Uas Jurnal Paud
Uas Jurnal Paud
Uas Jurnal Paud
Diajukan untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pendidikan Anak Usia Dini
Disusun oleh :
2017/2018
1
Penerapan Pendidikan Karakter Berbasis Tuhid Sejak Dini dalam Upaya Membangun
Generasi Emas
Aisyah Amalia Putri, Alfian Yusni Ristanto, Zainu Ahmar, Muhammad Rafi,i
Abstrak
Tantangan generasi emas berhadapan globalisasi dengan dukungan teknologi informasi yang
begitu pesat membuat kehidupan semakin kompleks sehingga pola pikir negarawan bangsa ini
semakin jauh dari kecerdasan karena terjebak pada berfikir praktis. Pada fenomena diatas
pendidikan seyogianya mampu membangun karakter masa depan yang baik dan normatif.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pendidikan karakter berbasis tauhid dalam menghadapi
generasi emas. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif. Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara dan dokumentasi. Teknis analisis data yang digunakan adalah reduksi data,
penyajian data, kesimpulan dan verifikasi. Uji keabsahan data yang digunakan dengan cara
triangulasi yaitu teknik pengumpulan yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data. Hasil yang diperoleh penerapan pendidikan karakter di
TKIT, membentuk karakter mandiri, santun, dan inovatif dalam pengintegrasian nilai-nilai
pendidikan karakter berbasis tauhid.
Kata kunci : Pendidikan Karakter, Pendidikan Tauhid, Usia Dini, Generasi Emas
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan pilar atau sentral utama berdirinya suatu Negara atau bangsa
yang membentuk kualitas sumber daya manusia. Pendidikan masyarakat saat ini dilaksanakan
hanya berorientasi pada penguatan materi kognitif pengetahuan. akibat yang ditimbulkan dari
budaya pendidikan tersebut adalah pembentukan karakter peserta didik yang pasif. Melihat
gambaran diatas, pendidikan karakter berbasis tauhid menjadi salah satu penegak kualitas
pendidikan untuk penggerak karakter bangsa yang baik.
Pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pendidikan nilai yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).1 Sedangkan salah satu
tujuan pendidikan tauhid yaitu 2berpegang teguh pada nilai-nilai tauhid, siswa/siswa harus
1
Goleman, D. 2001. Kecerdasan Emosional (terjemahan Hermaya T). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2
Drs.H. Ayat Dimyati,M.dkk. 2000. Tauhid Ilmu dan Implementasinya dalam pendidikan. Nuansa:
Bandung. Hal.40
2
memiliki kesadaran sebagai hamba dari Al Khaliq, makhluk dari Sang Pencipta, dan posisi
manusia yang dibekali akal oleh Allah SWT, dilebihkan dari yang lain. Konskuensi dari
kesadaran itu, setiap individu yang ada memiliki pemahaman bahwa setiap aktivitasnya diatur
oleh yang Maha Mengetahui, yaitu Allah SWT. Dari pemahaman ini diharapkan pula santri
santri yang dihasilkan memiliki landasan keimanan yang kuat yang dihasilkan/terlahir dari
proses berpikir secara jernih dan mendalam. Dengan budaya ini, maka tindakan-tindakan
harian/perilaku sehari-hari akan mencerminkan dan dilandasi nilai-nilai keimanan/tauhid
sebagai penampakan pemahaman wajibnya terikat pada aturan Sang Pencipta.
3
Sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal
3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Penerapan pendidikan karakter sebaiknya ditanamkan sejak dini. Pada masa usia dini 4
memiliki rentang usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya karena
perkembangan kecerdasannya sangat luar biasa. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang
unik, dan berada pada masa proses perubahan berupa pertumbuhan, perkembangan,
pematangan dan penyempurnaan, baik pada aspek jasmani maupun rohaninya yang
berlangsung seumur hidup,bertahap, dan berkesinambungan.
3
Departemen Agama, 2001, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam : Jakarta. Hal. 10
4
Prof.Dr.H.E. Mulyasa, M.Pd, Manajemen PAUD : Bandung. Hlm.16
3
Penelitian ini bertujuan mengetahui pendidikan karakter berbasis tauhid di TKIT Yaa
Bunayya dalam upaya menghadapi generasi emas. Ditinjau dari segi kurikulum pendidikan,
penerapan di lapangan dan kendala-kendala yang terjadi. Selain itu, penelitian ini bermanfaat
dalam bidang pendidikan sebagai wawasan para actor pendidikan, serta inovasi dalam
pendidikan Sekolah Dasar demi menciptakan peserta didik yang cerdas bersikap dan memiliki
daya saing.
