Proposal.-Khoirul REV!

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

A.

Judul Penelitian
STRATEGI PENDIDIKAN KELUARGA DALAM MEMPERKUAT
KARAKTER ANAK ( Studi Kasus Di Mts Al-Qodiry Bira Barat )
B. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar yang harus


didahului oleh suatu kegiatan perencanaan yang matang, sistimatis dan terarah
dengan menggunakan prosedur serta mekanisme dan alat tertentu untuk menunjang
kelancaran prosedur pelaksanaa yang dilakukan.
Pendidikan adalah sesuatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Menurut Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.2
Berdasarkan Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa betapa pentingnya pendidikan dalam membentuk aklak
mulia(aklakul karimah) bagi pesrta didik, guna memperbaiki masalah moral,
seperti sopan santun, tignkah laku, dan tatasusila manusia yang semakin
meghawatirkan pada kemajuan bangsa dan negara.menjalani rehabilitasi. Dan
rehabilitasi ini masih dilakukan sampai sekarang.
Proses pendidikan memang masalah universal, yang dialami oleh seiap suku
atau bangsa. oleh karena itu akan terpengaruh oleh berbagai fasilitas, budaya,
situasi serta kondisi bangsa atau suku bangsa tersebut. Dengan demikian akan
terlihat adanya perbedaan-perbedaan yang dapat dilihat dalam pelaksanaan
pendidikan tersebut, namun yang jelas akan kita lihat adanya kesamaan tujuan
yakni untuk mendewasakan anak dalam arti anak akan dapat berdiri sendiri di
1
Undang-Undang Republik Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Guru
Profesional (Jakarta utara, 2011). 35
2
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003
tengah masyarakat luas. Lebih-lebih bila di lihat di negara-negara yang sudah
maju akan jauh berbeda pelaksanaanya di bandingkan dengan negara-negara atau
daerah-daerah yang proses perkembangannya kecakapan individu dalam sikap
dan perilaku bermasyarakat. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh
suatu lingkungan yang terorganisir, seperti rumah atau sekolah, sehingga dapat
mencapai perkembangan diri dan kecakakapan sosial.3
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tidak diragukan lagi, telah
menimbulkan revolusi dalam kehidupan manusia pada abad modern ini. Dalam
masyarakat telah menunjukkan gejala-gejala kecenderungan mengabaikan norma-
norma susila dan norma-norma agama.4
Dalam pengertian psikologi, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup
bersama dalam tempat tinggal bersama dari masing-masing anggota merasakan
adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling
memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian
pedagogis, keluarga adalah satu persatuan hidup dan dijalin oleh kasih sayang
antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dalam pernikahan, yang
bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam usaha saling melengkapi
dan saling menyempurnakan diri terkandung peran dan fungsi sebagai orang tua.5
Keluarga adalah orang-orang yang berada dalam seisi rumah yang
sekurang-kurangnya terdiri dari suami, istri, dan anak-anak (Poerwadarminta,
2007:553). Menurut Iver & Charles (1981: 139) Keluarga juga merupakan suatu
kelompok sosial terkecil yang ditandai oleh tempat tinggal bersama, kerjasama
ekonomi, dan reproduksi. Keluarga adalah sekelompok sosial yang dipersatukan
oleh pertalian kekeluargaan, perkawinan, atau adopsi, yang disetujui secara sosial,
yang umumnya secara bersama-sama menempati suatu tempat tinggal dan saling
berinteraksi sesuai dengan peranan-peranan sosial yang harus ikut terlibat
membangun karakter generasinya melalui kepedulian dan keteladanan orang tua
dengan cara memperkenalkannya sejak dini dan mendampingi anaknya. Struktur
terkecil masyarakat ini menjadi kunci awal dalam pembentukan nilai karakter
bangsa. Keluarga adalah pembentukan paling signifikan dalam diri seseorang.
3
Carter V. Good. Dasar Konsep Kependidikan Moral. Bandung: Alfabeta. 1977
4
Siti Aisyah, “Dampak Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Pembentukan Akhlak Peserta
Didik Perspektif Pendidikan Islam di MTs. Olang Kecamatan Ponrang Selatan Kabupaten Luwu’’,
Jurnal Konsepsi, 8(Agustus,2019),46.
5
Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mendisiplinkan Diri (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), 17-18.
Kita mengenal arti baik dan buruk dari keluarga melalui apa yang sering dilihat,
didengar dalam keluarga, ucapan, tindakan yang yang ditampilkan khususnya
oleh orang tua. Sehingga kita mengenal sebuah ungkapan bahasa arab “al ummu
madrasatul ‘ula” ibu adalah tempat pendidikan pertama dalam kehidupan seorang
manusia. Ibu sebagai simbol keluarga dan “rumah” awal kehidupan merupakan
sejarah pembangunan nilai dan karakter.6
Membina karakter anak adalah tugas yang paling mulia yang diamanatkan
oleh Allah swt. kepada para orang tua. Tentu saja amanat tersebut harus diemban
sesuai dengan pesan dari yang memberi amanat tersebut yaitu Allah swt.
Mendidik anak merupakan pendidikan pertama dan utama. Dalam
mengembangkan seluruh potensi anak dimulai dalam lingkungan keluarga. Hal
ini sesuai dengan firman Allah swt. Dalam Q.S. At- Tahrim/66: 6 yang berbunyi:

