945-Article Text-1519-1-10-20191105

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmiah Studi Islam

PENANAMAN NILAI-NILAI KEJUJURAN DALAM


PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP
TAKHASSUS AL-QUR’AN WONOSOBO
Oleh:
Nur Farida
Dosen FITK UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo
[email protected]

Abstract
The problem that prompted the authors to conduct this study is the lack of
parental role at home in instilling the values of honesty in children which
impact on the child in school. In addition, the role of teachers in schools
in an effort to instill the values of honesty in learning Islamic education it
is still less than the maximum, especially in junior high school Takhassus
Al-Quran Wonosobo. Therefore the role of parents at home and teachers
at school learning Islamic education is very important in the context of
growing the value of honesty in children, especially in junior high school
Takhassus Al-Quran Wonosobo. This study is a qualitative field research
with the descriptive type of approach. Sampling by purposive sampling, ie
in accordance with the purpose of research conducted. Samples taken at
random as much as 25% or 68 respondents from the general population
eighth grade junior high school Takhassus Al-Quran Wonosobo,
amounting to 273 learners. The methods used to collect data include:
methods of observation, interviews, document study methods, and, in the
questionnaire method. The technique of data analysis is descriptive
analysis using qualitative techniques.
The results based on interviews showed that 70% of students answered yes
(positive) and supports the efforts of planting the value of honesty in
learning Islamic education in junior high school Takhassus Al-Quran
Wonosobo, based on calculations on any number of items showed that 67
or 98.53% of students stated that they supported the planting value of
honesty in learning Islamic education, and calculations based on each
answer option indicates that as many as 70.15% of students expressed a
positive attitude towards planting efforts in the values of honesty in junior
high school Takhassus Al-Qur 'an Wonosobo.
Keywords: The values of Honesty, Learning Islamic Education

154 | Volume. 18. No. 2. Desember 2018


ISSN (print) : 1412-7075||
ISSN (online) : 2615-4811

A. Pendahuluan
Sifat jujur merupakan salah satu dimensi akhlak yang harus dimiliki
oleh setiap manusia. Sebab dengan sifat jujur yang terinternalisasi dalam setiap
diri pribadi seseorang akan membuat orang tersebut menjadi mujur pada masa
selanjutnya. Jujur merupakan salah satu akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah
Saw. dan sudah sepatutnya setiap manusia yang beragama Islam meniru akhlak
Rasulullah Saw. Sejarah membuktikan bahwa akhlak berupa kejujuran yang
dimiliki oleh Rasulullah Saw. tersebut telah membawa kesuksesan dakwah
Rasulullah Saw. di Makkah dan Madinah sehingga terbentuknya konstitusi dan
negara Islam pertama di dunia ini. Dengan hal tersebut maka terbukti bahwa
akhlak dan kejujuran yang dimiliki oleh Rasulullah Saw. tersebut telah
merubah peradaban dunia ini menjadi jauh lebih baik.
Pembinaan dan penanaman nilai-nilai kejujuran selanjutnya dilakukan
dalam lingkungan keluarga dan harus dilakukan sedini mungkin sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui pembinaan dan
penanaman nilai-nilai kejujuran sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan pada
setiap individu dalam keluarga akan tercipta peradaban masyarakat yang
tenteram dan sejahtera. Sebab bagaimanapun juga pendidikan dalam keluarga
memiliki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian anak. semenjak kecil
anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan,
kejujuran, dan kebiasaan hidup sehari-hari yang baik dalam keluarga. Baik
tidaknya keteladanan yang diberikan oleh orang tua dan bagaimana kebiasaan
hidup orang tua sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan
jiwa anak.
Keteladanan dan kebiasaan yang ditampilkan oran tua dalam bersikap
dan berperilaku tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak. Oleh
karenanya tanggungjawab oran tua terhadap anaknya tampil dalam bentuk
bermacam-macam. Secara garis besarnya tanggungjawab orang tua terhadap
anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang
baik, memperlakukan dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan nilai-nilai
kejujuran, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan akidah tauhid,
melatih anak mengerjakan shalat, berlaku adil, menempatkan dalam
lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, mendidik
bertetangga dan bermasyarakat.1
Dalam konteks pendidikan di sekolah, penanaman nilai-nilai kejujuran
dan budi pekerti atau akhlak merupakan tujuan utama dalam pendidikan Islam

