Makalah TM 15 - KP 4 - 4A

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPEMIMPINAN DAN BERFIKIR SISTEM

KESEHATAN MASYARAKAT
PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PENGELOLAAN LAYANAN KESEHATAN
DENGAN APLIKASI LEARNING ORGANIZATION

Dosen Pengampu : Nurhasmadiar Nandini, S.KM., M.Kes.

Disusun oleh:
Kelompok 4/Kelas 4A

Prasastie Karina Soesanti 25000122110080

Murni Trisna Siwi 25000122120003

Faradita Cindy Larasati 25000122120031

Halimah Dwi Yuliana 25000122120034

Dinda Putri Handayani 25000122120041

Siti Nuraida 25000122120053

Azza Mufliha 25000122140221

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “Peran Kepemimpinan dalam Pengelolaan Layanan Kesehatan dengan Aplikasi
Learning Organization” secara sistematis dan tepat waktu.
Kami ucapkan terima kasih kepada Nurhasmadiar Nandini, S.KM., M.Kes. selaku
dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat
yang telah memberikan penugasan ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
kami sebagai penulis terhadap bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh
karena itu, kami sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun dalam
membantu kami memperbaiki dan menyempurnakan ini. Harapan kami, semoga makalah ini
dapat bermanfaat baik untuk penulis maupun pembaca.

Semarang, 2l Mei 2024

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 3
a. Latar Belakang..................................................................................................................3
b. Rumusan Masalah............................................................................................................ 4
c. Tujuan............................................................................................................................... 4
d. Manfaat.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 6
1. Kesehatan Masyarakat Sebagai Suatu Sistem.................................................................. 6
2. Mengapa Perlu Digunakan Pendekatan Organisasi Pembelajar Untuk Kesehatan
Masyarakat?......................................................................................................................... 7
3. Gambaran Masing-Masing Disiplin Dalam Individu (Mental Model dan Personal
Mastery) Serta Dalam Team (Shared Vision dan Team Learning).......................................8
4. Pendekatan Pengelolaan Dan Penyelesaian Masalah Kesehatan Individu Dan
Masyarakat......................................................................................................................... 10
5. Peran Kepemimpinan Organisasi Pelayanan Kesehatan Dalam Mengaplikasikan
Learning Organization........................................................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................18
a. Kesimpulan.....................................................................................................................18
b. Saran...............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Istilah learning organization atau organisasi pembelajar pertama kali dikenalkan oleh
Peter Senge dalam karyanya yang berjudul The Fifth Discipline (1990). Menurut Senge,
kesuksesan suatu organisasi sangat tergantung pada kemampuannya untuk menjadi organisasi
pembelajar yang berkembang. Dia menjelaskan bahwa organisasi pembelajar adalah tempat
di mana individu terus-menerus meningkatkan kapasitas mereka untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Idealnya, dalam sebuah organisasi pembelajar, setiap individu memiliki
kesempatan untuk mengembangkan pemikiran baru, menyuarakan aspirasi mereka, dan
terlibat dalam proses belajar bersama.
Dalam manajemen pelayanan kesehatan, peran kepemimpinan memiliki signifikansi
yang besar dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan inovasi.
Khususnya, penerapan konsep learning organization dapat menjadi pondasi bagi
pengembangan sistem kesehatan yang responsif dan adaptif terhadap perubahan.
Kepemimpinan yang efektif dalam pengelolaan layanan kesehatan menekankan visi yang
jelas dan komitmen terhadap peningkatan mutu. Pemimpin dalam konteks ini diharapkan
untuk menyampaikan tujuan organisasi yang berfokus pada aspek kualitas, keselamatan
pasien, dan kontinuitas pelayanan. Dengan adanya visi yang kuat, pemimpin mampu
menginspirasi serta memotivasi staf untuk aktif terlibat dalam usaha-usaha peningkatan mutu
dan pembaharuan.
Konsep learning organization menekankan pentingnya pembelajaran kolektif dan
berkelanjutan sebagai bagian dari budaya organisasi. Pemimpin yang mempraktikkan
pendekatan ini memfasilitasi pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan ide-ide inovatif di
seluruh tingkatan organisasi. Selain itu, kepemimpinan dalam pengelolaan layanan kesehatan
harus mampu mengembangkan kapasitas individu dan tim untuk beradaptasi dengan
perubahan yang cepat dan kompleks. Namun, pengaplikasian konsep learning organization
dalam pengelolaan pelayanan kesehatan membutuhkan komitmen yang kuat dari semua
pemangku kepentingan, mulai dari pemimpin hingga praktisi klinis dan staf pendukung.
Dengan membangun budaya pembelajaran yang kuat, organisasi kesehatan dapat
meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keselamatan pasien, serta tetap relevan dalam
menghadapi tantangan masa depan yang tak terduga.