‫ٰيَاُّيَه ا اَّلِذ ْيَن ٰاَم ُنْو ا ُقْو ا َاْنُف َس ُك ْم َو َاْه ِلْيُك ْم َناًر ا‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka….7
Ayat di atas memberi pemahamn kepada orang tua untuk memelihara dan
membina keluarganya terutama pada anak-anaknya, Setiap orang tua, tentu
menginginkan anaknya berkembang secara sempurna. Untuk mencapai tujuan itu,
orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama. Kaidah ini ditetapkan
secara kodrati. Artinya, orang tua tidak dapat berbuat lain, mereka harus
menempati posisi itu dalam keadaan bagaimana pun juga. Karena mereka
ditakdirkan untuk membina anak yang dilahirkannya. Oleh karena itu, mau tidak
mau mereka harus menjadi penanggung jawab pertama dan utama. Kaidah ini
diakui oleh semua agama dan semua sistem nilai yang dikenal manusia, Sesuai
dengan hakekat manusia tersebut, maka tujuan pendidikan adalah ”untuk
membimbing anak kearah kedewasaan” yang dikemukakan oleh Langevald
mempunyai arti membentuk individu yang berdasarkan sosial dan susila atau
membentuk pribadi sosial yang bermoral.8
Pembinaan karakter harus terus menerus dilakukan secara holistik dari
semua lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga
6
Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani (Penerbit Erlangga, 2012), 10.
7
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Cet. I; Semarang: Toha Putra, 2000), h. 951.
8
Soewarno Handayaningrat. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: PT. Inti Indayu
Press. 1982.
sebagai salah satu dari tri pusat pendidikan bertugas membentuk kebiasaan-
kebiasaan (habit formation) yang positif sebagai fondasi yang kuat dalam
pendidikan informal. Dengan pembiasaan tersebut anak-anak akan
mengikuti/menyesuaikan diri bersama keteladanan orang tuanya. Dengan demikian
akan terjadi sosialisasi yang positif dalam keluarga. Orang tua mempunyai berbagai
macam fungsi diantaranya ialah memberikan pendidikan kepada anak terutama
untuk pendidikan karakter karena sebagai dasar kepribadian putra-putrinya.
Sebagai pendidik dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakan
dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Sikap, kebiasaan, dan perilaku selalu dilihat,
dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak
sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan bagi anak-anaknya.9
Lain halnya di Madrasah Mts. Al-qodiry merupakan salah satu madrasah
yang saat ini menjadi pusat pendidikan agama islam bagi masyarakat sekitarnya.
Madrasah Madrasah Mts. Al-qodiry adalah satuan pendidikan formal dalam binaan
Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan dengan
kekhasan agama Islam juga telah berusaha mencetak generasi yang mampu
meneruskan perjuangan Rosululloh SAW, serta mampu menghadapi tantangan
akhir zaman dengan menjadikan anak didiknya menjadi insan kamil, memiliki
kecerdasan intelektual, berdikari tidak bergantung pada oarang lain, memiliki
wawasan yang luas, serta dapat memahami islam secara kaffah, berbudi pekerti
yang baik serta memiliki iman yang kuat dan rasa takut kepada Allah SWT.10
Disaat peneliti turun langsung ke lapangan maka peneliti menemukan
beberapa hal yang tentunya menjadi permasalahan yang harus diselesaikan antara
lain; a) Terlihat seorang anak kurang menghormati terhadap gurunya. b)
Kurangnya kedisiplinan anak ketika masuk kedalam kelas
Hal ini menjadi masalah besar bagi bangsa dan negara yang harus
diselesaikan agar supaya tidak berdampak pada generasi berikutnya mengingat
seorang pemuda adalah penerus generasi bangsa yang akan memegang estafet
kepemimpinan suatu negara.11 Maka dari pada itu permasalahan ini harus
dipikirkan bersama bagaimana cara untuk menyelesaikannya dan siapa yang paling
bertanggung jawab terhadap permasalahan ini.

9
Doni Koesoema, "Pendidikan Karakter: Strategi Membidik Anak di Jaman Global". ( Jakarta: Grasindo,
2010),
10
hal. 181
Ahmad, Wawancara, Sampang, 4 November 2022.
11
Musthafa Al-Ghulayaini
Dalam hal ini tentunya strategi guru dan orang tua bahkan keluarga
sekalipun sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Orang tua
adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Orang tua
yang bertanggung jawab dalam mendidik anaknya dari segi fisik seperti halnya
makan, minum, pakaian dan lain sebagainya. Anak merupakan titipan dari Allah
SWT bagi orang tua yang harus dijaga dengan baik.
Dalam pandangan syari’at Islam, anak merupakan amanat yang dibebankan
oleh Allah SWT kepada kedua orang tuanya., maka dari itu orang tua berkewajiban
untuk menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanat itu kepada yang
berhak yaitu anak. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus melatih
anaknya melalui pendidikan untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada
Allah.12
Melihat peran keluarga terhadap pendidikan khususnya pada masyarakat di
Indonesia, ia menilai keluarga di Indonesia harus bisa memahami setiap anggota
keluarganya, termasuk anak-anak dalam proses pembelajaran dan literasi dari usia
dini, usia pra-remaja dan remaja maka Keluarga harus memahami
kecenderungannya pada minat pengetahuan tertentu, keterampilan tertentu, pada
karakter-karakter baik yang bisa dikembangkan pada kesenian, pada teknologi, dan
itu harus bisa di capture oleh keluarga.
Berdasarkan pengertian di atas sikap dan pribadi seorang anak pada
umumnya dimulai sejak kecil. Orang Tua merupakan orang pertama yang mendidik
anaknya, kemudian dilanjutkan oleh seorang guru. Semua pengalaman yang
dimiliki anak semasa kecilnya, merupakan unsur penting dalam kepribadiannya.
Status Seorang guru disini merupakan orang tua kedua setelah orang tua
kandungnya sendiri yang juga memiliki kewajiban dalam mendidiknya.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat diketahui bahwa baik buruknya
sikap dan karakter anak tergantung dari cara atau strategi orang tua dalam membina
anak nya. Oleh karena itu, orang tua tidak hanya diharapkan mengasuh dan
membimbing anaknya, melainkan harus memiliki strategi dan teknik-teknik dalam
membina karakter pada diri anak.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah penerus