1
M. Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak, (Bandung: Irsyad Baitus
Salam, 1995), hlm. 7.

Manarul Qur’an |155


Jurnal Ilmiah Studi Islam

secara umum dan Pendidikan Agama Islam secara khusus sebagai sebuah
rumpun mata pelajaran yang diajarkan pada anak. karena dengan nilai-nilai
kejujuran itulah tercermin pribadi yang mulia. Sedangkan pribadi yang mulia
itu adalah pribadi yang utama yang ingin dicapai dalam mendidik anak dalam
lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah secara formal.
Pendidikan Agama Islam itu sendiri dapat diartikan sebagai usaha
bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara
keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada
akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam
yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidup sehingga dapat
mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak2.
Oleh karenanya, berbicara mengenai Pendidikan Agama Islam baik
makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam
dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman
nilai-nilai termasuk nilai-nilai kejujuran pada peserta didik juga dalam rangka
menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan
mampu membuahkan kebaikan di akhirat. Berdasarkan hal tersebut maka salah
satu di antara fungsi Pendidikan Agama Islam adalah penanaman nilai, yaitu
sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat3.
Namun pada realitasnya sering ditemukan beberapa kesalahan-
kesalahan dalam pendidikan bagi anak, baik pendidikan dalam rumah tangga
(orang tua) maupun pendidikan di sekolah atau madrasah. Apabila dilihat dari
sudut pandang pendidikan dalam keluarga, maka orang tua bertanggungjawab
memberikan pendidikan kepada anaknya dengan pendidikan yang baik
berdasarkan nilai-nilai akhlak dan spiritual yang luhur. Namun sayangnya tidak
semua orang tua dapat melakukannya.
Apabila dikaji lebih jauh, ternyata kesalahan orang tua dalam mendidik
anak cukup banyak. Misalnya memakai cara-cara yang tidak bijaksana. Orang
tua menganggap bahwa memarahi, menghardik, membohongi anak, mencela,
atau memberikan hukuman fisik sekehendak hati adalah bentuk final dari
pendidikan anak, padahal itu adalah kesalahan yang sangat besar 4.

2
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 86.
3
Abdul Madjid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 134.
4
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga;
Sebuah Perspektif Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 33.

156 | Volume. 18. No. 2. Desember 2018


ISSN (print) : 1412-7075||
ISSN (online) : 2615-4811

Kesalahan pendidikan anak dalam keluarga akan berekses pula pada


pendidikan di sekolah secara formal. Pada kenyataannya, di sekolah banyak
ditemukan anak yang menyimpang dari aturan-aturan sekolah seperti
membolos, tidak jujur atau berlaku curang saat ulangan harian, datang
terlambat ke sekolah dan lain sebagainya.
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah sangatlah vital yakni berusaha untuk mendewasakan peserta didiknya.
Pendewasaan dalam hal pola pikir, menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan
sportifitas, prestasi, dan juga sikap daripada peserta didik.
Dalam konteks ini guru tidak hanya mengajarkan akan ilmu saja,
namun yang jauh lebih penting dari hal itu adalah guru berkewajiban untuk
mendidik dan membekali peserta didik dengan skill, nilai-nilai, dan kaidah
sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya dalam istilah
sekarang selain tugas guru adalah tranfer pengetahuan (transfer of knowledge)
juga transfer nilai (tranfer of value).
Hubungannya dengan hal tersebut, posisi guru sebagai pendidik
menempati kedudukan yang penting, sabab perannya sangat menentukan bagi
perkembangan peserta didik. Dalam istilahnya Nana Sudjana, secara ideal
seorang guru harus mampu menterjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang
terdapat dalam kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut
kepada peserta didik melalui proses pembelajaran.5
Walaupun posisi guru tidaklah seratus persen menjadi pusat informasi
dan pembimbing dalam kegiatan pembelajaran, namun sosok guru akan tetap
mewarnai bagi peserta didik dalam perkembangannya baik kognitif, afektif,
maupun psikomotoriknya. Lebih-lebih di jenjang pendidikan dasar dan
menengah, sosok seorang guru akan menjadi panutan bahkan menjadi tokoh
idola bagi anak didiknya. Ketiga hal tersebut apabila mampu diterjemahkan
dan ditransformasikan guru, niscaya perkembangan kognitif, afektif, dan
psikomotorik peserta didik akan berkembang secara optimal.
Pendidikan Agama Islam yang diajarkan guru di sekolah harus mampu
diinternalisasikan dan dikomunikasikan dengan baik oleh guru dengan peserta
didik. Sebab guru yang kurang bisa berkomunikasi dengan peserta didik akan
menimbulkan kerenggangan atau konflik hubungan, sebaliknya guru yang
dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya, maka peserta didik
cenderung akan dapat tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan

5
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2000), hlm. 1.

