BAB 1, 2, 3 Sempro

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit menular merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering

terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit menular sudah

menjadi permasalahan global karena menyebakan tingginya angka kesakitan

dan kematian dalam waktu yang relative singkat. Penyakir menular termasuk

kedalam segitiga epidemiologi seperti host,agent, dan environment. Salah satu

penyakit menular yaitu penyakit diare. Diare merupakan salah satu penyebab

tingginyan angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Diare penyebab

kedua kematian pada anak balita sekitar 760.000 setiap tahun, sebagian besar

disebabkan oleh sumber air minum dan makanan yang tercemar. Sekitar 780

juta orang tidak memiliki akses sumber air minum yang memadai dan sekitar

2,5 milyar orang tidak memiliki sanitasi yang baik (Angsyi, 2018).

Diare adalah bertambahnya frekuensi buang air besar sebanyak tiga kali atau

lebih perhari dan bentuknya lebih cair dari bentuk normal pada individu. Diare

biasanya merupakan gejala infeksi pada saluran usus, yang dapat disebabkan

oleh berbagai organisme bakteri, virus, dan parasit. Infeksinya menyebar

melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau dari orang ke

orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk(WHO, 2017). Personal

hygiene adalah kebersihan dan kesehatan perorangan yang mencakup

perawatan kebersihan kulit kepala dan rambut, mata, hidung, telinga, kuku

kaki dan tangan, kulit, dan perawatan tubuh secara keseluruhan. Literatur
2

menyebutkan kebersihan pribadi atau personal hygiene dapat mencegah

penyakit infeksi khususnya diare pada anak. Secara epidemiologis penyebaran

diare di kalangan anak sekolah masih tinggi (Kemenkes, 2018)

Menurut World Health Organisation (WHO, 2009) diare adalah keadaan

buang air besar dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih

dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare

persisten terjadi selama ≥ 14 hari (Rahmadhani, dkk 2013). Berdasarkan data

WHO (2011) diare menempati urutan kelima dalam 10 penyakit penyebab

kematian didunia. Diare merupakan gejala dari infeksi di saluran usus yang

disebabkan oleh organisme seperti bakteri, virus dan parasit. Infeksi bisa

ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau air minum, atau dari

orang ke orang karena higiene yang buruk. Diare dapat dicegah antara lain

dengan mengkonsumsi air minum yang aman, meningkatkan sanitasi

(hygiene) dan mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi resiko penyakit

diare (WHO, 2013). (Utomo, 2015)

Diare adalah penyakit masalah kesehatan masyarakat global yang

menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup besar di negara-negara

Afrika berkembang (WHO, 2017). Ini bertanggung jawab atas kematian

global tahunan sekitar 2,6 juta orang. Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare yang

terjadi terjadi pada tahun 2018 tercatat sebanyak 22 kali yang tersebar di 12

provinsi dan 17 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 1725 orang dan

kematian sebanyak 34 orang (CFR 1,97%) (Kemenkes RI, 2018). Jawa Timur

menjadi provinsi yang mempunyai kasus diare tertinggi ke-2 sebanyak

151.878 dengan prevalensi 7,6%, sedangkan Surabaya menangani sejumlah


3

78.463 kasus hampir 50% dari total kasus diare di Jawa Timur (Kemenkes RI,

2018).

Data dari Kemenkes RI (2019) dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) untuk

tahun 2018, kelompok umur 1-4 tahun (12,8%) dan jenis kelamin perempuan

(8,3%) adalah kelompok yang paling banyak penderitanya. Keadaan sosio-

ekonomi juga menjadi faktor yang berhubungan dengan kejadian diare.

Semakin baik keadaan sosio ekonomi suatu keluarga, semakin berkurangnya

insiden terjadinya diare (Adhiningsih, Athiyyah and Juniastuti, 2019).

Berdasarkan data Pada tahun 2018 di Provinsi Lampung menduduki tingkat

kedua angka kejadian terbanyak diare sebanyak 355.298 jiwa pada kelompok

semua umur (diatas 5 tahun) adalah 226.003 jiwa dan pada kelompok usia

balita 129.295 jiwa (Kemenkes RI, 2018). Pada tahun 2019 angka kejadian

diare di Provinsi Lampung meningkat dari tahun 2018 menjadi 400.905 jiwa,

pada kelompok semua umur (diatas 5 tahun) sebesar 152.510 dan pada

kelompok usia balita pada angka 248.395.

Kemudia Dinas Kesehatan Pesisir Barat, telah terjadi kenaikan kasus dari

tahun 2020 sampai dengan tahun 2022. Pada tahun 2020 jumlah kasus Diare

sebanyak 560 kasus, 2021 sebanyak 648 kasus, dan tahun 2022 sebanyak 758

kasus. Kenaikan kasus ini merupakan dampak dari kurang tercukupinya

kebutuhan air bersih, kurangnya pengetahuan masyarakat akan perilaku hidup

bersih sehat, sarana sanitasi seperti jamban yang belum memenuhi

persyaratan, sehingga hal tersebut masih menjadi pemicu untuk kasus diare

bertambah setiap tahunnya. Data pada tahun 2021 dari Puskesmas Lemong

Kabupaten Pesisir Barat , kasus diare pada anak menjadi urutan ke-8 yang
4

masuk menjadi 10 penyakit terbanyak, sehingga masalah diare masih perlu

mendapat perhatian khusus dari berbagai aspek. Data tertinggi ditemukan pada

tahun 2021 ditemukan 246 kasus diare pada anak. Hal ini menunjukkan bahwa

telah terjadi lonjakan kasus diare dari tahun sebelumnya tahun 2020

ditemukan 186 kasus. Pada tahun 2021 juga telah terjadi KLB yang

berlangsung selama 3 hari di desa Batu Bulan dengan jumlah kasus sebanyak

28 orang dirawat dan 1 balita meninggal. Setelah dilakukan identifikasi oleh

dinas kesehatan beserta petugas kesehatan lingkungan didapatkan hasil bahwa

faktor utama tentang kurangnya pemantauan terhadap kualitas air bersih dan

perilaku hygiene pada anak yang kurang.

Oleh karena itu faktor perilaku hygiene pada ibu dan anak sangatlah penting.