sebagai pendidik pertama bagi seorang anak. pendidikan yang diberikan guru
12
Hestu Nugroho Warasto, “Pembentukan Akhlak Siswa (Studi Kasus Sekolah Madrasah Aliyah Annida
Al-Islamy, Cengkareng)’’, MANDIRI, 2(Juni,2018),66.
terhadap anak lebih efektif dan kondusif dibandingkan pendidikan yang diberikan
oleh orang tua yang ada di rumah sehinga kenapa para kyai dan para tokoh
masyarakat menyerahkan putra/putrinya kepada para pendidik seperti di podok
pesantren atau madrasah itu karena pendidikan yang dilakukan oleh seorang guru
lebih efektif dan kondusif, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Strategi pendidikan keluarga dalam memperkuat
karakter anak ( studi kasus di Mts Al-qodiry Bira barat)”.

C. Fokus Penelitian
1. Bagaimana strategi pendidikan keluarga di Mts al-qodiry Bira barat ?
2. Bagaimana karakter anak di Mts al-qodiry Bira barat ?
3. Bagaimana peran keluarga dalam memperkuat karakter anak di Mts al-qodiry
Bira barat ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran keluarga dalam mendidik anak di mts al-qodiri bira
barat.
2. Untuk mengetahui strategi keluarga terhadap memperkuat karakter pendidikan
anak di mts al-qodiri bira barat.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat berguna dan bermanfaat kepada
para pembaca baik secara teoritis maupun peraktis ketika penelitian ini dapat
dilaksanakan dan permasalahan dapat terjawab dengan baik.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menjadi bacaan dan bentuk
pemahaman baru, serta menjadi acuan referensi bagi guru atau pembaca pada
umumnya agar dapat mengetahui bagaimana sikap seorang guru di dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlakul karimah pada peserta didiknya.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini, diharapkan menjadi referensi atau acuan bagi para guru
atau pendidik dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlakul karimah
pada peserta didiknya.
b. Peneliti berikutnya, menambah pengetahuan penulis dalam memperkaya
wawasan keilmuan dalam dunia pendidikan, terutama dalam menanamkan
nilai-nilai pendidikan akhlakul karimah.
E. Definisi Istilah
Terdapat beberapa istilah yang dirasa perlu untuk didefinisikan secara
operasional agar pembaca dalam memahami istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki kesamaan persepsi, kemudian dengan adanya definisi istilah
akan menghindari kesalahan kesalahan pemahaman dalam penafsiran.
1. Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran. 13
2. Pendidikan Menurut Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.14
3. Karakter adalah tabiat atau kebiasaan.” Sedangkan menurut ahli psikologi,
karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan
tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter
seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu
tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.15
F. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan terhadap Strategi pendidikan keluarga dalam
memperkuat karakter anak telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian-
Penelitian tersebut dapat di klarifikasikan sebagai brikut:
Skripsi milik Lina Anggarini Mulyono 16 (Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta 2020) yang berjudul “Peran Pendidikan Keluarga Dalam
Pembentukan Karakter Anak Di Rw/Rt003/010 Sindumartani Ngemplak Sleman
Yogyakarta’’.
Dalam skripsi ini penulis menulis rumusan masalahnya sebagaiman
berikut:
a. Bagaimana peran pendidikan keluarga dalam pembentukan karakter anak
di RT/RW 003/010 Sindumartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta?
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. IV; Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), h. 859.
14
Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1
15
Rhonda Byrne, The Secret (Cet. I; Jakarta: PT Gramedia, 2007), h.17
16
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/19892. Lina Anggarini Mulyono. Peran Pendidikan
Keluarga Dalam Pembentukan Karakter Anak Di Rw/Rt003/010 Sindumartani Ngemplak Sleman
Yogyakarta
b. Bagaimana tujuan pendidikan keluarga dalam pembentukan karakter anak
di RT/RW 003/010 Sindumartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta?
c. Bagaimana kendala-kendala pendidikan keluarga dalam pembentukan
karakter anak di RT/RW 003/010 Sindumartani, Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta?
d. Bagaimana kewajiban dan hak anggota keluarga dalam pembentukan
karakter anak?
Dari hasil penelitian ini dapat di simpulakan bahwa Peranan Pendidikan
Keluarga Dalam Pembentukan Karakter Anak DiRW/RT003/010 Sindumartani,
Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Menekankan pada beberapa hal:
a. Peran pendidikan keluarga dalam pembentukan karakter Anak harus ada
suasana saling harga-menghargai di keluarga, sopan santun, untuk
memberikan karakter yang kuat, displin, dan tahu tugas dan peran
masingmasing.
b. Tujuan pendidikan keluarga dalam pembentukan karakter anak adalah
untuk menjunjung tinggi martabat keluarga dengan tutur kata, tindak
tanduk yang baik, sopan-santun, serta tanggungjawab.
c. Meminimalisir Kendala-kendala pendidikan keluarga dalam pembentukan
karakter anak di RT/RW 003/010 Sindumartani, Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta. tentang Quality Time yang orang tua sediakan.
d. Terkait dengan kewajiban dan hak anggota keluarga dalam pembentukan
karakter Anak di RT/RW 003/010 Sindumartani, Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta. Warga di RT/RW 003/001 Sindumartani memahami
kewajiban dan hak anggota keluarga mereka dengan Karakter suka saling
bantumembantu kepada orang yang membutuhkan ditambah dengan
contoh teladan yang baik dan juga perilaku istiqomah bagi warga itu
adalah kewajiban yang harus dipemuhi oleh anggota keluarga.
Skripsi milik Nina NurKholida17 (Fakultas Keagamaan Islam
Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap Tahun 2021) yang berjudul
“Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Karakter Anak (Studiterhadap
Novel Ayah Karya Andrea Hirata)’’.

