Profesional Guru

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 113

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMA NEGERI 3 SEUNAGAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

JUSFIKAR
NIM. 150201115
Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2019 M/ 1441 H
ABSTRAK

Nama : Jusfikar
NIM : 150201115
Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam
Judul : Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 3 Seunagan
Tanggal Sidang : 6 Januari 2020
Tebal Skripsi : 94
Pembimbing I : Muhibudin, S.Ag, M.Ag
Pembimbing II : Ramli, S.Ag, MH
Kata Kunci : Profesionalisme Guru PAI
Profesionalisme adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang dituntut untuk
memiliki keahlian dari para petugasnya, pekerjaan yang di sebut profesi itu
tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih, terdidik dan di siapkan
secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu. Guru yang
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Adapun Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana profesionalisme guru PAI, apa saja
yang diupayakan SMA Negeri 3 Seunagan untuk meningkatkan
profesionalisme guru dan faktor apa saja yang menjadi pendukung atau
penghambat profesionalisme guru PAI. Sedangkan tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana profesionalisme guru PAI, untuk
mengetahui upaya SMA Negeri 3 Seunagan untuk meningkatkan
profesionalisme guru dan untuk mengetahui faktor yang menjadi pendukung
dan penghambat profesionalisme guru PAI. Dalam penelitian ini penulis
memakai cara pengumpulan data dengan menggunakan metode kualitatif
yang bersifat deskritif, data yang dikumpulkan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. adapun subjek yang dijadikan dalam
penelitian ini adalah guru-guru PAI dan kepala sekolah yang dijadikan
objek penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa guru PAI belum
profesional karena belum mampu dalam menguasai kelas pada saat proses
pembelajaran berlangsung sehingga dapat menganggu kenyamanan siswa
lain yang sedang berlajar. Kemudian faktor yang dapat meningkatkan
profesionalisme guru seperti sarana dan prasarana, sedangkan faktor yang
menghambat profesionalisme guru PAI adalah kurangnya motivasi, dana
yang terbatas dan kemudian sarana dan prasarana belum lengkap. dan juga
buku-buku belum memadai. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi guru
dalam meningkatkan kualitas profesionalismenya antara lain, faktor
eksternal dan internal siswa, lingkungan, serta sarana dan prasarana.

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji dan bersyukur penulis ucapan


kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul:“Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri
3 Seunagan”. Shalawat beriring salam penulis sanjung sajikan kepangkuan
Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau yang
telah membawa umatnya dari alam kebodohan kepada alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan
keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Selama pelaksanaan penelitian dan
penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
arahan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
kemampuan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Kepada Rasulullah SAW yang telah membawa perubahan besar
dalam kehidupan manusia dari manusia yang hidup jahiliyyah
kepada manusia yang berilmu pengetahuan.
3. Kepada Bapak Rektor UIN Ar-Raniry, dekan, pembantu dekan,
ketua jurusan dan seluruh staf pengajar, karyawan/ karyawati,
pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Ar-Raniry yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan studi ini.

vi
4. Bapak Dr. Muslim Razali, S.H., M.Ag. Selaku dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh,
terima kasih atas semua dukungannya.
5. Bapak Dr. Husnizar S.Ag, M.Ag. Selaku ketua prodi Pendidikan
Agama Islam UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, atas segala
bantuan dalam bidang akademik, demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak Muhibuddin, S.Ag.M.Ag Selaku pembimbing pertama dan
bapak Ramli, S.Ag.,MH Selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi kepada penulis
dari awal hingga selesainya skripsi ini.
7. Orang tua tercinta, Ramli.k dan Nursabitah, dan kepada seluruh
anggota keluarga penulis.
8. Kepada bapak kepala Sekolah SMA Negeri 3 Seunagan Anwar
Ali,S.Pd., M.Pd dan Guru Pendidikan Agama Islam. Ibu Herwiyani,
MA, ibu Riska Yanti, S.Pd, bapak Zulfadli, S.P.d serta kepada siswa-
siswi SMAN 3 Seunagan yang telat membantu peneliti untuk
mengumpulkan data yang di butuhkan.
9. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan dan teman-teman dari prodi
Pendidikan Agama Islam Angkatan 2015, khususnya unit 04 tercinta
dan kepada sahabat-sahabat saya semua yang telah memberikan
semangat serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan karya
ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, bukan tidak mustahil dapat ditemukan kekurangan dan
kekhilafan, namun penulis sudah berusaha dengan segala kemampuan yang
ada. Atas segala bantuan dan perhatian dari semua pihak, semoga skripsi ini

vii
bermanfaat dan mendapat pahala dari Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal
’Alamin

Banda Aceh, 22 November 2019


Penulis,

Jusfikar

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel No:

2.1 Struktur dan Muatan Kurikulum ..................................................... 48

2.2 Beban Belajar Mata Pelajaran Wajib ............................................. 53

2.3 Kelompok Mata Pelajaran Peminatan ............................................ 53

2.4 Peserta didik yang memilih peminatan .......................................... 54

2.5 Peminatan Matematika dan Ilmu Alam .......................................... 56

2.6 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial .......................................................... 57

2.7 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMA Negeri 3 Seunagan . 58

4.1 Keadaan Siswa SMA Negeri 3 Seunagan ...................................... 75

4.2 Guru dan Pegawai di SMA Negeri 3 Seunagan .............................. 76

4.3 Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran............................. 78

xiii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK ...................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................... 5
E. Penjelasan Istilah ......................................................... 6
F. Kajian Terdahulu yang Relavan ................................... 9
G. Metode Penelitian ........................................................ 9

BAB II : PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM
A. Profesionalisme ........................................................... 12
1. Pengertian Profesionalisme ..................................... 12
2. Karakteristik Guru Profesional ............................... 13
3. Ciri-ciri Guru Profesional ....................................... 13
4. Peningkatan Kualitas Guru ..................................... 15
B. Guru PAI (Pendidikan Agama Islam) ........................... 15
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam .............. 15
2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ..................... 20
3. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam............ 30
4. Kode Etik Guru ...................................................... 35
C. Kurikulum 2013 SMA Negeri 3 Seunagan ................... 39

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................... 62
B. Kehadiran Penelitian .................................................... 63
C. Lokasi Penelitian ......................................................... 63

ix
Halaman

D. Sumber Data ................................................................ 64


E. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 64
F. Analisis Data ............................................................... 66
G. Pengecekan Keabsahan Data........................................ 67
H. Tahap-Tahap Penelitian ............................................... 69
I. Pedoman Penulisan Skripsi .......................................... 70

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum SMA Negeri 3 Seunagan ................. 71
B. Profil SMA Negeri 3 Seunagan .................................... 72
C. Profesionalisme Guru PAI di SMA Negeri 3 Seunagan 81
D. Upaya SMA Negeri 3 Seunagan untuk Meningkatkan
Profesionalisme Guru .................................................. 84
E. Faktor yang Menjadi Pendukung atau Penghambat
Profesionalisme Guru PAI di SMA Negeri 3 Seunagan 86

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. 90
B. Saran-saran.................................................................. 91

DAFTAR KEPUSTAKAAN .............................................................. 92


LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau
latihan dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan kesatuan nasional.
Dari segi bahasa agama berasal dari bahasa Arab, yaitu ad-din
sedangkan Islam dalam bahasa arabnya berarti aslama-yuslimu-Islaman
yang bisa diartikan dengan keselamatan dan kesejahteraan. Bisa pula Islam
berarti sullamun, yaitu tangga jenjang ke atas. Islam bisa pula diartikan
dengan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.
Sedangkan menurut istilah Agama Islam adalah agama seluruh
ajaran dan hukum-hukumnya terdapat dalam Al-Qur’an yang di turunkan
dari Allah, yang di wahyukan kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad
Saw, untuk disampaikan dan didakwahkan kepada kepada umat manusia
sehingga manusia yang ada di muka bumi ini akan memperoleh kebahagian
hakiki dan bermakna baik ketika hidup di dunia maupun di akhirat.1
Pendidikan menurut Islam atau pendidikan yang berdasarkan Islam
atau sistem pendidikan yang Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan
dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang

1
Beni Kurniawan, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Gransindo, 2008), hal. 1-2.

1
2

terkandung dalam sumber dasarnya , yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah atau


Hadis.2
1. Ustad, orang yang memperbaiki dan memperbaharui model-model
atau cara kerjannya sesuai dengan tuntunan zaman.
2. Mu’allim, berarti orang yang menangkap hakikat sesuatu. Ini
mengandung makna bahwa guru adalah orang yang dituntut untuk
mampu menjelaskan hakikat dalam pengetahuan yang diajarkannya.
3. Murabbi, artinya orang yang menciptakan, mengatur dan
memelihara, guru adalah orang yang mendidik dan menyiapkan
peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan
memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka
bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
4. Mursyid, yaitu orang yang berusaha menularkan penghayatan akhlak
atau kepribadian kepada peserta didiknya.
5. Mudarris, yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus,
melatih dan mempelajari. Artinya orang yang berusaha
mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau
memberantas kebodohan, serta melatih ketrampilan peserta didik
sesuai dengan bakat dan minatnya.
6. Muaddib, yang berarti moral, etika dan adab. Artinya adalah orang
yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk
membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan. 3
Guru adalah pendidik profesional, karenannya secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang

2
Muhaimin, Pemgembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005), hal. 6.
3
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia 2013), hal.2.
3

terpikul dipundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya
kesekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab
pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukan pula bahwa orang
tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarangan guru/sekolah
karena tidak sembarangan orang dapat menjabat guru.4
Guru adalah orang yang indentik dengan pihak yang memiliki tugas
dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Ditangan para
guru lah tunas-tunas bangsa terbentuk sikap dan moralitasnya sehingga
mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini di masa datang.
Guru berjuang baik dengan fisik maupun non fisik di alam perang
kemerdekaan gurupun sudah berperan dan memiliki andil besar di dalam
mempertahankan republik ini, berjuang tanpa pamrih, bahkan tidak sedikit
pula para guru gugur. Untuk non fisik, perjuangan guru terlihat dalam
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, sehingga anak
didiknya menjadi pintar, pandai dan sudah berapa banyak anak didiknya
telah menjadi orang besar. 5
Oleh sebab itu, tepatlah di kata orang bahwa karena guru kita pintar,
karena gurulah kita pandai, karena gurulah kita cemerlang, karena gurulah
kita gemilang dan Karena gurulah kita terbilang. Akan tetapi apa yang kita
lihat sekarang, kondisi dan himpitan ekonomi telah menimpa para guru.
Guru masih di padang sebelah mata, bahkan gurupun selalu jadi bahan
gunjingan dan santapan empuk untuk di jadikan komsumsi di berbagai
media massa.

4
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:.Bumi Aksara, 2004),hal.39.
5
Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hal3.
4

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian


dari para petugasnya. Artinya pekerjaan yang di sebut profesi itu tidak bisa
di lakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak di siapkan secara khusus
terlebih dahulu untuk melakukan perkerjaan itu.
Profesional menunjukan kepada dua hal pertama orang yang
menyandang suatu profesi, misalnya sebutan dia seorang professional,
kedua penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai
dengan profesinya.
Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-
menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam
6
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Profesionalisme guru penting, tanpa profesionalisme guru tidak akan
mampu meningkatkan mutu pembelajaran. Guru yang profesional
merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas dan
profesional seorang guru suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah
berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran dan
kurikulum, maka guru profesional dalam bidang Pendidikan Agama Islam
adalah seorang guru yang dapat menciptakan proses belajar mengajar materi
Pendidikan Agama Islam untuk membangkitkan minat belajar siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengkaji dan menjadikannya sebagai judul skripsi yaitu Profesionalisme
Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Seunagan.

6
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling,(Jakarta: Rineka
Cipta,2008), hal. 339.
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah ?
1. Bagaimana profesionalisme guru PAI di SMA Negeri 3 Seunagan?
2. Apa saja yang diupayakan SMA Negeri 3 Seunagan untuk
meningkatkan profesionalisme guru?
3. Faktor apasaja yang menjadi pendukung atau penghambat
profesionalisme guru PAI di SMA Negeri 3 Seunagan?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui profesionalisme guru PAI di SMA Negeri 3
Seunagan.
2. Untuk mengetahui upaya SMA Negeri 3 Seunagan untuk
meningkatkan profesionalisme guru.
3. Untuk mengetahui faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
profesionalisme guru PAI di SMA Negeri 3 Seunagan.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca, dan peneliti sendiri mengenai “Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Seunagan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengetahuan
tambahan dan masukan bagi guru dalam meningkatkan
profesionalisme. Secara keilmuan, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi guru akan pentingnya
6

kompetensi profesional guru PAI dalam melaksanakan tugas.


a. Bagi Siswa
Guru yang profesional dapat meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran yang optimal bagi siswa.
b. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang.
c. Bagi Guru
Dapat dijadikan evaluasi untuk selalu berusaha mengembangkan
diri sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta untuk
mencapai kualitas atau profesionalisme dalam pembelajaran.

E. Penjelasan Istilah
a. Profesionalisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Profesionalisme
adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk merupakan ciri suatu profesi atau
orang yang profesional. 7 Profesionalisme adalah suatu keahlian yang
dimiliki seseorang setelah mendalami suatu ilmu. Sementara profesional
mengerjakan sesuatu berdasarkan profesi. Berdasarkan pengertian tersebut,
maka dapat di pahami bahwa profesionalisme adalah pengetahuan yang di
miliki seseorang dalam sebuah bidang disiplin ilmu tertentu.8
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru
adalah seperangkat kemampuan yang beraneka ragam atau kemampuan
yang menuntut adanya keterampilam berdasarkan konsep dan teori ilmu

7
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta: Media
Pustaka Phoenix, 2012), hal. 667.
8
H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal.
86.
7

pengetahuan yang mendalam dalam menjalankan tugas dan fungsinya


sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Dengan kata lain guru
profesionnal harus memiliki kemampuan yang terdidik dan terlatih dengan
baik yang dibarengi pengalaman yang kaya dibidangnya.
b. Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Guru adalah orang
yang kerjanya mengajar, perguruan, sekolah, gedung tempat belajar.
perguruan tinggi, sekolah tinggi, universitas.9
Guru adalah pengajar, pendidik, pembimbing dan orang dewasa yang
memiliki ilmu pengetahuan. Guru adalah pendidik yang berkembang, tugas
profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang hayat. Belajar
sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan lingkungan sekolah
setempat.
Menurut Zakiah Daradjad Guru adalah pendidik profesional,
karenannya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua.
Mereka ini tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus berarti
pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal
itu pun menunjukan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan
anaknya kepada sembarangan guru/sekolah karena tidak sembarangan orang
dapat menjabat guru.10
Berdasarkan pemaparan diatas bisa di pahami bahwa guru
profesionalisme adalah kemampuan dari seseorang dalam menjalankan
tugasnya dan profesinya dengan baik dan menetapkan komitmen terhadap

9
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,(Jakarta: Balai
Pustaka 2005),hal. 377.
10
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 39.
8

profesinya guna mengembangkan kemampuan dalam melaksankan


tugasnya,
c. PAI (Pendidikan Agama Islam)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Islam Agama yang
di ajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Berpedoman pada kitab suci Al-
Qur’an yang di turunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.
Pengertian pendidikan Agama Islam adalah merupakan usaha-usaha
yang sistematis dan praktis yang di lakukan oleh umat islam dalam
membentuk tingkah laku agar hidupnya sesuai dengan tuntunan ajaran
agama Islam yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan hadist. Menurut
Zakiah Daradjat pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan
atau asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah selesai pendidikannya
dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya
sebagai jalan kehidupan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam
rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau
pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

F. Kajian Terdahulu yang Relevan


Skripsi Dedy Mustadjab mahasiswa jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga dengan judul “Profesionalisme
Guru PAI dalam Implementasi KBK”.Skripsi ini merupakan penelitian
literer (kajian pustaka) yang membahas tentang bagaimana menjadi guru
PAI yang profesional dalam mengimplementasikan KBK, mulai dari
membuat persiapan mengajar, metode dan strategi yang digunakan sampai
pada cara mengevaluasi hasil belajar. Penelitian bersifat wacana terhadap
9

teori-teori yang ada di berbagai buku, bukan implementasi di lapangan atau


sekolah.11
Skripsi M. Ali Gufron, mahasiswa jurusan PAI, Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Kalijaga dengan judul “Profesionalisme Guru Agama Islam
dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum (suatu
telaah kritis)”, mengungkapkan tugas profesional guru agama Islam dan
kompetensi guru agama Islam dalam melaksanakan belajar mengajar secara
teoritis.12
Setelah penulis melakukan penelusuran terhadap karya ilmiah
terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa ada pembahasan tentang
profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Pada dasarnya penulis
menemukan pembahasan yang berkaitan dengan profesionalisme, namun
penelitian tersebut dibahas secara teoritis dan kuantitatif. Dalam Skripsi ini
penulis membahas Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 3 Seunagan yang dibahas secara kualitatif.