Dalam aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan, masayarakat di

berdayakan agar dapat mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat

menerapkan kebersihan diri diantaranya menjaga lingkungan tempat tinggal

agar selalu bersih,menggunakan air bersih yang terlindung dari kontaminasi

secara cukup,mencuci tangan pakai sabun terutama sebelum makan sesudah

makan dan sesudah buang air sabun tentunya dengan sabun yang

direkomendasikan lebih bagus menggunakan sabun cair menggunakan jamban

yang memenuhi syarat keseahatan dan berjarak minimal 10 meter dari sumber

air, membuang tinja penderita secara benar, yaitu ke jamban agar tidak

menularkan penyakit, serta menjaga kebersihan tangan dan kuku.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada


5

Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Lemong Kabupaten Pesisir Barat

tahun 2023"

1.2 Identifikasi Masalah

1. Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare yang terjadi terjadi pada tahun 2018

tercatat sebanyak 22 kali yang tersebar di 12 provinsi dan 17

kabupaten/kota dengan jumlah penderita 1725 orang dan kematian

sebanyak 34 orang (CFR 1,97%)

2. Pada tahun 2019 angka kejadian diare di Provinsi Lampung meningkat

dari tahun 2018 sebanyak 355.298 jiwa menjadi 400.905 jiwa.

3. Dinas Kesehatan Pesisir Barat mencatat telah terjadi kenaikan kasus dari

tahun 2020 sampai dengan tahun 2022. Pada tahun 2020 jumlah kasus

Diare sebanyak 560 kasus, 2021 sebanyak 648 kasus, dan tahun 2022

sebanyak 758 kasus.

4. Pada tahun 2021 data tertinggi dipuskemas lemong ditemukan 246 kasus

diare pada anak.juga telah terjadi KLB yang berlangsung selama 3 hari di

desa Batu Bulan dengan jumlah kasus sebanyak 28 orang dirawat dan 1

balita meninggal.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah : "Apakah terdapat hubungan Personal Hygiene Dengan

Kejadian Diare Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Lemong Kabupaten

Pesisir Barat tahun 2023"


6

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada

Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Lemong Kabupaten Pesiisr Barat tahun

2023

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian penyakit diare pada anak

di wiliayah kerja puskesmas Lemong Kabupaten Pesiisr Barat

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi personal hygiene pada anak di

wiliayah kerja puskesmas Lemong Kabupaten Pesiisr Barat

3. Untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian diare pada

anak diwilayah kerja Puskesmas Lemong Kabupaten Pesiisr Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi wadah untuk mengaplikasikan ilmu

yang telah didapat selama menempuh pendidikan di Universitas Mitra

Indonesia.

2. Bagi Universitas Mitra Indonesia

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan acuan bagi institusi

dalam sumber ilmu pengetahuan dibidang penyakit menular terutama

diare.
7

1.5.2 Manfaat Aplikatif

1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya orang tua yang

memili anak tentang penyebab diare, penanganan serta pencegahan

agar terhindar dari penyakit diare.

2. Bagi Puskesmas Lemong

Diharapkan dapat menambah informasi kajian khususnya dalam

bidang Diare dan dapat ditemukan solusi yang baik guna pencegahan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada Anak Di Wilayah Kerja

Puskesmas Lemong Kabupaten Pesiisr Barat tahun 2023. Jenis penelitian ini

adalah Penelitian Kuantitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini

adalah observasional analitik. Tempat dalam penelitian ini dilakukan di

Wilayah Kerja Puskesmas Lemong Kabupaten Pesiisr Barat. Sasaran pada

penelitian ini adalah pasien anak rentan umur 5-11 tahun dengan diagnosa

diare serta waktu pada penelitian ini adalah dilaksanakan pada bulan Juni

tahun 2023.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diare

Diare adalah bertambahnya frekuensi buang air besar sebanyak tiga kali

atau lebih perhari dan bentuknya lebih cair dari bentuk normal pada individu.

Diare biasanya merupakan gejala infeksi pada saluran usus, yang dapat

disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus, dan parasit. Infeksinya

menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau dari

orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk(WHO, 2017). Diare

merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada semua orang

wilayah di dunia dan semua usia (Walker et al., 2010). Enteropatogen yang

dapat menyebabkan diare yaitu virus, bakteri, protozoa, dan cacing.Bahkan

dalam laboratorium klinis lengkap tidak setiap enteropatogen dapat diuji

secara rutin. Deteksi ini menunjukkan hampir semua enteropatogen tanpa

gejala atau subklinis, khususnya di negara berkembang (Operario & Houpt,

2011).

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan.Tiga faktor yang dominan adalah sarana air bersih, pembuangan

tinja, dan limbah. Ketiga faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku

buruk manusia. Apabila faktor lingkungan (terutama air) tidak memenuhi

syarat kesehatan karena tercemar bakteri didukung dengan perilaku manusia

yang tidak sehat seperti pembuangan tinja tidak higienis, kebersihan

perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan


9

makanan yang tidak semestinya, maka dapat menimbulkan kejadian diare

(Selomo dkk., 2018).

Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,

gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak

menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila

terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil,

denyut jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan

syok), berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun

cekung, mulut dan kulit menjadi kering (Octa dkk, 2014).

2.1.1 Etiologi Diare Anak

Etiologi diare Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi, makanan,

dan faktor psikologis (Putra, 2017). Infeksi merupakan penyebab utama diare

akut akibat bakteri, virus, dan parasit. Menurut Djarokoni (2014), faktor-

faktor penyebab diare adalah sebagai berikut.

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama pada anak. Infeksi enternal disebabkan oleh:

a) Infeksi bakteri: vibrio, Escherichia coli, salmonella, shigella,

campylobacter, dan yershinia.

b) Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsackaie,

poliomyelitis), adenovirus, retrovirus, dan lain-lain.

c) Infeksi parasit: cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika,

gardia lambia, tricomonas hominis), jamur (candida albicans)


10

2) Infeksi parenteral yaitu infeksi diluar alat pencernaan makanan

seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis, aonsilotaringitis,

bronco pneumonia, encetalitis.

b. Faktor malabsorsi

1) Malabsorpsi karbohidrat disakarida (intolerans laktosa, maltosa,

dan sukrosa), monosakarida (intolerans glukosa, fruktosa, dan

galaktosa), pada bayi dan anakanak yang terpenting dan tersering

adalah intoleransi laktosa.