17
https://repository.unugha.ac.id/1105/1. Nina NurKholida. Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan
Karakter Anak (Studiterhadap Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Dalam skripsi ini penulis memfokuskan permasalahannya sebagaimana
berikut :
a. Bagaimana Pendidikan keluarga dalam pembentukan karakter anak dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata?
b. Bagaimana Karakter Anak Yang Terbentuk Dalam Novel Ayah karya
Andera Hirata?
Hasil penelitian dan pembahasan terhadap pendidikan keluarga dalam
pembentukan karakter anak pada novel Ayah karya Andrea Hirata memiliki
kesimpulan sebagai berikut:
Pendidikan keluarga dalam pembentukan karakter anak dalam novel Ayah
karya Andera Hirata dilakukan dalam bentuk keteladanan, pembiasaan, dan
pembinaan.
Adapun karakter anak yang bisa dijadikan contoh atau teladan dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata yaitu: akhlak mulia, tangguh, percaya diri,
berani mengambil resiko, dan kerja keras. Memiliki akhlak mulia perlu
pembiasaan, diajarkan di dalam keluarga. Untuk memiliki ketangguhan dalam
diri seorang anak perlu diajarkan bahwa hidup tidak selamanya baik-baik saja.
Akan ada masanya seseorang berada dalam kesulitan, hal-hal tersebut perlu
dijelaskan kepada anak agar mereka siap dengan hal sulit yang mungkin terjadi
dalamhidupnya. Anak-anak pun perlu diberikan rasa kepercayaan diri, dengan
tidak menyalahkanya, membentak, atau melarang mereka melakukan sesuatu.
Karakter-karakter tersebut diajarkan oleh Sabari kepada anaknya, Zorro.
Skripsi milik Deza Rahayu18 (Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Jakarta 2018) yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Keluarga
Terhadap Pembentukan Karakter Anak’’.
Dalam skripsi ini penulis memfokuskan permasalahannya sebagaimana berikut:

a. Apakah terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan


karakter siswa Sekolah Dasar Negeri 03 Cipayung?
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai pengaruh
lingkungan keluarga terhadap pembentukan karakter anak, dapat disimpulkan
bahwa besar pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan karakter anak
dapat dilihat pada uji hipotesis menggunakan signifikansi atau keberartian
18
https://ecampus-fip.umj.ac.id/. Deza Rahayu. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Pembentukan
Karakter Anak
regresi (Uji F) diperoleh sebesar Fhitung > Ftabel (16,206 > 3,94) maka Ho
ditolak. Dengan demikian, keputusan pengujian ini adalah menolak Ho dan
menerima Ha yang berarti terdapat pengaruh antara lingkungan keluarga
terhadap pembentukan karakter anak. Nilai R-Square yaitu 0,156. Dengan
demikian besarnya pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan
karakter anak adalah 0,156 atau KD = 0,156 x 100% = 15,6% sedangkan 84,4%
dipengaruhi variabel lain yang ada diluar penelitian atau disebut juga koefisien
non-determinasi.
2. Kajian Teori
a. Strategi pendidikan
1) Pengertian Strategi pendidikan
Strategi merupakan pola umum yang berisi tentang rentetan kegiatan
yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetesi sebagai
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.19
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Namun beberapa pendapat para ahli pembelajaran tentang pengertian
strategi adalah asal kata dari strategi yang diambil dari bahasa Yunani
dengan arti ilmu perang atau panglima perang dan juga suatu keterampilan
mengatur suatu insiden atau kejadian. Sebagian besar orang mengartikan
strategi adalah suatu metode dalam menggapai tujuan yang diharapkan.
Dalam ilmu pendidikan, kata strategi juga digunakan dan seiring
perkembangan kata strategi juga digunakan pada semua disipli ilmu.20
Pengertian starategi biasanya berkaitan dengan taktik (terutama
banyak dikenal dalam lingkungan militer). Taktik adalah segala cara dan
daya untuk mengahadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar
memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dalam proses
pendidikan, teknik tidak lazim digunakan, akan tetapi pergunakan istilah
19
Wina Sanjaya. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta: Kencana.
2006).. 120
20
Iskandarwassid, Dadang S, Strategi Pembelajaran Bahasa,(Bandung: Sekolah Pascasarjana UPIdengan
PT Remaja Rosdakarya, 2009), 2.
metode atau teknik. Metode dan teknik mempunyai pengertian yang
berbeda meskipun tujuannya sama. Dalam hal ini, strategi dimaknai
sebagai suatu perencanaan angkatan perang yang teliti atau suatu siasat
yang cocok untuk menjamin bagi tercapainya tujuan. Secara umum
strategi diartikan sebagai pedoman bertindak untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan. Karena menunjukkan efektifitasnya dalam mencapai
tujuan, kemudian dalam perkembanganya, strategi digunakan dalam
banyak bidang, termasuk bidang pendidikan dan pembelajaran.
Strategi dalam bidang pendidikan digunakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan suatu kebijakan bagi tercapainya tujuan pendidikan. 21 Secara
umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan.dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan
kegitan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Hamzah B. Uno dalam bukunya
yang berjudul “ Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar Yang Kreatif dan efektif sebagai berikut : 22Kemp (1995)
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2) Macam-macam strategi