G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan salah satu cara untuk memecahkan
suatu masalah yang sedang dihadapi, demikian juga dengan penelitian ini
diperlukan metode yang tepat untuk memecahkan suatu masalah yang ingin
diteliti.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian yang bersifat
kualitatif artinya penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan
untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan hal-hal

11
http://digilib.uin-
suka.ac.id/1452/1/bab%20I,%20bab%20IV,%20daftar%20pustaka.pdf (Skripsi) diakses pada
tanggal 10 Juni 2019 pukul 12
12
http://digilib.uinsuka.ac.id/1452/1/bab%20I,%20bab%20IV,%20daftar%20pustaka.p
df (Skripsi) diakses pada tanggal 10 Juni 2019 pukul 12
10

yang terjadi di lapangan. Dengan menggunakan metode deskriptif


merupakan suatu metode yang berfungsi untuk menemukan dan memahami
pengetahuan seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa
tertentu, yaitu suatu penelitian dengan mengumpulkan data di lapangan dan
menganalisis serta menarik kesimpulan dari data tersebut agar penelitian
dapat dilakukan secara sistematis dan terprogram. 13 Data yang penulis
butuhkan dalam penulisan ini diperoleh melalui keterangan atau informasi
yang bersumber dari responden, yaitu kepala sekolah, Relawan guru
pendidikan agama Islam. Serta guru yang ada di SMA Negeri 3 Seunagan
di lokasi penelitian. Data yang diperlukan dapat diperoleh melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dalam penelitian ini proses observasi yaitu melakukan pengamatan
secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat penerapan
Pendidikan Agama Islam. Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat sejak
peneliti memulai pengumpulan data hingga akhir kegiatan pengumpulan
data. Kegiatan observasi dalam rangka kegiatan pengumpulan data ini
mengambil objek-objek yang relevan dengan lingkup penelitian seperti
sarana dan prasarana.
Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak berstruktur
atau wawancara terbuka, yaitu dalam bentuk pertanyaan yang memberikan
kebebasan kepada responden untuk menjawab bebas dan terbuka terhadap
pertanyaan yang peneliti ajukan,
Dokumentasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan data-data SMA Negeri 3 Seunagan dan peneliti untuk
menformulasikan penyusunan dalam bentuk laporan sesuai dengan

13
Nana Syaodah Sukmadinata, Metode Penelitian, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2010), hal.73.
11

kebutuhan yang diperlukan.


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 14

14
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 333.
BAB II
PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Profesionalisme
1. Pengertian Profesionalisme
Kata profesionalisme merupakan istilah yang berasal dari bahasa
Inggris disebut dengan professionalism yang secara leksikal berarti sifat
profesional1 Profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation
atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus. Dalam istilah bahasa Indonesia, kata
profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang, profesi juga
diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian tertentu.2
Profesionalisme adalah suatu bidang pekerjaan yang berbasis pada
keahlian tertentu. Seorang profesional memahami Apa? Mengapa? dan
Bagaimana? suatu pekerjaan dilakukan. Mengetahui upaya dan langkah
strategis serta memahami akibat dan resiko dari suatu pekerjaan yang di
embannya. Oleh sebab itu, seorang profesional bukan hanya dibekali
keahlian tertentu tetapi juga di topang oleh mental dan kepribadian yang
mendukung bidang keahlian dan pekerjaan.

1
Sudarwan Denim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatkan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, ( Bandung: Pustaka Setia 2002), hal. 23.
2
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Cet. Ke-1, (Jakarta: Raha Grafindo
Persada, 2007), hal. 45.

12
13

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa: “Guru


adalah pendidik profesional yang mempunyai peran dan pengaruh besar
terhadap proses belajar mengajar serta keberhasilan pendidikan. Jabatan
guru disebut sebagai pekerjaan profesional artinya: jabatan ini memerlukan
suatu keahlian khusus, keahlian seorang guru adalah mengajarkan anak
didiknya. Sebagaimana orang menilai bahwa dokter, ahli hukum dan lain
sebagainya sebagai profesi sendiri. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarangan orang tanpa memiliki keahlian atau kompetensi sebagai guru. 3
2. Karakteristik Profesionalisme Guru
Karakteristik utama profesionalisme guru itu terletak pada
kesadarannya sebagai manusia. Profesionalisme akan tumbuh apabila setiap
guru tertanam kesadaran pada posisi dirinya sebagai hamba Allah. Yang
berbakti kepada kedua orang tua dan negara melalui tugasnya, menjadikan
wilayah profesinya sebagai amal yang baik, sebagai sajadah yang penjang
dalam penghambaannya pada sang pencipta untuk kemakmuran sesama dan
lingkunganya. Orientasi guru dalam bekerja bukan hanya tertuju pada
keuntungan jangka pendek saja (keuntungan duniawi) tertapi juga tertuju
pula pada jangka panjang (keuntungan akhirat) yang jauh lebih baik.
3. Ciri-Ciri Guru Profesional
Para ahli merumuskan ciri-ciri guru profesional di kelompokkan
menjadi: a. Ahli (expert)
b. Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab.
c. Memiliki kesejawatan (etika profesi).

3
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bumi Aksara, Bandung, 2001), hal. 118.
14

1). Ahli (expert)


Keahlian yang dimaksudkan disini adalah dalam bidang pengetahuan
yang diajarkan dan ahli dalam tugas mendidik. Seorang guru tidak hanya
menguasai isi pengajaran yang diajarkan, tetapi juga mampu menanamkan
konsep mengenai pengetahuan yang diajarkan.
2). Memiliki rasa kesejawatan (etika profesi)
Salah satu tugas dan organisasi adalah menciptakan rasa kesejawatan
sehingga ada rasa aman dan pelindungan jabatan. Etik profesi ini
dikembangkan melalui organisasi profesi diciptakan rasa sejawat, semangat
korps dikembangkan agar harkat dan martabat guru dijunjung tinggi baik
oleh korps guru maupun masyarakat pada umumnya.
3). Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab
Guru yang profesional di samping ahli dalam bidang mengajar dan
mendidik. Ia juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Otonomi adalah
suatu sikap yang profesional yang di sebut mandiri berdasarkan keahliannya
Ciri-ciri mandiri antara lain
a). Menguraikan nilai-nilai hidup.
b). Membuat pilihan nilai.
c). Menentukan dan mengambil keputusan sendiri.
d). Bertanggung jawab atas keputusan itu.
Guru yang profesional mempersiapkan diri sematang-matangnya
sebelum ia mengajar. Ia betul-betul menguasai materi yang akan diajarkan
dan bertanggung jawab atas segala yang diajarkannya. 4 Profesionalisme
guru adalah keahlian yang dimiliki oleh seorang guru dalam proses
mengajar anak didiknya,

4
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hal 41-45
15

4. Peningkatkan Kualitas Guru


Guru memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas
pembelajaran, baik kualitas proses maupun kuantitas lulusan. Namun
demikian, sehebat apapun kualitas dan kepedulian guru dalam
mengembangkan pendidikan akan terganjal ketika ada kebijakan
pemerintah yang bersifat mengikat. Contoh, sekuat apapun keinginan guru
dalam membangun hakikat pendidikan dan budaya belajar yang baik akan
terganjal oleh kebijakan ujian nasional di mana guru dipaksa mengiring
peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya dalam menjawab
sejumlah soal.
Berdasarkan pemaparan diatas bisa di pahami bahwa guru
profesionalisme adalah kemampuan dari seseorang dalam menjalankan
tugasnya dan profesinya dengan baik dan menetapkan komitmen terhadap
profesinya guna mengembangkan kemampuan dalam melaksankan
tugasnya, seseorang yang profesional akan berusahan melakukan yang
terbaik guna memberikan kepuasan kepada diri sendiri dan orang lain.

B. Guru Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama
Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan
memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
kesatuan nasional.
Muhibbin Syah mengemukakan bahwa Guru pendidikan Agama
Islam dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar
pengajar melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya , setiap guru
16

pendidikan agama Islam diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan


kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja
akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan
pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggung
jawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggung jawab
tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang
menjadi bagian integral dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang
disandang para guru.5
Oleh karena itu, kedudukan dan peran guru Pendidikan Agama Islam
professional sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Guru
pendidikan agama Islam profesional dalam suatu lembaga pendidikan
diharapkan akan memberikan perbaikan kualitas pendidikan yang akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan perbaikan kualitas
pendidikan dan peningkatan prestasi belajar, maka diharapkan tujuan
pendidikan nasional akan terwujud dengan baik. Dengan demikian,
keberadaan guru pendidikan agama Islam selain untuk mempengaruhi
proses belajar mengajar, juga diharapkan mampu memberikan mutu
pendidikan yang baik sehingga mampu menghasilkan siswa yang
berprestasi. Untuk mewujudkan itu, perlu dipersiapkan sedini mungkin
melalui lembaga atau sistem pendidikan guru yang memang juga bersifat
profesional dan memiliki kualitas pendidikan dan cara pandang yang maju. 6
Begitu juga dengan profesi seorang Guru pendidikan agama Islam
yang merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan merupakan amal shalih
tak terhingga karena mendidik dan menstransfer ilmu pengetahuan dalam

5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cet. Ke-13,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 250.
6
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, cet. 2 (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1998), hal. 407.
17

rangka membangun peradaban manusia. Oleh karena itu dapat disimpulkan


bahwa keberadaan seorang guru pendidikan agama Islam yang memiliki
semangat yang tinggi. Bersikap profesional dan memiliki dedikasi
profesional sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
membentuk kepribadian generasi muslim sejati yang berwawasan luas.
Profesionalisme Guru pendidikan agama Islam harus memiliki
keahlian, tanggung jawab, dan rasa kebersamaan yang didukung oleh etika
profesi yang kuat. Untuk itu guru pendidikan agama Islam harus memilki
interlektual sosial (cerdas atau berakal), spiritual (rohani dan batin), pribadi,
moral dan profesional, agar dapat berkembang kearah penguasaan-
penguasaan kompetensi professional sebagai landasan kerja.
Oleh karena itu, profesi guru pendidikan agama Islam merupakan
perwujudan profesionalitas para guru secara sadar dan tearah serta
bertanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan baik di sekolah maupun
di luar sekolah. Dengan demikian guru pendidikan agama Islam yang
profesional memiliki keahlian baik yang menyangkut materi keilmuan yang
dikuasai maupun ketrampilan metodeloginya di mana keahlian yang
dimiliki oleh guru diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan latihan
yang di programkan dan terstruktur secara khusus. 7
Guru pendidikan agama Islam yang memiliki komitmen yang rendah
biasanya kurang memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu
dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang
sangat sedikit. Sebaliknya seseorang guru pendidikan agama Islam yang
memiliki komitmen yang tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya dalam

7
Kepler Sianturi, Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, dalam
jurnal Dinamika Vol. VI, No. 1 Edisi Januari-April 2008. hal. 62.
18

bekerja. Demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu


pendidikan sangat banyak.
Dalam pendidikan, guru pendidikan agama Islam adalah seorang
pendidik dan pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang menciptakan iklim
belajar yang menarik, memberi rasa aman, nyaman dan kondusif dalam
kelas. Keberadaan seorang guru ditengah-tengah siswa dapat mencairkan
suasana kebekuan, kekakuan dan kejenuhan belajar yang terasa berat
diterima oleh siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan ketrampilan
dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Oleh sebab itu.
Keberadaan guru pendidikan agama Islam profesional sangat di perlukan.
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa sumber ilmu pengetahuan
adalah Allah Swt. Ia mengajarkan manusia dari kondisi tidak tahu kepada
berpengetahuan. Allah Swt, berfirman:
ِ َّ ِّ‫اقْ رأْ بِاس ِم رب‬
َ ُّ‫﴾ اقْ َرأْ َوَرب‬٢﴿ ‫نسا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬
‫ك ْاْلَ ْكَرم‬ ِ
َ ‫﴾ َخلَ َق ْاْل‬١﴿ ‫ك الذي َخلَ َق‬َ َ ْ َ

﴾٥﴿ ‫نسا َن َما ََلْ يَ ْعلَ ْم‬ ِ َّ ِ ِ َّ ِ َّ


َ ‫﴾ َعل َم ْاْل‬٤﴿ ‫﴾ الذي َعل َم بالْ َقلَم‬٣﴿
Artinya: Bacalah dengan (Menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tak diketahuinya. (QS.Al-Alaq: 1-5)

Kata pendidik sering kali diwakili oleh istilah “guru”. Guru secara
khusus sering diistilahkan “jiwa bagi tubuh” pendidikan. Pendidikan tidak
akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. apapun model kurikulum dan
19

paradigma pendidikan yang berlaku, gurulah pada akhirnya yang


menentukan tercapainya program tersebut.8
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya.9 Guru adalah pendidik
prefesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul oleh pundak
orang tua.10 Guru adalah contoh yang paling tepat yang selalu digugu
(dipercaya) dan ditiru (dicontoh) oleh siswa.
Syaiful Bahri mengungkapkan, guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak
didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar
sekolah.11 Guru atau pendidik berarti orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri
sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu
melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu
yang mandiri. 12
Zakiah Daradjat mengutarakan guru agama adalah pembina pribadi,
sikap dan pandangan hidup anak. 13 Dengan demikian, dapat disimpulkan

8
Dapartemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta:
Dapartemen Agama, 2005), hal. 1.
9
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 37.
10
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 39.
11
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2005), hal. 31-32.
12
Nik Haryanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Gunung Samudera , 2014), hal. 43.
13
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hal. 80.
20

bahwa guru merupakan orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada


siswa serta menjadi penasehat bagi peserta didik dalam mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta didik.
Sebagaimana dalam surah Al Alaq: Ayat. 4-5 mengatakan:
‫ٱ ذ َِّلي عَ ذ ََّل بِٱلۡقَ َ َِّل عَ ذ ََّل ٱ ۡۡل َنس َٰ َن َما لَ ۡم ي َ ۡع َ َّۡل‬
ِ
Artinya : “Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Q.S. Al-Alaq: 4-
5).14

Dari ayat tersebut dapat kita pahami setiap orang yang mengajarkan
manusia baik dengan cara lisan atau dengan cara apapun untuk bisa ilmu
yang disampaikan itu dapat diterima oleh yang menerimanya sehingga
dapat memahami manusia dari tidak mengetahui, sampai mereka
mengatahui apa yang diajarkan tersebut. Dari penjelasan diatas kita
memahami bahawa gurulah yang mengajarkan kepada manusia setiap ilmu
yang dia sampaikan itu.
Jadi pengertian guru pendidikan agama Islam ialah seseorang yang
telah mengkhususkan untuk melakukan kegiatan penyampaian ajaran agama
Islam kepada orang lain.

