Anisa Bab 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penanaman nilai keagamaan merupakan suatu proses penerapan
keagamaan dalam kehidupan sehari hari. Penerapan nilai keagaam
terwujud dalam bentuk perilaku yang baik atau budi pekerti berdasarkan
ajaran agama Islam. Pengalaman yang didapat anak dari hasil penanaman
nilai religius akan selalu diingat dalam pikiran dan hatinya, sebab anak
masih memiliki jiwa yang polos dan mudah menerima nilai-nilai yang di
ajarkan. Nilai-nilai religius atau agama Islam ialah nilai yang ditanamkan
ke dalam diri sehingga sikap atau perilaku seseorang dapat dilihat dari
seberapa dalam nilai religius Islam yang ditanamkan (Alim, 2011).
Pendidikan Islam yakni menjadi upaya dalam melakukan penanaman nilai-
nilai religius Islam guna membimbing perilaku manusia baik bersifat
individu maupun bersifat sosial (Kurniawan, 2011).
Penanaman nilai religius merupakan tanggung jawab orang tua dan
sekolah. Menurut ajaran islam, sejak anak belum lahir sudah harus
ditanamkan nilai-nilai agama agar anak kelak menjadi anak yang religius.
Dalam perkembangan selanjutnya Ketika seorang anak telah lahir,
penanaman nilai religius pada anak harus lebih intensif lagi. Penanaman
nilai-nilai religi sejak dini dapat dimulai dari keluarga itu sendiri, dengan
cara menciptakan suatu suasana yang memungkinkan penanaman nilai-
nilai tersebut dapat dilakukan. Selain itu, orang tua juga dapat menjadi
teladan yang utama bagi anak-anaknya, karena kecil kemungkinan
penanaman nilai-nilai religius tersebut ditanamkan jika orang tua sendiri
tidak bisa menjadikan contoh utama bagi anak-anaknya.
Kajian penanaman nilai religius terhadap anak yang pernah
dilakukan oleh Firman, (2021) mengungkapkan bahwa penanaman nilai-
nilai religius dapat melalui kegiatan keagamaan pada anak. Kegiatan
keagamaan diartikan sebagai suatu tindakan seseorang maupun kelompok
yang didalamnya terdapat aktifitas ibadah, dan penanaman nilai-nilai

1
2

religius. Kegiatan keagamaan merupakan bentuk pengendalian yang


dilakukan untuk mewujudkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
dengan tujuan membiasakan seseorang atau kelompok dalam mewujudkan
keimanan dan ketakwaannya. Adapun bentuk kegiatan keagamaan seperti
sholat, membaca al Quran, sholat jumat, yasinan dan tahlilan, zakat,
qurban dan sebagainya. Dampak dalam penanaman nilai-nilai religious ini
melalui kegiatan keagamaan ini dapat dilihat dari beberapa indikator yang
sudah tercapai dari tujuan diadakannya kegiatan tersebut, seperti
terbiasanya anak mengikuti kegiatan keagamaan yang diadakan,
melaksanakan sholat tepat waktu, anak berperilaku sopan santun baik
kepada yang lebih tua maupun teman sebayak dan terbiasanya sikap
disiplin dalam semua hal.
Di era sekarang masih banyak ditemukan pemuda pemudi atau
anak-anak yang melakukan penyimpangan sosial. Adanya berbagai
perilaku negatif yang ditemukan pada anak seperti, kurangnya rasa sopan
santun saat anak berbicara, adanya kekerasan bulliying, menirukan
perilaku orang dewasa yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak,
minimnya pendidikan keagamaan yang diberikan orang tua, dan
kurangnya pengawasan anak dalam pergaulan merupakan suatu perilaku
yang sangat memprihatinkan, dimana anak-anak di dalam dunianya
seharusnya bermain serta belajar guna melakukan pengembangan diri. Hal
ini disebabkan karena kurangnya pengawasan dari orang tua serta
keluarganya penanaman nilai moral terhadap anak dan adanya pergaulan
bebas (Setiawati, 2002).
Desa Penggaron Lor banyak pemuda pemudi atau anak-anak yang
melakukan penyimpangan sosial seperti, kurangnya rasa sopan santun saat
anak berbicara, adanya kekerasan, bullying, menirukan perilaku orang
dewasa yang seharusnya tidak dilakukan. Namun dari hasil observasi
yang peneliti lakukan sebelumnya, ditemukan beberapa anak memiliki
perilaku yang baik seperti, adanya perilaku sopan santun kepada orang
yang lebih tua, menggunakan bahasa jawa krama saat berbicara dengan
3

