Laporan Praktikum Fiswan Ririn

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN

MODUL 1
TINGKAH LAKU ORIENTASI JANGKRIK

DISUSUN OLEH:
NAMA : RIZKI AMALIAH
NIM : G40121010
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : REZA RISALDI

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN DAN EVOLUSI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

MARET, 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Jangkrik merupakan jenis insekta yang hidup di semak-semak rerumputan


pekarangan. Jangkrik merupakan hewan nokturnal pada habitat alamnya,
jangkrik tergolong serangga yang dalam kehidupannya mengalami
metamorfosis tidak sempuma, kehidupannya dimulai dari fase telur, kemudian
menetas menjadi nimfa (serangga muda), melewati beberapa kali stadium
instar terlebih dahulu sebelum menjadi imago (serangga dewasa) yang
ditandai dengan terbentuknya dua pasang sayap (Hasegawa dan Kubo, 1996).

Perilaku (Behavior) sebagai apa yang dilakukan oleh hewan dan bagaimana
hewan tersebut melakukannya, definisi ini akan meliputi komponen perilaku
yang tidak berkaitan dengan pergerakan dan juga tindakan hewan yang dapat
diamati. Timu perilaku hewan, pada keseluruhannya merupakan kombinasi
kerja-kerja laboratorium dan pengamatan di lapangan, yang memiliki
keterkaitan yang kuat dengan disiplin ilmu-ilmu tertentu semisal
neuroanatomi, ekologi, dan evotusi. Seorang ahli perilaku hewan umumnya
menaruh perhatian pada proses-proses bagaimana suatu jenis perilaku
(misalnya agresi) berlangsung pada jenis-jenis hewan yang berbeda. Meski
ada pula yang berspesialisasi pada tingkah laku suatu jenis atau kelompok
kekerabatan hewan yang tertentu (Campbell, 2004).

Fototaksis adalah gerak hewan karena adanya respon terhadap cahaya,


tertariknya hewan terhadap cahaya melalui respon terhadap penglihatan dan
rangsangan terhadap otak. Hewan yang tidak tertarik atau menjauhi cahaya
disebut fotophobi A (Michael, 1994).
Berdasarkan uraian di atas yang melatarbelakangi praktikum ini yaitu untuk
mengetahui respon jangkrik terhadap rangsangan yang diberikan, baik berupa
rangsangan cahaya (Fototaksis) dan kelembapan (Hidrotaksis).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui respon jangkrik terhadap
rangsangan yang diberikan, baik berupa rangsangan cahaya (Fototaksis) dan
kelembapan (Hidrotaksis).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jangkrik merupakan serangga atau insekta berukuran kecil sampai besar yang
berkerabat dekat dengan belalang dan kecoa karena diklasifikasikan ke dalam
ordo Orthoprtera. Jangkrik juga merupakan hewan yang aktif pada malam hari
(noktumal) dan berdarah dingin. Morfologi tubuh jangkrik Kalung sama
dengan jangkrik-jangkrik pada umumnya yaitu terdiri atas tiga bagian utama
kepala, toraks (dada) dan abdomen (perut) serta setiap spesies Jangkrik
memiliki ukuran dan warna yang beragam (Borror ef al., 1992).

Perbedaan jangkrik jantan dan jangkrik Betina pada suatu jenis binatang pasti
ada yang membedakan antara betina dan jantannya misalnya kita bisa melihat
dari jenis kelaminnya yang jika kelihatan untuk jenis binatang yang besar
kalau untuk binatang yang kecil seperti jangkrik ini sulit untuk kita dapat
membedakan antara jangkrik jantan dan jangkrik betina. Ataupun dengan
melihat dari tampang untuk yang ahli ataupup untuk yang sudah kenal
karakteristik dari binatang yang sudah seseorang pelihara dan untuk hal ini
pula sangat sulit membedakan antara jangkrik jantan dan betina. Perbedaan
antara jangkrik jantan dan betina terletak pada ekornya (Sosilowati, 2001).

Jika jangkrik jantan itu bisa dilihat dari ekornya ada dua dan jangkrik betina
ditandakan dengan ekor yang berjumlah dua. Sedangkan untuk jangkrik betina
berjumlah ekornya adalah 3 dengan penjelasan ekor yang satu adalah yang
menonjol ditengah adalah alat untuk mengeluarkan telur, jadi itulah yang
membedakan antara jangkrik jantan dan betina (Rahayu, 2007).

Fungsi umum dari tingkah laku agonistik adalah penyesuaian diri untuk
kondisi konflik yang terjadi dalam satu spesies (Susilowati, 2001). Aspek-
aspek yang ada dalam tingkah laku agonistik antara lain ancaman, pengejaran,
dan pertarungan fisik. Pada dasarnya. Tingkah laku agonistik tersebut
merupakan kompetisi untuk beberapa sumber, yaitu makanan, air, pasangan,
dan tempat tinggal untuk tempat bersarang. perlindungan selama musim
dingin atau terhadap predator (Drickamer, 1982).