Manarul Qur’an |157


Jurnal Ilmiah Studi Islam

yang membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara


psikologis semakin sehat, produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan
potensi sepenuhnya, serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran agama
Islam dengan baik dan konsekuen dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian setiap dimensi Pendidikan Agama Islam yang
diajarkan di sekolah benar-benar dapat diserap dan diamalkan oleh setiap
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali dimensi kejujuran.
Sebab aplikasi nilai-nilai kejujuran akan sangat mempengaruhi setiap pribadi
seseorang dalam berbuat, bersikap, dan bertindak.
Penelitian ini merupkan penelitian dengan jenis penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif yakni suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah 6 . Adapun
karakteristik penelitian kualitatif antara lain: latar ilmiah, manusia sebagai alat
(instrumen), metode kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari dasar
(grounded theory), deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, adanya
batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk keabsahan data,
desain yang bersifat sementara, dan hasil penelitian dirundingkan dan
disepakati bersama7.
Metode pengumpulan data yang diperlukan dalam menyusun,
menganalisis dan membahas penelitian kualitatif ini adalah dengan metode
kualitatif yaitu pengamatan/observasi, wawancara, atau penelaahan dokumen 8.
Oleh karenanya data-data dan informasi yang dikumpulkan dapat melalui:
Penelitian kepustakaan (library research); Penelitian lapangan (field research).
Adapun metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data dapat
dijelaskan sebagai berikut: Metode observasi/pengamatan; Metode
Wawancara; Metode penelaahan dokumen; Metode kuisioner atau angket.
B. Hasil Penelitian

1. Analisis Penanaman Nilai-nilai PAI di SMP


Pelaksanaan penanaman nilai-nilai kejujuran di SMP Takhassus Al-
Qur’an Wonosobo tidak lepas dari kerjasama yang sinergis antara pendidik

6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), hlm. 6.
7
Ibid.
8 Lexy J. Moleong, Metodologi, hlm. 6

158 | Volume. 18. No. 2. Desember 2018


ISSN (print) : 1412-7075||
ISSN (online) : 2615-4811

dan peserta didik serta tenaga kependidikan. Hal ini di maksudkan supaya
terdapat interaksi edukatif dan peneladanan peserta didik kepada pendidik.
Di samping itu dengan adanya interaksi yang positif ini akan dapat
diketahui kondisi, kemapuan peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, dan pemahaman penanaman nilai-nilai kejujuran pada diri
peserta didik.
Kaitannya dengan penanaman nilai-nilai kejujuran pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Takhassus Al-Qur’an
Wonosobo agar senantiasa dapat berjalan dengan baik, maka kerjasama
dengan peserta didik, kurikulum pembelajaran, dan faktor lingkungan
sekolah juga sangat memberikan sumbangsih dalam upaya peserta didik
menerapkan kejujuran pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Di
samping itu kedisiplinan pendidik juga sangat berpengaruh terhadap
penaladanan dari peserta didik.
Penanaman nilai-nilai kejujuran pada diri peserta didik di SMP
Takhassus Al-Qur’an Wonosobo dapat dilihat dari perilaku dan kebiasaan
peserta didik setiap hari di sekolah pada saat proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam berlangsung. Di samping itu, tingkat kejujuran
peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Takhassus Al-Qur’an Wonosobo dapat dilihat pada saat peserta didik
mengikuti ujian yang sedang berlangsung.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan,
secara umum terdapat beberapa langkah atau metode yang dilakukan SMP
Takhassus Al-Qur’an Wonosobo dalam upaya penanaman nilai-nilai
kejujuran pada peserta didik terutama pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, antara lain:
a. Melalui pendidikan keteladanan.
Pendekatan yang dilakukan pendidik di SMP Takhassus Al-
Qur’an Wonosobo dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran pada
peserta didik berbentuk peneladanan secara langsung, di mana setiap
pendidik menjadi contoh bagi peserta didik dalam berperilaku
b. Melalui Pendidikan Keagamaan.
Pelaksanaan penanaman nilai kejujuran pada peserta didik dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam selain melalui pendidikan
keteladanan diatas juga melalui pendidikan keagamaan. Pendidikan
keagamaan yang dilakukan di SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo
antara lain: ta’lim al Qur’an, membaca shalawat dan do’a bersama
sebelum pembelajaran berlangsung, dan perayaan hari besar Islam.