Strategi pendidikan atau pembelajaran juga dapat diklasifikasikan


berdasarkan cara komunikasi guru dengan peserta didik hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda variabel
strategi pembelajaran. Sebagaimana yang nyatakan olrh Reigeluth dan
Degeng23, strategi merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai
hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi berbeda. Macam-
macam strategi diklasivikasikan menjadi tiga, yaitu:

21
Epon Ningrum, pengembangan strategi pembelajran, (Bandung : CV. Putra Setia, 2013), h.42
22
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan efektif .
( Jakarta : PT Bumi Aksara ,2008 ), hal. 1
23
Made Wena, Strategi Pembelejaran Inovatif kontemporer “Suatu Tinjauan Konseptual Oprational,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012),.5-6
a) Strategi Pengorganisasian (Organizational Strategy) Strategi
pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi,
dan kegiatan ini berhubungan dengan tindakan pemilihan isi/materi,
penataan isi, pembuatan diagram, format, dan sejenisnya.
b) Strategi penyampaian (Delivery Strategy) Strategi penyampaian
merupakan cara untuk menyampaiakan pembelajaran pada siswa atau
untuk menerima serta merespon masukan dari siswa.
c) Strategi pengelolaan, merupakan cara menata interaksi antara siswa
dan variabel strategi pembelajaran lainnya (variabel strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian). Strategi pengelolaan
pembelajaran berhubungan dengan pemilihan tentang strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian selama proses
pembelajaran berlangsung. Strategi pengelolaan pembelajaran
berhubungan dengan penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan
belajar, dan motivasi.
Strategi pendidikan yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran tentu ada komponen yang harus diperhatikan. Agar
seorang guru dapat mempertimbangkan strategi pembelajaran yang
digunakan sesuai dengan materi yang akan diajarkan melalui
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Di dalam sebuah strategi,
diperlukan adanya tahapan-tahapan untuk menjalankan strategi.
3) Prinsip-prinsip Strategi
Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran yang dimaksud
adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi
pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu memahami prinsip-prinsip
umum penggunaan strategi pembelajaran, sebagai berikut :
a) Berorientasi pada Tujuan Dalam strategi pembelajaran tujuan
merupakan komponen yang utama. Segala aktifitas guru dan siswa,
mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Hal ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan.
Oleh sebab itu keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat
ditentukan dari keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
b) Individualitas Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu
siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada
hakikatnya yang kita inginkan adalah perubahan perilaku siswa. Oleh
karena itu, dilihat dari segi jumlah siswa sebaiknya standar
keberhasilan guru ditentukan setinggi-tingginya. Sebab, semakin
tinggi standar keberhasilan yang ditentukan, maka semakin
berkualitas proses pembelajrannya.
c) Aktifitas Belajar bukanlah menghapal sejumlah fakta atau informasi.
Belajar adalahberbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajran
harus dapat mendorong aktifitas siswa, baik aktifitas fisik maupun
mental.
d) Integrasi Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan
seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan
kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi mengembangkan
kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi mengembangkan
aspek kognitif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi
pembelajran harus dapat mengembangjan seluruh aspek kehidupan
siswa dan siswi secara terintegrasi.24
b. Pendidikan Keluarga
1) Pengertian Pendidikan Keluarga

Kata Pendidikan dalam bahasa arab diistilahkan dengan “tarbiyah”


yang menitik beratkan pada proses persiapan dan pengasuhan manusia
pada fase perkembangannya dari masa prenatal sampai dengan masa akhir
kehidupannya.25

Dalam istilah lain Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang


berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai
tugas dan tanggung jawabnya mendidik anak dalam keluarga atau proses
transformasi perilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial
terkecil di masyarakat. Tujuan pendidikan keluarga di antaranya adalah