2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam


Dalam suatu lembaga pendidikan seorang guru memanglah memberi
ilmu apa yang diamiliki kepada peserta didiknya, tetapi dalam menentukan
baik buruknya sikap peserta didik terhadap apa yang mereka anugrahkan,
tergantung bagaimana sikap atau tata cara seorang guru dalam menjalankan
tugas atau perannya, peran seorang guru pendidikan agama Islam
diantaranya adalah:

14
Al Quran Kementrian Agama Republik Indonesia, 2018
21

a. Guru Sebagai Pribadi


Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan
kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat
dibandingkan profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah
bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-
pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola
hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh
masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan
berkembang di masyarakat tempat melaksanankan tugas dan bertempat
tinggal.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan
yang memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak
semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang
menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai
perasaan, dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai temparamen
yang berbeda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut, upaya dalam
bentuk latihan mental akan sangat berguna.
Belajar dari pengalaman tersebut, dalam pembelajaranpun
kondisinya juga tidak jauh berbeda, peserta didik memiliki rasa ingin tahu,
dan memiliki potensinya untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karna
itu, tugas guru yang paling utama adalah bagaimana membangkitkan rasa
ingin tahu peserta didik agar tumbuh minat dan motivasinya untuk belajar. 15
Didalam buku dapartemen agama juga diuraikan, sebagai pribadi
setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh para peserta
didiknya, oleh orang tua, dan oleh masyarakat. Sifat-sifat itu sangat

15
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional,........,hal.48-50
22

diperlukan agar ia dapat melaksanakan pengajaran secara efektif. Karena itu


guru wajib berusaha memupuk sifat-sifat pribadinya sendiri (intern) dan
mengembangkan sifat-sifat pribadi yang disenangi oleh pihak luar (ekstern).
Tegasnya bahwa setiap guru perlu sekali memiliki sifat-sifat pribadi, baik
untuk kepentingan jabatannya maupun untuk kepentingan dirinya sendiri
sebagai warga negara masyarakat.16
b. Guru Sebagai Ilmuwan
Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan. Dia
bukan saja berkewajiban menyampaikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya kepada peserta didik, tetapi juga berkewajiban mengembangkan
pengetahuan itu dan terus menerus memupuk pengetahuan yang telah
dimilikinya. Dalam abad ini, dimana pengetahuan dan teknologi
berkembang dengan pesat, guru harus mengikuti dan menyesuaikan diri
dengan perkembangan tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan,
misalnya: belajar sendiri, mengadakan penelitian, mengikutu kursus,
mengarang buku, dan membuat tulisan-tulisan ilmiah sehingga perannya
sebagai ilmuwan terlaksana dengan baik. 17
c. Guru Sebagai Pemimpin
Sekolah dan kelas adalah suatu organisasi, dimana peserta didik
adalah sebagai pemimpinnya. Guru berkewajiban mengadakan supervisi
dan kegiatan belajar peserta didik, membuat rencana pembelajaran bagi
kelasnya, melakukan manajemen kelas, mengatur disiplin kelas secara
demokratis. Dengan kegiatan manajemen ini guru ingin menciptakan
lingkungan belajar yang serasi, menyenangkan, dan merangsang dorongan
belajar para anggota kelas. Tentu saja peranan sebagai pemimpin menuntun

16
Dapartemen Agama, Wawasan Tugas Guru,......,hal. 74.
17
Dapartemen Agama, Wawasan Tugas Guru,......,hal. 74.
23

kualifikasi tertentu, antara lain kesanggupan menyelenggarakan


kepemimpinan, seperti merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi,
mengkoorgonisasi kegiatan, mengontrol, dan menilai sejauh mana rencana
telah terlaksanan. Selain dari itu, guru harus punya jiwa kepemimpinan
yang baik, seperti: hubungan sosial, kemampuan berkomunikasi,
ketenangan, ketabahan, humor, tegas, dan bijaksana, umumnya
kepemimpinan secara demokratis lebih baik dari pada bentuk
kepemimpinan lainnya.18
d. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus
memiliki kualitas standar pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta
memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus
bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran
disekolah, dan dalam kehidupan masyarakat.
Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam
merealisasikan nilai spriritual, emosianal, moral, sosial, dan intelektual
dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu
pengetahuan, dan teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang
dikembangkan.
Guru juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri
(independent), terutama dalam berbagai hal berkaitan dengan pembelajaran
dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta

18
Dapartemen Agama, Wawasan Tugas Guru,......,hal. 73.
24

didik, dan lingkungan. Guru harus mampu bertindak dan mengambil


keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama berkaitan
dengan masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak menunggu perintah
atasan atau kepala sekolah.
Sedangkan disiplin; dimaksudkan bahwa guru harus mengetahui
berbagai peraturan dan tata tertip secara konsisiten, atas kesadaran
profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplikan para peserta didik
di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam
menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam
berbagai tindakan dan prilakunya.19 Menurut Zakiyah Daradjat guru sebagai
pendidik yaitu mengadakan pembinaan, membentukkan kepribadian,
membina akhlak, menumbuhkan dan mengambangkan keimanan dan
ketaqwaan kepada peserta didik. 20
e. Guru Sebagai Pengajar
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan
pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung
jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang
sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinnya,
membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipahami.
Kegiatan belajar peserta didik di pengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru
dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor diatas dipenuhi, maka melalui
pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Sehubungan dengan

19
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional,......,hal. 37.
20
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah. (Bandung: Rosda
Karya, 1995), hal.99.
25

itu, sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha
membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih
terampil dalam memecahkan masalah. 21
Zakiah Daradjat mengutarakan Guru sebagai pengajar artinya guru
bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Guru mengetahui bahwa pada akhir setiap satuan pelajaran kadang-kadang
hanya terjadi perubahan dan perkembangan. 22 Dalam buku lain guru sebagai
pengajar yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan. 23 Untuk mencapai
tujuan-tujuan itu maka guru perlu memahami sedalam dalamnya
pengetahuan yang akan menjadi tanggung jawab dan menguasai dengan
baik metode dan teknik mengajar.24
Guru sebagai pengajar artinya guru membantu peserta didik yang
sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya,
sehingga mereka tidak terjerumus ke hal-hal yang salah.
f. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta
merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan.
Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
kepada tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut
menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan yang
baik. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang menantang dan

21
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional,.......,hal. 40.
22
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran,......,hal. 265.
23
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam,......, hal. 99.
24
Dapartemen Agama, Wawasan Tugas Guru,......,hal. 72.
26

merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan


dalam menacapai tujuan.25
g. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diberatkan sebagai pembimbing (journey), yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamanya bertanggung jawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan itu tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas,
moral, dan spriritual yang lebih dalam dan komplek. Sebagai pembimbing,
guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan,
menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk, serta
menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta
didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta
didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek. Sebagai
pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap
perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakan.
Dalam buku dapartemen agama guru sebagai pembimbing juga
berkewajiban memberikan bantuan kepeada peserta didik agar mereka
mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri,
dan menyesuaikannya dengan lingkungan. Para peserta didik membutuhkan
bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan
pendidikan, kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial,
dan interporsonal. Karena itu setiap guru perlu memahami dengan baik
tentang teknik bimmbingan kelompok, penyeluhan individu, teknik
mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian, psikologi
kependidikan, dan psikologi belajar. Harus dipahami bahwa pembimbing
yang terdekat dengan peserta didik adalah guru. karena peserta didik

25
Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 9.
27

menghadapi masalah dimana guru tak sanggup memberikan bantuan cara


memecahkannya, baru meminta bantuan kepada ahli bimbingan (guidance
specialist) untuk memberikan bimbingan kepada anak yang bersangkutan.26
h. Guru Sebagai Motivator
Guru sebagai motivator artinya guru hendaknya dapat mendorong
anak didik agar bergairah dan aktif dalam belajar. Dalam upaya
memberikan motivasi, seorang guru dapat menganalisis motif-motif yang
melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di
sekolah. Setiap guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam
interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar
atau yang lainnya. Guru sebagai motivator artinya guru memberikan
dorongan kepada peserta didik untuk menciptakan dan membangkitkan
kesadaran ke arah sesuatu yang baru. Serta memberikan semangat agar anak
tersebut selalu mempunyai gairah dalam belajarnya. 27
i. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang
tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan
dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak
guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak
membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan
oleh karenanya mereka tidak senang melakukan fungsi ini. Padahal menjadi
guru pada tingkat mampu berarti menjadi penasehat dan menjadi orang
kepercayaan, kegiatan pembelajaranpun meletakkannya pada posisi
tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk
membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya.

26
Dapartemen Agama, Wawasan Tugas Guru,.......,hal. 72-73.
27
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik,......., hal. 46.
28

Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan


mungkin menyalahkan apa yang ditemukan, serta akan mengadu kepada
guru sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru menanggani setiap
permasalahan, mungkin banyak kemungkinan peserta didik berpaling
kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan diri.
Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan,
dan penasehat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi
kepribadian dan ilmu kesehatan mental. Untuk menjadi manusia dewasa,
manusia harus belajar dari lingkungan selama hidup dengan menggunakan
kekuatan dan kelemahannya. Pendekatan psikologi dan mental health di
atas akan banyak menolong guru dalam menjalankan fungsinya sebagai
penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa ia banyak membantu peserta
didik untuk dapat membuat keputusan sendiri. 28
j. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan
semua orang yang menganggap dia sebagai guru. terhadap kecenderungan
yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk
ditentang, apalagi ditolak.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan
mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru.
Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integrasi dari
seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab
untuk menjadi teladan. Memang setiap profesi mempunyai tuntutan-
tuntutan khusus, dan karenanya bila menolak berarti menolak profesi itu.
Pertanyaan yang timbul adalah apakah guru harus menjadi teladan baik

28
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional,......,hal. 43-44.
29

didalam meaksanankan tugasnya maupun dalam keseluruhan


kehidupannya? Dalam beberapa hal memang benar bahwa guru harus bisa
menjadi teladan di kedua posisi itu, tetapi jangan sampai hal tersebut
menjadikan guru tidak kebebasan sama sekali. Dalam batas-batas tertentu,
sebagai manusia biasa tentu saja guru memiliki berbagai kelemahan, dan
kekurangan. 29
Sesuai dengan fiman Allah dalam surat An-Nahl juga menyuruh
manusia:

َ ِ ‫ٱ ۡد ُع ِإ َ َٰل َسبِيلِ َرب َِك بِٱلۡ ِح ۡۡكَ ِة َوٱلۡ َم ۡو ِع َظ ِة ٱلۡ َح َس نَ ِ ِۖة َو َج َٰ ِدلۡهُم بِٱلذ ِِت‬
‫ِه َٱ ۡح َس ُ ُۚن إ ذن َرب ذ َك ُه َو َٱعۡ َ َُّل‬
ِ
‫ِيِلۦ َوه َُو َٱ ۡع َ َُّل بِٱلۡ ُمهۡ َت ِد َين‬
ِ ِ ‫ِب َمن ضَ ذل َعن َسب‬
Artinya: “Suruhlah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya tuhanmu Dialah yang lebih mengetahul
tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S An-
Nahl ayat 125).30

Dari beberapa peran guru di atas, diantaranya: guru sebagai


pribadi, ilmuwan, pemimpin, pendidik, pengajar, pebimbing, motivator,
penasehat, model dan teladan. Dengan adanya peran-peran guru tersebut,
berharap, segala kendala atau masalah yang sudah terjadi atau mungkin
terjadi baik di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah, itu dapat menjadi
suatu antisipasi terhadap lembaga tersebut,

3. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam


a. Karakteristik Kompetensi Guru

29
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional,........,hal. 45-48.
30
Al Quran Kementrian Agama Republik Indonesia, 2018
30

Dalam uraian diatas telah dijelaskan, bahwa jabatan guru adalah


suatu jabatan profesi. Guru di sini adalah guru yang melakukan fungsinya di
sekolah. Dalam pengertian tersebut, telah terkandung suatu konsep bahwa
guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah
harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Maka guru yang dinilai
kompeten secara profesional, apabila:
1) Guru mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-
baiknya.
2) Guru tersebut mampu melaksanakan peran-perannya secara
berhasil.
3) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan (tujuan intruksional) sekolah.
4) Guru tersebut mampu melaksanakan perannya dalam proses
mengajar dan belajar dalam kelas.31
b. Pengertian Kompetensi
Kompetensi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris
competence/competenscy yang berarti kecakapan, kemampuan, atau
kewenangan.32 Sedangkan menurut Charles E. Jhonson menurutnya
kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai perkara yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian,

31
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), hal. 38.
32
Markus Wily, dkk. Kamus Lengkap Plus; Inggris Indonesia-Indonesia Inggris,
(Surabaya: Arkola, 1997), hal. 90.
31

suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat
dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.33
Kompetensi adalah suatu kemampuan melakukan sesuatu yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan. 34
Kompetensi di sini dapat diartikan sebagai kemampuan
melaksanakan tugas yang diperoleh, melalui pendidikan dan latihan yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Kompetensi
dikembangkan untuk memberikan dasar keterampilan dan keahlian bertahan
hidup dalam perubahan, pertentangan, dan ketidak tentuan, ketidak pastian,
dan kerumitan-kerumitan dalam dalam kehidupan.
c. Bentuk-bentuk Kompetensi Guru PAI
1). Kompetensi Kepribadian
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian
ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model
atau panutan (yang harus digugu dan ditiru). Sebagai seorang model
guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan
pengembangan kepribadian (personal competencies), diantaranya :
a) Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama
sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.
b) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat
beragama.
c) Kemampuan untuk berprilaku sesuia dengan norma, aturan dan
sistem nilai yang berlaku di masyarakat.
d) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya,

33
Wina Sanjaya, Kurikulm dan Pembelajaran ,(Jakarta: Prenada Media Group, 2008),
hal. 277.
34
Sahertian, Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka,1992), hal. 4.
32

sopan santun dan tata krama.


e) Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.35
2). Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang
berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini
merupakan merupakan kompetensi yang sangat penting, oleh sebab
langsung dengan kinerja yang ditampilkan. beberapa kemampuan yang
berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya:
a). kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya
paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan
nasional, tujuan institusional, tujuan kulikuler, dan tujuan
pembelajaran.
b). Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham
tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori
belajar, dan lain sebagainya.
c). Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan
bidang studi yang diajarkannya.
d). Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodelogi dan
strategi pembelajaran.
e). Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan
sumber belajar.
f). Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.
g). Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.
h). Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang,
misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan dan
penyuluhan.

35
Wina Sanjaya, Kurikulm dan Pembelajaran,.......,,hal. 277-278.
33

i). Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah


untuk meningkatkan kinerja.36
3). Kompetensi Sosial Kemasyarakatan
Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai
anggota masyarakat dan sebagai mahluk sosial, meliputi:
a). Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman
sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.
b). Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap
lembaga kemasyarakatan.
c). Kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual
maupun secara kelompok.37
4). Kompetensi Afektif
Kompetensi afektif yang kita maksud adalah kemampuan yang
dimiliki oleh guru terkait dengan pola hidup positif yang seharusnya
diterapkan dalam kehidupan. Ini merupakan bekal bagi guru untuk
melakukan proses pendidikan bagi anak didiknya. Dengan kompetensi
afektif, guru dapat membimbing anak dalam aspek pendidikan mental dan
moral.
5). Kompetensi kognitif
Kompetensi kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang akan
diberikan kepada anak didik. Untuk hal ini, guru yang layak adalah guru
yang mempunyai aspek pengetahuan, baik pengetahuan sesuai bidang
keahlian ataupun kehidupan umum.
6). Kompetensi Psikomotorik
Psikomotorik adalah satu satu aspek pembelajaran yang memberikan

36
Wina Sanjaya, Kurikulm dan Pembelajaran,.......,hal. 278.
37
Wina Sanjaya, Kurikulm dan Pembelajaran,.......,hal. 278.
34

proses pelatihan untuk anak didik sehingga menguasai kompetensi aplikasi


dari proses pembelajaran.38
7). Kompetensi Pedagogis
Guru harus mempunyai kompetensi pedagogik yang baik. Artinya,
guru harus mempunyai kemampuan mengajar didalam maupun di luar
kelas. Guru juga harus mampu mendidik peserta didik menjadi manusia
yang baik dan berguna.
8). Kompetensi Kepribadian
Guru dituntut mempunyai kepribadian yang baik. Guru yang baik
harus mampu bertindak adil dan bijaksana terhadap semua peserta didik,
rekan guru, dan masyarakat lain. Selain itu ia harus berprilaku sesuai etika
sehingga bisa diteladani peserta didiknya.
9). Kompetensi Sosial
Selain sebagai makhluk individual, Guru adalah warga sosial,
artinya ia harus bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan hidup
bermasyarakat secara luas. Hal ini penting karena dunia guru tidak bisa
dipisahkan dengan masyarakat.39
Guru Pendidikan Agama Islam yang profesional merupakan faktor
penentu proses pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional,
mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualkan diri.
Pemberian prioritas rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa
puluh tahun terakhir telah berdampak buruk yang sangat luas bagi
kehidupan bangsa dan negara.