2) Malabsorpsi lemak

3) Malabsorpsi protein

c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, tidak higienis, tidak matang

saat dimasak, dan alergi terhadap makanan

d. Faktor psikologis: rasa takut, cemas, dan tegang pada anak dapat

menyebabkan diare.

2.1.2 Klasifikasi Diare Anak

Menurut WHO (2005) Diare anak dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah. 3

c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

d. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat.

Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa hal

sebagai berikut:
11

a. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air

(output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab

terjadinya kematian pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Hal ini terjadi

karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak

tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh,

terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.

Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya

pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan

intraseluler.

c. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita

diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita

Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi karena adanya

gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan

adanya gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul

jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 % pada bayi dan 50 %

pada anak– anak.

d. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu

singkat, hal ini disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang

tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun

susu diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang

encer ini diberikan terlalu lama, makanan yang diberikan sering tidak
12

dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya

hiperperistaltik.

2.1.3 Tanda dan Gejala Diare Anak

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2016), tanda dan gejala diare pada anak

adalah sebagai berikut:

a. Diare akut

1) Diare dehidrasi berat: letargi/tidak sadar, mata cekung, tidak bisa

minum/malas minum, cubitan kulit perut kembali sangat lambat.

2) Diare dehidrasi ringan/sedang: gelisah, rewel, mudah marah, mata

cekung, cubitan kulit perut kembali lambat, selalu ingin

minum/ada rasa haus.

3) Diare tanpa dehidrasi: keadaan umum baik dan sadar, mata tidak

cekung, tidak ada rasa haus berlebih, turgor kulit normal.

b. Diare persisten atau kronis dengan dehidrasi/tanpa dehidrasi

c. Diare disentri: ada darah dalam tinja

2.1.4 Faktor-faktor Penyebab Diare Anak

Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab diare anak menurut

Marissa (2015):

a. Status Gizi,

Keberadaan status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh

manusia. Orang yang menderita gizi buruk atau gizi kurang akan lebih

muda terjangkit penyakit menular atau penyakit infeksi. Apabila gizi

kurang, zat gizi yang dibutuhkan tidak akan mencukupi, sehingga


13

tubuh akan mudah sakit. Selain itu, kurang gizi berpengaruh terhadap

diare. Semakin buruk gizi seseorang, semakin banyak episode diare

yang dialami.

b. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang buruk berpengaruh terhadap kejadian

diare.Peranan lingkungan, enterobakteri, parasit usus, virus, jamur

dan beberapa zat kimia telah secara klasik dibuktikan pada berbagai

penyelidikan epidemiologis sebagai penyebab penyakit diare.

c. Perilaku

Kasus penyakit diare biasanya selalu dihubungkan dengan aspek

higiene perorangan. Karena penyakit diare merupakan penyakit

saluran pencernaan, yang penyebarannya lebih sering akibat konsumsi

makanan maupun minuman yang terkontaminasi, sehingga

masyarakat dengan kondisi higiene peroranganyang buruk akan

berpotensi terkena penyakit diare.

d. Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap faktor-faktor

penyebab diare.Kebanyakan penderita diare berasal dari keluarga

yang besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk,

tidak punya penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan

kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta

kebiasaan yang tidak menguntungkan.Karena itu, edukasi dan

perbaikan ekonomi sangat berperanan dalam pencegahan dan

penanggulangan diare.
14

2.1.5 Patofisiologi Diare Anak

Berikut patofisiologi diare menurut (Mardalena, 2018), Penyebab diare

akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk),

bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia,

dan lainnya), parasite (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa

mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,

memproduksi enterotoksin atau cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau

melekat pada dinding usus pada diare akut. Penularan diare bisa melalui fekal

ke oral dari satu penderita ke penderita lain. Beberapa kasus ditemui

penyebaran pathogen disebabkan oleh makanan dan minuman yang

terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan

osmotik. Ini artinya, makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air

dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga

timbul diare.

Selain itu muncul juga gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,

sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.

Gangguan motilitas usus mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.

Diare dapat menimbulkan gangguan lain misalnya kehilangan air dan

elektrolit (dehidrasi). Kondisi ini dapat menggangu keseimbangan asam basa

(asidosis metabolic dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output

berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah. Normalnya makanan

atau feses bergerak sepanjang usus dengan bantuan gerakan peristaltik dan
15

segmentasi usus, akan tetapi mikroorganisme seperti salmonella, Escherichia

coli, vibrio disentri dan virus entero yang masuk ke dalam usus dan

berkembang biak dapat meningkatkan gerak peristaltik usus tersebut. Usus

kemudian akan kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.

Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang

dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, dan cairan yang keluar

disertai elektrolit (Junapati, 2014)

Patogenesisnya :

a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah

berhasil melewati rintangan asam lambung.

b. Jasad renik tersebut berkembang biak dalam usus halus.

c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).

d. Akibat toksin itu, terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan timbul

diare.

2.1.6 Pencegahan diare Anak

Berdasarkan Kemenkes RI (2015), kegiatan pencegahan diare anak yang

benar dan efektif adalah sebagai berikut:

a. Memastikan air dan makanan yang dikonsumsi bersih dan matang

b. Membiasakan anak untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,

setelah buang air kecil atau buang air besar, serta setelah memegang benda

kotor

c. Memberikan ASI pada anak berusia kurang dari 2 tahun untuk

meningkatkan daya tahan tubuhnya


16

d. Memberikan anak makanan yang bergizi dan bermanfaat untuk

pencernaannya

2.1.7 Penanganan Pertama kejadian Diare pada anak

penanganan diare pada anak di Indonesia dilakukan dengan upaya

rehidrasi atau penggantian cairan yang hilang akibat dehidrasi karena diare.

Rehidrasi dapat dilakukan dengan pemberian obat oralit dan zinc. Perbaikan

status dehidrasi sangat penting untuk menghindari kematian, dengan

mengganti cairan dan garam yang hilang, sampai perjalanan alamiah penyakit

berhenti dengan sendirinya. Pada kasus-kasus yang lebih parah, muntah-

muntah yang sering akan menghambat terapi rehidrasi secara oral. Anak yang

tidak dapat minum membutuhkan terapi intravena segera, jika pemberian

cairan melalui nasogastrik juga tidak dapat dilakukan (Kemenkes RI, 2011)

adapun proporsi penggunaan oralit untuk penanganan diare pada balita di

Indonesia yaitu 34,8 %.