3
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan makalah ini yaitu:
1. Bagaimana konsep kesehatan masyarakat sebagai suatu sistem?
2. Mengapa perlu digunakan pendekatan organisasi pembelajar untuk kesehatan
masyarakat?
3. Bagaimana pendekatan pengelolaan dan penyelesaian masalah kesehatan individu dan
masyarakat?
4. Bagaimana peran kepemimpinan organisasi Yankes dalam mengaplikasikan Learning
Organization?

c. Tujuan
Berdasarkan rumusan makalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui konsep kesehatan masyarakat sebagai suatu sistem.
2. Untuk menguraikan pentingnya pendekatan organisasi pembelajaran dalam kesehatan
masyarakat.
3. Untuk membahas pendekatan pengelolaan dan penyelesaian masalah individu dan
masyarakat.
4. Untuk menjelaskan peran kepemimpinan organisasi pelayanan kesehatan (Yankes)
dalam mengaplikasikan konsep organisasi pembelajaran.

d. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep kesehatan masyarakat
sebagai suatu sistem, pentingnya pendekatan organisasi pembelajaran dalam
kesehatan masyarakat, pendekatan pengelolaan dan penyelesaian masalah individu
dan masyarakat serta peran kepemimpinan organisasi pelayanan kesehatan (Yankes)
dalam mengaplikasikan konsep organisasi pembelajaran.
2. Makalah ini juga dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi pembaca yang ingin
mendalami topik tentang konsep kesehatan masyarakat sebagai suatu sistem,
pentingnya pendekatan organisasi pembelajaran dalam kesehatan masyarakat,
pendekatan pengelolaan dan penyelesaian masalah individu dan masyarakat serta
peran kepemimpinan organisasi pelayanan kesehatan (Yankes) dalam
mengaplikasikan konsep organisasi pembelajaran.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kesehatan Masyarakat Sebagai Suatu Sistem


Kesehatan masyarakat adalah sebuah sistem yang luas, lebih mirip dengan
sebuah gerakan, yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari pengetahuan yang
ada dengan cara-cara yang akan memberikan dampak maksimal pada status kesehatan
populasi. Sistem ini bekerja dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang
membutuhkan tindakan kolektif untuk melindungi, mempromosikan, dan
meningkatkan kesehatan, terutama melalui strategi pencegahan.
Kesehatan masyarakat sebagai sistem memiliki pendekatan dan metode yang
bersifat interdisipliner, penekanan pada strategi pencegahan, keterkaitan dengan
pemerintahan dan pengambilan keputusan politik, serta adaptasi dinamis terhadap
masalah-masalah baru yang muncul dalam agendanya. Secara keseluruhan, kesehatan
masyarakat sebagai sistem adalah usaha bersama untuk mengenali dan mengatasi
masalah-masalah yang mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup yang sebenarnya
bisa dicegah. Ini merupakan kombinasi dari berbagai upaya dan aktivitas yang
dilakukan oleh individu dan organisasi yang berkomitmen untuk mencapai tujuan
tersebut.
Kesehatan masyarakat sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen
yang saling berhubungan, yaitu kapasitas (input), proses (praktek dan output), dan
hasil (outcome). Masing-masing komponen ini memainkan peran penting dalam
mencapai tujuan kesehatan masyarakat.
1. Kapasitas (Input)
Mencakup sumber daya dan hubungan yang diperlukan untuk melaksanakan
fungsi inti dan layanan penting kesehatan masyarakat. Hal ini mencakup
sumber daya manusia, sumber daya informasi, sumber daya fiskal dan fisik,
serta hubungan yang tepat antar komponen sistem.
2. Proses (praktek dan output)
Mencakup praktik atau proses kolektif yang diperlukan untuk memastikan
bahwa fungsi inti dan layanan esensial kesehatan masyarakat dilaksanakan
secara efektif. Ini termasuk proses kunci yang mengidentifikasi dan
menangani masalah kesehatan serta faktor penyebabnya, serta intervensi yang

5
dimaksudkan untuk mencegah kematian, penyakit, dan kecacatan, serta untuk
mempromosikan kualitas hidup.
3. Hasil (outcome)
Mencakup indikator status kesehatan, pengurangan risiko, dan peningkatan
kualitas hidup. Hasil adalah tujuan jangka panjang yang mendefinisikan
tingkat kesehatan yang optimal dan dapat diukur, tingkat penyakit yang dapat
diterima secara maksimal, atau prevalensi faktor risiko.