orang yang lebih tua, memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang
yang membutuhkan. Hal ini tidak lepas dari cara Ibu dalam mendidik
anaknya, ada beberapa yang sudah melakukan tindakan dalam membentuk
akhlak anak. Sebab itu, peneliti akan melakukan pengamatan serta
menjelaskan mengenai peran yang dijalankan ibu dalam menanamkan
akhlak anak. Jadi, anak akan memperoleh suatu bimbingan yang positif
dalam keluarganya.
Ibu di Desa Penggaron Lor Semarang mempunyai berbagai
macam profesi yaitu pekerja, guru, petani, pedagang dan lain-lain. Dalam
hal ini, tidak sedikit ibu yang memiliki waktu luang untuk memberikan
penanaman nilai-nilai kepada anaknya, contohnya seorang ibu yang
berprofesi sebagai guru memiliki waktu untuk anaknya ketika selesai
mengajar, untuk memberikan penanaman nilai kepada anaknya seorang
ibu menempatkan anaknya di lingkungan peendidikan formal. Dari
berbagai macam profesi tersebut tentu mempunyai berbagai macam cara
dalam menanamkan nilai-nilai religius kepada anaknya. Setelah peneliti
melakukan observasi awal dari beberapa desa akhirnya peneliti memilih
lokasi penelitian di Desa Penggaron Lor, adapun alasan peneliti memilih
lokasi tersebut adalah karena adanya peran ibu yang menanamkan nilai-
nilai religius kepada anaknya sangat tinggi, dan ditemukan banyaknya
aktivitas anak-anak mengikuti kegiatan keagamaan yang berbasis pondok
pesantren, dimana banyak anak yang menjadi santri kalong, yakni santri
yang mengikuti kegiatan di pondok pesantren tetapi tidak menetap atau
tinggal di pondok pesantren tersebut. Kegiatan anak tersebut seperti kajian
kitab kuning, kajian nahwu dan sorof, kajian qur’an dan sebagainya. Maka
dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pola
Penanaman Nila-Nilai Religius Pada Anak ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah ini


adalah:
4

1. Nilai-nilai religius apa yang ditanamkan ibu kepada anak ?


2. Bagaimana cara penanaman nilai-nilai religius ?
3. Apa dampak dari penanaman nilai-nilai religius ?

C. Tujuan Penelitian

Secara keseluruhan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk


mengetahui usaha yang dijalankan oleh ibu dalam menanamkan nilai-nilai
religius kepada anak di Desa Penggaron Lor Semarang. Dilihat dari
rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui nilai-nilai yang di ajarkan oleh ibu dalam
pembentukan akhlak anak di Desa Penggaron Lor Semarang.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penanaman nilai-nilai religius.
3. Untuk mengetahui apa dampak dari penanaman nilai-nilai religius.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan yang diambil peneliti,


maka tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui Peran Ibu dalam
Menanamkan Nilai-Nilai Religius Kepada Anak di Desa Penggaron Lor
Semarang. Dalam hal ini, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat
untuk:
1. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk :
a. Menambah khazanah keilmuan mahasiswa/i dalam melaksanakan
penelitian yang berkenaan dengan penelitian ini.
b. Sebagai persyaratan untuk sidang munaqasah di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UIN Walisongo Semarang.
c. Sebagai bahan referensi para pembaca dan peneliti selanjutnya
2. Sedangkan secara praktis, penelitian ini berguna untuk:
a. Diperoleh gambaran secara deskriptif tentang Peran Ibu dalam
Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Religius Kepada Anak di Desa
Penggaron Lor Semarang, sehingga terdapat gambaran yang jelas
dan bisa digunakan untuk orang tua dalam mendidik anak.
5

b. Sebagai wawasan untuk orang tua dalam membina anak-anaknya.


c. Berguna bagi instansi atau lembaga yang terkait dalam pembentukan
akhlak anak.