2.2 Pengertian Personal Hygiene

Hygiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan,

serta berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki

kesehatan.Apabila ditinjau dari kesehatan lingkungan, higieneadalah usaha

kesehatan yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan

manusia, upaya mencegah timbulna penyakit karena faktor

lingkungan.Higiene merupakan suatu usaha pencegahan penyakit yang

menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta

lingkungan tempat orang tersebut berada (Kemenkes RI, 2016).


17

Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani, personal berarti

perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi Personal hygiene atau kebersihan

diri adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan

Wartonah, 2014).Menurut Potter & Perry (2012) Personal Hygiene adalah

cara manusia melakukan perawatan diri untuk memelihara kesehatan mereka.

Memelihara kebersihan seseorang diperlukan untuk keamanan individu,

kenyamanan, dan kesehatan. Praktik kebersihan diri sama dengan

meningkatkan derajat Kesehatan.

Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor

penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan penduduk. Salah satu

faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan

masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara lain akses

masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Sanitasi lingkungan yang

buruk dapat memicu terjadinya penyakit diare dimana interaksi antara

penyakit, manusia dan lingkungan yang mengakibatkan perlu diperhatikan

dalam penanggulangan diare. Peran faktor lingkungan (air, makanan, lalat),

enterobakteri, parasit usus, virus, jamur, dan beberapa zat kimia telah secara

klasik dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemiologis sebagai

penyebab penyakit diare (Sutanto, 2017).

Menurut Mubarak.dkk (2015) tujuan umum perawatan Personal hygiene

diantaranya :

1. Memelihara kebersihan diri seseorang

2. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang


18

3. Menciptakan keindahan individu

4. Pencegahan Penyakit pada diri sendiri maupun orang lain

2.2.1 Macam-macam Personal Hygiene

Menurut Temitayo (2016), personal hygiene dibagi menjadi:

1. Perawatan kulit

Kulit merupakan organ terluar yang berfungsi untuk melindungi tubuh

dari kuman atau trauma, sekresi, ekskresi, dan pengatur suhu tubuh. Tujuan

perawatan kulit adalah untuk menghindari bau badan, menciptakan perasaan

nyaman, dan terbebas dari berbagai penyakit.

2. Mandi

Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri,

mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran yang menempel,

melancarkan peredaran darah, dan memberi kesegaran dalam tubuh.

3. Perawatan mulut dan gigi

Perawatan pada mulut disebut juga oral hygiene, melalui perawatan pada

rongga mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat dimulut dapat dibersihkan,

maka sangat penting untuk menggosok gigi minimal dua kali sehari, sangat 6

dianjurkan untuk berkumur atau menggososk gigi setelah makan dan

memakai sikat gigi sendiri.

4. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku

Tangan, kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai

macam penyakit, tangan dan kuku yang kotor dapat menyebabkan bahaya

kontaminasi pada makanan dan penyakit-penyakit tertentu, untuk


19

menghindari bahaya, disarankan untuk membersihkan tangan sebelum makan

dan memotong kuku secara teratur

5. Cuci tangan

Mencuci tangan menggunakan sabun dengan benar pada lima waktu

penting, yaitu sebelum makan, sebelum memegang bayi, setelah buang air,

setelah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan agar terhindar

dari berbagai penyakit.

6. Kebersihan pakaian

Pakaian banyak menyerap keringat dan debu kotoran, dalam sehari saja,

pakaian dapat menyebabkan bau yang mengganggu, untuk itu perlu

mengganti pakaian bersih setiap hari agar kebersihan tubuh juga terjaga.

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene

Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene adalah sebagai berikut

(Sutanto, 2017).:

1. Body image

yaitu gambaran individu terhadap dirinya yang mempengaruhi

kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga

individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik sosial, yaitu pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan

diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status sosial ekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan

bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang

semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.


20

4. Pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai personal hygiene sangat

penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga

kebersihan kakinya.

5. Budaya, yaitu pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak

boleh mandi. Kebiasaan seseorang, yaitu ada kebiasaan orang yang

menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan

sabun, sampo dan lain-lain.

6. Kondisi fisik atau psikis, yaitu pada keadaan tertentu atau sakit

kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk

melakukannya.

2.2.3 Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh

manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.Mencuci

tangan dengan air saja tidak cukup.Penggunaan sabun selain membantu

singkatnya waktu cuci tangan, menggosok jemari dengan sabun juga

membantu menghilangkan kuman yang tidak tampak seperti minyak, lemak

dan kotoran lainnya di permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi.

Perpaduan kebersihan dan bau wangi dan perasaan segar merupakan hal

positif yang diperoleh setelah menggunakan sabun. Cuci tangan harus

dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak bersih

banyak mengadung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan,


21

kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke

dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan

kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun, maka kotoran dan kuman

masih tertingal di tangan (Pratama, 2017).

Cuci tangan pakai sabun merupakan cara mudah dan tidak perlu biaya

mahal. Karena itu, membiasakan CTPS sama dengan mengajarkan anak-anak

dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini (Proverawati dan Rahmawati,

2011). Beberapa alasan mengenai pentingnya cuci tangan pakai sabun, yaitu

sebagai berikut (Sumantri, 2013):

a. Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat

menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunnya.

b. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.

c. Cuci tangan pakai sabun merupakan satu-satunya intervensi kesehatan

yang paling cost effective jika dibandingkan dengan hasil yang

diperolehnya

Waktu yang tepat untuk mencuci tangan menurut Sumantri (2013)

dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Lima waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus

diperhatikan:

1) Sebelum makan

2) Sebelum menyiapkan makanan

3) Setelah buang air besar

4) Setelah menceboki bayi/ anak

5) Setelah memegang unggas atau hewan


22

b. Beberapa waktu lain juga penting dan harus dilakukan cuci tangan:

1) Sebelum menyusui bayi

2) Setelah batuk/ bersin dan membersihkan hidung

3) Setelah membersihkan sampah

4) Setelah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak anak)

Cara yang tepat untuk mencuci tangan ada 7 langkah menurut kementrian

kesehatan RI tahun 2018:

Gambar 2.1 Gerakan cuci tangan

Berdasarkan fenomena yang ada terlihat bahwa anak anak usia sekolah

mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan perlunya cuci tangan dalam

kehidupan sehari-hari, terutama ketika di lingkungan sekolah. Mereka biasanya

langsung makan makanan yang mereka beli di sekitar sekolah tanpa cuci

tangan terlebih dahulu, padahal sebelumnya mereka bermain-main. Perilaku


23

tersebut tentunya berpengaruh dan dapat memberikan kontribusi dalam

terjadinya penyakit diare (Sutanto, 2017).