2. Mengapa Perlu Digunakan Pendekatan Organisasi Pembelajar Untuk


Kesehatan Masyarakat?
Pendekatan organisasi pembelajar penting untuk kesehatan masyarakat karena
beberapa alasan sebagai berikut.
a. Mengatasi Perubahan yang Cepat dan Dinamis: Kondisi dalam kesehatan
masyarakat terus mengalami perubahan yang cepat dan dinamis, termasuk
pergeseran tren penyakit, teknologi, dan kebijakan. Organisasi pembelajar
mampu menanggapi perubahan-perubahan ini dengan lebih responsif melalui
pembaruan pengetahuan dan keterampilan, serta penyesuaian strategi dan
praktik sesuai kebutuhan.
b. Memahami Kompleksitas Tantangan Kesehatan Masyarakat: Tantangan
kesehatan masyarakat seringkali rumit dan membutuhkan pemahaman
mendalam tentang berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti aspek
sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Pendekatan organisasi pembelajar
memungkinkan untuk pengumpulan dan pembelajaran berkelanjutan tentang
masalah kesehatan masyarakat yang beragam.
c. Mendorong Kolaborasi: Tantangan dalam kesehatan masyarakat seringkali
melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, organisasi
non-pemerintah, lembaga akademis, dan masyarakat umum. Pendekatan
organisasi pembelajar memfasilitasi kolaborasi dan pembelajaran bersama di
antara berbagai pemangku kepentingan ini, sehingga memungkinkan
pengembangan solusi yang lebih holistik dan efektif.
d. Mendorong Inovasi dan Peningkatan Kualitas secara Berkelanjutan:
Pendekatan organisasi pembelajar mendorong adanya inovasi dan peningkatan
berkelanjutan dalam upaya kesehatan masyarakat. Dengan terus mengkaji dan
mengevaluasi praktik-praktik terbaik, organisasi kesehatan masyarakat dapat

6
terus meningkatkan efektivitas dan dampak positifnya pada kesejahteraan
masyarakat.
e. Pemberdayaan Komunitas: Organisasi pembelajar memberikan kesempatan
bagi anggota komunitas untuk secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
dan pengambilan keputusan terkait kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong
pemberdayaan komunitas dan partisipasi yang berkesinambungan dalam
upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

3. Gambaran Masing-Masing Disiplin Dalam Individu (Mental Model dan


Personal Mastery) Serta Dalam Team (Shared Vision dan Team Learning)
Disiplin dalam individu (Mental Model dan Personal Mastery)
A. Mental Model
Model Mental (Model Mental) Model mental merupakan asumsi yang
tertanam, digeneralisasikan, atau bahkan gambaran yang mempengaruhi cara
memahami dunia dan mengambil tindakan.
B. Personal Mastery
Penguasaan Pribadi Penguasaan diri (personal mastery) pada dasarnya
merupakan bagian dari Disiplin Kelima Peter Senge yang membentuk
organisasi pembelajar. (Learning Organization Learning Organization) adalah
organisasi dimana orang-orangnya secara terus-menerus mengembangkan
kapasitasnya untuk menciptakan hasil yang benar benar mereka inginkan,
dimana terjadi pola-pola baru dan perluasan. pemikiran dikelola, kebebasan
berpendapat, dan pembelajaran dilaksanakan secara berkesinambungan. Untuk
itu Peter Senge mengidentifikasi lima pilar Organisasi Pembelajaran sebagai
berikut:
1. Berpikir Sistem (System Thinking) Berpikir sistem adalah prinsip
mengamati keseluruhan sistem dan tidak hanya fokus pada individu.
Dimana akan terlihat bahwa semua peristiwa terhubung dalam pola
yang sama dan saling mempengaruhi.
2. Penguasaan Diri (Personal mastery) Penguasaan pribadi merupakan
suatu prinsip bagi seseorang untuk senantiasa memperdalam visi
pribadi, memusatkan perhatian pada kelebihan diri, mengembangkan
kesabaran diri dan melihat kenyataan secara objektif.

7
3. Model Mental (Model Mental) Model mental merupakan asumsi yang
tertanam, digeneralisasikan, atau bahkan gambaran yang
mempengaruhi cara memahami dunia dan mengambil tindakan.
4. Deskripsi Visi (Membangun Visi Bersama) adalah proses membangun
rasa komitmen dalam suatu kelompok dengan cara menggambarkan
visi perusahaan menjadi visi pribadi karyawan.
5. Pembelajaran Tim (Team Learning) Pembelajaran Tim adalah
kelompok yang saling berbagi wawasan atau pengalaman, sehingga
dapat mengembangkan otak dan kemampuan berpikir.