E. Tinjauan Pustaka

1. Penanaman Nilai
Kajian pola Ibu dalam menanakan nilai kepada anak yang
dilakukan oleh: Suryani (2020), Ginanjar (2013), Fithriani (2012).
Suryani (2020) mengkaji tentang Ibu dalam menanamkan nilai kepada
anak yang berfokus pada pendidikan agama Islam yaitu dengan
menanamkan nilai-nilai agama Islam bermacam-macam seperti
menanamkan tata cara dalam berbicara, berbahasa yang baik serta
sopan, mengajarkan sholat dan membaca al-Quran, memberikan contoh
yang baik, memberikan punishman apabila tidak melakukan amalan-
amalan agama. Ginanjar (2013) mengkaji tentang ibu dalam mendidik
karakter anak didalam sudut pandang islam yakni, seorang anak adalah
amanah Allah bagi orang tuanya. Maka, orang tua wajib merawat serta
mendidiknya agar selamat di dunia dan di akhirat.
Kewajiban dan tanggung jawab ibu adalah merawat dan
mengatur keluarganya dirumah, terutama dalam mengurus anak-
anaknya. Peran orang tua didalam membentuk karakter anak diharapkan
dapat menciptakan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sesuai dengan
prosesnya, hiingga mampu mewujudkan perilaku positif dalam
kehidupanya dan menghasilkan pribadi yang cinta kepada Allah dan
Rasulnya, berkata jujur, amanah, tanggung jawab, dan disiplin. Fithriani
(2012) mengkaji tentang Ibu dalam mendidik anak dengan
menanamkan perilaku terpuji serta tujuan yang mulia, sebagai contoh
ketika anak-anak muncul sifat negatif seperti sombong dan kurangnya
kesopanan anak, sebagai ibu segera mengobati anak karena sifat-sifat
ini meresap kedalam jiwa anak-anak seiring perjalanan waktu. Maka
dari itu sifat-sifat ini bukan hanya dipengaruhi oleh lingkungan
6

masyarakat saja akan tetapi juga sangat berdominan dilingkungan


rumah atau keluarganya.
2. Nilai-Nilai Religius
Karya nilai-nilai religius yang dilakukan oleh Nuraini
(2013), Alfiyati (2018), Rohaenah (2018), Permana (2017). Nuraini
(2013) mengkaji tentang Penerapan pendidikan agama dan moral yang
membahas nilai seseorang disuatu masyarakat diukur dari kemampuan
intelegensi serta kepandaiannya bersosialisasi dan berkomunikasi.
Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya dasar pendidikan
moral dan agama terhadap anak hingga saat ia dewasa mampu
menerapkannya didalam kehidupan. Alfiyati (2018) mengkaji tentang
nilai-nilai keagamaan dengan cara mensosialisasikan nilai-nilai
keagamaan terhadap anak. Rohaenah (2018) mengkaji tentang nilai-
nilai keagamaan yang ditanamkan kepada anak dan problematika orang
tua dalam menanamkannya. Permana (2017) mengkaji tentang hasil
mengenai bagai mana cara orang tua dalam bagaimana cara orang tua
dalam menanamkan nilai nilai keagamaan kepada anak-anaknya.
Sedangkan penelitian ini membahas tentang cara menenamkan
nilai-nilai religius atau agama Islam pada anak. Namun subjek dari
yang peneliti tulis memfokuskan pada peran seorang ibu terhadap
anaknya, sedangkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
peran kedua orang tua terhadap anaknya. Lokasi penelitian yang
dilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Adapun sosialisasi keagamaan dari
penelitian diatas terdapat perbedaan yaitu berfokus pada bimbingan
orang tua dalam hal melaksanakan sholat lima waktu dan membaca al-
Quran, sedangkan yang peneliti tulis selain dalam bimbingan sholat dan
membaca al-Quran juga berfokus pada perilaku dan akhlak anak, dan
pengamalan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
3. Anak
7

