945-Article Text-1519-1-10-20191105
945-Article Text-1519-1-10-20191105
945-Article Text-1519-1-10-20191105
Abstract
The problem that prompted the authors to conduct this study is the lack of
parental role at home in instilling the values of honesty in children which
impact on the child in school. In addition, the role of teachers in schools
in an effort to instill the values of honesty in learning Islamic education it
is still less than the maximum, especially in junior high school Takhassus
Al-Quran Wonosobo. Therefore the role of parents at home and teachers
at school learning Islamic education is very important in the context of
growing the value of honesty in children, especially in junior high school
Takhassus Al-Quran Wonosobo. This study is a qualitative field research
with the descriptive type of approach. Sampling by purposive sampling, ie
in accordance with the purpose of research conducted. Samples taken at
random as much as 25% or 68 respondents from the general population
eighth grade junior high school Takhassus Al-Quran Wonosobo,
amounting to 273 learners. The methods used to collect data include:
methods of observation, interviews, document study methods, and, in the
questionnaire method. The technique of data analysis is descriptive
analysis using qualitative techniques.
The results based on interviews showed that 70% of students answered yes
(positive) and supports the efforts of planting the value of honesty in
learning Islamic education in junior high school Takhassus Al-Quran
Wonosobo, based on calculations on any number of items showed that 67
or 98.53% of students stated that they supported the planting value of
honesty in learning Islamic education, and calculations based on each
answer option indicates that as many as 70.15% of students expressed a
positive attitude towards planting efforts in the values of honesty in junior
high school Takhassus Al-Qur 'an Wonosobo.
Keywords: The values of Honesty, Learning Islamic Education
A. Pendahuluan
Sifat jujur merupakan salah satu dimensi akhlak yang harus dimiliki
oleh setiap manusia. Sebab dengan sifat jujur yang terinternalisasi dalam setiap
diri pribadi seseorang akan membuat orang tersebut menjadi mujur pada masa
selanjutnya. Jujur merupakan salah satu akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah
Saw. dan sudah sepatutnya setiap manusia yang beragama Islam meniru akhlak
Rasulullah Saw. Sejarah membuktikan bahwa akhlak berupa kejujuran yang
dimiliki oleh Rasulullah Saw. tersebut telah membawa kesuksesan dakwah
Rasulullah Saw. di Makkah dan Madinah sehingga terbentuknya konstitusi dan
negara Islam pertama di dunia ini. Dengan hal tersebut maka terbukti bahwa
akhlak dan kejujuran yang dimiliki oleh Rasulullah Saw. tersebut telah
merubah peradaban dunia ini menjadi jauh lebih baik.
Pembinaan dan penanaman nilai-nilai kejujuran selanjutnya dilakukan
dalam lingkungan keluarga dan harus dilakukan sedini mungkin sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui pembinaan dan
penanaman nilai-nilai kejujuran sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan pada
setiap individu dalam keluarga akan tercipta peradaban masyarakat yang
tenteram dan sejahtera. Sebab bagaimanapun juga pendidikan dalam keluarga
memiliki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian anak. semenjak kecil
anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan,
kejujuran, dan kebiasaan hidup sehari-hari yang baik dalam keluarga. Baik
tidaknya keteladanan yang diberikan oleh orang tua dan bagaimana kebiasaan
hidup orang tua sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan
jiwa anak.
Keteladanan dan kebiasaan yang ditampilkan oran tua dalam bersikap
dan berperilaku tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak. Oleh
karenanya tanggungjawab oran tua terhadap anaknya tampil dalam bentuk
bermacam-macam. Secara garis besarnya tanggungjawab orang tua terhadap
anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang
baik, memperlakukan dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan nilai-nilai
kejujuran, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan akidah tauhid,
melatih anak mengerjakan shalat, berlaku adil, menempatkan dalam
lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, mendidik
bertetangga dan bermasyarakat.1
Dalam konteks pendidikan di sekolah, penanaman nilai-nilai kejujuran
dan budi pekerti atau akhlak merupakan tujuan utama dalam pendidikan Islam
1
M. Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak, (Bandung: Irsyad Baitus
Salam, 1995), hlm. 7.
secara umum dan Pendidikan Agama Islam secara khusus sebagai sebuah
rumpun mata pelajaran yang diajarkan pada anak. karena dengan nilai-nilai
kejujuran itulah tercermin pribadi yang mulia. Sedangkan pribadi yang mulia
itu adalah pribadi yang utama yang ingin dicapai dalam mendidik anak dalam
lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah secara formal.