Disiplin Team (Shared Vision Dan Team Learning)


A. Shared vision
Peta jalan bersama adalah gambaran impian yang dimiliki seluruh anggota tim
tentang masa depan yang mereka harapkan bersama.
Fungsi:
- Menawarkan tujuan atau pencapaian yang memberi motivasi kepada
semua anggota tim dan membawa mereka bersama-sama.
- Meningkatkan kesepakatan yang mantap bukan kepatuhan mutlak
terhadap sejumlah ukuran tersebut.
Pentingnya dalam Pembelajaran:
- Meningkatkan rasa kepemilikan yang kuat dan tanggung jawab
bersama terhadap tujuan tersebut mereka bawa.
- Meningkatkan koordinasi dan kerja sama untuk mencapai tujuan
tersebut.
B. Team Learning
Pembelajaran tim adalah ketika grup orang belajar untuk membuat sesuatu
yang baru mereka inginkan sekaligus meningkatkan kemampuan mereka
untuk melakukannya.
Fungsi:
- Mendorong dialog terbuka untuk eksplorasi dan pemecahan masalah.

8
4. Pendekatan Pengelolaan Dan Penyelesaian Masalah Kesehatan Individu Dan
Masyarakat
Pendekatan pengelolaan dan penyelesaian masalah kesehatan individu dan
masyarakat haruslah holistik dan berorientasi pada pembelajaran terus-menerus. Salah
satu aspek penting dari peran kepemimpinan dalam pengelolaan layanan kesehatan
adalah dalam membangun budaya organisasi yang mempromosikan pembelajaran
terus-menerus. Kepemimpinan dalam pengelolaan layanan kesehatan memiliki peran
penting dalam mencapai tujuan kesehatan masyarakat. Dalam konteks ini, pemimpin
harus memiliki kemampuan untuk memahami dan mengelola perubahan, serta
membangun budaya organisasi yang mendukung pengembangan dan pertumbuhan.
Seperti yang dikemukakan oleh Peter M. Senge dalam "The Fifth Discipline: The Art
& Practice of the Learning Organization" (1996), pemimpin harus memiliki
kemampuan untuk memahami dan mengelola perubahan, serta membangun budaya
organisasi yang mendukung pengembangan dan pertumbuhan. Dengan demikian,
pemimpin dapat meningkatkan kemampuan organisasi dalam menghadapi perubahan
dan tantangan, serta meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan (Kurpius, 1993).
Penerapan konsep Learning Organization juga memerlukan komitmen yang kuat dari
pihak kepemimpinan untuk membangun sistem pembelajaran yang efektif. Menurut
Senge (1990) pemimpin kesehatan harus berperan sebagai agen perubahan yang
memfasilitasi pengembangan infrastruktur pembelajaran, seperti pelatihan dan
pengembangan profesional, serta sistem umpan balik yang berkelanjutan. Dengan
adanya sistem ini, organisasi kesehatan dapat secara terus-menerus meningkatkan
kualitas layanan mereka dan merespons secara cepat terhadap perubahan dalam
kebutuhan dan tuntutan masyarakat
Aplikasi learning organization dalam pengelolaan layanan kesehatan dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan kesehatan melalui beberapa cara.
1. Learning organization memungkinkan tim untuk berbagi pengetahuan
dan pengalaman, sehingga meningkatkan kemampuan dalam
menghadapi perubahan dan tantangan.
2. Aplikasi learning organization memungkinkan organisasi untuk
beradaptasi dengan perubahan dan meningkatkan kemampuan dalam
mengembangkan strategi yang efektif.

9
Seperti yang dijelaskan oleh Shi dan Johnson (2014) adaptasi organisasi
dengan perubahan adalah kunci untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan
kesehatan. Dengan demikian, aplikasi learning organization dapat membantu
organisasi dalam mengembangkan strategi yang efektif dan meningkatkan
kemampuan dalam menghadapi perubahan.