Manarul Qur’an |159


Jurnal Ilmiah Studi Islam

Keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan keagamaan


akan menjadi latihan untuk menumbuhkan kesadaran pada dirinya
dalam menjalankan ibadah (ajaran agama). Dengan keaktifan dalam
menjalankan ibadah tersebut membawa pengaruh terhadap sikap dan
tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam
menginternalisasikan nilai kejujuran.
2. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Proses pembelajaran merupakan pemberdayaan peserta didik yang
dilakukan melalui interaksi perilaku pendidik dengan perilaku peserta didik,
baik di ruang maupun di luar kelas. Karena proses belajar mengajar
merupakan pemberdayaan peserta didik, maka pelaksanaannya terutama di
SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo ditekankan bukan sekadar
penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan saja, namun
merupakan internalisasi tentang apa yang diajarkan dalam hal ini adalah
Pendidikan Agama Islam, sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan
nurani dan dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh
setiap peserta didik.
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Takhassus Al-
Qur’an Wonosobo dirancang se-efektif mungkin supaya mampu
menumbuhkan daya kreasi, daya nalar, rasa keingintahuan, memberikan
keterbukaan terhadap kemungkinan-kemungkinan baru, menumbuhkan
demokrasi, dan memberikan toleransi pada kekeliruan-kekeliruan akibat
kreativitas berfikir. Berangkat dari titik tolak hal tersebut, pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Takhassus Al-Qur’an
Wonosobo mengacu pada kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan di
SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo merupakan kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan
yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan
silabus.
Secara umum tujuan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan sekolah melalui pemberian otonomi
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Di balik semangat mendorong kreativitas pendidik untuk melakukan
inovasi dalam pengembangan pembelajaran adalah untuk memandirikan
dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian otonomi

160 | Volume. 18. No. 2. Desember 2018


ISSN (print) : 1412-7075||
ISSN (online) : 2615-4811

kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan


pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
3. Analisis Akhir
Analisis akhir merupakan langkah terakhir untuk mendeskripsikan
data baik data kualitatif maupun data kuantitatif yang merepresentasikan
gambaran atau deskripsi tentang upaya penanaman nilai-nilai kejujuran
pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Takhassus Al-Qur’an
Wonosobo. Adapun sebagai analisis akhir dari jawaban responden dapat
dideskripsikan dari hasil wawancara dan angket yang ditujukan kepada
peserta didik.
a. Analisis berdasarkan hasil wawancara
Hasil wawancara menunjukkan bahwa upaya penanaman nilai-
nilai kejujuran pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Takhassus Al-Qur’an Wonosobo yang terdiri dari 10 item pertanyaan
dapat dikatakan baik. Hal ini diketahui bahwa 70 % responden
menjawab ya (positif), dan 30 % renponden menjawab tidak (negatif)
mengenai upaya penanaman nilai-nilai kejujuran pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo.
b. Analisis berdasarkan perhitungan pada setiap nomor butir soal
Hasil perhitungan pada setiap nomor butir soal menunjukkan hal-
hal sebagai berikut:
a. Dari 68 responden sebanyak 47 atau 69,12 % peserta didik
menyatakan sekolah mendukung, 17 atau 25 % peserta didik
menyatakan sekolah kurang mendukung, dan 4 atau 5, 88 %
peserta didik menyatakan sekolah tidak mendukung. Dengan
demikian sebanyak 47 atau 69,12 % peserta didik menyatakan
bahwa sekolah mendukung akan pelaksanaan penanaman
nilai-nilai kejujuran pada pembelajaran PAI pada seluruh
peserta didik
b. Dari 68 responden sebanyak 31 atau 45,59 % peserta didik
menyatakan sudah ada tata tertib, 8 atau 11,76 % peserta didik
menyatakan belum ada tata tertib, dan 29 atau 42,65 %
peserta didik menyatakan tidak tahu. Dengan demikian
sebanyak 31 atau 45,59 % peserta didik menyatakan bahwa di
sekolah sudah terdapat tata tertib yang mencantumkan
tentang nilai-nilai kejujuran
c. Dari 68 responden sebanyak 52 atau 76,47 % peserta didik
menyatakan guru sudah mencerminkan nilai-nilai kejujuran,