Karya anak yang dilakukan oleh Rizal (2021), Surahman (2019),


Mislaini (2020), Syahid (2015). Rizal (2021) mengkaji tentang seorang
ibu multi agama dalam memberikan pendidikan religius terhadap anak
terdapat empat tahapan yaitu, 1) mendidik anak dengan adab
pembiasaan serta pola asuh atau latihan 2) mendidik anak dengan
ketauladanan, 3) mendidik anak dengan nasehat serta 4) mendidik anak
dengan pengawasan. Surahman (2019) mengkaji tentang peranan ibu
terhadap masa depan anak yaitu pelindung anak dari berbagai macam
bahaya, pemerhati anak dalam setiap tingkah laku yang sekiranya
membahayakan, penyayang anak dengan memperhatikan setiap waktu,
sebagai dokter dikala anak sedang sakit, sebagai pendidik yang
mengajarkan ilmu serta moral, dan membiayai dalam setiap kebutuhan
anak.
Mislaini (2020) mengkaji tentang ibu yang menjadi madrasah
utama untuk membentuk pribadi anak. Ibu juga berperan sebagai pusat
contoh atau teladan dalam berperilaku. Oleh karena itu dalam
menanamkan akhlak yang baik ibu perlu memperhatikan anaknya sejak
berusia dini jika muncul sifat negatif, sombong, congkak dan
sebagainya. Syahid (2015) mengkaji tentang pandangan Syekh Sofiudin
bun Fadli Zain yaitu ibu memiliki peran dalam mendidik anak
dikeluarga. Dimana peran tersebut yakni menjaga perilaku, melakukan
munajat, menjaga hawa nafsu, menyusui anak menjadi seorang teman
bagi anak serta menjadi tauladan bagi anak. Ibu yang baik menurut
Syekh Sofiudin yaitu Ibu yang mampu menempatkan diri menjadi
seseorang yang menutup dirinya dengan nilai religius serta moral untuk
membentuk pribadi yang baik dan teladan bagi anak-anak.

F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan merupakan jenis penelitian
lapangan atau disebut field reseacrh. Penelitian lapangan adalah suatu
8

penelitian dengan objek berdasarkan peristiwa yang telah terjadi.


Penelitian lapangan dapat dikatakan suatu metode yang dipergunakan
dalam melakukan penelitian melalui cara mengamati secara langsung
mengenai suatu kegiatan atau kejadian yang berlangsung pada suatu
golongan atau masyarakat tertentu (Suharsimi, 2013).
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sesuai dengan pendapat
Moleong (2007) merupakan suatu penelitian ilmiah yang memiliki
tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial dengan
menggunakan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
penulis dengan fenomena yang nantinya akan di teliti. Menurut teori
penelitian kualitatif, agar hasil penelitiannya betul-betul berkualitas,
data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer dan data
sekunder. Hadadi nawawi dan mimi martini mengemukakan bahwa
penelitian kualitatif memiliki karakteristik berupa data yang tidak
diganti dalam bentuk simbol maupun angka, tetapi pada dasarnya
penelitian kualitatif yaitu suatu kegiatan dimana didalamnya mencari
hal yang belum diketahui dengan menggunakan strategi yang terarah,
sistematik dan dapat dipertanggung jawabkan (Margono, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
pendekatan deskriptif merupakan bentuk penelitian yang paling
mendasar dan bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang ada,
termasuk fenomena alam dan ergonomi. Penelitian ini mengkaji bentuk,
aktivitas, ciri, perubahan, hubungan, persamaan dan perbedaanya
dengan fenomenal lainnya. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti
yaitu penelitian lapangan atau disebut field research yang berarti objek
penelitian ini sesuai dengan gejala atau peristiwa yang sedang terjadi
pada suatu kelompok maupun golongan masyarakat tertentu (Suharsini,
2013). Studi lapangan (field research) merupakan suatu metode yang
dipergunakan dalam penelitian dengan cara mengamati secara langsung
9