Implikasi pemimpinan dalam pengelolaan layanan kesehatan dengan aplikasi


learning organization dapat dilihat dari beberapa aspek

1. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memahami dan mengelola


perubahan, serta membangun budaya organisasi yang mendukung
pengembangan dan pertumbuhan.
2. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membangun kerja sama dengan
tim dan memungkinkan tim untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
3. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan strategi yang
efektif dan beradaptasi dengan perubahan.
Seperti yang dijelaskan oleh Rowitz (2014) pemimpin harus memiliki
kemampuan untuk mengembangkan strategi yang efektif dan beradaptasi dengan
perubahan, serta memiliki kemampuan untuk membangun kerja sama dengan tim dan
memungkinkan tim untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Kepemimpinan situasional juga diperlukan dalam pengelolaan layanan
kesehatan yang efektif. Kepemimpinan situasional mengakui bahwa tidak ada satu
gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua situasi. Dalam konteks ini, pemimpin
kesehatan perlu mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sesuai dengan
tingkat keterampilan dan kesiapan anggota tim kesehatan dalam menangani masalah
kesehatan individu dan masyarakat (Suiraoka et al., 2023). Dalam menghadapi
tantangan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks, penting bagi pemimpin
kesehatan untuk mengadopsi pendekatan yang proaktif dan kolaboratif. Model
kepemimpinan partisipatif, yang mendorong partisipasi aktif dari seluruh anggota tim
dalam pengambilan keputusan, telah terbukti efektif dalam mempromosikan inovasi
dan meningkatkan kinerja organisasi (Djati, 2023). Dengan melibatkan berbagai
pemangku kepentingan, termasuk pasien dan komunitas lokal, pemimpin kesehatan
dapat mengidentifikasi masalah kesehatan secara lebih akurat dan merumuskan solusi
yang lebih berkelanjutan.

10
5. Peran Kepemimpinan Organisasi Pelayanan Kesehatan Dalam Mengaplikasikan
Learning Organization
a. Pengertian Leader Dan Manajer Dalam Organisasi Yankes. Bagaimana Sebaiknya
Seorang Pemimpin Organisasi Yankes Berlaku/Berperan Sebagai Leader Dan
Manajer.
Leadership atau kepemimpinan adalah kreativitas dalam tindakan yang
mampu untuk melihat masa kini serta kaitannya dengan masa depan serta tetap
menghormati masa lalu. Kepemimpinan kesehatan masyarakat mencakup komitmen
terhadap masyarakat dan nilai-nilai yang dipegangnya. Pemimpin atau leader, sebagai
pembuat keputusan utama, menentukan akuisisi, pengembangan, dan penyebaran
sumber daya organisasi, konversi sumber daya ini menjadi produk berharga dan
layanan, dan pengiriman nilai ke pemangku kepentingan organisasi. Seorang
pemimpin atau Leader harus memiliki keterampilan untuk mengidentifikasi informasi
yang paling berguna dan menggunakannya, memotivasi dan bekerja sama dengan
orang lain, kemampuan mengambil risiko dan menindaklanjutinya, kemampuan
berkomunikasi pada berbagai tingkatan, dan kemampuan untuk bertindak sebagai
pemikir sistem dengan pemahaman tentang bagaimana kompleksitas mempengaruhi
pekerjaan mereka
Adapun dalam pelayanan kesehatan, seorang Leader harus memiliki program
yang baik untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Model kepemimpinan dalam
pelayanan kesehatan yang lebih baru dirancang untuk memungkinkan petugas
kesehatan dari semua latar belakang menjadi pemimpin yang lebih baik dalam
tugasnya. Terdapat Sembilan model dimensi program kepemimpinan yang penting
dilakukan pemimpin dalam pelayanan kesehatan, yaitu
1. Memimpin dengan hati-hati (leading with care)
Seorang pemimpin pelayanan kesehatan mampu mengenali kebutuhan dengan
saling mendukung satu sama lain untuk terciptanya lingkungan yang saling peduli
dan kondusif antar tim dalam memberikan pelayanan kesehatan.
2. Berbagi visi (Sharing the vision)
Pemimpin harus berkomunikasi dengan kredibilitas dan kepercayaan, memiliki
arah yang jelas untuk tujuan jangka panjang, dan menginspirasi kepercayaan semua
tim untuk masa depan yang lebih baik.
3. Melibatkan tim (Engaging the team)

