitasi.
6) Sejauh mana kekompakan antara anggota keluarga.
e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat. Hal
yang perlu dikaji adalah :
1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan.
2) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan-
keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
3) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas dan fasilitas kesehatan.
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang
baik terhadap petugas kesehatan.
5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
keluarga
4. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
a. Berapa jumlah anak

14
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c. Metode apa yg digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
5. Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan.
b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga

D. Tipe Keluarga
Menurut Sussman (1974), Macklin (1998) dalam Padila (2012) tipe
keluarga terdiri dari
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh
dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, bibi, paman)
c. Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak.
d. Single Parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
e. Single Adult adalah rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa saja.

15
f. Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami
istri yang berusia lanjut
2. Keluarga Non Tradisional
a. Commune Family adalah lebih dari satu keluarga tanpa
pertalian darah hidup serumah.
b. Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan
anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homoseksual adalah dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah tangga

E. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Tahap-tahap perkembangan dan tugas keluarga menurut Jhonson dan
Leny, (2010) adalah sebagai berikut :
1. Tahap 1, Keluarga Baru Menikah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
membina hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan
dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial, dan
mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Tahap 2, Keluarga dengan Anak Baru Lahir
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mempersiapkan menjadi orang tua, adaftasi dengan perubahan
adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan

16
kegiatan, mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan
pasangannya.
3. Tahap 3, Keluarga dengan Anak Usia Pra Sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk
bersosialisasi, beradaftasi dengan anak baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lai (tua) juga harus terpenuhi;
mempertahankan hubungan yang sehat baik dalam waktu untuk
individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai
tingkat kerepotan yang tinggi); pembagian tanggung jawab anggota
keluraga ; merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Tahap 4, Keluarga dengan Anak Usia Sekolah.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membantu
sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas (yang tidak kurang diperoleh dari sekolah
atau masyarakat) mempertahankan keintiman pasangan; memenuhi
kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
5. Tahap 5, Keluarga dengan Anak Remaja.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memberikan
kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat
remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi;
mempertahankan hubungan intim dalam keluarga;
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua;
hindarkan terjadinya perbedaan, kecurigaan, dan permusuhan
mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan(anggota)
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
6. Tahap 6, Keluarga mulai melepas Anak Sebagai Dewasa.

17
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadii keluarga
besar, memepertahankan keintiman pasangan, membantu anak
untuk mandiri sebagai keluarga baru dii masyarakat;penataan
kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.

7. Tahap 7, Keluarga Usia Pertengahan


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mempertahankan kesehatan indvidu dan pasangan usia
pertengahan, mempertahankan hubungan yang serasai dan
memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya; meningkatkan
keakraban pasangan.
8. Tahap 8, Keluarga Usia Tua.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangannya; adaptasi dengan perubahan yang
akan terjadi kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan
keluarga, mempertahankan keakraban pasangan dan saling
merawat, melakukan live review masa lalu.

F. Stres dan Koping Keluarga


1. Stresor jangka pendek dan panjang
a. Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu  6 bulan
b. Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan
2. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan (Padila, 2012)

18
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
Stroke adalah serangan akut mendadak dari disfungsi otak fokal
dan global yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak, yang
berlangsung lebih dari 24 jam. Menurut penulis, stroke adalah
ensefalopati fungsional fokal dan global yang disebabkan oleh
obstruksi aliran darah otak yang disebabkan oleh perdarahan atau
obstruksi, dan gejala serta tandanya sesuai dengan bagian otak yang
terkena. Orang yang bisa sembuh total, cacat atau bahkan meninggal
(Goleman et al., 2019).
Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stroke
adalah disfungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba akibat sirkulasi
darah otak yang tidak normal, disertai gejala dan tanda klinis fokal dan
sistemik, berlangsung selama lebih dari 24 jam atau dapat
mengakibatkan kematian. Orang berusia di atas 40 tahun. Semakin tua
semakin tua, semakin besar risiko terkena stroke (Imran et al., 2020).
Stroke merupakan salah satu penyakit serebrovaskular dan
penyebab utama kematian di Indonesia, jumlah penderita stroke di
bawah usia 45 tahun di seluruh dunia terus meningkat. Kematian fisik
akibat stroke diperkirakan akan meningkat dengan kematian akibat
penyakit jantung dan kanker. Stroke adalah penyebab kematian ketiga
paling umum di Amerika Serikat dan penyebab utama kecacatan
permanen (Handayani & Dominica, 2019).
Berdasarkan ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
stroke adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan darah dan
oksigen pada jaringan otak yang dapat mengakibatkan kematian
jaringan otak.