terhadap suatu kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tertentu


(Sunyoto, 2013).
2. Sumber dan Jenis Data
Sumber data yaitu sesuatu yang memberikan informasi tentang
berbagai data yang dihasilkan oleh peneliti. Sumber data terdapat dua
sumber datadalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer dalam penelitian ini adalah ibu, Lurah. Data sekunder
dalam penelitian ini adalah hasil penelitian dari orang lain tentang peran
ibu dalam menanamkan nilai-nilai religius kepada anak.
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang didapatkan dari hasil
wawancara terhadap informan dan dari hasil observasi peneliti.
Orang yang diwawancarai dinamakan sebagai informan, dimana
dianggap sebagai orang yang mempunyai informasi sedalam-
dalamnya sesuai dengan topik penelitian. Peneliti akan
mengumpulkan data primer ini berdasarkan dari hasil observasi dan
wawancara kepada lima ibu rumah tangga.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat dari sumber
informasi yang meliputi beberapa buku, dan data administrasi yang
berkaitan dengan penelitian, majalah arsip, dokumen penting yang
didapat dari suatu lembaga tertentu dan sebagainya.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yakni cara mengumpulkan data yang akan
digunakan dalam penelitian melalui pengamatan dan peneliti melalui
pengamatan dan pengindraan, observasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi yaitu penelitian yang melakukan
pengumpulan data dimana penelitian bener-bener ikut dan berbaur
secara langsung dengan informan atau yang diteliti sehingga peneliti
mengikuti semua kegiatan yang dilakukan informan dan
10

pengumpulan data bisa dilakukan dengan terus terang kepada


sumber data bahwasanya peneliti sedang melakukan penelitian
(Satori, 2014). Berdasarkan pendapat Yin (2012) observasi yaitu
metode yang di gunakan dalam mendapatkan data yang diperoleh di
lokasi penelitian. Adapun dua jenis observasi ini yaitu observasi
partisipan dan non partisipan. Observasi partisipan adalah proses
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dimana peneliti ikut ke
dalam kegiatan yang akan peneliti amati. Sedangkan observasi non
partisipan adalah proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,
dimana peneliti hanya sebagai pengamat atau tidak ikut ke dalam
kegiatan yang akan peneliti amati (Sugiyono, 2012). Observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis non partisipan yaitu
dengan mengikuti segala kejadian atau kegiatan rutin berupa
kegiatan ibu rumah tangga dalam menanamkan nilai-nilai karakter
religius kepada anak.
b. Wawancara Semi Terstruktur
Wawancara semi terstruktur merupakan wawancara yang
sudah dipersiapkan peneliti pertanyaannya sesuai dengan materi
yang peneliti pelajari tetapi peneliti juga melakukan pertanyaan yang
meluas dengan cara terbuka berdasarkan situasi dan kondisi saat
melakukan percakapan dengan informan (Rosyada, 2020)
Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi
terstruktur. Wawancara yang berlangsung mengacu pada satu
rangkai pertanyaan terbuka. Sedangkan untuk teknik penentuan
informan mengunakan teknik snowball adalah teknik pengambilan
informasi melalui sumber data yang awalnya berjumlah sedikit
kemudian berjumlah lebih banyak. sehingga diharapkan bisa
menanggapi kasus riset yang peneliti akan lakukan (Arikunto, 2010).
Maka dari itu wawancara dilakukam dengan memilih informan
dengan kriteria sebagai berikut:
11

1) Informan berstatus ibu dengan berbagai macam profesi seberti:


pekerja, guru, pedagang, petani dan sebagainya.
2) Memiliki anak dengan usia 12-15 tahun.
Di Desa Penggaron Lor terdapat 236 orang ibu yang
diantaranya lanjut usia 60 keatas berjumlah 86 orang, 58 orang
memiliki anak berusia diatas 17 tahun, 49 orang memiliki anak balita
dan 43 orang memiliki anak berusia sekitar 12-15 tahun.
Berdasarkan pengelompokan di atas, peneliti memilih untuk
melakukan penelitianya pada kelompok ibu yang memiliki anak
dengan usia 12-15 tahun. Peneliti menetapkan 20 ibu sebagai
informan karena usia 12-15 tahun adalah usia dalam pembinaan
orang tua, dimana dalam usia tersebut anak berada dalam tahap
melatih kemandirian serta emosionalnya. Adapun daftar kelompok
ibu yang dijadikan informan oleh peneliti yaitu :
Table 1.1 Daftar Informan Penelitian
No. Nama Ibu Usia Ibu Profesi Ibu Usia Anak
1. Nur hidayah 35 tahun Guru 12 tahun
2. Sukaesi 41 tahun Karyawan pabrik 13 tahun
3. Kamsiah 40 tahun Pedagang 13 tahun
4. Dwi royati 38 tahun Guru 14 tahun
5. Mutiah 45 tahun Karyawan pabrik 15 tahun
6. Fatimah 40 tahun Ibu rumah tangga 14 tahun
7. Laela 37 tahun Perawat 12 tahun
8. Pujiwati 36 tahun Guru 13 tahun
9. Sumiatun 39 tahun Pedagang 13 tahun
10. Diah 38 tahun Karyawan pabrik 14 tahun
11. Sakdiyah 40 tahun Karyawan pabrik 13 tahun
12. Sholehah 40 tahun Pegawai balai desa 14 tahun
13. Siti 37 tahun Karyawan pabrik 13 tahun
14. Muna 40 tahun Pedagang 12 tahun
12