11
Pemimpin harus memiliki kepercayaan pada semua tim dan mendukung partisipasi
aktif dan kreatif secara adil dan merata.
4. Mempengaruhi untuk mencapai hasil (Influencing for results)
Pemimpin harus mampu memberi pengaruh yang positif untuk mengembangkan
pendekatan kolaboratif dalam bekerja sehingga membangun komitmen yang
berkelanjutan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
5. Mengevaluasi informasi (Evaluating information)
Pemimpin melakukan pengkajian kebenaran terhadap informasi yang diperoleh,
memperhatikan sumber informasi, berpikir kreatif untuk menyikapi informasi, dan
mengembangkan konsep terbaik dalam merespon informasi.
6. Menginspirasi tujuan bersama (Inspiring shared purpose)
Pemimpin harus mengikuti prinsip dan nilai, mematuhi peraturan yang berlaku,
berani mengambil risiko, dan berani mengambil tantangan untuk pelayanan yang
lebih baik.
7. Menghubungkan layanan (connecting service)
Pemimpin harus mampu menjadikan bagian-bagian yang berbeda dalam pelayanan
menjadi terhubung dalam satu sistem dan mengadopsi pendekatan luar yang baik
untuk membangun layanan yang lebih baik.
8. Mengembangkan kemampuan (Developing capability)
Kepemimpinan memberikan kesempatan kepada semua individu atau tim untuk
mengembangkan diri yang memungkinkan peningkatan kemampuan jangka
panjang.
9. Memegang tanggung jawab (hold to account)
Memiliki harapan yang jelas, bertanggung jawab, tertantang untuk perbaikan
berkelanjutan, dan menciptakan pola pikir yang kreatif untuk perubahan yang
inovatif.
Dalam menjalankan perannya, selain sebagai leader seorang pemimpin juga
berperan sebagai manajer dalam menjalankan fungsi manajemennya. Management
kesehatan adalah suatu proses (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan, pengkoordinasian, dan penilaian) terhadap sumber, tata cara, dan
kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan terhadap kesehatan. Adapun
perbedaan dari fungsi seorang leader dan manager adalah:

Leader Manager

12
Fungsi utama : menciptakan tujuan Fungsi utama : mengimplementasikan/
penting dari organisasi melaksanakan tujuan dari organisasi

Proses untuk mencapai tujuan: Proses untuk mencapai tujuan:


mengatasi perubahan mengatasi kompleksitas

Cara mencapai tujuan: membuat Cara mencapai tujuan: membuat rencana


orang-orang menyetujui visi mereka dan memantau hasil rencana tersebut
Seorang pemimpin di bidang organisasi kesehatan atau yankes harus
memiliki keseimbangan yang baik antara peran sebagai pemimpin dan manajer.
Sementara pemimpin cenderung berfokus pada visi, inovasi, dan pembangunan tim,
manajer lebih terlibat dalam perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan kegiatan
operasional sehari-hari. Adapun sebagai seorang leader dan manajer, seorang
pemimpin harus memiliki kemampuan:
1. Kemampuan Pengambilan Keputusan: Seorang pemimpin harus memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dan cepat, serta memiliki
kemampuan untuk menghadapi tantangan dan mengatasi masalah yang timbul.
2. Kerelaan Hati untuk Melayani: Seorang pemimpin harus memiliki kerelaan hati
untuk melayani organisasi dan timnya. Hal ini berarti bahwa mereka harus
memiliki kesadaran untuk memimpin dengan cara yang baik dan untuk
memastikan bahwa tim mereka dapat mencapai tujuan.
3. Keterampilan Komunikasi: Seorang pemimpin harus memiliki keterampilan
komunikasi yang baik untuk memastikan bahwa informasi dan tujuan organisasi
dapat diteruskan dengan jelas dan efektif.
4. Keterampilan Manajemen: Seorang pemimpin harus memiliki keterampilan
manajemen yang diperlukan untuk memimpin tim dan organisasi. Keterampilan
ini meliputi kemampuan untuk mengelola sumber daya, mengelola waktu, dan
mengelola tim.
5. Keterampilan untuk Menghadapi Tantangan: Seorang pemimpin harus memiliki
keterampilan untuk menghadapi tantangan dan mengatasi masalah yang timbul.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara memiliki keberanian untuk mengambil
resiko dan tidak takut gagal.
6. Keterampilan untuk Mengembangkan Personal Branding: Seorang pemimpin
harus memiliki keterampilan untuk mengembangkan personal branding. Hal ini
penting untuk memastikan bahwa mereka memiliki identitas yang jelas dan dapat
dikenali dalam organisasi.