19
B. Etiologi
Stroke non haemoragi merupakan penyakit yang mendominasi
kelompok usia menengah dan dewasa tua karena adanya penyempitan
atau sumbatan vaskuler otak yang berkaitan erat dengan kejadian.
a. Trombosis Serebri
Merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu
pada 40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli
patologis. Biasanya berkaitan erat dengan kerusakan fokal dinding
pembuluh darah akibat anterosklerosis.

b. Embolisme
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam
jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan
perwujudan dari penyakit jantung.
Sedangkan menurut price mengatakan bahwa stroke haemoragic
disebabkan oleh perdarahan serebri. Perdarahan intracranial biasanya
disebabkan oleh ruptura arteria serebri. Ekstravasali darah terjadi
dari daerah otak dan atau subaracnoid, sehingga jaringan yang
terletak di dekatnya akan tergeser. Perdarahan ini dibedakan
berdasarkan tempat terjadinya perdarahan.
Menurut Harsono ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya
perdarahan antara lain:
1) Perdarahan Sub Arachnoid (PSA), disebabkan oleh
pecahnya seneusisma 5-6% akibat malformasi dari
arteriovenosus.

20
2) Perdarahan Intra Serebral (PIS), penyebab yang paling
sering adalah hipertensi, dimana tekanan diastolik pecah.
Harsono membagi faktor risiko yang dapat ditemui pada klien
dengan Stroke yaitu:
1. Faktor risiko utama
1) Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun
menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh
darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan
terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.

2) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh
darah otak yang berukuran besar. Menebalnya pembuluh
darah otak akan menyempitkan diameter pembuluh darah
yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke otak, pada
akhirnya akan menyebabkan kematian sel-sel otak.
3) Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan strok.
Dikemudian hari seperti Penyakit jantung reumatik, Penyakit
jantung koroner dengan infark obat jantung dan gangguan
irana denyut janung. Factor resiko ini pada umumnya akan
menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak
karena jantung melepaskan sel-sel / jaringan- jaringan yang
telah mati ke aliran darah.

c. Transient Ischemic Attack (TIA) TIA dapat terjadi beberapa kali


dalan 24 jam terjadi berkali-kali dalam seminggu. Makin sering
seseorang mengalami TIA maka kemungkinan untuk mengalami
stroke semakin besar.

21
d. Faktor Resiko Tambahan
1) Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan
Trigliserida. Meningginya kadar kolesterol merupakan factor
penting untuk terjadinya asterosklerosis atau menebalnya dinding
pembuluh darah yang dikuti penurunan elastisitas pembuluh darah.
2) Kegemukan atau obesitas
3) Merokok
Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan
mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan
peningkatan kekentalan darah.
4) Riwayat keluarga dengan stroke
5) Lanjut usia
6) Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia.
Polisitemia dapat menghambat kelancaran aliran darah ke otak.
Sementara leukemia/ kanker darah dapat menyebabkan terjadinya
pendarahan otak.
7) Kadar asam urat darah tinggi
8) Penyakit paru-paru menahun.
C. Patofisiologi
a. Stroke Hemoragik
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab
utama kasus gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral
dapat terjadi di luar duramater (hemoragi ekstradural atau epidural),
dibawah duramater. (hemoragi subdural). diruang subarachnoid
(hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi
intraserebral).
1) Hemoragi Ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah
neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya
mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri dengan
arteri meningea lain.

22
2) Hemoragi Subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada
dasarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa
hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya,
periode pembentukan hematoma lebih lama (intervensi jelas
lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa
pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa
menunjukkan tanda dan gejala.
3) Hemoragi Subrachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma
atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran
aneurisma pada area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena
kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi
tempat aneurisma.
4) Hemoragi Intraserebral paling umum pada pasien dengan
hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan
degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur
pembuluh darah pada orang yang lebih muda dari 40 tahun,
hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi
arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan
oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan
penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan
berbagai obat aditif).

Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal


ganglia. Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila
hemoragi membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam
bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien
dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran
dan abnormalitas pada tanda vital.

b. Stroke Non Hemoragic


Terbagi atas 2 yaitu:

23
1) Stroke Trombotik, oklusi disebabkan karena adanya
penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena thrombus
yang makin lama makin menebal, sehingga aliran darah
menjadi tidak lancer. Penurunan aliran arah ini menyebabakan
iskemi yang akan berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72
jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan
akan terjadi nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke
trombosis adalah di percabangan arteri carotis besar dan arteri
vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke
trombotik biasanya berjalan lambat.
2) Stroke Emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari
bagian tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut
terjebak di pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya
pada daerah percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri
carotis di bagian tengah atau Middle Carotid Artery (MCA).
Dengan adanya sumbatan oleh emboli akan menyebabkan
iskemik.

D. Manifestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral
(sekunder atau aksesori).
a. Kehilangan motorik: hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh.
b. Kehilangan komunikasi disartria (kesulitan bicara), disfasia atau
afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), apraksia
(ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya)

24
c. Gangguan persepsi disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan
visual-spasial, kehilangan sensori
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
e. Disfungsi kandung kemih

E. Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami
komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokkan berdasarkan
a. Dalam hal imobilisasi infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi
dan tromboflebitis
b. Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi
deformitas, dan terjatuh
c. Dalam hal kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala
d. Hidrosepalus (Fransisca B. Balticaca)
Menurut Brunner 7 Suddart.2002 serangan stroke tidak berakhir
dengan akibat pada otak saja, gangguan emosional dan fisik akibat
berbaring lama tanpa dapat bergerak adalah hal yang tidak dapat
dihindari Ada beberapa komplikasi dari penyakit stroke, yaitu:
1. Hipoksia serchral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Embolisme serebral.

F. Penatalaksanaan Medis
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat
berupa terapi farmasi, radiologi intervensional, atau pun pembedahan.
Untuk stroke iskemik, terapi bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah
keotak, membantu lisis bekuan darah dan mencegah trombosis lanjutan,
melindungi jaringan otak yangmasih aktif, dan mencegah cedera sekunder
lain. Pada stroke hemoragik, tujuan terapi adalah mencegah kerusakan

25
sekunder dengan mengendalikan tekanan intrakranial dan vasospasme,
serta mencegah perdarahan lebih lanjut (Ummaroh, 2019).
a. Farmakologis
1. Vasodilator dapat meningkatkan aliran darah otak (ADS) secara
eksperimental, tetapi efeknya pada manusia belum dikonfirmasi
2. Dapat diberikan histamin, protein amino, acetazolamide,
papaverine intra-arterial
3. Obat antiplatelet dapat diresepkan, karena trombosit berperan
sangat penting dalam terjadinya trombosis dan batu. Agen anti-
agresif trombotik seperti aspirin digunakan untuk menghambat
respons pelepasan agregasi trombotik yang terjadi pada ulkus
alogenik
4. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
kerusakan trombosis atau emboli pada bagian lain dari sistem
kardiovaskular (Ummaroh, 2019).

b. Non Farmakologis
Berikut ini beberapa jenis terapi yang dapat dijalankan terkait
proses pemulihan kondisi pasca stroke :
1. Terapi Wicara
Terapi wicara dapat membantu pasien mengunyah, berbicara,
dan memahami kata-kata(Ummaroh, 2019).
2. Fisioterapi
Terapi fisik yang digunakan untuk mengobati stroke akut
adalah:
a. Mencegah komplikasi fungsi paru-paru yang disebabkan
oleh istirahat yang lama
b. Menekan kejang, saat nada meningkat, sinergi terjadi
Kurangi edema tungkai atas dan bawah di sisi yang sakit
c. Merangsang munculnya nada normal, pola gerakan dan
koordinasi gerakan