Tidak sedikit orang yang mencuci tangan belum baik dan benar, ada yang

tidak pakai sabun, ada yang dengan air tidak bersih dan sebagainya, seperti

cuci tangan pada air yang menggenang atau air yang tidak mengalir.Pernyataan

tersebut sangat bertentangan dengan teori yang menyebutkan bahwa cuci

tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang

tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit, bila

digunakan, kuman berpindah tangan, pada saat makan, kuman dengan cepat

masuk ke dalam tubuh, yang bias menimbulkan penyakit. Sabun dapat

membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun, maka

kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan (Sutanto, 2017).

2.2.4 Kebersihan Tangan dan Kuku

Bagian tubuh kita yang paling banyak tercemar kotoran dan bibit

penyakit.Ketika memegang sesuatu, dan berjabat tangan, tentu ada bibit

penyakit yang melekat pada kulit tangan kita. Sehabis memegang pintu kamar

kecil (sumber penyakit yang berasal dari tinja manusia), saat mengeringkan

tangan dengan lap di dapur, memegang uang, lewat pegangan kursi kendaraan

umum, gagang telepon umum, dan bagian-bagian di tempat umum, tangan

hampir pasti tercemar bibit penyakit jenis apa saja (Sunardi & Ruhyanuddin,

2017). Tangan yang kotor dapat memindahkan bakteri dan virus pathogen dari

tubuh, feses atau sumber lain ke makanan, oleh karena itu kebersihan tangan

dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas yang tinggi, walaupun hal
24

tersebut sering kurang diperhatikan. Pencucian dengan sabun dengan

membersihkan, menggosokkan, dan membilas dengan air mengalir akan

menghilangkan pertikel kotoran yang mengandung mikroorganisme. Menjaga

kebersihan tangan selain mencuci tangan, juga harus menjaga kebersihan kuku

dengan cara memperpendek kuku dan membersihkan kotoran yang ada.

Orang tua juga harus ikut peran serta dalam kebiasaan potong kuku

pada anak usia SD karena tidak semua anak bisa menggunting kukunya sendiri.

Kuku dapat menjadi tempat mengendapnya kotoran dan membawa banyak

kuman maupun bakteri (Sutanto, 2017). Tangan, kaki, dan kuku yang bersih

menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat

menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit- penyakit

tertentu. Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka harus membersihkan

tangan sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan

lingkungan, dan mencuci kaki sebelum tidur (Sutanto, 2017).

2.2.5 Kebiasaan Buang Air Besar (BAB)

Penyakit diare berhubungan erat dengan kualitas sanitasi lingkungan

individu dan perilaku hidup bersih dan sehat.Sanitasi yang buruk dapat memicu

terjadinya penyakit diare di mana interaksi antara penyakit, manusia dan

lingkungan yang mengakibatkan perlu diperhatikan dalam penanggulangan

diare.Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan

bakteri. Kuman atau bakteri penyakit diare (Escherichia coli) biasanya akan

menyebar melalui fekal-oral atau orofekal. Air merupakan media penularan

utama diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang

tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke


25

rumah-rumah atau tercemar saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah

terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

(Sutanto, 2017)

2.3 Konsep Dasar Anak

2.3.1 Pengertian Anak

Menurut WHO dalam penelitian Hidayat (2012), anak merupakan

seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun dalam masa tumbuh kembang

dengan kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Anak merupakan

individu yang berada dalam masa perubahan tumbuh kembang yang dimulai

dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5

tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja

(11-18 tahun). Dalam hal in, anak-anak belum memiliki pengetahuan yang

cukup mengenai apa itu diare. sehingga faktor orang tua sangat berpengaruh

dalam membimbing serta meberikan contoh dan pengetahuan kepada anaknya

dalam menjaga kebersihan diri untuk menghindarkan diri dari berbagai sumber

penyakit.

2.3.2 Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang anak menurut Armini, dkk (2017) yaitu:

1. Pengertian Tumbuh Kembang anak

Pertumbuhan, berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,

ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
26

dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter),

umur tulang dan keseimbangan metabolis (retensi kalsium dan nitrogen

tubuh). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Dapat disimpulkan

bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan

perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu.

2. Faktor-faktor yang memperngaruhi pertumbuhan dan perkembangan

a. Faktor genetik

Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh

kembang anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel

telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat

berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga dapat diperoleh

hasil akhir yang optimal. Penyakit keturunan yang disebabkan oleh

kelainan kromosom .

b. Faktor lingkungan

1) Lingkungan prenatal:

Gizi ibu saat hamil, adanya toksin atau zat kimia, radiasi, stress,

anoksia embrio, imunitas, infeksi dan lain-lain.

2) Lingkungan post natal:

a) Faktor biologis yang termasuk didalamnya adalah ras (suku

bangsa), jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan,


27

kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi

metabolisme, hormon.

b) Faktor fisik yang termasuk didalamnya adalah cuaca (musim,

keadaan geografis), keadaan rumah, sanitasi, radiasi.

c) Faktor psikososial yang termasuk didalamnya adalah stimulasi,

ganjaran atau hukuman yang wajar, motivasi belajar, keluarga

sebaya, sekolah, stress, cinta dan kasih saying, kualitas

interaksi anak dan orang tua.

d) Faktor keluarga dan adat istiadat yang termasuk didalamnya

adalah pekerjaan atau pendapatan keluarga, pendidikan ayah

dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga,

stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah dan ibu, adat

istiadat, norma dan agama.

2.4 Penelitian terkait

Beberapa Penelitian terdahulu yang memiliki kesessuaian dengan penelitian

yang dilakukan saat ini antara lain :

Tebel 2.1 Penelitian Terkait

No Nama/Tahun Judul Hasil

1. Rika Andini Hubungan Perilaku Hasil penelitian menunjukkan

(2021) Higiene Dengan kejadian diare pada siswa sebanyak

Kejadian Diare di 59 responden (35,3%). Sedangkan

Sekolah Dasar yang tidak terjadi diare pada siswa

Swasta Al- sebanyak 108 responden (64,7%).