KAJIAN PUSTAKA
PENDIDIKAN KARAKTER
Ada sebelas prinsip agar pendidikan karakter dapat terlaksana secara efektif: (1)
mengembangkan nilai-nilai universal sebagai fondasi; (2) mendefenisikan karakter secara
komprehensif yang mencakup aspek pikiran, perasaan dan perilaku; (3) menggunakan
pendekatan yang komprehensif dan proaktif; (4) menciptakan komunitas sekolah yang penuh
perhatian; (5) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan tindakan moral; (6)
membuat kurikulum akademik yang bermakna; (7) mendorong motivasi peserta didik; (8)
melibatkan seluruh komponen sekolah sebagai komunitas pembelajaran moral; (9)
menumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral; (10) melibatkan keluarga dan
anggota masyarakat sebagai mitra; dan (11) mengevalusi karakter sekolah baik terhadap staf
5
Sudirman N, 1992, Ilmu pendidikan, Remaja Rosdakarya : Bandung. Hal. 4
6
Abdullah Munir, 2010, Pendidikan Karakter, Pedagogia : Yogyakarta. Hal 4
4
sekolah sebagai pendidik karakter maupun peserta didik dalam memanifestasikan karakter
yang baik.7
PENDIDIKAN TAUHID
Tauhid, dilihat dari segi Etimologis yaitu berarti ”Keesaan Allah”, mentauhidkan bearti
mengakui keesaan Allah, mengesakan Allah.8 Mempercayai bahwa Allah SWT adalah satu-
satunya pencipta, pemelihara, penguasa, dan pengatur Alam Semesta.9 Tauhid adalah
keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada satu pun yang menyamai-Nya
dalam Zat, Sifat atau perbuatan-perbuatan-Nya10. Tauhid adalah mengesakan Allah SWT dari
semua makhluk-Nya dengan penuh penghayatan, dan keikhlasan beribadah kepada-Nya,
meninggalkan peribadatan selain kepada-Nya, serta membenarkan nama-nama-Nya yang
Mulia (asma’ul husna), dan sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna, dan menafikan sifat kurang
dan cela dari-Nya.11
12
Pendidikan Tauhid merupakan proses interaksi terencana dan sengaja dengan tujuan
tertentu dan dilandasi nilai-nilai tauhid. Posisi tauhid dalam pendidikan tauhid merupakan
materi dan juga sekaligus nilai-nilai dasar yang diyakni mulya dan harus diwariskan oleh
pendidik kepada peserta didik. Akar pendidikan tauhid adalah keyakinan yang didasarkan ilmu
bahwa manusia merupakan hamba dan khalifah Allah SWT. Dasar itu menuntut untuk
menjadikan Allah SWT sebagai tujuan dari seluruh aktivitas yang dilakukan (Albayyinah:5).
Aktivitas yang dimaksud selanjutnya dikenal dengan terminologi sebagai aktivitas amal saleh.
Dengan demikian pendidikan tauhid mengajarkan nilai-nilai yang menjadi syarat terpenuhinya
suatu amal sebagai amal saleh, yakni aktivitas yang tidak hanya di dasarkan penerimaan
dikalangan manusia tapi mutlak diterima dalam persyaratan amal yang diterima oleh Allah
SWT.
7
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character: How Our Schools can Teach Respect and Responsibility.
Bantan Books : New york.
8
Tim Penyusun Kamus. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1989) hal. 907.
9
Abdul Latief, M. Alu, DR. Abdul Aziz. Pelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjutan, (Jakarta: Darul Haq, 1998)
hal. 9.
10
Musa, Yusuf. Islam suatu kajian komprehensif (Terj.) (Jakarta: Rajawali Press, 1961) Hal. 45
11
Fauzan, Abd. Fauzan. at-Ta’liq al-mukhtashar al-Mufid 'ala kitabi at-Tauhid lissyaikh muhammad ibn 'abdul
Wahhab. (Ponorogo : Darussalam Press, 1998) Hal. 15.
