Laporan Praktikum Ekologi Hewan
Laporan Praktikum Ekologi Hewan
Laporan Praktikum Ekologi Hewan
Oleh:
Kelompok 2
Dosen Pembimbing:
Irham Falahudin, M.Si
1.2 Tujuan
Dalam tujuan kegiatan ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Untuk melihat keanekaragaman serangga arboreal pada tanaman kelapa
sawit.
2. Untuk melihat peran ekologis serangga pohon.
3. Mengukur faktor-faktor fisik lingkungan.
1.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum, antara lain silinder trap, tali,
mangkok warna kuning.
Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain bunga mawar (Rosa
gallica) kupu-kupu (Appias libythea), pisang (Musa paradisiaca).
2.5 Thermoregulasi
Themoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu
tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Adapun mekanismenya adalah mengatur
keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Suhu tubuh hewan
dipengaruhi oleh suhu lingkungan hewan. Namun untuk hidup secara normal
hewan harus memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut
yang ideal dan disukai agar proses fisiologi soptimal. Suhu tubuh konstan sangat
dibutuhkan karena perubahan suhu berpengaruh pada konformasi protein dan
ativitas enzim juga pada energi kinetik molekul zat. Kenaikan suhu lingkungan
mengakibatkan peningkatan laju reaksi yang berpengaruh pada aktivitas
metabolisme sel tubuh (Ginanjar, 2012).
Kemampuan hewan untuk mempertahankan suhu tubuh menurut Ginanjar
(2012) ada 2, yaitu:
1. Hewan poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah
seiring dengan berubahnya suhu lingkungan.
2. Hewan homeoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan
sekalipun suhul ingkungannya berubah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan pada respon hewan kupu-
kupu (Appias libythea), diperoleh hasil sebagai berikut:
Perilaku Kupu- Penyebab Kupu-
No Spesies Karekteristik
Kupu Kupu Mati
1 Spesies 1 Tidak bisa di amati, 1. Motif sayapnya 1. Saat
karena kupu-kupu berwarna coklat penangkapan,
telah mati sebelum dan abu-abu. terpegang
diamati. 2. Ukurannya tubuhnya terlalu
kecil kuat.
2. Lama
2 Spesies 2 Tidak bisa di amati, 1. Motif sayapnya perjalanan, yang
karena kupu-kupu unik, karena menyebabkan
telah mati sebelum memiliki kekurangan
diamati beberapa oksigen.
warna, yaitu 3. Kupu-kupu tidak
hijau, kuning, dapat
putih, coklat, beradaptasi
dan hitam. dengan
2. Ukurannya tumbuhan baru.
relatif besar. Karena tanaman
di habitat
Aslinya tidak
sama dengan
tanaman yang
dijadikan
lingkungan baru
sebagai tempat
hidupnya.
3.2 Pembahasan
Hewan merupakan organisme yang bersifat motil, artinya dapat berjalan dari
satu tempat ke tempat lain. Hewan tinggal di suatu lingkungan hidup yang sesuai
dengan ciri-ciri kehidupannya. Sehingga ada hewan yang hidup di tanah yang
disebut dengan hewan terrestrial, hewan yang hidup di pohon disebut hewan
arboreal dan hewan yang hidup di air disebut sebagai hewan aquatic.
Namun dalam praktikum ini, yang diamati adalah keanekaragaman serangga
arboreal yaitu kelas insecta dari ordo Lepidoptera (kupu-kupu). Pengamatan di
awali dengan membuat perangkap untuk serangga arboreal, pada awalnya metode
yang digunakan adalah metode silinder trap yang telah dilengkapi dengan yellow
pan trap yang kemudian dipasang di pohon setinggi 60 m. Tata letak silinder trap
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu botton tata letak yang paling atas (60 m),
middle tata letak di bagian tengah (30 m), dan lower tata letak paling bawah (10
m), jadi dalam satu pohon terdapat tiga silinder trap yang dipasang. Selanjutnya
perangkap silinder trap tersebut dibiarkan selama 1x24 jam.