Manarul Qur’an |161


Jurnal Ilmiah Studi Islam

11 atau 16,18 % peserta didik menyatakan guru belum


mencerminkan nilai-nilai kejujuran, dan 5 atau 7,35 % peserta
didik menyatakan guru kadang-kadang mencerminkan nilai-
nilai kejujuran. Dengan demikian 52 atau 76,47 % peserta
didik menyatakan bahwa di sekolah guru sudah
mencerminkan nilai-nilai kejujuran
d. Dari 68 responden sebanyak 54 atau 79,41 % peserta didik
menyatakan sudah menginternalisasikan nilai-nilai kejujuran,
12 atau 17,65 % peserta didik menyatakan belum
menginternalisasikan nilai-nilai kejujuran, dan 2 atau 2,94 %
peserta didik menyatakan kadang-kadang
menginternalisasikan nilai-nilai kejujuran. Dengan demikian
sebanyak 54 atau 79,41 % peserta didik menyatakan sudah
menginternalisasikan nilai-nilai kejujuran terutaman di
sekolah
e. Dari 68 responden sebanyak 33 atau 48,53 % peserta didik
menyatakan ada kendala dalam menginternalisasikan nilai-
nilai kejujuran, 34 atau 50 % peserta didik menyatakan tidak
ada kendala dalam menginternalisasikan nilai-nilai kejujuran,
dan 1 atau 1,47 % peserta didik tidak tahu. Dengan demikian
sebanyak 34 atau 50 % peserta didik menyatakan tidak ada
kendala dalam menginternalisasikan nilai-nilai kejujuran
f. Dari 68 responden sebanyak 49 atau 72,06 % peserta didik
menyatakan sudah bertutur kata yang mencerminkan nilai-
nilai kejujuran, 18 atau 26,47 % peserta didik menyatakan
belum bertutur kata yang mencerminkan nilai-nilai kejujuran,
dan 1 atau 1,47 % peserta didik menyatakan kadang-kadang
bertutur kata yang mencerminkan nilai-nilai kejujuran.
Dengan demikian sebanyak 49 atau 72,06 % peserta didik
menyatakan sudah bertutur kata yang mencerminkan nilai-
nilai kejujuran
g. Dari 68 responden sebanyak 41 atau 60,29 % peserta didik
menyatakan sudah berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai
kejujuran, 24 atau 35,30 % peserta didik menyatakan belum
berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai kejujuran, dan 3
atau 4,41 % peserta didik menyatakan kadang-kadang
berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai kejujuran. Dengan