12
https://gurubelajar.wordpress.com/2014/01/16/pendidikan-tauhid/ diakses pada tgl 19 juli 2017.
5
1. Pendidikan tauhid diajarkan oleh pendidik yang memiliki nilai-nilai tauhid kepada
peserta didik.
2. Tujuan pendidikan tauhid adalah menegakan tuntutan tauhid yakni menjadikn muara
seluruh amal sebagai pengabdian tulus hanya kepada Allah SWT.
3. Pendidikan tauhid dilakukan secara sengaja dan terencana dalam bentuk materi yang
tegas .
4. Evaluasi dilakukan pendidik untuk melihat perubahan perilaku peserta didik.
Anak usia dini adalah pribadi yang menakjubkan yang ingin mencapai banyak hal
sekaligus. Perkembangan psikologi, sosial dan kognitif, anak berinteraksi serta bergantung
pada kemampuanya untuk menguasai keterampilan motorik dan bahasanya”. Sedangkan
Mutiah mengatakan bahwa “anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik”, artinya memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan meliputi fisik (koordinasi motorik kasar-halus), kecerdasan (daya fikir dan daya
cipta), sosial emosoinal, bahasa dan komunikasi.13
Rentang anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6
tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di
beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun (masa emas).
14
Anak usia dini mempunyai ciri yang sangat khas, ciri ini tentu saja berbeda dengan
fase anak pada usia lainnya. Berikut beberapa karakteristik anak pada usia dini:
13
Husnatul jannah, Bentuk Pola Asuh Orangtua Dalam Menanamkan Perilaku Moral Pada Anak Usia Dini Di Kecamatan
Ampek Angkek, (Jurnal, vol I).
14
Fari Ulfah, Manajemen PAUD Pengembangan Jejaring Kemitraan Belajar, (Yogyakarta: 2015), hal 24.
6
7. Bagian dari mahluk sosial
15
Anak usia dini sering juga disebut anak usia taman kanak-kanak, biasanya mengalami,
konflik adaptif, imitatif, berbagi dan mau mengalah. Ketiga sifat terakhir ini karena anak ingin
diterima dalam kelompok.
GENERASI EMAS
16
Istilah Generasi Emas pertama kali digaungkan oleh Muhammad Nuh, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan melalui pidato menyambut Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei
2012. Generasi emas merujuk pada penduduk usia produktif Indonesia (15-64 tahun) antara
2010-2035. Jumlah penduduk usia produktif mencapai 66,5 % dari jumlah Indonesia seluruh-
nya sebesar 238.5 juta (Bapenas, 2013:23). Penduduk usia produktif ini dapat menjadi potensi
tenaga kerja yang mampu membawa Indonesia mencapai kejayaan bila dipersiapkan secara
benar oleh dunia pendidikan. Dunia pendidikan berkewajiban mempersiapkan penduduk usia
produktif untuk menjadi generasi emas, generasi yang sangat dinantikan sumbangsihnya untuk
kemajuan bangsa. Generasi emas memiliki sikap positif, pola pikir esensial, komitmen
normatif, kompe-tensi abilitas serta perilaku berlandasan IESQ. Sikap positif adalah
representasi perilaku tentang nilai Pancasila dan nilai kemanusiaan.
Menurut Kopeuw (2015) ada dua pengertian tentang Generasi Emas. Pertama, generasi
emas berkaitan dengan bagaimana keadaan generasi Indonesia ketika berusia 100 tahun
merdeka, dan yang kedua adalah generasi emas dalam penjabaran kata “EMAS”. Sebagai
bangsa yang besar dengan modalitas yang sangat luar biasa; baik sumberdaya manusia,
sumberdaya alam, sumberdaya kultural, maupun sumberdaya lainnya; sudah saatnya dikelola
dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.
17
Pengertian generasi emas dalam arti penjabaran kata “EMAS” yaitu Energik,
Multitalenta, Aktif, dan Spiritual. Dengan demikian membangun generasi Emas Indonesia
2045 adalah sebuah produk generasi baru yang Energik, Multritalenta, Aktif, dan Spiritual;
yakni generasi yang cerdas, siap bersaing di era modern, globalisasi dan penuh kompetitif.