24
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar,.8-10
25
Halim Purnomo, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: LP3M UMY, 2019), 33.
memelihara dan melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik.26

2) Pendidikan Karakter dalam Keluarga

Pendidikan karakter hendaknya diutamakan dan dimulai sejak anak


itu berada di lingkungan yang terkecil yaitu keluarga. Sebab sejak di
dalam kandungan bahkan setelah dilahirkan selalu berada di lingkungan
keluarga khususnya dekat dengan orang tuanya. Pendidikan karakter
dalam keluarga dapat dilakukan sedini mungkin secara perlahan, pertama,
anak dibiasakan hidup dalam lingkungan positif. Orang tua dan orang-
orang disekitar rumah harus mendemonstrasikan karakter positif dan
keimanan seperti berdoa, berbagi, berkata sopan dan jujur. Selanjutnya
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari mengajarkan berdoa sebelum
tidur. Kebiasaan positif seperti ini lambat laun akan menjadi bagian dari
pembentukan karakter anak.

Fungsi pertama orang tua dalam kontek pengembangan karakter anak


adalah sebagai model peranan. Orang tua memainkan peran penting dalam
penananaman berbagai macam nilai kehidupan yang dapat diterima dan
dipeluk oleh anak. Anak lebih banyak meniru dan meneladan orang tua,
entah itu dari cara berbicara, cara berpakaian, cara bertindak, dan lain-lain.
Orang tua tetap menjadi pedoman bagi pembentukan nilai-nilai pada pola
tingkah laku yang diakui sisi oleh anak dalam masa awal perkembangan
hidupnya.27Hal ini sesuai dengan Syarbini yang menyatakan bahwa
sebagai institusi pendidikan dan keagamaan, keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama bagi pembentukan karakter anak.
Keluarga ialah lingkungan pendidikan pertama anak sebelum ia
melangkah kepada lembaga pendidikan lain. Dalam keluargalah seorang
anak dibentuk watak, budi pekerti, dan kepribadiannya. 31Untuk itu,
pendidikan karakter tidak terlepas dari peran serta orang tua walaupun
anak telah memasuki jenjang pendidikan. Sebab, anak itu terlebih banyak
waktunya bersama dengan orang tua atau keluarganya.
26
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Penelitian
Kebijakan Pendidikan Dan Kebudayaan, op. cit., 10.
27
Doni Koesoema , “PendidikanKarakter: Strategi Membidik Anak di Jaman Global”. (Jakarta: Grasindo,
2012). 148
c. Pendidikan karakter anak
1) Pengertian pendidikan karakter anak
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan
menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan
kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika
pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat
diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-
kondisi tertentu.28 Lebih lanjut dijelaskan bahwa Pendidikan karakter anak
adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi
karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik.
Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru
berbicara dan menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan
berbagai hal terkait lainnya
2) Pendidikan Karakter Menurut Pandangan Islam
Pendidikan karakter dalam perspektif Islam memiliki tujuan yang
sangat jelas yaitu membentuk anak didik yang berakhlaq mulia.
Implementasi pendidikan karakter dalam Islam tersimpul dalam karakter
pribadi Rasulullah SAW. Dalam pribadi Rasul, bersemai nilainilai akhlak
yang agung dan mulia.
3) Tujuan Pendidikan Karakter anak
Adapun tujuan dasar pendidikan karakter adalah untuk membuat
seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rosulullah saw.
juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah
untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).
Berikutnya ribuan tahun setelah itu, rumusan utama tujuan pendidikan
tetap pada wilayah serupa, yakni pembentukan kepribadian manusia yang
baik.29
4) Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter
Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter agar karakter yang
dibangun tepat pada sasaran maka pendidikan karakter memiliki beberapa
prinsip. Adapun prinsip-prinsip pendidikan berkarakter adalah:30

28
Rhonda Byrne, The Secret (Cet. I; Jakarta: PT Gramedia, 2007), .17
29
Majid Abdullah dkk, “Pendidikan Karakter Perspektif Islam“. 30
30
Majid Abdullah dkk, “Pendidikan Karakter Perspektif Islam“. 57
a) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
b) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
c) Menggunakan pendekatan yang tajam, priaktif dan efektif untuk
membangun karakter.
d) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
e) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik.
f) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
g) Mengsahakan tumbuhnya motifasi diri pada peserta didik.
h) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada
nilai dasar yang sama.
i) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
j) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
dalam usaha membangun karakter.
k) Mengevaluasi sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.
3. Karangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan bentuk kerangka berfikir yang dapat
digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah, biasanya kerangka
konseptual dalam penelitian menggunakan pendekatan penelitian ilmiah dan
memperlihatkan hubungan antara variable dalam proses analisi. Adapun
gambaran kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat dalam berbagai
bentuk. Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
a. Tahap pra-penelitian, yaitu: menyusun rancangan (proposal) penelitian,
mengumpulkan buku-buku dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
penyusunan.
b. Tahap pekerjaan laporan, yaitu: membaca buku-buku, artikel
dansemacamnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti,
kemudian mencatat dan menuliskan data-data yang diperoleh dari berbagai
sumber tersebut, serta memilah untuk menjadi data primer atau data
sekunder.