Washliyah 30 Dalam Penelitian ini terdapat


28

Medan Labuhan. hubungan Signifikan antara Perilaku

BAB dengan kejadian diare p =

0,003<0,05

2. Dedi Mahyudin Hubungan hygiene Hasil analisis statistik Terdapat

Syam, Andi perorangan anak hubungan hygiene perorangan anak

Bungawati, dkk umur sekolah umur sekolah dengan penyakit diare

(2019) dengan penyakit di Kecamatan Bonobogu Kabupaten

diare di Kecamatan Buol dengan pvalue 0, 001. Nilai

Bonobogu OR 1, 286, maksudnya anak yang

Kabupaten Buol hygiene perorangan yang kurang

baik berpeluang mengidap diare 1,

286 kali dibandingkan dengan

hygiene perorangan baik.

Dianjurkan warga Kecamatan

Bonobogu Kabupaten Buol

menerapkan hygiene perorangan

untuk menghindari kejadian diare.

3. Hamzah B Hubungan personal Hasil uji statistik diperoleh

(2019) higyene dengan kebeiasaan mencuci tangan ( p =

kejadian diare pada 0,022 < 0,05 )dan kebersihan kuku (

anak usia 4-5 tahun p = 0,010 < 0,05), maka dapat

di Desa Muntoi disimpulkan ada hubungan

Timur kebiasaan mencuci tangan dan

kebersihan kuku dengan kejadian


29

diare pada anak usia 4-5 tahun di

Desa Muntoi Kabupaten Bolaang

Mongondow Tahun 2019.

4. Sutanto (2017) hubungan perilaku menunjukkan bahwa kebiasaan

higiene dengan buang air besar, kebiasaan cuci

kejadian didesa tangan, dan kebiasaan potong kuku

Muara Buo mempunyai hubungan signifikan

Sulawesi Tengah dengan kejadian diare (p < 0,05)

atau terdapat hubungan dengan

kejadian diare sedangkan variabel

kebiasaan jajan tidak mempunyai

hubungan signifikan dengan

kejadian diare (p = 0,065 > 0,05)

atau tidak ada hubungan dengan

kejadian diare.

5. Purnomo hubungan perilaku menunjukkan bahwa berdasarkan

(2016) higiene dengan hasil pengujian diperoleh nilai

kejadian diare sebesar 16,476 dengan nilai

Purnomo probabilitas <0,05 yakni 0,001yang

artinya bahwa ada hubungan antara

perilaku mencuci tangan dengan

kejadian diare pada anak usia pra

sekolah di Paud Desa Kalikotes

Klaten, dengan koefisien korelasi


30

sebesar 16,476 yang menujukkan

ketentuan hubungan kuat.

6. Puspitaningrum Hubungan Personal Hasil penelitian ini menunukkan

EM, (2017) hygiene ibu dengan bahwa sebagian besar responden

kejadian diare pada memiliki personal hygiene kurang

balita umur 1-5 baik, yaitu 28 responden (62,2%),

tahun di Puskesmas sedangkan personal hygiene aitu 17

Putri Ayu Kota respondenn 37,8%. Berdasarkan uji

Jambi Chi-Squere ada hubungan antara

Personal Hygiene ibu dengan

kejadian diare pada balita umur 1-5

tahun. Sedangkan p-value – 0,000.

7. Herbowo, Hubungan Personal Analisis yang digunakan dalam

(2017) Hygiene Dengan penelitian ini antara lain Chi Square

Kejadian Diare dan regresi logistik. Hasil: Sebanyak

Pada Anak Sd Di 79,3% responden dengan perilaku

Kecamatan Imogiri personal hygiene kurang baik

mengalami diare dalam satu bulan

terakhir. Sedangkan responden

dengan perilaku personal hygiene

baik hanya sebesar 20,7%. Anak

dengan perilaku personal hygiene

kurang baik berisiko mengalami

diare 18 kali lebih besar dibanding


31

anak dengan perilaku personal

hygiene baik (OR:18,741).

Kesimpulan: Terdapat hubungan

antara personal hygiene dengan

kejadian diare (p=0,000).

8. Suherman, Hubungan Antara Hasil analisis univariat

Fajriah Qurota Personal Hygiene dan menunjukkan bahwa sebesar 39,8%

Aini (2018) Status Gizi dengan responden mengalami diare selama

Kejadian Diare pada satu bulan terakhir. Analisis bivariat

Siswa Di SD Negeri diperoleh yaitu kebiasaan cuci

Pamulang 02 tangan (nilai p=0,022) mempunyai

Kecamatan Pamulang hubungan yang signifikan dengan

Tahun 2018 kejadian diare pada anak sekolah.

Variabel lain yaitu, umur (nilai

p=0,071), jenis kelamin (nilai

p=1,000), status gizi (nilai p=0,425),

kebersihan tangan dan kuku (nilai

p=0,823) dan kebiasaan jajan (nilai

p=0,596) menunjukkan tidak ada

hubungan yang signifikan dengan

kejadian diare.

9. Rizki Emil Hubungan Personal Hasil Penelitian Menunjukkan

Linda, Budi Hygiene Pada Anak Bahwa Hampir Seluruhnya (86,0%)

Nugroho, Sestu Dengan Kejadian Responden Yang Mempunyai


32

Retno D.A, Diare Di Desa Personal Hygiene Positif Tidak

(2020) Bareng Kecamatan Mengalami Diare Pada Balita.