Pendidikan Agama Islam itu sendiri dapat diartikan sebagai usaha
bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara
keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada
akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam
yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidup sehingga dapat
mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak2.
Oleh karenanya, berbicara mengenai Pendidikan Agama Islam baik
makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam
dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman
nilai-nilai termasuk nilai-nilai kejujuran pada peserta didik juga dalam rangka
menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan
mampu membuahkan kebaikan di akhirat. Berdasarkan hal tersebut maka salah
satu di antara fungsi Pendidikan Agama Islam adalah penanaman nilai, yaitu
sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat3.
Namun pada realitasnya sering ditemukan beberapa kesalahan-
kesalahan dalam pendidikan bagi anak, baik pendidikan dalam rumah tangga
(orang tua) maupun pendidikan di sekolah atau madrasah. Apabila dilihat dari
sudut pandang pendidikan dalam keluarga, maka orang tua bertanggungjawab
memberikan pendidikan kepada anaknya dengan pendidikan yang baik
berdasarkan nilai-nilai akhlak dan spiritual yang luhur. Namun sayangnya tidak
semua orang tua dapat melakukannya.
Apabila dikaji lebih jauh, ternyata kesalahan orang tua dalam mendidik
anak cukup banyak. Misalnya memakai cara-cara yang tidak bijaksana. Orang
tua menganggap bahwa memarahi, menghardik, membohongi anak, mencela,
atau memberikan hukuman fisik sekehendak hati adalah bentuk final dari
pendidikan anak, padahal itu adalah kesalahan yang sangat besar 4.
2
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 86.
3
Abdul Madjid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 134.
4
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga;
Sebuah Perspektif Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 33.
5
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2000), hlm. 1.
6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), hlm. 6.
7
Ibid.
8 Lexy J. Moleong, Metodologi, hlm. 6
dan peserta didik serta tenaga kependidikan. Hal ini di maksudkan supaya
terdapat interaksi edukatif dan peneladanan peserta didik kepada pendidik.
Di samping itu dengan adanya interaksi yang positif ini akan dapat
diketahui kondisi, kemapuan peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, dan pemahaman penanaman nilai-nilai kejujuran pada diri
peserta didik.
Kaitannya dengan penanaman nilai-nilai kejujuran pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Takhassus Al-Qur’an
Wonosobo agar senantiasa dapat berjalan dengan baik, maka kerjasama
dengan peserta didik, kurikulum pembelajaran, dan faktor lingkungan
sekolah juga sangat memberikan sumbangsih dalam upaya peserta didik
menerapkan kejujuran pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Di
samping itu kedisiplinan pendidik juga sangat berpengaruh terhadap
penaladanan dari peserta didik.
Penanaman nilai-nilai kejujuran pada diri peserta didik di SMP
Takhassus Al-Qur’an Wonosobo dapat dilihat dari perilaku dan kebiasaan
peserta didik setiap hari di sekolah pada saat proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam berlangsung. Di samping itu, tingkat kejujuran
peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Takhassus Al-Qur’an Wonosobo dapat dilihat pada saat peserta didik
mengikuti ujian yang sedang berlangsung.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan,
secara umum terdapat beberapa langkah atau metode yang dilakukan SMP
Takhassus Al-Qur’an Wonosobo dalam upaya penanaman nilai-nilai
kejujuran pada peserta didik terutama pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, antara lain:
a. Melalui pendidikan keteladanan.
Pendekatan yang dilakukan pendidik di SMP Takhassus Al-
Qur’an Wonosobo dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran pada
peserta didik berbentuk peneladanan secara langsung, di mana setiap
pendidik menjadi contoh bagi peserta didik dalam berperilaku
b. Melalui Pendidikan Keagamaan.
Pelaksanaan penanaman nilai kejujuran pada peserta didik dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam selain melalui pendidikan
keteladanan diatas juga melalui pendidikan keagamaan. Pendidikan
keagamaan yang dilakukan di SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo
antara lain: ta’lim al Qur’an, membaca shalawat dan do’a bersama
sebelum pembelajaran berlangsung, dan perayaan hari besar Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Brannen, Julia. 2004. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Daradjat, Zakiah. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam
Keluarga; Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Kerlinger, Fred, N. 2004. Asas-asas Penelitian Behavioral, terjemahan oleh
Landung R. Simatupang, judul asli Foundation of Behavioral
Research, cet. x. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Madjid, Abdul, dan Dian Andayani. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif
Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Nasution, S. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Syah, Darwyn. 2009. Pengembangan Evaluasi Sistem Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Diadit Media.
Syah, Darwyn. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Gaung Persada Press
Thalib, M. 1995. 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak. Bandung:
Irsyad Baitus Salam.