26
d. Meningkatkan aktivitas fungsi (Ummaroh, 2019).
3. Akupuntur
Akupunktur merupakan metode penyembuhan pasien
stroke dengan cara memasukkan jarum ke bagian tertentu dari
tubuh mereka. Akupunktur dapat mempersingkat waktu
pemulihan, memulihkan kemampuan atletik dan keterampilan
sehari-hari (Ummaroh, 2019).
4. Terapi Ozon
Terapi ozon dapat digunakan untuk meningkatkan sirkulasi
darah di otak, membuka dan mencegah stenosis serebrovaskular,
mencegah kerusakan sel-sel otak akibat hipoksia, dan
memulihkan pasien setelah stroke, sehingga memulihkan fungsi
organ tubuh yang rusak. Kembali, memperkuat sistem
kekebalan tubuh, mengontrol kadar kolesterol dan tekanan darah
(Ummaroh, 2019).

5. Terapi Sonolisis (Sonolysis Theraphy)


Terapi ini bertujuan untuk memecahkan sumbatan pada
pembuluh darah agar menjadi partikel-partikel kecil yang sangat
halus sehingga tidak menjadi resiko untuk timbulnya sumbatan-
sumbatan baru ditempat lain. Terapi sonolisis ini dilakukan
dengan teknik ultrasound dan tanpa menggunakan obat-
obatan(Ummaroh, 2019).
6. Hidroterapi
Kolam hidroterapi digunakan untuk merehabilitasi gangguan
saraf motorik pasien pascastroke. Kolam hidroterapi berisi air
hangat yang membuat tubuh bisa bergerak lancar, memperlancar
peredaran darah dengan melebarnya pembuluh darah, dan
memberikan ketenangan kolam hidroterapi memungkinkan
pasien untuk berlatih menggerakan anggota tubuh tanpa resiko
cedera akibat terjatuh (Ummaroh, 2019).

27
7. Senam Ergonomik
Senam ergonomik diawali dengan menarik napas
menggunakan pernapasan dada. Hal ini bertujuan supaya paru-
paru dapat lebih banyak menghimpun udara. Ketika napas,
oksigen dialirkan keotak yang memerlukan oksigen dalam
jumlah yang banyak supaya dapat berfungsi dengan baik.
Dengan demikian, senam ergonomik dapat dikatakan membantu
penderita stroke karena kondisi stroke merupakan terganggunya
suplai oksigen ke otak (Ummaroh,2019).
8. Yoga (Terapi Meditasi)
Aktivitas yang dilakukan dalam yoga khusus penderita
stroke yaitu latihan peregangan seluruh bagian tubuh, memijit
organ-organ internal, kelenjar, sistem peredaran darah dan
sistem pembuangan, menurut pernyataan Rahmat Darmawan,
ia juga seorang oraktisi yuga(Ummaroh, 2019).
9. Terapi Musik
Penelitian mengungkapkan bahwa dengan mendengarkan
musik setiap hari, penderita akan mengalami peningkatan pada
ingatan verbalnya dan memiliki mood yang lebih baik
dibandingkan dengan penderita stroke yang tidak mendengarkan
musik. Selain itu, mendengarkan musik pada tahap awal pasca
stroke dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan
mencegah munculnya perasaan negative (Ummaroh, 2019).
10. Terapi Bekam
Dalam konsep bekam, darah kotor yaitu darah yang tidak
berfungsi lagi, sehingga tidak diperlukan tubuh dan harus
dibuang. Bekam juga dapat menurunkan tekanan darah
berkurang setelah dibekam. Dengan terhindar dari
penggumpalan darah dan tekanan darah tinggi dapat mencegah
dan mengobati stroke (Ummaroh,2019).
11. Terapi Nutrisi