38
Muhamad Saroni, Personal Branding Guru, (jogjakarta: AR Ruzz Media, 2011), hal.
163-164.
39
Mulyana, Rahasia Menjadi Guru Hebat, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 128.
35

Tidak dapat di sangkal lagi bahwa profesionalisme guru pendidikan


agama Islam merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat di tunda-tunda
lagi, seiring dengan semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat
dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Di perlukan orang-orang yang
benar-benar ahli dalam bidangnya, sesuai dengan kapasitas yang di
milikinya agar setiap orang dapat berperan secara optimal, termasuk guru
pendidikan agama Islam sebagai sebuah profesi yang menuntut kecakapan
dan keahlian sendiri. Profesionalisme tidak hanya karena faktor tuntutan
dari perkembangan zaman. Tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu
keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup
manusia.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan agama Islam di sekolah berusaha untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan dan pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaan kepada Allah Swt. Serta berakhlak mulia. Oleh
karena itu keberadaan seorang guru pendidikan agama Islam yang memiliki
semangat yang tinggi, bersikap profesional dan memiliki dedikasi
profesional sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan.
4. Kode Etik Guru
Kode etik berasal dari dua kata yaitu kode dan etik, kode berarti
kumpulan peraturan atau prinsip yang sistematis, dan etik berarti azas
akhlak (moral). Sedangkan kode etik di artikan dengan dan azas yang terima
oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkahlaku. Berdasarkan
definisi di atas dapat di simpulkan bahwa kode etik merupakan pola aturan
atau tata cara etis sebagai pedoman berprilaku. Etis berarti sesuai dengan
36

nilai-nilai, dan norma yang di anut oleh sekelompok orang atau masyarakat
tertentu. Jika kode etik itu di jadikan standar, aktivitas anggota profesi, kode
etik sekaligus sebagai pedoman , bahkan sebagai pedoman bagi masyarakat
untuk mengantisipasi terjadinya interaksi antara masyarakat dengan anggota
profesi tersebut.
a. Kode Etik Guru Indonesia
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyadari bahwa
pendidikan adalah merupakan suatu bidang pengabdian terhadap Tuhan
yang maha Esa, bangsa dan tanah air serta kemanusiaan pada umumnya dan
guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan undang-undang dasar 1945
merasa turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita. Proklamasi
kemerdekaan Indonesia 17 agustus 1945, maka guru Indonesia terpanggil
untuk menunaikan karyanya sebagai guru dengan memperdomani dasar-
dasar sebagai berikut.
1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk
membentuk manusia pembanguan yang berpancasila.
2) Guru mempunyai kejujuran yang profesional dalam menerapkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3) Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh
informasi tentang peserta didik, tapi menghindarkan diri dari
segala bentuk penyalahgunaan.
4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya demi
kepentingan peserta didik.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk
kepentingan pendidikan.
37

6) Guru secara sendiri atau bersama-sama berusaha


mengembangkan dan meningkatkan profesinya.
7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru
baik berdasarkan hubungan kerja maupun di dalam hubungan
keseluruhan.
8) Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan
meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai saran
pegabdiannya.
9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
b. Kode Etik Jabatan Guru
1. Guru sebagai manusia pancasila hendaknya menjunjung tinggi
dan mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
2. Guru selaku pendidik hendaknya bertekad untuk mencintai anak-
anak dan jabatannya, serta selalu menjadikan dirinya suri teladan
bagi peserta didiknya.
3. Setiap guru berkewajiban selalu menyelaraskan pengetahuan dan
meningkatkan kecakapan profesinya dengan perkembangan ilmu
pengetahuan terakhir.
4. Setiap guru diharapkan selalu, memperhitungkan masyarakat
sekitarnya, sebab pada hakikatnya pendidikan itu merupakan
tugas pembangunan dan tugas kemanusiaan.
5. Setiap guru berkewajiban meningkatkan kesehatan dan
keselarasan jasmaniahnya, sehingga berwujud penampilan
pribadi yang sebaik-baiknya, agar dapat melaksanakan tugas
dengan sebaik-baik pula.
38

6. Di dalam hal berpakaian dan berhias, seorang guru hendaknya


memperhatikan norma-norma estetika dan sopan santun.
7. Guru hendaknya bersikap terbuka dan demokratis dalam
hubungan dengan atasannya dan sanggup menempatkan dirinya
sesuai dengan hierarki kepegawaian.
8. Jalinan hubungan antara seorang guru dengan atasanya
hendaknya selalu di arahkan untuk meningkatkan mutu dan
pelayan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama.
9. Setiap guru berkewajiban untuk selalu memelihara semangat
korps dan meningkatkan rasa kekeluargaan dengan sesama guru
dan pengawai lainnya.
10. Setiap guru hendaknya bersikap toleran dalam menyelesaikan
setiap persoalan yang timbul, atas dasar musyawarah, dan
mufakat demi kepentingan bersama.
11. Setiap guru dalam pergaulan dengan murid-muridnya tidak di
benarkan mengaitkan persoalan politik dan ideologi yang
dianutnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
12. Setiap guru hendaknya mengadakan hubungan yang baik dengan
instans, organisasi atau perorangan dalam melaksankan kerjanya.
13. Setiap guru berkewajiban berpartisipasi secara aktif dalam
melaksanakan program dan kegiatan sekolah.
14. Setiap guru diwajibkan mematuhi peraturan-peraturan dan
menekankan self discipline serta menyesuaikan diri dengan adat
istiadat setempat secara fleksibel. 40

40
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia ,2002) hal 66-68.
39

C. Kurikulum SMAN 3 Seunagan


Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah rasa, dan olah
raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.
Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan
yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam
Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui
penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan
pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Dengan diberlakukannya Kurikulum 2013, SMA Negeri 3 Seunagan
Kabupaten Nagan Raya dan berdasarkan hasil evaluasi terhadap dokumen
kurikulum yang ada (kurikulum 2018-2019), maka SMA Negeri 3 Seunagan
perlu melakukan revisi terhadap dokumen tersebut, begitu juga dalam
implementasinya.
Memperhatikan kondisi riil SMA Negeri 3 Seunagan perlu
melakukan pengembangan kurikulum juga harus disesuaikan dengan
kondisi saat ini.
Pengembangan kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan tahun pelajaran
2018-2019 mencakup hal-hal sebagai berikut:
40

1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman


dalam pengembangan kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan.
2. Beban belajar bagi peserta didik pada SMA Negeri 3 Seunagan yang
didasarkan pada hasil analisis konteks, analisis keunggulan lokal
serta potensi dan minat peserta didik.
3. Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan dikembangkan berdasarkan
hasil revisi kurikulum tahun 2017/2018, pemanfaatan hasil analisis
kondisi riil sekolah, terutama tenaga pendidik dan sarana-prasarana,
serta analisis terhadap kurikulum 2013.
4. Kalender pendidikan SMA Negeri 3 Seunagan disusun berdasarkan
hasil perhitungan minggu efektif untuk tahun pelajaran 2018-2019.
Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan menjadi acuan bagi satuan
pendidikan dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran dengan
mengedepankan prinsip pengembangan kurikulum dan karakteristik
kurikulum 2013 dengan penyesuaian terhadap pemanfaatan analisis kondisi
riil di lingkungan SMA Negeri 3 Seunagan.\

1. Landasan
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan.
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 sebagai Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Pendidikan Nasional.
41

e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007


tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun
2013 tentang kerangka dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Dasar dan Menengah.
g. Buku induk pembangunan karakter dari kementrian pendidikan
Nasional tahun 2010
h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 tahun 2006.
k. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007
tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
l. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan.
42

m. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007


tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
n. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
o. Undang Undang No. 32/2009 tentang PPLH (Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup)..
p. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun
2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
q. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun
2016 tentang Standar Isi.
r. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun
2016 tentang Standar Proses.
s. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian.
t. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 Lampiran 1,2,3,4
dan 5.
u. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 97 Tahun
2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan
Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/ Madrasah/
Kesetaraan dan Ujian Nasional.
v. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun
2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas.
43

w. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun


2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada
pendidikan dasar dan menengah..Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan
Ekstrakulikuler Pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
x. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun
2014 tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
y. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun
2014 tentang Peminatan Pada Pendidikan Menengah.
z. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun
2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013..

2. Tujuan Pengembangan
Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan disusun agar sekolah memiliki
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dan pemenuhan delapan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional yang di dalamnya terdapat pencapaian kompetensi
yang mencakup tiga domain yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Oleh sebab itu pengembangan Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan
memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut :
a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. SMA negeri 3
Seunagan melaksanakan juga program keputrian dan pendalaman
agama, akhlak serta budi pekerti. Selain itu peringatan hari-hari
besar keagamaan dilaksanakan dengan mengundang penceramah
yang kompeten atau memanfaatkan warga sekolah juga
melaksanakan qurban dan bantuan social terhadap warga sekitar
44

sekolah yang kurang mampu dengan anggaran yang di


rencanakan.
b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik. Kurikulum SMA
Negeri 3 Seunagan disusun dengan memperhatikan keragaman
potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan
kinestetik peserta didik agar dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangannya yang mencakup domain
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
c. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional. Pengembangan
kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan memperhatikan
keseimbangan tuntutan pembangunan daerah dan nasional yang
ditunjukkan dengan mengintergrasikan muatan local dalam
bentuk kurikulum Aceh pada semua pelajaran tetapi tidak
melupakan kebutuhan nasional dan global yang di tandai dengan
adanyan pembinaan TIK yang lebih kearah praktis.
d. Tuntutan dunia kerja. Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan harus
memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik
memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka
yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di antaranya
ialah program yang terintegrasi dalam mata pelajaran Prakarya
dan Kewirausahaan dengan harapan menjadi bekal ketrampilan
hidup bagi para lulusan
e. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
SMA Negeri 3 Seunagan dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu
45

pengetahuan, teknologi, dan seni, serta perubahan kurikulum


yang berlaku.
f. Agama. Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan dikembangkan
untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama,
dan memperhatikan norma agama yang berlaku di lingkungan
sekolah sesuai dengan kompetensi inti yang diharapkan.
g. Dinamika perkembangan global era revolusi industry 4.0.
Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan dikembangkan agar peserta
didik mampu bersaing secara global dan dapat hidup
berdampingan dengan bangsa lain dengan membekali peserta
didik dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan
minatnya, agar mereka mampu mengembangkannya secara
mandiri di dunia nyata/ kehidupan sehari-hari.akhirnya mampu
mempersiapkan diri untuk tantangan era revolusi industry 4.0
h. Penerapan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
dan penilaian autentintik dengan mancakup domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
i. Pengembangan kegiatan ekstra kurikuler yang dapat
mengembangkan potensi diri peserta didik, serta pengembangan
kegiatan pramuka sebagai kegiatan ekstra kurikuler.
j. Penguatan Kemampuan Literasi. Kurikulum SMA Negeri 3
Seunagan di rancang dan di kembangkan untuk memenuhi
kebutuhan ketrampilan menghadapi era revolusi industry salah
satunya kempuan literasi.
k. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Kurikulum SMA
Negeri 3 Seunagan dikembangkan untuk mendorong wawasan
46

dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional untuk memperkuat


keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
l. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Kurikulum SMA
Negeri 3 Seunagan dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang
kelestarian keragaman budaya. Sejalan dengan semangat
Pemerintah Kabupaten dengan semboyan Agama Tapeukong
Budaya Tajaga (memberkuat Agama dengan tetap menjaga
Budaya yang ada)
m. Kesetaraan Gender. Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan
diarahkan kepada pendidikan yang berkeadilan dan mendorong
tumbuhkembangnya kesetaraan gender.
n. Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum SMA Negeri 3
Seunagan dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan,
kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
o. Integrasi Nilai-nilai Karakter Bangsa. Kurikulum SMA Negeri 3
Seunagan dikembangkan dengan mengitegrasikan nilai-nilai
karakter bangsa dalam dokumen dan implementasinya baik
dalam pembelajaran di kelas maupun dalam kehidupan sekolah
ataupun dalam lingkungan kehidupan di luar sekolah. 41

3. Tujuan Pendidikan Menengah


Tujuan sekolah sebagai bagiam dari tujuan pendidikan nasional
adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.

41
Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan.
47

4. Visi Sekolah
“Terwujudnya sekolah yang bersih, indah dan nyaman serta mampu
menghasilkan lulusan yang berilmu, cerdas, terampil dan berakhlak mulia”

5. Misi Sekolah
a. Meningkatkan kesadaran warga sekolah untuk hidup bersih, sehat
dan indah sebagai bagian berakhlak mulia dengan alam
lingkungan.
b. Meningkatkan kesadaran berwawasan lingkungan yang
terintergrasi dalam pembelajaran dan pembiasaan hidup bersih
dan serasi dengan alam.
c. Meningkatkan proses pembelajaran yang bermutu dan berinovasi,
serta mewujudkan strategi (model) pembelajaran yang interaktif
dan metode pembelajaran yang bervariatif.
d. Meningkatkan mutu akademik berwawasan teknologi dan agama
sehingga ketercapaian standar kelulusan yang baik.
e. Meningkatkan kreatifitas dan prestasi siswa dalam bidang
exstrakurikuler yang bernuasa islami.
f. Mengembangkan kegiatan pembelajaran berbasisi IT.
g. Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
manajemen dan administrasi sekolah.
h. Meningkatkan etos kerja penuh semangat, displin, berdedikasi,
ikhlas dan bertanggung jawab.
i. Melaksanakan 6 K (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan,
Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan) sehingga menciptakan
lingkungan pembelajaran yang kondusif da resresentatif.
j. Mewujudkan sistem penilaian yang reliable, valid, komprehensif
akurat dan berkelanjutan.
48

6. Tujuan SMA Negeri 3 Seunagan


a. Sekolah mampu mengembangkan kurikulum atau menyususun
silabus.
b. Sekolah mampu mengembangkan pengeloaan sarana dan
prasarana yang di miliki
c. Sekolah mampu mengembangkan pengelolaan administrasi
sekolah
d. Sekolah mampu melaksanakan peningkatan penghayatan ajaran
agama islam.
e. Sekolah mampu melakukan pengelolaan bidang ketrampilan.
7. Struktur dan Muatan Kurikulum
Tahun Pelajaran 2018-2019 SMA pelaksana terbatas kurikulum 2013
memiliki kewajiban untuk menyusun KTSP dan melaksankannya dengan
mencakup dua kurikulum sekaligus, yaitu kurikulum KTSP dan Kurikulum
2013.
Sebagai salah satu SMA pelaksana kurikulum 2013, maka SMA
Negeri 3 Seunagan memiliki struktur kurikulum untuk kedua kurikulum
tersebut yang di berlakukan bagi kelas X dan XI (Kurikulum 2013) dan
kelas XII (Kurikulum KTSP).
Tabel 2.1 Struktur dan Muatan Kurikulum

No. Domain Kompetensi


Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
orang beriman, berakhlak mulia, berilmu,
percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
1. Sikap berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan social dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
Memiliki pengetahuan factual, konseptual,
2. Pengetahuan
procedural, dan metakognitif dalam ilmu
49

pengetahuan, teknologi, seni dan budaya


dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
serta dampak fenomena dan kejadian.
Memiliki kemampuan piker dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan
3. Keterampilan
konkret sebagai pengembangan dari yang di
pelajari di sekolah secara mandiri.

Kompetensi Lulusan dapat dicapai melalui Kompetensi Inti berdasarkan


Permen No. 21 Tahun sebagai berikut;

No. Domain Kompetensi Inti


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royang, kerja sama, toleran, dan
damai) santun, responsive dan pro-aktif
1. Sikap Spiritual
dan menunjukan sikap sebagai bagia
dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan social dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
3.Memahami, menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, berdasarkan rasa ingin
tahunnya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya, dan humaniora
dengan wawawsan kemanusiaa,
kebangsaan dan kenegaraan.
3. Pengetahuan 2. Memahami menerapkan daan
menganalisis pengetahuan factual,
konseptual, procedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya dan humaniora
dengan wawasaan kebangsaan,
kenegaraan.
50

No. Domain Kompetensi Inti

1. Mengolah, menalar dan menyaji dalam


ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang di
3. Keterampilan
pelajarinya di sekolah secara mandiri
dan mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Inti tersebut dijabarkan kedalam Kompetensi Dasar


yang untuk selanjutnya dirumuskan menjadi materi ajar dan mata pelajaran

8. Karakteristik Kurikulum 2013 dan Prinsip Pengembangan


SMA Negeri 3 Seunagan
Pengembangan Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan mengacu
kepada karakteristik Kurikulum 2013 dan prinsip pengembangan KTSP
sebagai berikut:
a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik.
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar.
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap , pengetahuan, dan keterampilan.
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
51

f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing


elements), kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
proses pemeblajaran dikembangkang untuk mencapai kompetensi
yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada setiap akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar
mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal).