Pembawaan tubuh kearah atau jauh dari suatu rangsangan dinamakan taksis
pada hewan. Hewan menunjukkan beberapa jenis taksis yang berbeda;
fototaksis adalah gerakkan terhadap cahaya, dan kemotaksis merupakan
gcrakkan terhadap kimia. Sebagian serangga, misalnya kupu-kupu dan lalat,
menunjukkan fototaksis; serangga tersebut akan terbang terus kearah cahaya,
selalu serangga tersebut membawa dirinya dengan mengarahkan tubuhnya
hingga cahaya mengenai ke dua matanya, jika satu matanya buta, hewan akan
bergerak dalam bentuk berputar-putar, selalu coba mencan arah yang
memungkinkan cahaya diimbangkan di antara kedua mata, kemotaksis agak
lazim dikalangan hewan serangga tertarik pada zat kimia yang disebut
feromon, yang dikeluarkan oleh anggota spesiesnya pada jumlah yang sangat
sedikit (Mader dan Silvia, 1995).

Faktor-faktor yang akan mempengaruhi respon hewan yaitu faktor biotik


merupakan faktor hidup semua organisme yang merupakan bagian dari
lingkungan suatu individu. Faktor abiotik merupakan faktor yang tak hidup
seperti suhu, cahaya, air, iklim, sinar matahari dan lain sebagainya (Campbell,
2004).

Habitat jangkrik adalah daerah yang intensitas cahayanya rendah dengan


kelembaban tinggi sebingga sering kali dapat dijumpai di bawah bebatuan,
tumpukan kayu-kayu, celah-celah perabotan rumah, dan di bawah naungan
dedaunan atau rerumputan seperti di bawah padang rumput, ladang pertanian
dan sebagainya. Persebaran jangkrik cukup luas meliputi Eropa tengah dan
selatan, Asia dan Afrika Utara (Sukarmo, 1999).

Taksis dibagi menjadi dua berdasarkan arah orentasi dan pergerakan, yaitu
taksis positif dan taksis negatif (Michael, 1994). Suatu gerak taksis dikatakan
taksis positif jika respon yang terjadi adalah menuju atau mendekati
rangsangan, sedangkan taksis negatif jika respon yang terjadi adalah menjauhi
rangsangan.
BAB Ill
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10 Maret 2022 pada
pukul 07.30 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium
Biosistematika Hewan dan Evolusi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas, Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum antara lain kotak perlakuan, kertas
hitam, isolasi, serbet, cahaya lampu (Handphone), stopwatch (Handphone),
dan gunting. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah air dan
jangkrik (Gryllus ; bimaculatus).

3.3 Prosedur Kerja

 Eksperimen cahaya , Pada percobaan gelap terang, diletakkan masing-


masing 5 ekor jangknik pada wadah perlakuan yang telah ditutupi
kertas hitam pada sebagian setengah sisi wadah. Kemudian diamati
kecenderungan jangkrik menempati kedua sisi wadah yaitu gelap dan
terang. percobaan dilakukan selama 10 menit dengan 3 kali
pengulangan lalu diamati respon jangkrik terhadap cahaya, kemudian
di catat hasil perbandingan yang diperoleh.
 Eksperimen kelembaban Pada percobaan kering basah, diletakkan
masing-masing 5 ekor jangkrik pada wadah perlakuan yang telah
dilapisi serbet (kain) basah pada sebagian setengah sisi wadah.
Kemudian diamati kecenderungan jangkrik menempati kedua sisi
wadah yaitu kering basah. percobaan dilakukan selama 10 menit
dengan 3 kali pengulangan lalu diamati respon jangkrik terhadap
kelembaban, kemudian dicatat hasil perbandingan yang diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel pengamatan perlakuan terang dan gelap


Fo Fe
No Pengulangan Terang Gelap Terang Gelap Jumlah
Individu
1. P1 3 7 5 5 10
2. P2 3 7 5 5 10
3. P3 3 7 5 5 10

 Analisis data perlakuan terang dan gelap


Dik :
Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3
Fo Terang : 3 Fo Terang :3 Fo Terang :3
Fo Gelap : 7 Fo Gelap :7 Fo Gelap :7
Fe Terang : 5 Fe Terang :5 Fe Terang :5
Fe Gelap : 5 Fe Gelap :5 Fe Gelap :5

Dit : X2 = ….?
Penyelesaian :
 Pengulangan 1
2
( Fo−Fe)
X2 =∑
Fe
2 2
(7−5)
= + (3−5)
5 5
2 2
(2)
= + (2)
5 5

= 0,8 + 0,8
= 1,6
 Pengulangan 2
2
( Fo−Fe)
X2 =∑
Fe
2 2
(7−5)
= + (3−5)
5 5
2 2
(2)
= + (2)
5 5