15
Umar Suwito, dkk, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building bagaimana mendidik anak berkarakter, (yogyakarta:
Tiara Wacana, 2008), hal 129.
16
Edi prayitno, konsistensi dan komitmen guru dalam membangun generasi emas, Jurnal Saung Guru: Vol. VII
No.3 Desember (2015). hal.2
17
Triyono, “Menyiapkan Generasi Emas 2045”, Seminar Nasional ALFA-VI, Unwidha Klaten, 5 Oktober 2016
7
Energik artinya penuh energi atau bersemangat. Dengan bersemangat akan melahirkan
rasa optimis dan memiliki kekuatan yang mengarahkan aktivitas hidupnya. Generasi emas
adalah generasi yang selalu menunjukkan sehat dan bugar, siap lahir dan batin untuk
melakukan aktivitas dan tugasnya dengan baik.
Multitalenta bisa digambarkan sebagai multiinteligence, baik cerdas dalam hal logika
matematika, cerdas dari aspek bahasa verbal, cerdas dalam hal visual spasial, cerdas secara
kinestetik, cerdas secara interpersonal, cerdas secara intrapersonal, dan cerdas secara natural.
Generasi emas yang kita bangun adalah generasi yang secara terus menerus ma
mengembangkan diri dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki
berbagai talenta.
Aktif berarti giat dalam bekerja dan berusaha yaitu memiliki kemampuan individu
untuk mengambil tindakan tanpa harus diperintah; mengerjakan sesuatu melebihi dari yang
dipersyaratkan pekerjaan, dan menciptakan kesempatan-kesempatan baru.
18
Membangun karakter sikap generasi emas yaitu: mempunyai tujuan hidup, mandiri,
disiplin, pandai bergaul dan menempatkan diri, sanggup bekerja keras, pemberani, percaya diri,
tidak gengsian dan hemat.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang
digunakan adalah deskriptif-kualitatif. Peneliti menggunakan penelitian jenis kualitatif untuk
mengetahui penerapan pendidikan karakter berbasis tauhid pada TKIT Yaa Bunayya dalam
upaya menghadapi generasi emas. Penelitian dilaksanakan di TKIT Yaa Bunayya Kabupaten
Sleman Kota Yogyakarta. Objek penelitian adalah kurikulum dan pendidikan karakter di TKIT
Yaa Bunayya. Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasi (Arikunto,
18
M. Furqon Hidayatullah, 2009, “Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas”, Yuma Pustaka
: Surakarta.
8
2002). Penelitian ini bertujuan mengetahui munculnya, pelaksanaan dan kendala-kendala,
pendidikan karakter di TKIT Yaa Bunayya dalam menghadapi generasi emas. Informan
penelitian ini adalah guru bagian kurikulum, satu guru kelas, dan dua orang wali siswa.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. 19Teknis analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi. Uji keabsahan data
yang digunakan dengan cara triangulasi yaitu teknik pengumpulan yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data.
Pendidikan karakter sebagai pendidikan yang membangun kepribadian dan sikap yang
baik bagi peserta didik yang sangat berguna sebagai bekal menghadapi tantangan masa depan
dalam mewujudkan generasi emas dan pembentukan moral di saat era teknologi yang
menjadikan semua pengetahuan terbuka. Melalui pendidikan karakter berbasis tauhid
diharapkan peserta didik memiliki jiwa mandiri, kreatif, dan mengembangkan potensi nurani.
Sehingga tidak hanya menjadikan jati diri yang bermoral melainkan menanamkan sikap
ketaatan dan takut kepada Tuhan yang Maha Esa.
Beberapa hal yang mendasari munculnya pendidikan karakter berbasis tauhid di TKIT
Yaa Bunayya dari wawancara dengan guru bagian kurikulum sebagai berikut : (1) sekolah
dasar melaksanakan pendidikan karakter didasarkan pada penerapan akhlak ataupun etika
dalam kehidupan sehari-hari. (2) untuk meneladani sikap Rasullullah SAW yang menjadikan
teladan dari kehidupannya. (3) menjadikan nilai-nilai tauhid sebagai ruh dalam proses belajar
mengajar. Berdasarkan trianggulasi sumber melalui hasil wawancara yang dilakukan
munculnya pendidikan karakter berbasis tauhid di TKIT Yaa Bunayya didasarkan kondisi
beberapa masyarakat yang kurang memiliki sikap yang baik dalam keseharian dan masih ada
beberapa sekolah yang belum dapat menerapkan etika yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil wawancara guru bagian kurikulum dan guru bagian kelas pada tanggal 18 Mei
2018 penerapan pendidikan tauhid sebagai berikut : (1) mengaitkan dengan mata pelajaran
tertentu, misalnya mata pelajaran sejarah nabi tentang adab-adab makan yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. (2) pendidikan karakter berbasis tauhid diinternalisasikan dengan cara
19
Erfinia Deca Christiani, Ribut Prastiwi Sriwijayanti, 2016,“Penerapan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
Dasar dalam Upaya Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”, Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian
Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 2 No.1.