28
Beberapa zat gizi yang membantu dalam proses terapi
nutrisi terkait stroke, diantaranya, yaitu :
1. Vitamin A bertindak sebagai antioksidan dan mencegah
kolesterol (wortel) menumpuk di pembuluh darah seperti
wortel.
2. Asam folat dapat mengurangi risiko stenosis vaskular
serebral. Asam folat banyak terkandung dalam berbagai
sayuran seperti bayam, salad, dan pepaya.
3. Isoflavon dapat meningkatkan fungsi arteri pada pasien
stroke.
12. Vitamin C.
Vitamin C dan bioflavonoid yang kaya nanas dapat
membantu mengencerkan darah, sehingga menurunkan tekanan
darah tinggi. Jauhi risiko tekanan darah tinggi dan kurangi
risiko stroke (Ummaroh, 2019).
13. Aromaterapi
Aroma terapi pada pasien stroke berfungsi untuk
memperlancar Sirkulasi darah, getah bening, memperkuat
fungsi saraf dan menambah kekuatan otot. Teknik yang
digunakan dalam aroma terapi dapat digunakan untuk
pemijatan ataupun digunakan untuk berendam dengan cara
meneteskan minyak esensial kedalam air hangat (Ummaroh,
2019).
14. Terapi Herbal
Terapi herbal membantu meningkatkan fleskibilitas
pembuluh darah dan menstimulasi sirkulasi darah (Ummaroh,
2019).
15. Hipnoterapi (Hypnotherapy)
Melalui hipnoterapi, pasien stroke akan memahami
kebutuhan sebenarnya untuk mencapai kesembuhan dan
memberikan beberapa saran agar pasien dapat melalui semua

29
tahapan proses pemulihan dan merasa tidak stress (Ummaroh,
2019).

16. Psikoterapi
Penyakit otak akibat stroke dapat menyebabkan depresi,
seperti depresi, yang disebabkan oleh pasien yang tidak siap
menghadapi penurunan produktivitas setelah terkena stroke,
dari ketidakmampuan fisik untuk melakukan berbagai aktivitas
(misalnya tetap menjaga kesehatan). Psikoterapi dapat
diterapkan dengan mengajak pasien melakukan hal-hal yang
menarik (Ummaroh, 2019).

c. Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan :
1. Endarterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis
dengan membuka arteri karotis di tengah leher.
2. Revaskularisasi pada dasarnya adalah operasi pembedahan, dan
pelanggan TIA dapat menghargai manfaatnya dengan sebaik-
baiknya
3. Kaji pembekuan darah pada stroke akut
4. Ligasi arteri karotis komunis, terutama pada aneurisma
(Ummaroh, 2019).

30
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam membantu
menegakkan diagnosis klien stroke meliputi:
a. Angiografi Serebri. Membantu menentukan penyebab dari
stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau
adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
b. CT-Scan. CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma,
infark dan perdarahan.
c. EEG (Elektro Encephalogram) Dapat menunjukkan lokasi
perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah yang
mengalami gangguan.
d. Pungsi Lumbal. Menunjukan adanya tekanan normal, Tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan
e. MRI. Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
f. Ultrasonografi Dopler. Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak. Menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal
h. Pemeriksaan Darah Rutin.
i. Pemeriksaan Kimia Darah. Pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali
j. Pemeriksaan Darah Lengkap. Untuk mencari kelainan pada
darah itu sendiri

31
k. Pemeriksaan Elektrokardiogram berkaitan dengan fungsi
dari Jantung untuk pemeriksaan penunjang yang berhubungan
dengan penyebab stroke
l. Penggunan skala stroke NIH (National Institute Of Health)
sebagai pengkajian status neurologis pasien dengan stroke.
Yaitu untuk menentukan status defisit neurologis pasien dan
penunjang stadium

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.
2) Keluhan Utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4) Riwayat Penyakit Dahulu

32
a) Apakah ada trauma : kepala, tulang belakang, spinal cord, trauma
lahir, trauma saraf.
b) Apakah ada kelainan kongenital, deformitas/kecacatan.
c) Adakah penyakit stroke.
d) Adakah enchephalitis dan meningitis.
e) Adakah gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aneurisma,
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
6) Pengkajian Fungsional
 Aktivitas/istirahat Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat
kelemahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan
susah tidur.
 Sirkulasi Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung,
disritmia, CHF, polisitemia. Dan hipertensi arterial.
 Integritas Ego. Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah,
kesulitan untuk mengekspresikan diri.
 Eliminasi Perubahan kebiasaan Bab dan Bak. Misalnya
inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung kemih, distensi
abdomen, suara usus menghilang.
 Makanan/cairan : Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah,
pipi, tenggorokan, dysfagia
 Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian
ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka
 Nyaman/nyeri Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan,
tegang pada otak/muka

33
 Respirasi Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan
nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.
 Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai
ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu
mengambil keputusan.
 Interaksi sosial Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan
berkomunikasi.

7) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
a) CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
b) MRI untuk menunjukkan area yang mengalami infark,
hemoragik.
b. Pemeriksaan Laboratorium
 Fungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan
tidak mengandung darah atau jernih.
 Pemeriksaan darah rutin
 Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia.
 Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.
 Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah
itu sendiri.

Diagnosa Keperawatan
 Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan risiko
penurunan sirkulasi darah ke otak
 Gangguan mobillitas fisik berhubungan dengan kelemahan

34
 Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular
 Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular
 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan

Intervensi
Dx 1. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
risiko penurunan sirkulasi
Manajeman peningkatan tekanan intrakanial :
1) Observasi
 Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
 Monitor tekanan darah
 Monitor tingkat kesadaran
 Monitor status pernapasan
 Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
2) Terapeutik
 Berikan posisi semi fowler
 Pertahankan suhu tubuh normal
3) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian terapi obat

35
Dx.2 Gangguan mobillitas fisik berhubungan dengan kelemahan
Dukungan mobilisasi
1) Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
 Monitor kondisi umum selama mobilisasi
2) Terapeutik
 Fasilitasi melakukan pergerakan ROM (Range of motion
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatan
pergerakan
Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
3) Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilissi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang dilakukan (mis,duduk
ditempat tidur ,duduk disisi ditempat tidur,pindah dari tempat
tidur kekursi)

Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (Nasrul Effecndy, 1995 dalam Judha & Rahil, 2011).

Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan

36
melibatkan klien, perawat dan anggota tenaga kesehatan lain. Dalam
hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi dan
strategi evaluasi.Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit stroke adalah salah satu penyakit dalam bidang neurologi
yang dapat menyebabkan kematian dan kesehatan di negara maju ataupun
negara berkembang serta penyebab utama kecacatan pada orang dewasa.
Faktor ini memicu terjadinya trombosis, embolisme, iskemia, dan
hemoragik serebral. Penyebab tersering stroke adalah trombosis.
Perawat dapat melakukan terapi rentang pergerakan sendi untuk mengatasi
masalah mobilitas ayang dialami oleh pasien stroke fase rehabilitas.

B. Saran
1. Untuk Perawat
Saran yang dapat diberikan kepada perawat adalah agar mampu
mendiagnosis stroke secara cepat dan tepat serta mampu melakukan
tatalaksana pada pasien dengan stroke.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan masukan dalam melakukan proses belajar
mengajar serta dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, perpustakaan
dan masukan untuk pengembangan pembuatan makalah yang akan
datang.
3. Untuk Pasien & Keluarga

37
Saran yang dapat diberikan kepada pasien ini, terutama kepada
keluarga pasien adalah agar keluarga pasien dapat kooperatif dalam
pemberian terapi pasien dan membantu dalam menjalankan terapi
untuk mencegah timbulnya dekubitus, dan menemani pasien selama
terapi dijalankan.

DAFTAR PUSTAKA

Canadia Best Practice Recommendation For Stroke Care. (2013). Diunduh


pada tanggal 20 Juli 2017 dari http://www.strokebestpratice.ca/
Depkes RI. (2013). Pola pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdha.
Jakarta : Directorat Bina Kesehatan Keluarga
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES). (2014). Profil
kesehatan indonesia tahun 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Sitorus, R. J. (2008). Faktor-faktor resiko yangb mempengaruhi kejadian
stroke pada usia muda kurang dari 40 tahun (studi kasus di
semarang). Jurnal Epidemiologi. Diunduh pada tanggal 23 Juli
2017 dari http://www.eprints.undip.ac.id/6482.pdf
Price, S.A., & Wilson, L. M. (2002). Patofisiologi konsep klinis proses
penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC
Mutaqqin, A. (2013). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan
gangguan sistem persarafan
Tarwanto,(2013),Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta:CV Sagung Seto.
Price, S.A., & Wilson, L. M. (2002). Patofisiologi konsep klinis

38
proses penyakit

39

Anda mungkin juga menyukai