15. Latifah 39 tahun Ibu rumah tangga 13 tahun

c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, skripsi, buku, surat kabar, majalah, notulen, surat kabar dan
sebagainya yang berkaitan dengan penelitian proposal ini. Data
merupakan dokumen biasanya dipakai untuk menggali informasi
yang lebih detail lagi dan kuatkan dengan adanya dokumen
pendukung (Arikunto, 2010).
Widodo (2017) mengemukakan bahwa dokumentasi adalah
tahapan kegiatan yang dijalankan dalam peneliti untuk
mengumpulkan data berdasarkan observasi. Dokumentasi ini
mempunyai tujuan yaitu mengambil peristiwa atau kejadian yang
terjadi di lokasi penelitian. Adapun dokumentasi yang diambil oleh
peneliti yaitu dengan mendokumentasikan berbagai kegiatan di Desa
Penggaron Lor Semarang tentang penanaman nilai-nilai karakter
religius kepada anak (Sugiyono, 2013).
4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah tahap pencairan, mengatur serta memakai
pendekatan induktif dengan sistem data yang telah diperoleh
berdasarkan observasi, wawancara, serta dokumentasi dengan
melakukan pengelompokan data kedalam suatu kategori tertentu
kemudian menjabarkannya menjadi bagian kecil, lalu disusun menjadi
pola dan kemudian disimpulkan untuk memudahkan peneliti serta orang
lain memahaminya (Anggito, 2018).
Analisis data didalam penelitian kualitatif lebih di tekankan
sewaktu dilapangan bersamaan tahap pengumpulan data. Peneliti
memakai beberapa tahap dalam menjalankan analisis dilapangan
sebagai berikut:
a. Reduksi Data atau Data Reduction
13

Data reduction yaitu suatu tahapan berfikir secara sensitif


dengan memerlukan wawasan yang tinggi dan kecerdasan. Reduksi
data mengarah pada tahap pemilihan, tahap pemfokusan, tahap
penyederhanaan, tahap pemisah serta pemindahan data atau
informasi yang mentah pada catatan tertulis selama dilapangan.
Peneliti menjalankan pengumpulan data atau informasi sesuai
dengan yang diperoleh dilapangan, kemudian peneliti rangkai data
tersebut dengan memilih hal yang berkaitan dan diperlukan didalam
penelitian (Luthfiyah, 2017).
b. Penyajian Data atau Data Display
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang sudah disusun
dan diperbolehkan untuk melakukan penganmbilan tindakan serta
penarikan kesimpulan. Setelah melakukan uraian yang singkat dalam
data yang direduksi menjadi teks naratif, peneliti kemudian
melakukan suatu penyajian data dalam bentuk uraian singkat, skema,
hubungan antar kelompok dan sejenisnya. Bentuk penyajian data
dalam penelitian kuatitatif berupa teks naratif dan kejadian yang
telah terjadi pada masalalu. Selain itu bentuk penyajian data dapat
berupa matrik, network, chrt dan grafik (Sugiono, 2013)
c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Data
Penarikan kesimpulan dilaukan oleh peneliti ketika sudah
melaksanakan penulisan dan sudah mengartikannya berdasarkan apa
yang diamati dan diwawancara. Kesimpulan pertama yang
diungkapkan peneliti bersifat sementara dan akan terjadi perubahan
apabila peneliti menemukan bukti yang lebih akurat serta
mendukung dalam proses pengumpulan data berikutnya. Namun,
apabila kesimpulan awal yang peneliti dapatkan tidak akurat
buktinya maka kesimpulan itu bersifat tidak dapat dipercaya
(Luthfiyah, 2017).

Anda mungkin juga menyukai