Bareng Kabupaten Analisa Data Dengan Menggunakan

Jombang Chi-Square Diperoleh Ρ-Value

0,000 < ɑ 0,05 Berarti Bahwa Ada

Hubungan Personal Hygiene Ibu

Dan Balita Dengan Kejadian Diare

Pada Balita Di Desa Bareng

Kecamatan Bareng Kabupaten

Jombang. Berdasarkan Hasil

Penelitian Diketahui Bahwa

Semakin Baik Personal Hygiene

Maka Semakin Rendah Kejadian

Diare Pada Balita. Masyarakat

Terutama Ibu Diharapkan Dapat

Meningkatkan Kesadaran Akan

Pentingnya Menjaga Kebersihan

Diri Agar Tidak Terjadi Diare

10. Nurmaini, Hubungan Personal Hasil penelitian menunjukkan

(2017) Higiene dengan adanya hubungan yang bermakna

Kejadian Diare antara higiene perorangan dengan

pada kejadian diare pada santri/santriwati

Santri/santriwati di Pesantren Modren Daarul

dan Gambaran Muhsinin dengan hasil uji fisher


33

Higiene Sanitasi exactdiperoleh p = 0,048 (p<0,05),

Pengelolaan dan di Pesantren Nurul Falah

Makanan serta dengan hasil uji chi square diperoleh

Enterobacter di p = 0,02 (p<0,05). Santri/santriwati

Pesantren Modren yang memiliki higiene perorangan

Daarul Muhsinin kurang lebih banyak mengalami

Kabupaten diare. Higiene sanitasi pengelolaan

Labuhan Batu dan makanan di Pesantren Modren

Pesantren Nurul Daarul Muhsinin dan di Pesantren

Falah Kabupaten Nurul Falah tidak ada yang

Labuhan Batu memenuhi persyaratan yang diatur

Selatan Tahun 2017 dalam Permenkes

No.1096/Menkes/PER/VI/2011

tentang Pedoman Persyaratan

Hygiene dan Sanitasi Jasa Boga.

Keberadaan enterobacter pada 6

sampel makanan masak yang

disajikan dipesantren seluruhnya.

2.5 Kerangka Teori


34

Berdasarkan uraian dalam tinjauan pustaka, maka kerangka teori mengenai

hubungan antara higiene perorangan dengan kejadian diare pada anak di

wilayah kerja Puskesmas Lemong adalah :

Faktor
Personal
Hygiene
 Perilaku Buang Air Besar
(BAB)
 K Perilaku Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS)
 Kebersihan tangan dan kuku

Sakit Sehat

Kejadian Diare

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Teori Kementerian Kesehatan RI (2016)

2.6 Kerangka Konsep


35

Perilaku Cuci Tangan


Pakai Sabun (CTPS)

Perilaku Menjaga KEJADIAN


kebersihan tangan dan
kuku DIARE

Perilaku Buang Air


Besar (BAB)

Keterangan

= Variabel Dependen

= Variabel Independen

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


36

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian diare pada anak di

wilayah kerja Puskesmas Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun 2023

2. Hipotesis 0

Tidak ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian diare pada

anak di wilayah kerja Puskesmas Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun

2023

BAB III
METODE PENELITIAN
37

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan

menggunakan metode kuantitaif dan pendekatan cross sectional study.Cross

sectional study adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

antara faktor-faktor resiko efek dengan cara pendekatan, observasi dan

pengumpulan data sekaligus pada satu saat “point time

approach”(Notoadmojo, 2010). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

sectional study untuk mengetahui adanya hubungan antara higiene perorangan

dengan kejadian diare pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Lemong

Kabupaten Pesisir Barat tahun 2023.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni tahun 2023.

3.2.1 Tempat Penelitian

Pengambilan sampel akan dilakukan di Puskesmas Lemong Kabupaten

Pesisir Barat.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2017:136) populasi adalah wilayah generalisasi atas

objek atau subje yang mempunyai kualitas dan akarkteristik tertentu yan

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.


38

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak pasien diare pada rentan

waktu bulan Januari 2023 - Mei 2023 yaitu sebanyak 121 anak.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Teknik sampling yag digunakan

dalam penelitian ini adalah probability sampling yan merupakan tekik

penggambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama

bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Menurut Sugiyono, 2017:142 dalam menggunakan rumus slovin (3:1) dengan

mengunakan Nilai e = 0,1 % karena jumlah populasi dalam kriteria kecil.

Rumus Slovin : n = N/(1+Ne2)

keterangan

n = Jumlah sampel

N= Jumlah Populasi

e = Batas Toleransi kesalahan

n = N/(1+Ne2)

n = 121/(1 + 121(0,1) 2)

n = 121/2,21

n = 55 sampel

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel terikat (Dependent) adalah variabel yang bergantung dengan

variavel lainnya. Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas yaitu personal

hygiene yang meliputi perilaku CTPS, Perilaku buang air besar, perilaku

menjaga kebersihan tangan dan kuku.


39

3.4.2 Variabel Independen

Varibel bebas (Independent) adalah variabel yang tidak terikat dengan

variabel lainnya. Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas, yaitu kejadian

diare.

3.5 Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep di atas, adapun definisi operasional dari masing-

masing variabel yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1

Definisi Operasional Masing-masing Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil UKur Skala


Operasional
1 Kejadian Gejala dari suatu kuisioner Wawancara 1. Baik Ordinal
Diare penyakit yang (61% -
ditandai dengan 100%)
bertambahnya 2. Buru
frekuensi buang air k (<60%)
besar lebih dari tiga (Purbantara,
kali perhari dengan 2013)
perubahan bentuk
tinja menjadi encer,
berair dan biasanya
berwarna putih
pucat, bercampur
darah.
2. Perilaku Perilaku yang Kuisioner Wawancara 1. Baik Ordinal
Buang dilakukan oleh (61% -
Air responden dalam 100%)
Besar membuang tinja 2. Buru
40

(BAB) yang memenuhi k (<60%)


syarat kesehatan.
(Purbantara,
2013)
3. Perilaku Perilaku yang Kuisioner Wawancara 1. Baik Ordinal
Mencuci dilakukan oleh (61% -
Tangan responden dalam 100%)
Pakai mencuci tangan 2. Buru
Sabun menggunakan air k (<60%)
(CTPS) bersih dan sabun
pada waktu kritis (Purbantara,
seperti sebelum 2013)
makan, setelah BAB,
sebelum menyiapkan
makanan, setelah
bermain dan setelah
memegang hewan.
4. Kebersih Kondisi dimana Kuisioner Wawancara 1. Baik Ordinal
an tangan dan kuku (61% -
Tangan responden dalam 100%)
dan kuku keadaan bersih dan 2. Buru
terbebas dari k (<60%)
kotoran.
(Purbantara,
2013)

3.6 Etika Penelitian

Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik meliputi, bebas eksplorasi,

kerahasiaan, bebas dari penderita. Untuk itu perlu mengajukan permohonan


41

izin kelokasi penelitian dengan berpedoman pada prinsip etik. Menurut

(Nursalam,2013), prinsip dasar etika penelitian yaitu:

1. informed consent ( lembar persetujuan)

peneliti menjelaskan prosedur penelitian setelah itu peneliti memberikan

lembar persetujuan menjadi responden. Jika orang tua dan anak menolak

untuk dijadikan responden maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormatinya.

2. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to

full disclosure)

peneliti memberikan penjelasan secara rinci bertanggung jawab jika

sesuatu yang terjadi pada responden.

3. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to selft determination)

Peneliti menjelaskan langsung kepada responden yang tertulis dilembar

persetujuan, memberikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya terkait

dengan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan

memberikan kesempatan untuk responden menentukan pilihannya mengikuti

atau menolak, jika responden setuju untuk ikut serta maka responden

menandatangani lember persetujuan yang diajukan oleh peneliti.

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Instrumen Penelitian

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk

mendapatkan informasi dari responden.Wawancara dilakukan berdasarkan


42

kuesioner yang telah disiapkan.Wawancara yang dilakukan pada penelitian

ini bertujuan untuk mengumpulkan data terkait variabel higiene

peroranganseperti kebiasaan Buang Air Besar (BAB), kebiasaan Cuci

Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan kebersihan tangan dan kuku.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan media penilaian yang dilakukan dengan cara

pengamatan langsung terhadap variabel. Lembar observasi dilakukan

untuk mengumpulkan data terkait variabel Personal hygiene seperti

perilaku BAB, perilaku CTPS dan kebersihan tangan dan kuku.Hal-hal

yang diobservasi pada variabel kebiasaan BAB adalah tersedia atau

tidaknya jamban keluarga, ketersediaan air bersih, serta kondisi jamban.

Pada variabel kebiasaan CTPS, hal-hal yang diobservasi adalah tersedia

atau tidaknya tempat cuci tangan, ketersediaan air bersih dan sabun.

Sedangkan variabel kebersihan tangan dan kuku hal yang diobservasi

adalah bersih atau tidaknya kuku dan panjang kuku responden. Kebersihan

tangan juga dilakukan dengan observasi dengan melihat ada tidaknya

kotoran pada tangan responden.

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan media yang digunakan untuk mengumpulkan data

dengan cara memberikan pertanyaan kepada responden terkait kriteria

penilaian variabel yang telah diuraikan di lembar kuesioner. Kuesioner

digunakan untuk memperoleh data tentang higiene peroranganresponden

seperti kebiasaan Buang Air Besar (BAB), kebiasaan Cuci Tangan Pakai

Sabun (CTPS) dan kebersihan tangan dan kuku.


43

3.8 Pengolahan Data

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan perangkat computer

dengan tahapan pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut:

1. Editing

Berfungsi untuk pemeriksaan terhadap kelengkpan dalam menjawab

pertanyaan pada kuisioner, kejelasan, konsistensi, relevansi, dan

keseragaman jawaban.

2. Coding

Coding dilakukak dengan menelompokkan jawaban responden kedalam

kategori yan disesuaikan dan dengan pemberian kode pada masing-masing

kategori.

3. Entry data

Yaitu tahap ketika data yang telah dikategorikan lalu dimasukkan kedalam

lembar variabel pada software pengolahan data untuk tahap pemrosesan.

4. Cleaning

Tahap lebih lanjut setelah data dimasukkan kedalam software adalah

pemeriksaan kembali data untuk mendapatkan data yang kemungkian

mengalami kesalahan dalam pengkodean atau hilan serta memeriksa

konsistensi dari data.

5. Tabulating

Adalah aktivitas dalam pengelompokan data berdasarkan sifat dan variabel

yang diteliti untuk kemudahan dalam proses analisis lebih lanjut.


44

3.9 Analisis Data

a. Analisa Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi

dalan presentase dalam tiap variabel (Notoatmodjo,2010). Analisis

univariat pada penelitian ini untuk mengetahui distribusi frekuensi

kejadian penyakit diare dan frekuensi personal hygiene pada anak

diwilayah kerja puskesmas lemong.

b. Analisis Bivariat Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga mempunyai pengaruh atau korelasi (Notoatmodjo,2010). Analisa

bivariat untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan personal hygiene

dengan kejadian diare pada anak di wilayah kerja puskesmas lemong.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

linear berganda. Regresi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui arah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.


45

KUISIONER PENELITIAN

Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada Anak Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lemong Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat Tahun

2023

Nama (Inisial)
46

Umur

Jenis Kelamin

Alamat

Tanggal Wawancara

No Responden

PERSONAL HYGIENE

Kebiasaan Buang Air Besar (BAB)

No. PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah dirumah anda memiliki jamban milik

pribadi

2 Apakah anda buang air besar di jamban milik

pribadi/ WCumum, WC tetangga

3 Apakah anda menggunakan air bersih yang cukup

ketika buang air besar

4 Apakah anda rutin membersihkan jamban milik

pribadi

5 Apakah letak jamban anda dengan sumber air bersih

+ 10 m
47

Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps)

No. PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah Anda mempunyai tempat mencuci tangan

dengan air mengalir dan dilengkapi sabun

2 Apakah anda mencuci tangan pakai sabun setelah

BAB

3 Apakah anda mencuci tangan pakai sabun

sebelum/setelah makan

4 Apakah anda mencuci tangan pakai sabun setelah

bermain

5 Apakah anda mencuci tangan pakai sabun setelah

memegang hewan

6 Apakah anda tau langkah-langkah cuci tangan yang

benar

Kebersihan Tangan Dan Kuku

No PERTANYAAN YA TIDAK
48

1 Apakah anda membersihkan tangan apabila kotor

2 Apakah anda membersihkan kuku apabila kotor

3 Apakah anda memotong kuku secara rutin min 1

minggu sekali

4 Apakah anda sering menggigit kuku

5 Apakah anda mengenakan alas kaki ketika akan

keluar rumah

Sumber : ) Modifikasi (Yuyun L, 2019), (Purbantara,2013 )dan (Wardatunnajwa,

2018)

Indikator Penilaian

Total nilai pervariabel = jumlah jawaban x 100%

jumlah soal

1. Baik (61% - 100%)

0. Buruk (<60%)

Anda mungkin juga menyukai