13
B. Pentingnya Penerapan Kepemimpinan Transformasional, Dalam Mengelola
Organisasi Dalam Menyehatkan Masyarakat, Kaitkan Dengan Lingkungan Yang
Dinamis.
Pada dasarnya terdapat dua pandangan utama dalam teori kepemimpinan,
yaitu teori sifat kepemimpinan (traits theory) dan teori situasional (situational
theory). Teori sifat bertitik tolak dari asumsi bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat - sifat seseorang, sedangkan teori situasional (situational theory)
berpendapat bahwa situasilah yang menyebabkan keberhasilan kepemimpinan
seseorang, bukan sifat-sifatnya (Indrawijaya, 2010: 135). Sedangkan teori
kepemimpinan transformasional merupakan bagian dari teori situasional.
Teori kepemimpinan transformasional pertama kali diperkenalkan oleh James
Mc. Gregor Burn (1978), dikembangkan oleh Bernard Bass, didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mendorong pengikut melakukan perubahan, meningkatkan
kemampuan yang dipimpin (Sedarmayanti, 2013: 188). Dari pemikiran Burns tersebut
kemudian berkembang teori kepemimpinan transformasional yang didasarkan pada
penelitian empiris seperti yang dikembangkan oleh Bass (1985). Efektivitas
kepemimpinan transformasional terjadi karena pemimpin melihat dirinya sebagai
agen perubahan (agent of change); pemimpin memiliki visi yang kuat (visionary)
yang mempunyai level kepercayaan yang tinggi bagi institusinya; pemimpin adalah
pengambil resiko, tetapi bukan orang yang sembrono; pemimpin kapabel
mengartikulasikan nilai-nilai inti yang cenderung untuk memandu perilakunya;
pemimpin memiliki keterampilan kognitif yang luar biasa dan keyakinan dalam
mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil suatu tindakan; pemimpin percaya
dengan orang dan menunjukkan sensitivitas terhadap kebutuhan orang; pemimpin
fleksibel dan terbuka untuk belajar dari pengalaman.
Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang kuat, yaitu
kepemimpinan yang memiliki visi yang jelas (visioner). Visi atau vision adalah mimpi
masa depan yang menantang untuk diwujudkan. Kepemimpinan transformasional
adalah kepemimpinan yang memiliki visi ke depan dan mampu mengidentifikasi
perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan tersebut ke dalam
organisasi, memelopori perubahan dan memberikan motivasi dan inspirasi
individu-individu dalam organisasi untuk kreatif dan inovatif, membawa
pembaharuan dalam kinerja manajemen, berani dan bertanggung jawab memimpin
dan mengendalikan organisasi. Usman (2009: 333) menyatakan bahwa kepemimpinan

14
transformasional dibangun dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership) dan
transformasional (transformasional). Istilah transformasi berasal dari kata to
transform, yang artinya mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk
lain yang berbeda.
Sehingga kepemimpinan transformasional dapat dimaknai sebagai
kepemimpinan yang mampu mentransformasikan ide-ide perubahan yang visioner
kepada anggota organisasi yang dipimpinnya sehingga diikuti dan dilaksanakan oleh
anggotanya untuk menuju suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Seorang
pemimpin dalam kepemimpinan transformasional memiliki kemampuan dan kemauan
yang cukup kuat dan tangguh untuk membawa suatu perubahan dalam organisasi
yang dipimpin. Kemampuan mentransfer nilai-nilai perubahan untuk menggeser
nilai-nilai yang sudah ada dan berlangsung di masyarakat yang dia pimpin harus di
miliki pemimpin transformasional. Tanpa kemauan dan visi yang kuat untuk
melakukan perubahan mustahil pemimpin transformasional mampu membawa suatu
perubahan. Disamping itu kemampuan untuk menginternalisasikan nilai-nilai
perubahan juga penting bagi pemimpin transformasional, sehingga nilai-nilai baru
yang dia bawa mampu menggantikan nilai-nilai lama. Dengan kata lain pemimpin
transformasional adalah pembaharu.
Indikator kepemimpinan transformasional menurut Bass dan Avolio
(2002:4-5) yaitu:
1. Idealized influence, yang dijelaskan sebagai perilaku yang menghasilkan rasa
hormat (respect) dan rasa percaya diri (trust) dari orang-orang yang
dipimpinnya.
2. Inspirational motivation, yang tercermin dalam perilaku pemimpin dalam
menginspirasi karyawan dan masyarakat yang dipimpin dengan memberikan
pemahaman dan tantangan dalam mencapai visi. Sehingga dapat
meningkatkan semangat pegawai dan masyarakat dalam melaksanakan
pekerjaannya, diperlihatkan dari antusiasme dan optimism yang tinggi.
3. Intellectual simulation, yang senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi yang
kreatif dari orang - orang yang dipimpinnya. Ia juga selalu mendorong
pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan. Peran pemimpin dalam inovasi
untuk memacu karyawan untuk berkreatifitas. Ide-ide baru dalam
menyelesaikan masalah masyarakat muncul dari kebijakannya.