Tahap laporan penelitian, yaitu: menyusun hasil laporan penelitian,


mengkonsultasikan hasil penelitian tersebut dengan dosen pembimbing, serta
melakukan perbaikan-perbaikan terhadap tulisan atau hasil penelitian sesuai
arahan dosen pembimbing.

G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian lapangan (field research).31 Adapun data yang dikumpulkan adalah
berupa bentuk dan simbul-simbul gambar bukan angka-angka, sehingga
dengan demikian laporan penelitian ini berisi kutipan kalimat yang disusun
dalam sebuah laporan penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiyah, dengan
menggunakan metode alamiyah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang
tertarik secara ilmiyah.32 Penelitian deskriptif dimaksud untuk
mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifatan
faktual secara sistematik dan akurat, terkait tentang peran guru bimbingan dan
konseling dalam meningkatkan kemandirian belajar.

2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini lokasinya di Jl. Raya Potoan Laok Kec. Palengaan Kab.
Pamekasan dengan unit analisinya di MA Miftahul Ulum Panyepen.
3. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif seorang peneliti berinteraksi secara langsung
dengan subjek, maka dari itu kehadiran peneliti dilapangan harus dilakukan
atau suatu kewajiban karna peneliti ini mengunakan Metode kualitatif dan
tujuannya untuk memperoleh informasi dan data-data yang diinginkan oleh
peneliti. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif ini sangat penting

31
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), Hal 26
32
Laxy J Moleoong, metodologo penelitian kualitatif, (bandung, PT remaja rosdakarya, 2011), hal 9
karena peneliti yang akan melaksanakan perencanaan, pengumpulan data,
analisis data, penafsiran data, dan melaporkan hasil penelitiannya.
4. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru bimbingan konseling di Madrasah Aliyah
Miftahul Ulum Panyeppen, sedangkan yang menjadi obyek penelitian adalah
siswa yang mengalami kurangnya kemandirian belajar di Madrasah Aliyah
Miftahul Ulum Panyeppen.
5. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru bimbingan dan konseling di
Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Panyeppen yang berjumlah satu orang.
6. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini dikumpulkan dengan baik:
a. Wawancara
Wawancara di lakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
secara lisan kepada subyek penelitian. Untuk melakukan wawancara
penelitian menyiapkan instrument pedoman wawancara. Adapun jenis
wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin,
dimana wawancara terlebih dahulu dibuat pedoman kemudian
melaksanakan wawancara dan memperdalam pertanyaan dengan
menanyakan lebih lanjut terkait pertanyaan sebelumnya. Teknik
wawancara ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa strategi Guru
Bimbingan Konseling dalam meningkatkan kemandirian belajar
siswa.

b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalu sesuatu pengamatan, disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran.
c. Dokomentasi
Penyelidikan data mengenai hal-hal yang berupa benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian dan sebagainya
7. Analisis Data
Dalam sebuah penelitian analisis data sangat penting dilakukan karena
tanpa analisis data maka kata-kata itu tidak ada artinya, analisis data dalam
kualitatif itu berbeda dengan kuantitatif, karena penelitian kualitatif analisis
datanya itu bisa dilakukan semanjak berada dilapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif itu tidak sama dengan
kuantitatif, karena untuk penelitian kuantitatif dari segi metode dan
prosedurnya sudah pasti dan jelas, sedangkan dalam penelitian kualitatif dalam
ketajaman menganalisis data itu tergantung kepada kebiasaan peneliti dalam
melakukan penelitian. Jika peneliti sudah terbiasa menggunakan pendekatan
semacam ini, biasanya peneliti. dapat mengulas hasil penelitiannya dengan
secara mendalam dan kongkrit.33
Pada penelitian ini penulis akan menggunakan cara pengambilan data
dengan teknik analisis dalam pencarian data penelitian. Adapun pengambilan
data peneliti yang dilakukan mengenai peran guru bimbingan dan konseling
dalam meningkatkan kemandirian belajar di Madrasah Aliyah Miftahul Ulum
Panyepen dilakukan secara sistematis menggunakan teknik wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Setelah dikumpulkan data penelitian maka
peneliti akan menggunakan hasil yang ditemukan kedalam suatu laporan yang
bersifat ilmiyah sehingga dapat dipahami oleh orang lain.
8. Keabsahan Data
Dalam sebuah penelitian untuk mempertanggung jawabkan hasil data
yang diperoleh oleh peneliti maka diperlukan keabsahan data, dan peneliti
harus mengecek data tersebut dengan cermat agar penelitian yang dilakukan
tidak sia-sia. Untuk memperoleh keabsahan data dilakukan dengan beberapa
teknik pemeriksaan, yaitu:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Peneliti harus ikut serta dalam menentukan keabsahan data yang
telah dikumpulkan agar data yang diperoleh dapat dipercaya dan
keikutsertaan tersebut tidak dapat dilakukan dengan waktu yang cepat,
jadi seorang peneliti memerlukan perpanjangan keikutsertaan dalam
penelitian, artinya seorang peneliti kembali turun ke lapangan untuk