9. Prinsip Pengembangan Kurikulum.


Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan di kembangkan sesuai dengan
visi, misi dan tujuan sekolah yaitu:
a. Menumbuh kembangkan religiusitas sesuai dengan ajaran agamanya
melalui pembiasaan maupun dalam bersikap bergaul prulal dalam
kesehariaannya.
b. Menanamkan kedisiplinan melalui budaya bersih, budaya tertib dan
budya kerja.
c. Menumbuhkan penghayatan terhadap budaya dan seni daerah
sehingga menjadi salah satu sumber kearifan berprilaku dan
bermasyarakat.
d. Menumbuhkan inovsi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
menunjang pengembangan profesionalisme.
e. Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.
f. Melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien,
berdasarkan semnagta keunggulan local dan global.
g. Meningkatkan program exstrakurikuler agar lebih efektif dan efisien
sesuai dengan bakat dan minat peserta didik sebagi salah satu sarana
pengembangan diri peserta didik.
52

h. Mewujudkan peningkatkan kualitas dan jumlah tamatan yang


melnjutkan keperguruan tinggi.
i. Menyusun dan melaksanakan tata tertib dan segala ketentuan yang
mengatur operasional warga sekolah.

10. Struktur Kurikulum


Struktur kurikulum SMA meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 3 (tiga) tahun mulai kelas
X sampai dengan XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan Kompetensi Inti (KI), serta Kompetensi
Dasar (KD) yang sesuai untuk semua mata pelajaran. Pergorganisasian
kelas pada SMA Negeri 3 Seunagan sebagai pelaksana kurikulum 2013 di
kelompokkan menjadi peminatan matemati dan ilmu Alam (MIPA),
Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS), dan Seta lintas minat yang di dasarkan
pada hasil pemilihan angket minat peserta didik.
Struktur Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan.
a. Struktur kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan terdiri atas peminatan
MIA,IIS, dan lintas minat yang didasarkan pada hasil angket
pemilihan peminatan peserta didik, pengembangan diri melalui
kegiatan exstra kurikuler wajib bagi semua peserta didik.
b. Jumlah mata pelajaran di kelas X adalah 16 mata pelajaran yang
terdiri atas 6 mata pelajaran wajib A, 4 mata pelajaran wajib B, 4
mata pelajaran peminatan, dan 2 mata pelajaran lintas minat, (B.Arab
dan bahasa dan sastra inggris), sedangkan jumlah mata pelajaran di
kelas XI dan XII adalah 15 mata pelajaran wajib B, 4 mata pelajaran
peminatan, dan 1 (satu) mata pelajaran lintas minat ( masing-masing
lintas minat Ekonomi untuk peminatan MIPA dan lintas minat fisika
untuk ilmu-ilmu social
53

Tabel 2.2 Beban Belajar Mata Pelajaran Wajib


Alokasi Waktu
Kelas X Kelas XI Kelas XII
Mata Pelajaran
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 Smt1 Smt2
Kelompok A (Wajib)
Pendidikan Agama dan Budi
1 3 3 3 3 3 3
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2 2 2 2 2 2 2
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
Pendidikan Jasmani dan Olah
9 3 3 3 3 3 3
raga
Jumlah Kelompok A dan B
24 24 24 24 24 24
Perminggu
Kelompok C ( Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik 18 18 18 18 18 18
Jumlah Jam Pelajaran yang harus
44 44 44 44 44 44
ditempuh Per Minggu

Kelompok Mata Pelajaran Peminatan


Kelompok mata peminatan bertujuan (1) untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan minatnya dalam
sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat keilmuanya di perguruan
tinggi, dan (2) untuk mengembangkan minatnya terhadap suatu disiplin
ilmu atau keterampilan tertentu.
Struktur mata pelajaran peminatan dalam kurikulum SMA adalah sebagai
berikut.
54

Daftar Tabel 2.3 Kelompok Mata Pelajaran Peminatan


Alokasi Waktu
Kelas X Kelas XI Kelas XII
Mata Pelajaran Smt Smt Smt Smt Smt Smt
1 2 1 2 1 2
Kelompok A dan B (Wajib) 25 25 25 25 25 25
C. Kelompok Peminatan
Peminatan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA)
1 Matematika 3 3 4 4 4 4
2 Fisika 3 3 4 4 4 4
3 Kimia 3 3 4 4 4 4
4 Biologi 3 3 4 4 4 4
Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1 Sejarah 3 3 4 4 4 4
2 Ekonomi 3 3 4 4 4 4
3 Sosiologi 3 3 4 4 4 4
4 Geografi 3 3 4 4 4 4
Pilihan Lintas Minat dan/atau
6 6 4 4 4 4
Pendalam Minat
Jumlah Jam Pelajaran yang harus
44 44 44 44 44 44
ditempuh Per Minggu

Di SMA Negeri 3 Seunagan tidak dilaksanakan Pendalaman Minat


tetapi pilihan Lintas Minat. Dengan melihat kondisi riil yang ada maka
pilihan mata pelajaran Lintas Minat untuk kelas X pesrta di masing-masing
peminatan dapat memilih dua mata pelajaran di peminatan lain dengan
ketentuan sebagai berikut.
Tabel 2.4 Peserta didik yang memilih peminatan
Peserta didik yang memilih peminatan
MIPA IPS
Dapat Geografi Biologi
memilih Sosiologi Fisika
dua mata Ekonomi Kimia
55

pelajaran Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa dan sastra Inggris


sebagai
Bahasa dan Sastra Arab Bahasa dan Sastra Arab
berikut:

11. Muatan Kurikulumm


Muatan Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan meliputi kompetensi
inti dan sejumlah kompetensi dasar yang dirumuskan dalam mata pelajaran
yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar peserta
didik.muatan kurikulum tersebut merupakan mata pelajaran yang harus di
tempuh oleh peserta didik pada setiap jenjang kelas.
a. Mata Pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk tahun pelajaran 2018-
2019 mengacu kepada silabus, sesuai Permendikbud Nomor 69 tahun 2013
dan Permendikbud Nomor 59 tahun 2014.
1). Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang di sesuaikan dengan potensi daerah
termasuk keunggulan daerah. Muatan lokal diintergrasikan ke dalam semua
mata pelajaran menyangkut syariat islam, budaya, adat istiadat dengan
konsep Agama Tapeukong Budaya Tajaga.
2). Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri bukan mata pelajaran yang harus diasuh oleh
tenaga pendidik. Pengembangan diri bertujuan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik yang disesuai
dengan kondisi sekolah.
Khusus di SMA Negeri 3 Seunagan, pengembangan diri meliputi 2
kegiatan, yaitu:
56

a). Pembentukan Karakter Peserta Didik


Pembentukan karakter peserta didik melalui pembiasaan
(Beuhavior) dan pengenalan lingkungan guna mengembangkan nilai-nilai
karakter bangsa yang dilakukan melalui kegiatan rutin,spontan, terprogram,
dan keteladanan.
b). Pengembangan Potensi dan Pengekspresian Diri
Pengembangan potensi dan pengekspresian diri di SMA Negeri 3
Seunagan melalui bidang Pramuka, Olah Raga, Seni, Pendalaman Agama,
Oliampiade, Smanting English Community, Jurnalistik sekolah, Green
School Club, Smansa Computer Club, Bengkel Sastra.
3). Pengaturan Beban Belajar
Di SMA Negeri 3 Seunagan, beban belajar menggunakan sistem
paket. paket tersebut adalah sebagai berikut:
Daftar Tabel 2.5 Peminatan Matemati dan Ilmu Alam
Alokasi Waktu
Kelas X Kelas XI Kelas XII
Mata Pelajaran
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 Smt1 Smt2
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi
3 3 3 3 3 3
Pekerti
2 Pendidikan Pancasila
2 2 2 2 2 2
dan Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Pendidikan Jasmani, Olah
3 3 3 3 3 3
Raga, dan Kesehatan
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
10 Akidah Akhlak Islam
Kelompok C Peminatan
11 Matematika 3 3 4 4 4 4
12 Biologi 3 3 4 4 4 4
57

13 Fisika 3 3 4 4 4 4
14 Kimia 3 3 4 4 4 4
Kelompok D (Lintas minat)
1 Mata Pelajaran yang ada di
peminatan ILmu Sosial atau
6 6 4 4 4 4
Perminatan Ilmu Bahasa dan
Budaya
Jumlah jam pelajaran yang harus
44 44 44 44 44 44
di tempuh perminggu

Daftar Tabel 2.6 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial


Alokasi Waktu
Kelas X Kelas XI Kelas XII
Mata Pelajaran
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 Smt1 Smt2
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi
3 3 3 3 3 3
Pekerti
2 Pendidikan Pancasila
2 2 2 2 2 2
dan Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Pendidikan Jasmani, Olah
3 3 3 3 3 3
Raga, dan Kesehatan
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
10 Bahasa Daerah 2 2
Kelompok C Peminatan
11 Geografi 3 3 4 4 4 4
12 Ekonomi 3 3 4 4 4 4
13 Sosiologi 3 3 4 4 4 4
14 Sejarah 3 3 4 4 4 4
Kelompok D (Lintas minat)
1 Mata Pelajaran yang ada di
peminatan ILmu Sosial atau
6 6 4 4 4 4
Perminatan Ilmu Bahasa dan
Budaya
Jumlah jam pelajaran yang
44 44 44 44 44 44
harus di tempuh perminggu
58

4). Kriteria Ketuntasan Minimal


Ketuntasan minimal ditentukan oleh masing-masing Guru Mata
Pelajaran dengan berpedoman kepada nilai input atau rata-rata nilai terakhir
yang diperoleh peserta didik pada setiap jenjang kelas. Daya dukung yang
ada serta tingkat kesulitan materi pembelajarannya. Setiap guru mata
pelajaran di SMA Negeri 3 Seunagan meningkatkan kriteria ketuntasan
minimal secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Ketuntasan minimal di SMA Negeri 3 Seunagan diserahkan kepada guru
mata pelajaran dan dilaporkan kepada pihak yang terkait.
a. Kelas X
Kriteria ketuntasan untuk kelas XI di SMA Negeri 3 Seunagan
mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar, daya dukung dan
karakteristik peserta didik dengan memperhatikan nilai pada SKHUN, maka
untuk tahun pelajaran 2018-2019 diputuskan bahwa KKM maka KKM
setiap mata pelajaran adalah sebagai berikut:
Tabel 2.7 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran di SMA
Negeri 3 Seunagan.
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
Mata Pelajaran
Kelas X Kelas XI Kelas XII
IPA IPA IPA
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi
75 75 75
Pekerti
2 Pendidikan Pancasila
70 75 75
dan Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 70 75 75
4 Matematika 70 70 70
5 Sejarah Indonesia 70 73 75
6 Bahasa Inggris 70 73 75
Kelompok B (Wajib)
7 Seni Budaya 70 70 75
59

8 Pendidikan Jasmani, Olah Raga,


65 75 75
dan Kesehatan
9 Prakarya dan Kewirausahaan 70 75 75
10 Akidah Akhlak Islam
Kelompok C Peminatan
11 Matematika 70 65 70
12 Biologi 70 70 70
13 Fisika 70 75 70
14 Kimia 66 66 66
Kelompok D (Lintas minat)
1 Bahasa dan Sastra Inggris 70 71
2 Bahasa dan Sastra Arab 71
3 Ekonomi 75
4 Akhlakul karimah 75 75

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


Mata Pelajaran Kelas X Kelas XI Kelas XII
IPS IPS IPS
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi
70 75 75
Pekerti
2 Pendidikan Pancasila
70 75 75
dan Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 70 75 75
4 Matematika 70 65 70
5 Sejarah Indonesia 70 75 75
6 Bahasa Inggris 70 75 75
Kelompok B (Wajib)
7 Seni Budaya 70 75 75
8 Pendidikan Jasmani, Olah Raga,
65 75 75
dan Kesehatan
9 Prakarya 75 75 75
10 Akidah Akhlak Islam
Kelompok C Peminatan
11 Geografi 65 65 70
12 Sejarah 70 70 75
13 Sosiologi 70 70 75
14 Ekonomi 71 71 70
Kelompok D (Lintas minat)
1 Bahasa dan Sastra Inggris 70 71
2 Bahasa dan Sastra Arab 70
3 Akhlakul karimah 75 75
60

4 Fisika 70 70

5). Penilaian Kelas X, XI dan XII


Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 23 tahun 2016 Penilaian
hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian diri,
penilaian projek, penilaian harian, penilaian akhir semester (semester
gamjir) dan penilaian akhir tahun (semester genap) bentuk:
a. Penilaian kompetensi sikap
Penilaian otentik di lakukan oleh guru secara berkelanjutan.
b. Penilaian diri
Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali
sebelum penilaian harian.
c. Penilaian antarteman
penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau
kd
d. Penilaian harian di lakukan oleh pendidik terintegrasi dengan
proses pembelajaran dalam bentuk penilaian atau penugasan.
e. Penilaian akhir semester, dilakukan oleh pendidik di bawah
koordinasi satuan pendidikan
f. Penilain akhir tahun, dilakukan oleh satuan pendidikan pada akhir
kelas X dan XI
g. Ujian tingkat kopentensi pada akhir kelas XII dilakukan melalui
UNBK42
Berdasarkan pemaparan di atas bisa di pahami bahwa kode etik
guru merupakan hubungan sosial dengan semua orang yang terlibat dalam
proses pendidikan, guru berhubungan langsung dengan murid-muridnya,

42
Kurikulum SMA Negeri 3 Seunagan
61

kode etik bagi suatu organisasi profesional sangat penting dan mendasar
karena kode etik ini merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku
yang di junjung tinggi oleh setiap anggotanya. Sedangkan SMA Negeri 3
Seunagan sudah menerapkan kurikulum 2013 sama seperti sekolah yang
lain, di dalam kurikulum 2013 juga terdapat visi dan misi sekolah, struktur
dan muatan kurikulum, beban belajar mata pelajaran wajib, kelompok mata
pelajaran peminatan, peserta didik memilih peminatan, pengaturan beban
belajar, peminatan ilmu sosial dan kriteria ketuntasan minimal.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah
suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual atau kelompok.1 Dapat disebut juga
pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Jenis penelitian yang bersifat deskriptif yakni data yang
dikumpulkan berupa gambar, kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati dan bukan berupa angka-angka statistik. 2
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto deskriptif adalah penelitian
yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lainnya
yang hasilnya di paparkan dalam bentuk laporan penelitian.3 Penelitian
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku,
dalam penelitian ini, peneliti tidak menguji hipotesis dan tidak
menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa
adanya sesuai dengan variabel yang ada

____________
1
Nana Syaodih Sukmadina, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005), hal. 31.
2
Lexy J. Moleong., Metodologi Penelitian kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosdakarya,
1996 ) hal. 6.
3
Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), hal 3.

62
63

B. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini terjadi pada saat sebelum
observasi, dan saat wawancara. Untuk mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya peneliti terjun langsung ke lapangan penelitian. Sesuai dengan
pendekatan penelitian ini, yaitu pendekatan kualitatif, maka kehadiran
peneliti di lapangan sangat penting secara optimal. Peneliti merupakan
instrumen kunci dalam menangkap makna sekaligus sebagai alat
pengumpulan data.
Dalam hal penelitian ini, pengamat berperan serta penting pada
dasarnya berarti mengandalkan pengamatan dan mendengarkan secermat
mungkin pada hal-hal yang sekecil-kecilnya.
Dalam proses mengumpulkan data, peneliti berusaha menciptakan
hubungan yang baik dengan informan yang menjadi sumber data agar data-
data yang diperoleh benar-benar valid. Dalam penelitian ini, peneliti akan
hadir pada waktu yang diizikan untuk melakukan penelitian, yaitu dengan
cara mendatangi lokasi penelitian sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan dijadikan objek kajian skripsi ini
adalah di SMA Negeri 3 Seunagan, Kuta Paya, Nagan Raya. Penulis
memilih lokasi ini karena peneliti memiliki hubungan baik dengan nara
sumber. Hal ini menyebabkan nara sumber bersikap kooperatif saat terjadi
penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Cholid Narbuko dan Abu
Achmadi bahwa peneliti harus membina hubungan akrab dengan responden
64

dan menjadikan responden bersikap kooperatif. 4 Selain itu dalam


pemilihan lokasi ini sebagai objek kajian disebabkan biaya dan lokasinya
memadai, serta penelitian sangat strategis sehingga memudahkan peneliti
dalam melakukan penelitian.

D. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto, sumber data adalah subjek dari mana
data itu diperoleh. Sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
maupun lisan. Adapun dalam penelitian ini pihak-pihak yang dijadikan
subjek penelitian yaitu Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), kepala
sekolah dan siswa kelas XI SMA Negeri 3 Seunagan. Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil sumber data primer dan sekunder. Data primer adalah
data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan atau yang
memakai data tersebut. Data yang diperoleh dari wawancara, observasi,
dokumentasi merupakan contoh data primer. Sedangkan data sekunder
adalah data yang tidak langsung dikumpulkan oleh orang yang
berkepentingan dengan data tersebut.5 Seperti majalah, buku, jurnal, dan
publikasi lainnya merupakan data sekunder.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk
memperoleh data dalam suatu penelitian. Dalam skripsi ini, untuk
pengumpulan data penulis akan menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi.

____________
4
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), hal. 87.
5
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 55.
65

1. Observasi
Observasi meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu
objek dengan menggunakan seluruh indera. 6 Menurut Riyanto, observasi
merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan
terhadap objek penelitian yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun
tidak langsung. 7 Dalam penelitian ini penulis mengamati langsung di
lapangan untuk mendapatkan data. Adapun yang penulis amati yaitu Guru
Pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajaran.
Observasi digunakan untuk memperoleh data hasil dari
implimentasi kecerdasan emosional dalam meberikan pembelajaran kepada
siswa jenis observasi yang akan peneliti pakai adalah observasi terbuka.
Observasi terbuka adalah pengambilan data dari responden yang diketahui
oleh responden yang bersangkutan. Sehingga peneliti dapat memperoleh
data yang diinginkan secara langsung.
2. Wawancara
Wawancara adalah tatap muka antara penulis (seseorang yang
mengharapkan informasi) dari informan (seseorang yang diasumsikan
mempunyai informasi penting mengenai suatu objek) yang dipilih. 8 Data
yang dikumpulkan melalui wawancara adalah data verbal yang diperoleh
melalui percakapan atau Tanya jawab. 9 Dengan adanya wawancara peneliti
dapat menggali soal-soal penting yang belum terpikirkan dalam rencana

____________
6
Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), hal. 133.
7
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode.., hal. 58.
8
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya, 2004),
hl. 87.
9
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 63.
66

penelitian. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah dan Guru


pendidikan agama Islam.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data atau mengumpulkan
bahan-bahan dalam bentuk dokumen yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan
sebagainya. Menurut Giba Lincon, dokumentasi adalah setiap bahan
ataupun film tidak dapat dipisahkan karena adanya permintaan seseorang. 10
Metode ini peneliti gunakaan untuk memperoleh data dari guru Pendidikan
Agama Islam yang ada di SMA Negeri 3 Seunagan, keadaan guru, keadaan
lingkungan dan masyarakat. Jadi metode ini selain juga untuk memperoleh
data juga untuk menguatkan dan memntapkan berbagai data yang diperoleh
dari data wawancara maupun observasi.

F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 11
Untuk mengolah data kualitatif supaya dapat diambil kesimpulan
atau makna yang valid, maka dalam penelitian kualitatif ini analisis data
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.12

____________
10
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif.., hal. 161.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 333.
12
Nasution, Metode Research, (Jakarta: Insani Press, 2004), hal. 130.
67

1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemutusan perhatian pada
penyederhanaan yang dilakukan dengan membuat ringkasan dari data-data
yang diperoleh penulis di lapangan.
2. Penyajian data atau display data
Display data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks ke
dalam bentuk sistematis, sehingga menjadi lebih sederhana dan selektif,
serta dapat dipahami maknanya.
3. Mengambil kesimpulan dan verifikasi
Adalah melakukan pengujian atau kesimpulan yang telah diambil
dan membandingkan dengan teori-teori yang relavan serta petunjuk dalam
kriteria ini dipergunakan untuk membuktikan, bahwa ada data seputar
‘’Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3
Seunagan’’

G. Pengecekan Keabsahan Data


Guna memeriksa keabsahan data mengenai.‘’Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Seunagan.’’ Berdasarkan data
yang terkumpul, selanjutnya ditempuh beberapa teknik keabsahan data,
meliputi kredibelitas (keterpercayaan), transferability (keteralihan),
depenlibitas (kebergantugan) dan konfirmabilitas (kepastian). Keabsahan
dan kesasihan data mutlak diperlukan dalam studi kualitatif, Oleh karena
itu, dilakukan pengecekan keabsahan data. Adapun perincian dari teknik
diatas adalah sebagai berikut :
1. Keterpecayaan ( Credibility )
Kriteria ini dipergunakan untuk membuktikan, bahwa ada data
seputar ‘’ Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3
68

Seunagan’’ Yang diperoleh dari beberapa sumber di lapangan benar-benar


mengandung nilai kebenaran (true value).
2. Keteralihan ( Transferability )
Standar transferability ini merupakan pertanyaan empirik yang tidak
dapat dijawab oleh peneliti kualitatif sendiri, melainkan dijawab dan dinilai
oleh pembaca laporan peneliti. Hasil penelitian kualitatif memiliki standar
transferability yang tinggi bila mana para pembaca laporan peneliti ini
memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan
focus peelitian. Dalam prakteknya peneliti meminta kepada beberapa rekan
akademisi dan praktisi pendidikan untuk membaca draft laporan penelitian
untuk mengecek pemahaman mereka mengenai arah hasil penelitian ini.
Teknik ini digunakan untuk membuktikan bahwa hasil penelitian mengenai
‘’ ’Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3
Seunagan.’’ Dapat dialihkan ke latar dan subjek lain. Pada dasarnya
penerapan keteralihan merupakan suatu strategi berupan uraian rinci,
pengembangan konteks tempat penelitian, hasil yang ditemukan sehingga
dapat dipahami oleh orang lain.
3. Kebergantungan ( Dependalibity )
Teknik ini dimaksudkan untuk membuktikan hasil penelitian ini
mencerminkan kemantapan dan konsistensi dalam keseluruhan proses
penelitian, baik dalam kegiatan pengumpulan data, interpretasi temuan
maupun dalam melaporkan hasil penelitian. Salah satu upaya untuk menilai
dependalibity adalah melakukan audit dependabilitas itu sendiri. Ini dapat
dilakukan oleh auditor, dengan melakukan review terhadap seluruh hasil
penelitian. Teknik ini peneliti meminta beberapa expert untuk mereview
atau mengkritisi hasil penelitian ini. Kepada dosen pembimbing, peneliti
69

melakukan konsultasi, diskusi, dan meminta bimbingan sejak mulai


menentukan masalah/focus sampai menyusun skripsi.
4. Kepastian ( Confirmability )
Standar comfirmability lebih terfokus pada audit kualitas dan
kepastian hasil peneliti. Audit ini dilakukan bersama dengan audit
depenbilitas. Pengujian confirmabilitas dalam penelitian kualitatif disebut
dengan uji objektifitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila hasil
penelitian telah disepakati oleh banyak orang. Kepastian mengenai tingkat
objektifitas hasil penelitian sangat tergantung pada persetujuan beberapa
oang terhadap pandangan, pendapat, dan temuan penelitian.

H. Tahap-tahap Penelitian
1. Perencanaan
Perencanaan adalah tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki dan mengembangkan rencana tindakan secara kritis
untuk meningkatkan apa yang telah terjadi.
a. Membuat rencana yang berisi langkah-langkah kegiatan yang
akan dilakukan.
b. Mempersiapkan instrumen penelitian, misalnya lembar
observasi untuk mengamati bagaimana‘’Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Seunagan’’ dan
instrumen penilaian untuk mengukur tingkat ‘’Profesionalisme
Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Seunagan’’
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan
terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana
sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang
diinginkan.
70

3. Pengamatan
Tahapan pengamatan dilakukan oleh observer dengan
melihat dan mengamati langsung bagaimana seorang pendidik
mengimplementasikan kecerdasan emosional dalam pembelajaran.
4. Tahap refleksi
Refleksi artinya merenungkan apa yang telah dikerjakan.
Kegiatan ini bertujuan mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul dan kemudian
melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan melalui kegiatan
pada siklus selanjutnya.

I. Pedoman Penulisan Skripsi


Penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Panduan
Akademik dan Penulisan Skripsi Tahun 2016 Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Buku Panduan Akademik dan
Penulisan Skripsi merupakan pedoman bersama bagi dosen dan mahasiswa
dalam menuntun untuk menyelesaikan studi S1 dan juga dapat menyatukan
persepsi dikalangan dosen FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh dalam
memberi bimbingan akademik kepada mahasiswa untuk menyelesaikan
tugas akhir mahasiswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMA Negeri 3 Seunagan


SMA Negeri 3 Seunagan merupakan sebuah Lembaga Pendidikan
Formal tingkat menengah atas yang diresmikan oleh Bapak Bupati Nagan
Raya pada tanggal, 29 Desember 2010 yang berlokasi di Jalan Nasional
Kuta Paya - Krueng Ceuko Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
Sekolah ini sudah memiliki 12 (dua belas) ruang belajar permanen diatas
tanah seluas ±5. Ha m2 . Jumlah kelas tersebut sudah memadai tapi belum
dilengkapi dengan mobiler yang standar. Adapaun siswa–siswi untuk Tahun
2019 berjumlah 292 orang yang dididik dan dibina oleh 41 orang tenaga
penunjang pendidikan.1
SMA Negeri 3 Seunagan merupakan sebuah lembaga pendidikan
formal yang sedang merintis karir dan terus berupaya dalam menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral khususnya di
Kabupaten Nagan Raya.
Berbicara masalah pendidikan bearti kita berbicara tentang suatu
yang tidak pernah habis-habisnya. Hal ini dapat dimaklumi karena aktifitas
pendidikan merupakan komponen-komponen yang terlibat didalamnya dan
membentuk sebuah sistem yang terjalin di atas “rel“ untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kita pahami bahwa, sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal yang terpenting dalam mewujudkan tujuan Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 4 yaitu : Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

1
Sumber: Dokumen dari TU SMA Negeri 3 Seunagan

71
72

dan berbudi pekerti luhur , sehat jasmani, serta rohani, berkepribadian yang
matang dan mandiri, serta mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, suatu sekolah harus tampil
maksimal, memiliki VISI dan MISI yang jelas, pimpinan yang baik, tenaga
pendidikan dan pegawai yang profesional yang dilandasi semangat kerja
tinggi, serta mempunyai rasa tanggung jawab yang mantap.
Di samping itu hal yang tidak kalah pentingnya dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan adalah kemampuan pimpinan sekolah dalam
memberdayakan dan menggerakan semua potensi sumber daya yang ada
secara optimal. Kemudian juga harus memiliki perencanaan yang sistematis,
demokratis, transporansi dan selalu mengedepankan semangat
2
kebersamaan.

B. Profil SMA Negeri 3 Seunagan


1. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Seunagan
2. Alamat Sekolah : Kuta paya
3. Akreditasi :B
o Propinsi : Aceh
o Kabupaten : Nagan Raya
o Kecamatan : Seunagan
o Desa / Kampong : Kuta Paya
o Jalan : Jalan Nasional-Kuta Paya
o Kode Pos : 23671
o Telephon / HP : 0813 6278 0399
o E-Mail : [email protected]

2
Sumber: Dokumen dari TU SMA Negeri 3 Seunagan
73

4. Status Sekolah : Negeri


5. Jarak Sekolah sejenis terdekat : 1.5 km
6. Nomor SK Penegrian : 425/243/SK/2010
7. Tanggal/Bulan/Tahun : 29 Desember 2010
8. Nomor Statistik Sekolah : 30.1.06.15.03.002
9. NPSN : 10113239
10. Nomor Rekening Sekolah :-
o Nama Bank : Bank Aceh
o Kantor : Cabang Jeuram
o No. Rekening P2S : 062.01.02.000084-0
11. Tahun Didirikan/beroperasi : 2010
12. Status Tanah : Milik Pemerintah Kab. Nagan Raya
13. Luas Tanah : 52.66 M
14. Bemtuk Sekolah : Permanen
15. Waktu penyelenggaraan : Pagi
a. Letak Geografis SMA Negeri 3 Seunagan
Jenis Sekolah yang Mengelilingi Sekolah
 Sebelah Barat : Sawah
 Sebelah Timur : Sawah
 Sebelah Selatan : Sawah
 Sebelah Utara : Sawah
b. Prestasi yang pernah diraih oleh SMA Negeri 3 Seunagan
1). Juara pertama tingkat kabupaten olimpiade sain kimia tahun 2018
2). Juara pertama tingkat kabupaten LFS2N cabang kria tahun 2018
3). Juara 3 olimpiade sains Tingkat Kabupaten (dari tahun 2012-2013)
4). Juara 3 Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten (dari tahun 2016-2017)
5). Juara Umum Kabupaten Lomba Berhitung Cepat tahun 2016
74

6). Juara 2 Olimpiade Olahraga Tingkat Kabupaten (tahun 2013-2014)


c. Visi dan Misi
Visi Sekolah:
Mewujudkan sekolah yang bersih, indah dan nyaman serta mampu
menghasilkan lulusan cerdas, terampil dan berakhlak mulia.
Misi Sekolah
1). Meningkatkan proses pembelajaran yang bermutu dan berinovasi,
serta mewujudkan strategi (model) pembelajaran yang interaktif
dan metode pembelajaran yang variasi/ bervariatif.
2). Meningkatkan mutu akademik berwawasan teknologi dan agama
sehingga ketercapaian lulusan yang baik.
3). Meningkatkan kreativitas dan prestasi siswa dalam bidang ekstra
kurikuler yang bernuansa Islami.
4). Mengembangkan pembelajaran yang berbasisis IT.
5). Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
manajemen administrasi sekolah.
6). Meningkatkan etos kerja penuh semangat, disiplin, berdedikasi,
ikhlas dan bertanggung jawab.
7). Melaksanakan 6-K (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan,
kekelurgaan dan kerindahan.
8). Mewujudkan sistem penilaian yang reliable, komprehensif akurat
dan berkelanjutan.
d. Tujuan Sekolah
1). Berprestasi dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian sekolah.
2). Berprestasi dalam perolehan nilai UAN.
3). Unggul dalam persaingan masuk ke jenjang Perguruan Tinggi
Negeri.
75

4).Berprestasi dalam lomba olah raga, kesenian, PMR, Paskibra, dan


Pramuka.
5). Menciptakan lingkungan sekolah yang indah, damai,
menyenangkan, serta
memiliki siswa, guru, pegawai yang berdisiplin tinggi dan islami
dalam tingkah laku.
e. Keadaan Siswa
Siswa sangat penting dalam sebuah lembaga pendidikan seperti di
sekolah, oleh karena itu perlunya peranan guru yang professional untuk
mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri siswa. SMA Negeri 3
Seunagan memiliki siswa 292 semua, kelas XII 88 orang, 102 orang kelas
XI dan 103 orang kelas X, untuk lebih jelas bisa di lihat di tabel di bawah
ini.
Tabel 4.1 Keadaan Siswa SMA Negeri 3 Seunagan
Jumlah Siswa
Kelas Jurusan Total
LK PR
MIPA 30 18
X 95
IPS 32 15
MIPA 27 19
XI 95
IPS 32 17
MIPA 28 27
XII 102
IPS 26 21
Jumlah 292

f. Keadaan Sekolah
1). Adanya laboratorium komputer, tapi komputer dan server serta
pendukung lainnya tidak ada.
2). Kurangnya Ruang Penunjang Peningkatan Mutu,
3). Tidak adanya aula/gedung serba guna
4). Dua ruang kelas perlu direhabilitasi.
76