Berdasarkan hasil praktikum, tidak ditemukan spesies serangga arboreal yang
terperangkap dalam silinder trap yang telah dipasang, hal ini mungkin disebabkan
karena pohon yang digunakan sebagai tempat silinder trap kurang tinggi, yaitu
berkisar 20 m, sehingga letak perangkap botton hanya setinggi 20 m, middle
setinggi 10 m, dan lower setinggi 5 m, selain itu mungkin makanan yang
diletakkan dalam mangkok yellow pan trap kurang menarik perhatian serangga,
sehingga tidak ada serangga yang mendekati perangkap yang telah dipasang.
Karena dengan metode silinder trap tidak ditemukan spesies, maka diganti
dengan metode hand collecting, yaitu pengambilan serangga pohon secara
langsung dengan tangan yaitu menggunakan jarring-jaring atau pinset sebagai alat
bantunya. Spesies yang berhasil ditemukan yaitu berjumlah 2 spesies, spesies
pertama dengan ukuran tubuh yang kecil mempunyai motif sayap yang berwarna
coklat dan abu-abu. Sedangkan pada spesies yang kedua, mempunyai ukuran
tubuh yang relatif besar, mempunyai motif sayap yang unik, yaitu adanya
percampuran warna pada sayap yang meliputi warna hijau, kuning, putih, coklat,
dan hitam.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kematian pada kupu-
kupu tersebut, yaitu faktor lingkungan, yang meliputi suhu dan cahaya. Selain itu
ada juga faktor teknis yang menyebabkan matinya kupu-kupu tersebut yaitu saat
penangkapan, terpegang tubuhnya terlalu kuat. Lama perjalanan, yang
menyebabkan kekurangan oksigen. Kupu-kupu tidak dapat beradaptasi dengan
tumbuhan baru. Karena tanaman di habitat aslinya tidak sama dengan tanaman
yang dijadikan lingkungan baru sebagai tempat hidupnya.
Serangga arboreal ini memiliki peranan ekologis yang sangat penting bagi
kehidupan, diantaranya yaitu serangga berperan sebagai komponen rantai
makanan, sebagai penyerbuk (pollinator) yang andal untuk semua jenis tanaman
dan dapat berperan sebagai indicator, yaitu untuk memprediksi tingkat kepunahan
spesies lain atau perubahan mikro lingkungan, habitat maupun ekosistem tertentu.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa faktor fisik lebih banyak berpengaruh
terhadap serangga di bandingkan faktor internal atau faktor dari hewan pemangsa
lainnya. Faktor tersebut seperti suhu dan kisaran suhu, kelembapan/hujan,
cahaya/warna/bau, angin dan tofografi. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu
dimana serangga tersebut dapat bertahan hidup. Pada umumnya suhu yang relatif
adalah suhu minimum 150C, suhu optimum 250C, dan suhu maksimum 450C.
Tinggi rendahnya populasi suatu jenis serangga pada suatu waktu merupakan hasil
pertemuan antaradua faktor, yaitu faktor biotic dan faktor abiotik (lingkungan).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Respon hewan terhadap perubahan lingkungan bermacam-macam, yaitu
dengan menggunakan beberapa cara seperti, fisiologis, morfologis dan perilaku.
Faktor yang mempengaruhi yaitu Faktor lingkungan, terbagi menjadi dua yaitu:
kondisi dan sumber daya. diantaranya kedua faktor ini akan mempengaruhi hewan
pada suatu habitat. Dengan demikian hewan akan melakukan adaptasi untuk
menyesuaikan terhadap lingkungan yang baru.
4.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum Respon Hewan Terhadap Lingkungan Biotik
dan Abiotik ini, diharapkan seluruh praktikan harus dapat pergi ke lapangan
tempat praktikum ini berlangsung, agar praktikan dapat mengerti dan memahami
secara langsung kegiatan tentang praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, dkk. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Ginanjar, Rifki Saeful. 2012. Respon dan Adaptasi Hewan http:// www.
scribd.com/doc/86616691/Makalah-Respon-Dan-Adaptasi-Hewan. Diakses
pada 26 Juni 2014. Pukul 22.00 WIB.