33
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), Hal 248
melakukan pengamatan dan wawancara dengan sumber data yang telah
ditemui maupun sumber data yang baru ditemui.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan sangat diperlukan agar peneliti mendapatkan
data yang shahih, ketekunan pengamatan dilakukan dengan mengamati
secara cermat dan berkesinambungan untuk mencari situasi yang seuai
dengan persoalan yang sedang diteliti.
c. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data dan
perbandingan dalam keabsahan data dengan cara memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data tersebut. Teknik triangulasi yang paling
banyak dilakukan dalam pengabsahan data penelitian yaitu
pemeriksaan melalui sember data lainnya.
9. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tahapan tahapan, yaitu tahapan
pra lapangan dan tahapan pekerjaan lapangan, adapun tahapan yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Tahap pra-lapangan
Sebelum terjun ke lapangan peneliti melakukan tahapan pra
lapangan terlebih dahulu, adapun tahapan didalam pra lapangan yaitu,
menyusun rencana penelitian, menentukan lokasi penelitian, mengurus
hal hal yang berhubungan dengan perizinan, menjajaki dan menilai
lapangan atau lokasi penelitian, menyiapkan perlengkapan penelitian,
dan yang lebih penting adalah menyiapkan diri dalam melakukan
penelitian meliputi etika dan mental.

b. Tahap pekerjaan lapangan


Pada tahapan ini, sebelumnya peneliti sudah memahami latar
belakang penelitian, persiapan diri dalam memasuki lapangan, berperan
serta melakukan pengumpulan data di lapangan atau lokasi penelitian.
c. Tahap penulisan laporan
Tahap penulisan laporan ini berisi tentang kerangka dan isi
laporan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Mekanisme
yang diambil dari penulisan laporan disesuaikan dengan buku panduan
tentang pedoman penulisan karya ilmiyah yang diterbitkan oleh IAI-
MU Pamekasan
Setelah tahap Pra lapangan dan tahap data pekerjaan lapangan
dianggap cukup, peneliti menyusun laporan penelitian dengan bebrapa
hal yang telah disiapkan, yaitu:
1) Mengumpulkan hasil penelitian yang sudah dilakukan di lapangan
2) Memilih dan memilah data yang paling penting yang sudah
ditemukan selama berada di lapangan
3) Menarik kesimpulan serta menyusun data tersebut menjadi sebuah
penelitian.
10. Sistematiaka Pembahasan
Sistematika pembahasan yang menjadi langkah langkah dalam proses
penyusunan proposal ini yaitu:
Pendahuluan, bagian awal ini membahas tentatang permasalahan-
permasalahan yang melatar belakangi terjadinya suatau problem yang ada
dalam propasal skiripsi ini. Pada bagian ini berisi tentang konteks penelitian,
fokus kajian, tujuan kajian, manfaat kajian, metode penelitian, definisi istilah.
Kajian pustaka, bagian ini merupakan kelanjutan dari bab sebelumnya
yang menyajiakan tentang teori secara praktis dari permasalahan yang ada di
awal. Pada bagian ini berisi tentang penelitian terdahulu, kajian teori, kerangka
konseptual.
Penyajian data dan analisis, pada bagian ini akan menyajiakan data dan
menganalisis buku dan jurnal sehingga menghasilkan sebuah temuan yang
akan di apaprkan pada bab selanjutnya (mengikuti alur fokus kajian).

DAFTAR PUSTAKA

Siti Aisyah, “Dampak Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Pembentukan


Akhlak Peserta Didik Perspektif Pendidikan Islam di MTs. Olang
Kecamatan Ponrang Selatan Kabupaten Luwu’’, Jurnal Konsepsi,
8(Agustus,2019),46.
Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mendisiplinkan Diri
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 17-18.
Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani (Penerbit Erlangga,
2012), 10.
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Cet. I; Semarang: Toha Putra,
2000), h. 951.
Soewarno Handayaningrat. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: PT. Inti Indayu Press. 1982.
Doni Koesoema, "Pendidikan Karakter: Strategi Membidik Anak di Jaman Global". (
Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 181
Ahmad, Wawancara, Sampang, 4 November 2022.
Musthafa Al-Ghulayaini
Hestu Nugroho Warasto, “Pembentukan Akhlak Siswa (Studi Kasus Sekolah
Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy, Cengkareng)’’, MANDIRI,
2(Juni,2018),66.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. IV;
Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 859.
Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1
Rhonda Byrne, The Secret (Cet. I; Jakarta: PT Gramedia, 2007), h.17
Wina Sanjaya. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
(Jakarta: Kencana. 2006).. 120
Iskandarwassid, Dadang S, Strategi Pembelajaran Bahasa,(Bandung: Sekolah
Pascasarjana UPIdengan PT Remaja Rosdakarya, 2009), 2.
Epon Ningrum, pengembangan strategi pembelajran, (Bandung : CV. Putra Setia,
2013), h.42
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang
Kreatif dan efektif . ( Jakarta : PT Bumi Aksara ,2008 ), hal.
Made Wena, Strategi Pembelejaran Inovatif kontemporer “Suatu Tinjauan
Konseptual Oprational, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),.5-6
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar,.8-10
Halim Purnomo, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: LP3M UMY, 2019), 33.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan Dan Kebudayaan, op. cit., 10.
Doni Koesoema , “PendidikanKarakter: Strategi Membidik Anak di Jaman Global”.
(Jakarta: Grasindo, 2012). 148
Undang-Undang Republik Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Guru Profesional (Jakarta utara, 2011). 35
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003
Carter V. Good. Dasar Konsep Kependidikan Moral. Bandung: Alfabeta. 1977

Anda mungkin juga menyukai