5). Sarana olah raga masih sangat kurang


g. Keadaan Pendidik
Dalam proses belajar mengajar, pendidik merupakan salah satu
dari tiang utama untuk bisa terlaksanannya pendidikan, dengan kata lain
tidak mungkin terjadi sebuah proses pendidikan tanpa ada yang mendidik.
Guru atau pendidik merupakan sosok yang dapat digugu dan ditiru.
Pendidik harus mampu memberikan keteladanan yang baik. Pendidik juga
berperan penting dalam membimbing siswa dalam proses belajar mengajar.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru
dalam mengaktualisasi ilmu pengetahuan yang ada dalam dirinya untuk
diwariskan kepada peserta didik. Berikut merupakan daftar guru dan
pegawai SMA Negeri 3 Seunagan.
Tabel 4.2 Guru dan Pengawai di SMA Negeri 3 Seunagan
PANGKAT/
NO NAMA JABATAN L/P
GOLONGAN
1 Anwar Ali, S.P.d,.M.Pd Pembina TK.I/ Kepsek L
Nip. 19690510 199801 1001 IV b
2 Syamsul Bahri, S.P.d Pembina TK.I/ Guru L
Nip. 19600801 198803 1004 IV b
3 Tamli, S.P.d Pembina TK.I/ Kesis L
Nip. 19640808 198803 1005 IV b
4 Dra.Herwiyani Pembina TK.I/ Sarpras P
Nip. 19640318 199412 2001 IV b
5 Abdullateh, S.P.d Pembina TK.I/ Guru L
Nip. 19650706 199412 1001 IV b
6 Murniati, S.P.d Pembina TK.I/ Guru P
Nip. 19620330 199903 2002 IV b
7 Ridwan Edi Saputra, S.P.d Pembina TK.I/ Guru L
Nip. 19770809 200504 1002 IV b
8 Amran ,A.Md Pembina/ Humas L
Nip. 19640804 198703 1004 IV a
9 Bukhari Idris, Pembina/ Ka.Perpus L
Nip. 19650305 199003 1003 IV a
10 Saumiyati, S,Ag Pembina/ P.Osis P
Nip. 19740308 200312 2006 IV a
11 Martini,S.Si Pembina/ Guru P
77

Nip. 19770412 200504 2003 IV a


12 Riska Yanti, S.Pd.I Pembina/ P
Nip. 19800407 200604 2004 IV a
13 Yetti Mursini, S.P.d Pembina/ BP/BK P
Nip. 19810620 200604 2005 IV a
14 Irma Hidayati, S.P.d,M.Pd Penata muda/ Guru P
Nip. 19871019 201403 2001 III.a
15 Rina Hidayah, S.Pd Penata muda/ Guru P
Nip. 19900606 201503 2003 III.a
16 Dasniar Pengatur/ Staf Tu P
Nip. 19630706 198602 2001 II.c
17 Sumarni Pengatur TK I/ Staf Tu P
Nip. 19630306 198602 1001 II.d
18 Putri Phoenna, S.Pd Piñata/ Guru P
Nip. 19840105 201003 2001 III.c
19 Darmiwati, S.Pd Piñata/ Guru P
Nip. 19800607 200904 2003 III.c
20 Irwan Viria, S.Pd Peñata/ Guru L
Nip. 19811101 200504 1002 III.c
21 Zairin, SE Penata TK I/ Guru L
Nip. 19680917 200701 1005 III.d
22 Zaimi Anwar, S.Pd Penata TK I/ Guru L
Nip. 19840104 200803 1001 III.d
23 Aminah, S.Pd Penata TK I/ Guru P
Nip. 19750315 200501 2009 III.d
24 Shirmansyah, S.Pd GTT L
25 Eka Mulya Sakti, S.Pd GTT P
26 Zakiya Fitria, S.Pd GTT P
27 Anitawati,S.Pd GTT P
28 Agus Marzuki, S.Pd GTT L
29 Azizah,S.Pd GTT P
30 Depi Darmawati, S.Pd GTT P
31 Zulfadli, S.Pd GTT L
32 Mariati, S.Pd GTT P
33 Fitri Anita Sari, S.Pd GTT P
34 Cut Irma Rahma Fazwa S.Pd GTT P
35 Zulianti Marlianda, S.Pd GTT P
36 Heriansyah, S.Pd GTT L
37 Teuku Abdul Razaq, S.Pd GTT L
38 Marlina Dewi,S.Sos.M.Si GTT P
39 Sulaiman PTT L
40 Henni Erlia, S.Pd PTT P
41 Muhammad Zubir, S.Pd PTT L
78

Status Kepegawaian
Ijazah
tertinggi Guru Tidak Pegawai Pegawai
Guru Tetap
Tetap Tetap Tidak tetap
S3 / S2 3 1 - -
S1 18 14 - 1
D3 - - - 1
D2/D1/SMA - - 2 1

Sumber: Dokumen dari TU SMA Negeri 3 Seunagan


h. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di sekolah merupakan faktor yang sangat
menentukan, karena dengan adanya sarana dan prasarana belajar yang
lengkap maka hasil yang di capai akan lebih baik dari pada kekurangan
atau tanpa sarana sama sekali. Sarana dan prasarana yang di maksud adalah
ruang belajar yang memadai atau baik. Perpustakaan yang lengkap dengan
buku ataupun laboratorium yang bisa di gunakan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala sekolah, sarana dan prasarana di sekolah ini
sudah memadai. Menurutnya perlu ada penambahan sarana dan prasarana
baik ruang belajar, laboratorium dan lainnya yang dapat membantu proses
pembelajaran.3 Berikut adalah tabel sarana dan prasarana di SMA Negeri 3
Seunagan

3
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Seunagan pada tanggal
16 September 2019.
Sumber: Dokumen TU SMA Negeri 3 Seunagan
79

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran

Sarana dan Prasarana


NO Jenis Sarana dan Prasarana
Ada Tidak
1 Ruang Kepala Sekolah Ada
2 Ruang Guru Ada
3 Ruang Tu Ada
4 Ruang Osis Ada
5 Kamar Mandi/Wc Guru Ada
6 Kamar Mandi/ Wc Murid Ada
7 Laboratorium Bahasa Ada
8 Laboratorium Computer Ada
9 Lapangan Basket Ada
10 Lapangan Volley Ada
11 Lapangan Bulu Tangkis Ada
12 Ruang Belajar (12) Ada
13 Perpustakaan Ada
14 Ruang Bimbingan Konseling Ada
15 Kantin Ada
16 Lapangan Upacara Ada
80

STRUKTUR ORGANISASI
SMAN 3 SEUNAGAN
81

C. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3


Seunagan.

Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam adalah guru yang


memiliki kompetensi profesional, kompetensi profesional yang di maksud
disini adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam, bahwasannya guru
tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru wajib memiliki
ketrampilan untuk melaksanakan tugasnya dengan melakukan perbaikan
kualitas pelayanan terhadap peserta didik baik dari segi interlektual maupun
kompetensi lainnya yang akan membantu perbaikan dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar serta mampu mendatangkan prestasi belajar yang
baik bagi siswa. sehingga akan mencapai tujuan pendidikan. Dari hasil
wawancara dengan kepala sekolah tentang profesionalisme guru Pendidikan
Agama Islam. Pak Anwar Ali mengatakan bahwa:4
“Guru Pendidikan Agama Islam rata-rata sudah profesional dalam
proses pembelajaran, kalau di bandingkan ada yang sudah
profesional dan ada yang belum professional, dan untuk menjadi
guru yang profesional dia harus belajar tentunya dan mengikuti
pelatihan-pelatihan. seperti dalam menjalankan tugasnya sebagai
guru untuk mendidik siswa, sehingga siswa tersebut akan beprestasi,
dan guru juga ada yang displin dan ada juga yang belum displin,
semua itu tergantung karakter pribadi masing-masing”.

Berdasarkan hasil wanwancara dengan kepala sekolah dapat kita


pahami bahwa semua kembali kepada diri masing-masing, karena seorang
guru akan menjadi suri tauladan bagi peserta didik, jadi apa yang dilakukan
oleh guru akan di ikuti oleh siswa sendiri, karena dengan adanya guru

4
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Seunagan. pada tanggal
14 September 2019
82

pendidikan agama Islam yang profesional maka kualitas pembelajaran akan


lebih baik..
Di samping itu guru dalam memberikan pendidikan tidak hanya
sekedar mengajar melainkan juga harus menjadi direktur belajar. Artinya
setiap guru mampu mengarahkan kegiatan belajar siswa sehingga mencapai
keberhasilan belajar. baik dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam
maupun mata pelajaran lain yang ada di sekolah tersebut.
Profesionalisme guru pendidikan agama Islam di SMA Negeri 3
Seunagan rata rata sudah profesional. Berikut ini hasil wawancara dengan
guru pendidikan agama Islam Ibu Herwiyani SMA Negeri 3 Seunagan.
1. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Ya saya selalu menyusun rencana pembelajaran (RPP) sesuai dengan
silabus sebelum saya mengajar, di dalam rencana pembelajaran, saya
buat tujuan pembelajaran yang akan di capai dan materi yang akan
saya ajarkan, dan saya juga mengunakan beberapa metode ketika
proses pembelajaran seperti metode ceramah, tanyak jawab, diskusi
dan lainnya. selanjutnya juga ada evaluasi pembelajaran di akhir.
Untuk mengecek kembali apakah siswa sudah paham tentang materi
yang di sampaikan.5

2. Menggunakan Media Pembelajaran


a. Dari hasil wawancara dengan Ibu Riska Yanti, mengatakan bahwa:
Saya juga selalu membuat RPP, walaupun dalam saya membuat
RPP belum begitu bagus, tapi tetap saya buat dan saya perbaiki
setiap saya buat, karena dengan adanya RPP akan lebih memudahkan
saya dalam pembelajaran, karena disitu sudah saya susun apa yang
akan di sampaikan ketika mengajar, baik tentang materi,tujuan
pembelajaran atau media-media pembelajaran serta evaluasi
pembelajaran.

5
Hasil Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 3 Seunagan
pada tanggal 17 Septembel 2019
83

Sedangkan dari hasil wawancara dengan bapak Zulfadli mengatakan


bahwa:
b. ”Persiapan saya sebelum mengajar itu membuat RPP, dengan
membuat RPP akan lebih memudahkan saya dalam menentukan
metode dan media seperti apa yang akan saya gunakan saat proses
pembelajaran berlangsung”.

Kemudian saya kembali bertanya kepada guru pendidikan agama


Islam Ibu Herwiyani dan Ibu Riska Yanti, apakah ibu dalam mengajar
selalu berpedoman pada kurikulum?
3. Berpedoman pada Kurikulum
a. Ya saya selalu berpedoman pada kurikulum dalam mengajar, karena
dengan kita perdoman pada kurikulum akan memudahkan kita dalam
mengajarkan peserta didik. kurikulum merupakan salah satu
komponen penting dalam pendidikan karena dalam kurikulum bukan
hanya di rumuskan tentang tujuan yang harus di capai sehingga
memperjelas arah pendidikan. Akan tetapi memberikan pemahaman
juga tentang pengalaman belajar kepada siswa. Di sini guru juga di
tuntut mampu menyusun RPP sesuai dengan silabus dalam
kurikulum sekolah. Dengan demikian sebelum mengajar saya sudah
menyiap RPP yang telah di susun sebelumnya agar mampu
menciptakan suasana kelas yang efektif dan pembelajaran berjalan
lancar sesuai dengan rencana.

Dari hasil wawancara dengan Ibu Riska Yanti, mengatakan bahwa:

b. Rata-rata guru disemua sekolah pasti akan berpedoman pada


kurikulum termasuk saya sendiri. Saya hendaknya terlebih dahulu
menyampaikan tujuan pembelajaran dan membuat pola gambaran
umum yang akan dipelajari untuk mempermudah pembelajaran serta
menggunakan media pembelajaran yang sudah disediakan oleh
sekolah sebagai pelengkap sarana dan prasarana agar suasana belajar
di kelas menjadi efektif.

Dari hasil observasi saya terhadap guru Pendidikan Agama Islam di


SMA Negeri 3 Seunagan, bahwa walupun guru tersebut sudah mengatakan
bahwa sudah prosfesional sebagai guru dalam mengikuti semua arahan dari
84

Dinas Pendidikan maupun dari pihak sekolah, tetapi menurut saya masih
kurang, di mana di dalam ruang kelas tersebut guru Pendidikan Agama
Islam masih kurang dalam menguasai kelas, sehingga sebagian siswa tidak
bisa belajar dengan nyaman di sebabkan oleh kawannya yang membuat
keributan.6

D. Upaya SMA Negeri 3 Seunagan untuk Meningkatkan


Profesionalisme Guru
Upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru pendidikan agama
Islam. Profesionalisme adalah keahlian (kemahiran) yang dipersyaratkan
(dituntut) untuk dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan secara efisien
dan efektif dengan tingkat keahlian yang tinggi dalam mencapai keahlian itu
seseorang harus melalui pendidikan spesialisasi tertentu, hasil wawancara
dengan kepala sekolah, dengan bapak Anwar Ali tentang upaya sekolah
untuk menunjang keprofesionalisme guru pendidikan agama Islam,
mengatakan bahwa:
1. Upaya yang di lakukan sekolah ada seperti selalu diberikan fasilitas-
fasilitas pendukung pembelajaran, seperti buku tentang pendidikan
agama Islam dan kalau ada pelatihan-pelatihan akan selalu disuruh
ikuti supaya guru pendidikan agama Islam lebih profesional dalam
proses pembelajaran, sehingga akan meningkatkan mutu
pembelajaran di sekolah.7

Hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, Ibu Riska


Yanti dan Ibu Herwiyani, tentang upaya yang harus di lakukan oleh guru
pendidikan agama Islam untuk meningkatkan profesionalisme guru,
mengatakan bahwa:

6
Hasil Observasi Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Seunagan. pada
tanggal 14 September 2019
7
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Seunagan pada tanggal
16 September 2019
85

2. “Menurut Ibu Riska “Upaya yang dilakukan sekolah ada, baik itu
berupa pelatihan-pelatihan yang ada di suruh ikut atau seminar-
seminar tentang peningkatkan profesional guru Pendidikan Agama
Islam baik yang di adakan tingkat kabupaten maupun provinsi,
workshop dan juga di sediakan sarana dan prasarana untuk
pendukung pembelajaran walaupun belum maksimal”.

3. “Menurut Ibu Helwiyani “Upaya yang dilakukan sekolah ada,


walaupun belum maksimal sekali, termaksud diberikan penunjang-
penunjang pembelajaran seperti buku-buku paket selain upaya
yang diberikan oleh sekolah saya juga berusaha sendiri untuk
meningkatkan profesionalisme saya, salah satunya dengan cara
saya belajar lagi baik membaca buku-buku tentang Pendidikan
Agama Islam, Al-Qur’an atau saya baca di internet, karena
sekarang sudah jaman teknologi maka akan sangat memudahkan
kita dalam belajar”.

Sedangkan menurut bapak Zulfadli mengatakan bahwa:


4. Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan
profesionalisme guru pendidikan agama Islam ada, seperti di
berikan kesempatan kepada guru yang ingin melanjutkan
pendidikan S2 itu sangat di dukung juga oleh sekolah, kemudian
seperti wokshop, seminar-seminar yang di adakan ataupun
pelatihan-pelatihan tentang guru pendidikan agama Islam dan
diklat.8

Berdasarkan hasil observasi saya di SMA Negeri 3 Seunagan tentang


upaya yang di lakukan sekolah atau kepala sekolah untuk meningkatkan
profesionalisme guru sudah berjalan dengan baik, seperti ada guru yang lagi
menyelesaikan S2, ada juga dari guru yang udah mengikuti pelatihan-
pelatihan atau seminar tentang peningkatan profesionalisme guru dan guru
pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Seunagan juga sudah sertifikasi.
Walaupun masih ada kekurangan dalam hal sarana dan prasarana karena
masih ada yang tidak bisa di gunakan seperti lab, ruang belajar, mushalla

8
Hasil Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 17
September 2019
86

dan juga buku paket belum mencukupi. untuk membantu meningkatkan


profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3
Seunagan. 9

E. Faktor yang Menjadi Pendukung atau Penghambat


Profesionalisme Guru PAI di SMA Negeri 3 Seunagan.