9
mengaitkan materi-materi tertentu yang disesuaikan dengan silabus. Misalnya, guru harus
mengajarkan anak agar mampu membersihkan diri ketika buang air kecil yang disesuaikan oleh
syariat Allah swt. (3) mengajak anak untuk bertadabur dengan alam melainkan memberikan
pemahaman terkait ciptaan Allah yang patut disyukuri dan dijaga secara semestinya, misalnya
disiplin untuk tidak membuang sampah sembarangan, karena akan menyebabkan kerusakan
alam yang melibatkan kerugian di sekelilingnya sehingga disiplin dalam konsep ini sebagai
salah satu ketaatan atas perintah Allah SWT.
Hasil wawancara dengan dua orang wali siswa pada tanggal 26 Februari 2018 mengenai
hasil pembelajaran pendidikan karakter berbasis tauhid terhadap siswa yaitu, (1) memberikan
motivasi anak dalam membaca dan menghafalkan Al-Quran dikarenakan program sekolah
yang membiasakan anak didik untuk menghafalkan Al-Quran. (2) membentuk pembiasaan
anak didik dengan perilaku adab-adab sehari-hari yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. (3)
melatih anak dalam bekerja sama dan saling membantu dalam mengerjakan tugas secara tim,
misalnya membantu orangtua dan belajar berbagi ketika bermain dengan teman sebaya.
10
yang mempelajari calistung (baca, tulis hitung), seni, bermain peran dan pembelajaran lain
untuk mendukung mereka mempersiapkan ke jenjang sekolah dasar.
Dalam kurikulum sekolah ini mengembangkan juga pendidikan karakter bersumber
kurikulum berbasis tauhid melalui adab sehari –hari yang disusun rapi melalui SOP (standart
operating procedure), misalnya anak didik dilatih mandiri ketika hendak buang air besar dan
GERNAS (gerakan nasional membaca buku) berupa cerita siroh nabi, dongeng, dll.
Faktor penghambat dari implementasi kurikulum setempat yaitu pertama, kurangnya
sarana dan prasarana yang tidak menjangkau kualitas belajar anak didik. Guru setempat
mengatakan bahwa seharusnya dalam satu ruangan 3x2 m dimiliki oleh dua orang siswa,
sehingga ketika mereka belajar dengan bermain balok ide mereka tidak terputus dengan
keterbatasan ruang yang ada. Kedua, kurangnya media pembelajaran. Masa anak-anak TK
merupakan masa bermain yang perlu membutuhkan banyak media permainan. Tujuanya untuk
mengasah daya pikir dan merangsang daya motorik anak. Ketiga, lemahnya kerja sama
orangtua untuk mengstabilkan perkembangan dan visi sekolah. Sebagai contoh ketika anak
didik di sekolah diajarkan menutup aurat secara sempurna namun di rumah anak-anak tidak
dididik untuk menutup aurat. “Maka tak jarang jika terdapat wali murid yang datang mengantar
jemput anaknya tanpa menggunakan jilbab, tapi mereka mengakui bahwa sekolah kami
berbasis kurikulum tauhid”, tutur salah satu guru TKIT Yaa Bunayya.
11
dihafalkan. (3) tetap memantau akhlak dan perilaku anak untuk memiliki karakter yang baik
hingga masa mendatang.