162 | Volume. 18. No. 2. Desember 2018


ISSN (print) : 1412-7075||
ISSN (online) : 2615-4811

demikian sebanyak 41 atau 60,29 % peserta didik menyatakan


sudah berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai kejujuran
h. Dari 68 responden sebanyak 37 atau 54,41 % peserta didik
menyatakan sudah berperilaku jujur saat ujian PAI, 29 atau
38,23 % peserta didik menyatakan belum berperilaku jujur
saat ujian PAI, dan 2 atau 2,94 % peserta didik menyatakan
kadang-kadang berperilaku jujur saat ujian PAI. Dengan
demikian sebanyak 37 atau 54,41 % peserta didik menyatakan
sudah berperilaku jujur saat ujian PAI
i. Dari 68 responden sebanyak 66 atau 97,06 % peserta didik
menyatakan perlunya diterapkan atau ditanamkan nilai-nilai
kejujuran pada peserta didik, 2 atau 2,94 % peserta didik
menyatakan tidak perlu diterapkan atau ditanamkan nilai-nilai
kejujuran pada peserta didik. Dengan demikian sebanyak 66
atau 97,06 % peserta didik menyatakan perlunya diterapkan
atau ditanamkan nilai-nilai kejujuran pada peserta didik
j. Dari 68 responden sebanyak 67 atau 98,53 % peserta didik
menyatakan mendukung penanaman nilai-nilai kejujuran
pada pembelajaran PAI, 1 atau 1,47 % peserta didik
menyatakan kurang mendukung penanaman nilai-nilai
kejujuran pada pembelajaran PAI. Dengan demikian
sebanyak 67 atau 98,53 % peserta didik menyatakan
mendukung penanaman nilai-nilai kejujuran pada
pembelajaran PAI
c. Analisis berdasarkan perhitungan pada setiap pilihan jawaban
1) Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban A sebanyak
70,15 %
2) Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban B sebanyak
22,94 %
3) Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban C sebanyak
6,91 %
Berdasarkan perhitungan sebagaimana tersebut di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa sebanyak 70,15 % responden (peserta didik)
menyatakan sikap yang positif terhadap upaya penanaman nilai-nilai
kejujuran di SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa upaya penanaman nilai-nilai kejujuran

Manarul Qur’an |163


Jurnal Ilmiah Studi Islam

berdampak positif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di


SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo.
C. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian tentang “Upaya Penanaman
Nilai-nilai Kejujuran Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Takhassus Al-Qur’an Wonosobo” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Upaya penanaman nilai-nilai kejujuran di SMP Takhassus Al-Qur’an
Wonosobo dilakukan dengan beberapa langkah atau metode,
diantaranya adalah pemberian materi yang actual dan aplikatif,
penciptaan atmosfir lingkungan yang jujur, pembiasaan perilaku jujur,
pendidikan keteladanan dari pendidik, ta’lim Al-Qur’an, membaca
shalawat dan do’a bersama sebelum pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaannya didukukung factor antara lain: suasana sekolah yang
religius, tata tertib yang mendukung, program yang terarah kepada
penanaman nilai-nilai Islam, semangat peserta didik, pendidik/guru
yang berkeperibadian, sarana dan prasarana yang mendukung.
Sedangkan faktor penghambatnya antara lain: peserta didik yang
heterogen, kesadaran para pendidik yang kurang maksimal, lingkungan
luar peserta didik, dan kesadaran peserta didik untuk bersikap dan
berperilaku jujur.
2. Bentuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Takhassus Al-
Qur’an Wonosobo adalah sebagaimana pembelajaran mata pelajaran
lain pada umumnya, yang pelaksanaannya ditekankan pada
internalisasi atau pelaksanaan tentang apa yang diajarkan, sehingga
tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap peserta didik.
Dalam prosesnya pendidik mempunyai tugas dan kewajiban antara
lain: mendorong keaktifan setiap peserta didik dalam mengemukakan
gagasan, pendapat, dan ide baru di masa mendatang, mengembangkan
kegiatan beragama dengan menggunakan media dan metode yang
bervariasi, memberikan motivasi kepada peserta didik untuk selalu
meningkatkan prestasi belajar mereka, dan berusaha mencapai tujuan
pembelajaran sesuai target dan waktu yang disediakan.
3. Upaya penanaman nilai-nilai kejujuran dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo adalah baik dan
berdampak positif terhadap peserta didik. Hal ini dibuktikan dari hasil

164 | Volume. 18. No. 2. Desember 2018


ISSN (print) : 1412-7075||
ISSN (online) : 2615-4811

wawancara dengan peserta didik, hasil perhitungan pada setiap nomor


butir soal, dan hasil perhitungan pada setiap pilihan jawaban.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Brannen, Julia. 2004. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Daradjat, Zakiah. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam
Keluarga; Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Kerlinger, Fred, N. 2004. Asas-asas Penelitian Behavioral, terjemahan oleh
Landung R. Simatupang, judul asli Foundation of Behavioral
Research, cet. x. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Madjid, Abdul, dan Dian Andayani. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif
Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Nasution, S. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Syah, Darwyn. 2009. Pengembangan Evaluasi Sistem Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Diadit Media.
Syah, Darwyn. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Gaung Persada Press
Thalib, M. 1995. 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak. Bandung:
Irsyad Baitus Salam.

Manarul Qur’an |165

Anda mungkin juga menyukai