Setiap lembaga pendidikan pasti ada faktor pendukung atau


penghambat suatu pekerjaan. Faktor pendukung dan penghambat guru
disekolah kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesi secara
berkelanjutan. Banyak guru yang terjebak pada rutinitas, pihak
berwenangpun tidak mendorong guru kearah pengembangan kompetensi
diri ataupun karir. Misalnya dengan adanya tunjangan buku referensi dan
pelatihan. profesionalisme dalam pendidikan guru haruslah orang yang
memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan memahami peserta
didik. Guru harus menguasai minimal satu bidang keilmuan. dari hasil
wawancara dengan kepala sekolah bapak Anwar Ali mengatakan bahwa:
1. Faktor Pendukung Guru Pendidikan Agama Islam untuk
Menigkatkan Profesionalismenya.
a. Saya sebagai kepala sekolah sangat mendukung guru pendidikan
Agama Islam yang ingin meningkatkan profesionalismenya.
Karena ini tentang profesional atau keahlian, maka seorang guru
pendidikan Agama Islam harus menguasai tantang bidang agama
Islam yang akan diajarkannya kepada peserta didik. Dengan
adanya guru pendidikan Agama Islam yang profesional maka
mutu atau kualitas pendidikan juga akan meningkat sehingga
akan menghasilkan lulusan yang berakhlak dan berilmu
pengetahuan10

9
Hasil Observasi Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Seunagan. pada
tanggal 14 September 2019
10
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Seunagan pada tanggal
16 September 2019
87

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam


Ibu Herwiyani tentang faktor pendukung profesionalisme guru mengatakan
bahwa:
b. Faktor pendukung guru pendidikan agama Islam untuk
meningkatkan profesionalisme yang pertama berasal dari guru
sendiri, maksudnya di katakan berasal dari guru sendiri, seorang
guru harus memiliki motivasi dalam menjalankan tugasnya dengan
sebaik mungkin, jika guru yang memiliki motivasi rendah dalam
menjalankan tugas maka seorang guru tersebut akan mengajar asal-
asalan. Kemudian seorang guru juga harus memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi. Karena tingkat pendidikan akan sangat
mendukung dalam terbentuknya kinerja yang profesional. 11

Sedangkan Hasil Wawancara dengan Ibu Riska Yanti


c. Faktor pendukung untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah
Sarana dan prasarana yang menunjang dapat mendukung seorang
guru dalam mewujudkan kinerja profesionalnya, karena sarana dan
prasarana merupakan alat bantu seorang pendidik dalam
memberikan pembelajaran atau alat tunjang dalam menambah
wawasannya, apabila sarana sudah terpenuhi otomatis wawasan
seorang guru dalam mengajar semakin luas, sarana yang di maksud
disini adalah buku, alat tulis dan lain sebagainnya.

Kemudian hasil wawancara dengan bapak Zulfadli


d. Faktor yang menjadi pendukung guru PAI untuk meningkatkan
profesionalismenya yang pertama latar belakang pendidikan,
kemampuan mengajar, kedisplinan guru dalam menjalankan
tugasnya, sarana dan prasarana juga ada yang sudah rusak belum di
perbaiki seperti lab, ruang kelas dan juga mushalla.”

2. Faktor Penghambat Guru Pendidikan Agama Islam untuk


Meningkatkan Profesionalismenya
Bapak Anwar Ali juga menambahkan pendapatnya tentang faktor
yang menghambat profesionalisme guru pendidikan agama Islam:

11
Hasil Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 17
September 2019
88

a. Faktor yang menghambat karena anak didik, ada dari anak didik
yang malas untuk mengikuti pembelajaran sehingga gurunya tidak
dapat memberikan ilmunya dengan maksimal. Dan juga kedisplinan
seorang guru dalam menjalankan tugasnya mengajar yang kurang.
Dan juga kemampuan seorang guru tersebut dalam memberikan
pembelajaran kepada peserta didik. Kemudian berasal dari guru itu
sendiri seperti kurangnya motivasi dan semangat dalam mengajar
sehingga kinerja yang dihasilkan oleh guru tersebut juga kurang,
motivasi yang tidak ada menyebabkan guru menjadi kurang
bersemangat dalam mengajar, sehingga kurang efektif dalam proses
belajar mengajar. Sealanjut berasal dari orang tua siswa atau
lingkungan masyarakat, artinya dukungan dari masyarakat akan
dapat membantu guru dalam meningkatkan profesionalismenya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam


Ibu Herwiyani tentang faktor yang jadi penghambat profesionalisme guru
mengatakan bahwa:
b. Faktor penghambat guru untuk meningkatkan profesional, latar
belakang pendidikan, kemudian berasal dari orang tua siswa atau
lingkungan masyarakat, karena dukungan dari masyarakat dapat
membantu guru untuk meningkatkan profesional, dan masih
kurangnya dalam menguasai teknologi dan sarana disini juga masih
kurang.

Sedangkan Hasil Wawancara dengan Ibu Riska Yanti

c. Faktor penghambat kembalikan dari faktor pendukung tadi,


seorang guru dalam mewujudkan kinerja profesional dipengaruhi
oleh sarana yang kurang memadai. Seorang guru tidak akan
mendapat informasi baru sebagai bahan ajar kalau sarana dan
prasarana seperti buku paket atau ruang belajar yang belum
memadai dan alat penunjang lainnya.
Kemudian hasil wawancara dengan bapak Zulfadli

d. Faktor yang menjadi penghambat untuk meningkatkan profesional


seperti kurangnya memahami isi dari kurikulum yang di tetapkan,
kurang disiplin dalam mengajar dan juga kurang sarana prasarana
penunjang pembelajaran.
89

Berdasarkan hasil observasi saya terhadap Guru pendidikan Agama


Islam SMA Negeri 3 Seunagan bahwa faktor pendukung dan penghambat
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Yang pertama faktor
internal dan faktor eksternal, faktor internal berasal dari guru itu sendiri
seperti motivasi, kedisiplinan guru dalam menjalankan tugasnya juga masih
kurang, kemudian saya melihat bahwa masih kurangnya buku-buku mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, Guru juga masih kurang dalam
menguasai teknologi seperti komputer dan internet, kemudian sarana dan
prasaran yang masih kurang, seperti lab, buku paket yang belum memadai,
ruang kelas dan mushalla yang tidak bisa gunakan lagi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dapat penulis simpulkan dari
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Profesionalisme guru di SMA Negeri 3 Seunagan belum berjalan
dengan baik, sebagaimana yang telah saya liat ketika saya lakukan
observasi guru waktu memberikan pembelajaran kepada peserta
didik belum sepenuhnya guru tersebut menguasai kelas, karena
masih ada siswa yang ngobrol atau ribut sehingga dapat menganggu
kenyamanan siswa yang lagi belajar.
2. Upaya yang dilakukan ada, baik dari sekolah maupun dari guru
Pendidikan Agama Islam sendiri, seperti diberikan kesempatan
kepada guru yang ingin melanjutkan pendidikan S2, kepala sekolah
juga memotivasi guru untuk meningkatkan profesional seperti
mengikuti seminar-seminar tingkat kabupaten maupun provinsi, dan
juga pelatihan-pelatihan, workshop ataupun diklat.
3. Faktor pendukung untuk meningkatkan profesionalisme guru PAI
yang pertama berasal dari dalam guru itu sendiri seperti memiliki
motivasi, disiplin, sarana dan prasarana, siswa dan lingkungan,
kepala sekolah mendukung masukan yang diberikan guru PAI seperti
melaksanakan cerdas cermat, pawai 1 Muharam, Memperingati
Maulid Nabi Muhammad Saw. sedangkan faktor yang menghambat
profesionalisme guru pendidikan agama Islam adalah guru yang
memiliki motivasi rendah, disiplin kurang, latar belakang

90
91

pendidikan, siswa dan juga sarana dan prasarana. Seperti buku paket,
ruang dan mushalla.

B. Saran-Saran
Setalah penulis melakukan penelitian terhadap profesionalisme guru
pendidikan agama Islam di SMA Negeri 3 Seunagan maka ada beberapa
saran yang ingin penulis sampaikan terutama kepada pihak sekolah.
1. Untuk guru yang ada di SMA Negeri 3 Seunagan, khususnya guru
Pendidikan Agama Islam diharapkan untuk meningkatkan
profesionalisme lagi guna memberikan pembelajaran yang lebih baik
lagi kedepannya, baik melalui pelatihan, seminar ataupun workshop.
2. Diharapkan kepada kepala sekolah SMA Negeri 3 Seunagan untuk
ke depannya dapat menyediakan sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran yang lengkap sehingga akan memudahkan guru
pendidikan agama Islam dalam mengajar, seperti menyediakan buku
mata pelajaran, khususnnya Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sehingga dengan ada sarana dan prasarana yang lengkap maka guru
pendidikana agama Islam akan lebih mudah dalam mengajarkan
anak didiknya.
3. Untuk kendalanya guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3
Seunagan semoga bisa cepat teratasi, sehingga guru Pendidikan
Agama Islam bisa memberikan pembelajaran yang lebih
profesionalisme lagi dan tercapainya tujuan pembelajaran. Sehingga
tidak merugikan peserta didik dalam meberikan pembelajaran ke
depannya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Beni Kurniawan. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gransindo, 2008.


Muhaimin. Pemgembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2005.
Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013.
Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Isjoni. Guru Sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.
A.R. Tilaar. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Nana Syaodah Sukmadinata. Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009.
Sudarwan Danim. Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru.
Cet. Ke-1, Jakarta: Raha Grafindo Persada, 2007.
Syafruddin Nurdin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Quantum Teaching, 2005.
Novan Ardy Wiyani. Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Gava Media,
2015.
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cet. Ke-
13, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Muhammad Daud Ali. Pendidikan Agama Islam. cet. 2 Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1998.
Kepler Sianturi. Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. dalam jurnal Dinamika Vol. VI, No. 1 Edisi Januari-
April, 2008.
Dapartemen Agama. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Dapartemen Agama, 2005.

92
93

Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya,


2005.
Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Saiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Nik Haryanti. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Gunung Samudera, 2014.
Zakiah Daradjat. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2005.
Al Quran Kementrian Agama Republik Indonesia, 2018.
Zakiah Daradjat. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah. Bandung:
Rosda Karya, 1995.
Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Oemar Hamalik. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi
Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Markus Wily, dkk.. Kamus Lengkap Plus; Inggris Indonesia-Indonesia
Inggris, Surabaya: Arkola, 1997.
Wina Sanjaya. Kurikulm dan Pembelajaran . Jakarta: Prenada Media
Group, 2008.
Sahertian. Ida Aleida Sahertian. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka,
1992.
Muhamad Saroni. Personal Branding Guru. Jogjakarta: AR Ruzz Media,
2011.
Mulyana. Rahasia Menjadi Guru Hebat. Jakarta: Grasindo, 2010.
Nana Syaodih Sukmadina. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2005.
Lexy J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1996.
Suharmi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 2013.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Ahmad Tanzeh. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras, 2009.
94

Suharmi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta, 2013.
Jalaluddin Rahmat. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosda
Karya, 2004.
Tohirin. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009.
Nasution. Metode Research. Jakarta: Insani Press, 2004.
LEMBARAN OBSERVASI PEMBELAJARAN GURU PAI DI SMA
NEGERI 3 SEUNAGAN

NO ASPEK YANG DI AMATI 1 2 3 4


1 Guru memberi salam ketika masuk kelas  
2 Guru mampu menguasai materi pelajaran .
Guru menggunakan berbagai macam
3
metode dalam mengajar
Guru mengutamakan keterlibatan siswa
4
dalam pemanfaatan media pembelajaran
Guru menggunakan media pendidikan
5
dalam menjelaskan pelajaran
Guru mengontrol tingkah laku anak didik
6
selama proses belajar
Guru memberikan waktu untuk bertanya
7
dan diskusi dalam pembelajaran
Guru memberikan penjelasan materi
8 pelajaran dengan bahasa yang mudah
dipahami
Guru menggunakan media pembelajaran
9
secara efektif
Guru memberikan perhatian kepada
10
seluruh siswa selama mengajar
Guru menunjukkan sikap tanggap seperti
11
gerak mendekati siswa
Guru memberikan penghargaan bagi
12 ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh
siswa
Guru mampu memusatkan perhatian
13
kelompok selama proses belajar
Guru menguasai kelas saat pembelajaran
14
berlangsung
Memantau kemajuan / kesulitan belajar
15
siswa.
Guru memulai dan mengakhiri pelajaran
16
tepat waktu

JUMLAH
A. Petunjuk

Berilah nilai sesuai dengan kriteria di atas ini pada kolom masing -masing
1=Kurang 3=Baik
2=Cukup 4=Baik Sekali
DAFTAR WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH SMA
NEGERI 3 SEUNAGAN

A. Kepala Sekolah SMAN 3 Seunagan


1. Bagaimana professional guru PAI di SMAN 3 Seunagan?
2. Apa saja yang di miliki guru PAI sebagai langkah untuk
meningkatkan Profesionalismennya?
3. Bagaimana pengaruh profesional guru terhadap peningkatan
mutu pendidikan?
4. Bagaimana kedisiplinan guru PAI dalam menjalankan tugas
mengajarnya?
5. Faktor apa saja yang mendukung professional guru PAI di
SMAN 3 Seunagan?
6. Faktor apa saja yang menghambat professional guru PAI di
SMAN 3 Seunagan?
7. Apa saja upaya yang dilakukan SMAN 3 Seunagan dalam
meningkatkan profesionalisme guru PAI?
8. Menurut ibu/bapak apa saja faktor yang mempengaruhi
kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengelola kelas?
9. Bagaiamana keadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3
Seunagan?
10. Bagaimana keadaan guru dan tenaga kependidikan di SMA
Negeri 3 Seunagan?
11. Bagaimana kualifikasi akademik guru PAI di SMA Negeri 3
Seunagan?
12. Bagaiman kompetensi guru PAI di SMA Negeri 3 Seunagan?
13. Bagaimana sertifikasi guru PAI di SMA Negeri 3 Seunagan?
14. Bagaimana guru PAI meningkatkan keprofesionalannya?
15. Bagaimana kemampuann guru PAI dalam menguasai materi
pelajaran?
DAFTAR WAWANCARA DENGAN GURU PAI SMA NEGERI 3
SEUNAGAN

1. Apakah setiap mengajar ibu/Bapak selalu membuat RPP?


2. Apakah dalam mengajar Ibu/Bapak selalu berpedoman pada
kurikulum?
3. Bagaimana Ibu/Bapak mengajar, apakah menggunakan alat bantu atau
media saat pembelajaran?
4. Bagaimana cara Ibu/Bapak membuat pembelajaran itu menarik agar
mudah dipahami siswa dan tidak membosankan?
5. Selama proses belajar mengajar, bagaimana cara ibu mengatasi siswa
yang sulit dalam memahami pembelajaran?
- Apa pengaruh siswa sulit dalam memahami pembelajaran?
- Apa solusi ibu berikan kepada siswa yang kesulitan memahami
pembelajaran?
6. Apa saja kendala yang sering ditemui Ibu/ Bapak saat pembelajaran?
7. Apakah ibu/bapak mengalami kendala dalam mengelola kelas pada
proses belajar mengajar ?
8. Apa kesulitan Ibu/Bapak dalam meningkatkan kualitas pembelajaran?
9. Kegiatan apa saja yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran guru ?
10. Menurut ibu/bapak apa faktor yang mempengaruhi kompetensi
profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam mengelola kelas?
11. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang disediakan sekolah
Ibu/Bapak, apakah sudah mendukung dalam kegiatan pembelajaran?
RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. Nama : Jusfikar
2. NIM : 150201115
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Tempat/Tanggal Lahir : Cot Gud, 22 November 1996
5. Kewarganegaraan/Suku : Indonesia/ Aceh
6. Status Perkawinan : Belum Kawin
7. Alamat : Cot gud, Seunagan Timur, Nagan Raya.
8. No HP : 081271703201
9. E-mail : [email protected]
10. Nama Orang Tua
a. Ayah : Ramli.k
b. Ibu : Nursabitah
c. Alamat : Cot Gud
11. Pekerjaan Orang Tua
a. Ayah : Tani
b. Ibu : IRT
c. Alamat : Cot Gud
12. Riwayat Pendidikan
a. SD/MI : SDN Cot Gud
b. SLTP/MTSN : SMP Negeri 2 Seunagan, Nagan Raya
c. SLTA/MAN : SMA Negeri 3 Seunagan, Nagan Raya
d. Perguruan Tinggi : UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Banda Aceh, 22 November 2019

Jusfikar

Anda mungkin juga menyukai