SIMPULAN
Munculnya pendidikan karakter berbasis tauhid di latar belakangi oleh perkembangan
zaman yang harus diimbangi pula dalam perkembangan peserta didik dalam karakter mandiri,
kreatif, mampu membimbing akal, jiwa dan hati dalam bertindak dan inovatif untuk
mewujudkan generasi emas yang berdaya saing dengan banyaknya usia produktif. Upaya
kesadaran membangun karakter siswa di beberapa sekolah telah diwujudkan, hanya saja
pergerakan aksi nyata belum menghasilkan sesuai diharapkan. Hal ini disebabkan pendidikan
Indonesia masih memprioritaskan pada kecerdasan kognitif maupun akademik. Motivasi guru
di beberapa sekolah sangatlah minim dalam pergerakan karakter jiwa anak. Sedangkan aspek
soft skill dan non akademik salah satu unsur perkembangan pendidikan karakter kurang
diperhatikan.
Penerapan pendidikan karakter berbasis tauhid di TKIT Yaa Bunayya diintegrasikan
melalui kegiatan belajar dan mengajar siswa. Proses pengintegrasian nilai-nilai pendidikan
karakter dilakukan melalui tahapan guru dalam mengindentisikasi materi ke dalam silabus.
Rapot kegiatan siswa diterapkan sebagai bahan evaluasi agar para orang tua wali mampu
mendukung dan bekerja sama untuk melatih karakter siswa menjadi lebih baik. Pelaksanaan
pendidikan karakter berbasis tauhid yaitu melalui kegiatan menghafal Al-Quran, Hadits dan
doa sehari- hari serta terdapat angket maupun portofolio pengangan guru untuk mengukur
siswa dalam mengerjakan adab-adab sehari-hari yang telah dicontohkan Rasullullah Saw
ketika di sekolah. kendala-kendala yang timbul dalam penerapan pendidikan karakter berbasis
tauhid yaitu kurangnya kerja sama wali siswa dalam pengembangan karakter serta layanan
sarana prasarana sekolah yang kurang memadai untuk mengasah kemampuan soft skill siswa.
REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka peneliti mengajukan
rekomendasi yang dipandang berguna dan yang dapat mempertimbangkan agar dapat
menerapkan pendidikan karakter berbasis tauhid dalam upaya menghadai generasi emas antara
lain : (1) membentuk karakter peserta didik yang mampu bersikap yang baik, mandiri, dan
disiplin. (2) melatih kepada peserta didik untuk tidak memiliki kecerdasan pengetahuan saja
melainkan mendidik kecerdasan lingkungan. (3) setiap orang tua wali siswa mengupayakan
12
evaluasi hasil belajar ketika di sekolah dan menerapkannya kepada kehidupan sehari-hari agar
anak terbiasa dengan sikap dan akhlak yang baik. (4) mengajak anak untuk selalu
menganggungkan nama Allah SWT dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Munir, 2010, Pendidikan Karakter, Pedagogia : Yogyakarta.
Abdul Latief, M. Alu, DR. Abdul Aziz. Pelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjutan, (Jakarta:
Darul Haq, 1998)
Drs.H. Ayat Dimyati,M.dkk. 2000. Tauhid Ilmu dan Implementasinya dalam pendidikan. Nuansa:
Bandung.
Departemen Agama, 2001, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam : Jakarta.
Edi prayitno, konsistensi dan komitmen guru dalam membangun generasi emas, Jurnal Saung
Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015).
Fauzan, Abd. Fauzan. at-Ta’liq al-mukhtashar al-Mufid 'ala kitabi at-Tauhid lissyaikh
muhammad ibn 'abdul Wahhab. (Ponorogo : Darussalam Press, 1998).
Husnatul jannah, Bentuk Pola Asuh Orangtua Dalam Menanamkan Perilaku Moral Pada
Anak Usia Dini Di Kecamatan Ampek Angkek, (Jurnal, vol I).
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character: How Our Schools can Teach Respect and
Responsibility. Bantan Books : New york.
13
M. Furqon Hidayatullah, 2009, “Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat dan
Cerdas”, Yuma Pustaka : Surakarta.
Musa, Yusuf. Islam suatu kajian komprehensif (Terj.) (Jakarta: Rajawali Press, 1961).
Triyono, “Menyiapkan Generasi Emas 2045”, Seminar Nasional ALFA-VI, Unwidha Klaten, 5
Oktober 2016.
Umar Suwito, dkk, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building bagaimana mendidik
anak berkarakter, (yogyakarta: Tiara Wacana, 2008).
14