= 0,8 + 0,8
= 1,6

 Pengulangan 3
2
( Fo−Fe)
X2 =∑
Fe
2 2
(7−5)
= + (3−5)
5 5
2 2
(2)
= + (2)
5 5

= 0,8 + 0,8
= 1,6

Rata – Rata :
P 1+ P 2+ P 3
X2 =
3
1, 6+1 , 6+1 , 6
=
3
4 ,8
= 3
= 3,8

X2 Kartikalo = 3,8
X2 Chi-Square = 3,8
Kaerna X2 kritikalo = X2 Chi-Square maka individu-individu terdistribusi.
Df = a–1
= 2–1
= 1

Tabel pengamatan perlakuan lembab kering :


Fo Fe
No Pengulangan Lembab Kering Lembab Kering Jumlah
Individu
1. P1 5 5 5 5 10
2. P2 6 4 5 5 10
3. P3 3 7 5 5 10

 Analisis data perlakuan Lembab dan Kering


Dik :
Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3
Fo Lembab : 3 Fo Lembab: 3 Fo Lembab : 3
Fo kering : 7 Fo Kering : 7 Fo Kering : 7
Fe Lembab : 5 Fe Lembab: 5 Fe Lembab : 5
Fe Kering : 5 Fe Kering : 5 Fe Kering : 5

Dit : X2 = ….?
Penyelesaian :
 Pengulangan 1
2
( Fo−Fe)
X2 =∑
Fe
2 2
(5−5)
= + (5−5)
5 5
2 2
(0)
= + (0)
5 5

=0+0
=0
 Pengulangan 2
2
2 ( Fo−Fe)
X =∑
Fe
2 2
(6−5)
= + ( 4−5)
5 5

= 0,2 + 0,2
= 0,4

 Pengulangan 3
2
( Fo−Fe)
X2 =∑
Fe
2 2
(7−5)
= + (3−5)
5 5
2 2
(2) (2)
= +
5 5

= 0,8 + 0,8
= 1,6

Rata – Rata :
P 1+ P 2+ P 3
X2 =
3
0+0 , 4 +1 ,6
=
3
2
= 3
= 0,66

X2 Kartikalo = 3,8
X2 Chi-Square = 0,66
Kaerna X2 kritikalo < X2 Chi-Square maka individu-individu terdistribusi
secara acak.
Df = a–1
= 2–1
= 1
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpalan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah taksis adalah suatu bentuk sederhana
dari respon bhewan terhadap stimulus dengan bergerak secara otomatis
langsung mendekati atau menjauh dani atau pada sudut tertentu terhadapnya
atau dalam proses penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungannya. Pada
percobaan fototaksis terjadi respon negatif, karena beberapa jangkrik bergerak
menjauhi sumber rangsangan berupa sinar lampu senter. Pada percobaan
hidrotaksis terjadi respon positif, karena beberapa jangkrik mendekati sumber
rangsangan berupa kelembaban. Pada percobaan terang dan gelap diperoleh
hasil nilai Chi-square 2,8 dan kritikalo 3,8 dengan hasil yang signifikan.
Sedangkan pada percobaan lembab dan kering diperoleh hasil nilai Chi-square
6,4 dan kritikalo 3,8 dengan hasil yang tidak signifikan.

5.2 Saran

Saran pada praktikum ini yaitu diharapkan praktikan saling bekerja sama pada
saat di laboratorium dan memperhatikan arahan dari asisten.
DAFTAR PUSTAKA

Adihendro. (1999). Rahasia Peternak Jangkrik. Jakarta: Ardi Agency. Edisi


Keenam. Terjemahan: S. Partosoedjono. Gajah Mada University Press,

Borror, D. J., C. A. Triplebphom dan N. F. Jhonson. (1992). Pengenalan


Serangga. Yogyakarta: UGM Press.

Bursell, E. (1970). An Introduction Insect Physiology. New York: Academic


Press. Ws

Campbell. (2004). Biologi edisi ke delapan jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Campbell, N. A. (2004). Bioogi Jilid III Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Drickamer, (1982). Macam-macam jenis makhluk hidup. Jakarta. Erlangga.

Hasegawa Y, dan Kubo H. (1996). Jangkrik.Seri Misteri Alam. Jakarta:


Penerbit PT. h elex Media Computindo, Gramedia.

Mader, dan Silvia S. (1995). Biolog i Evolusi, Keanekaragaman, dan


Lingkungan. Malaysia: Kucica.

Michael, P. (1994). Metode Penelitian untuk Ekologi Penelitian Ladang dan


Laboratorium. Jakarta: UI Press.

Pramudiyanti. (2009). Biologi Umum. Bandar Lampung: Universitas


Lampung.

Rahayu, S. (2007). Petunjuk kegiatan praktikum tingakah laku hewan. Jakarta:


Erlangga.

Scott, J. P. & Frederickson, E. (1951). Physiol. New York: Academic Press.

Sukarno H. (1999). Budidaya Jangkrik. Cetakan I. Kanisius, Yogyakarta:


UGM
Press.

Susilowati. (2001). Ekologi Hewan. Malang: Universitas Malang.


LEMBAR ASISTENSI

Nama :Rizki Amaliah


Nim : G40121010
Kelompok : VI (Enam)
Asisten : Reza Risaldi

No Hari/Tanggal Koreksi Paraf

Anda mungkin juga menyukai