15
4. Individualized consideration, yaitu direfleksikan dengan selalu mendengarkan
dengan penuh perhatian, dan memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan
prestasi dan kebutuhan diri orang-orang yang dipimpinnya. Melalui kebijakan
e-performance didukung dengan remunerasinya mampu memberikan perhatian
khusus atas kebutuhan finansial karyawannya dan mampu memotivasi kerja
pegawai.
Pola kepemimpinannya memiliki pendirian dan visi yang jelas dan
tegas, penuh inovasi, kreatif, dan inspiratif. Sehingga sepak terjangnya tidak
ada yang meragukan lagi, kepercayaan masyarakat terbangun dan
menginspirasi masyarakat untuk respect dan turut berpartisipasi dalam
mencapai visi. Yang menarik dari kepemimpinan transformasional adalah
adanya keyakinan bahwa pemimpin dapat dilatih dan dibentuk. Artinya
kepemimpinan transformasional bisa dibentuk dengan proses pembelajaran
dan pelatihan, dan tentu saja didukung oleh niat dan komitmen yang kuat dari
pemimpin yang bersangkutan. Sehingga siapapun dapat menjadi pemimpin
yang efektif, dan seseorang akan menjadi pemimpin yang unggul jika
menerapkan prinsip

16
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kesehatan masyarakat adalah sebuah sistem yang luas, lebih mirip dengan sebuah
gerakan, yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari pengetahuan yang ada dengan
cara-cara yang akan memberikan dampak maksimal pada status kesehatan populasi.
Kesehatan masyarakat sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen yang saling
berhubungan, yaitu kapasitas (input), proses (praktek dan output), dan hasil (outcome).
Dalam keberlangsungannya, kesehatan masyarakat perlu untuk melakukan pendekatan
organisasi pembelajar guna mengatasi perubahan yang cepat dan dinamis. Dalam
menghadapi kompleksitas tantangan dalam kesehatan masyarakat diperlukan pula kolaborasi,
inovasi, dan pemberdayaan komunitas melalui pendekatan organisasi pembelajar.
Pendekatan pengelolaan dan penyelesaian masalah kesehatan individu dan masyarakat
haruslah holistik dan berorientasi pada pembelajaran terus-menerus atau learning
organization yang memungkinkan tim untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta
memungkinkan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan. Sebagai seorang leader dan
manajer, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan pengambilan keputusan, kerelaan
hati, keterampilan dalam berkomunikasi, manajemen dan menghadapi tantangan, serta
peningkatan personal branding untuk dapat mengembangkan organisasi. Teori kepemimpinan
salah satunya adalah kepemimpinan transformasional dicirikan oleh kemampuan pemimpin
untuk menginspirasi perubahan, membangun visi kuat, dan memotivasi individu menuju
tujuan bersama. Ini mencakup perilaku seperti memberikan contoh yang ideal, memberikan
motivasi yang inspiratif, merangsang pemikiran kreatif, dan memberikan perhatian individual
kepada anggota tim.

b. Saran

Kepemimpinan dan learning organization merupakan kunci untuk membangun


layanan kesehatan yang berkualitas. Dengan menerapkan prinsip kepemimpinan dan
menciptakan budaya belajar dalam organisasi, organisasi layanan kesehatan dapat
meningkatkan kualitas layanan, meningkatkan efisiensi, dan memberikan layanan yang
berpusat pada pasien. Dengan demikian, diperlukan adanya kepemimpinan yang mampu
menerapkan learning organization dalam strategi pengelolaan pelayanan kesehatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Djati, S. P. (Ed.). (2023). Manajemen Strategis dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat.


Indonesia Emas Group.

Fanani, A. F., Astutik, W., & Lestari, Y. (2020). Kepemimpinan transformasional sektor
publik. Journal of Public Sector Innovations, 4(2), 84-90.

Israfil, Israfil. (2022). KEPEMIMPINAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN.


Kumar, Robin D.C., and Noshaba Khiljee. 2015. “Leadership in Healthcare.” Anaesthesia
and Intensive Care Medicine 17(1): 63–65.
http://dx.doi.org/10.1016/j.mpaic.2015.10.012.
Kurpius, D. (1993). The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization:
Book review. Consulting Psychology Journal: Practice and Research, 45(4), 31–32.
Turnock, B. J. (2004). Public Health: What it is and how it Works. Jones & Bartlett Learning.
Senge, P. M. (1990). The fifth discipline : the art and practice of the learning organization.
New York : Doubleday/Currency.
Suiraoka, I. P., Sugiharti, Sewang, Anwar, & Solehudin. (2023). Model Dan Gaya
Kepemimpinan. Cendikia Mulia Mandiri.
Majid, J. (2022). The Role of Personal Mastery In Budget Politics To The Realize Social
Welfare.
Leiyu Shi, Novicks n Morrows Public Health Administration, Principles- For Population
Based Managemen, Jones n Barlett Learning, 2014
Rowitz, Louis, Public Health Leadership, Putting Principles into Action, Second Edition,
Jones and Bartlett Publishers, 2014
Saragih, N., & Kiswanto, K. (2023). THE FIFTH DISCIPLINE DALAM LEARNING
ORGANIZATION DI ORGANISASI KESEHATAN. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Indonesia, 1(1), 32-39.

18

Anda mungkin juga menyukai