Makalah TKD Kelompok 1.

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
Rahmat- Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah
yang berjudul Digital Health Intervention: Nasional dan Internasional.

Makalah ini dapat diselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya lah pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan demi
kelancaran dan kelengkapan makalah ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput
dari kekurangan dan kesalahan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang Penulis miliki.

Sebab itu, semua kritik dan saran pembaca akan Penulis terima dengan senang hati
demi perbaikan makalah lebih lanjut. Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi Penulis dan pembaca. Beberapa tantangan terhadap e-health
termasuk kesulitan yang dihadapi ketika menggunakan sistem dan aplikasi, baik oleh
profesional kesehatan dan pasien, serta memastikan keamanan dan privasi data pengguna
yang dikirimkan melalui sistem ini.

Palu, 29 November 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii

BAB Ⅰ PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB ⅠⅠ PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

A. Konsep Dasar Digital Health Intervention ...................................................................... 3

B. Tren Nasional Digital Health Intervention ....................................................................... 4

C. Studi Kasus Internasional – Nasional............................................................................. 5

D. Model dan Metode Digital Health Intervention ............................................................... 8

E. Evaluasi dan Efektivitas Digital Health Intervention ..................................................... 13

F. Tantangan Dan Hambatan Digital Health Intervention ................................................ 14

G. Peluang dan Arah Perkembangan Digital Health Intervention .................................... 15

BAB ⅠⅠⅠ PENUTUP............................................................................................................ 18

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 18

B. Saran ............................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 20

ii
BAB Ⅰ

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi dijaman sekarang ini memudahkan berbagai proses


semakin cepat, efektif, dan tidak perlu waktu lama. Internet merupakan cara yang
efektif untuk mengurangi keterbatasan serta menjembatani pemberian berbagai
layanan kesehatan, termasuk kesehatan mental. Intervensi kesehatan mental
berbasis internet dapat dilakukan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan mental
bagi mereka yang membutuhkan.

Kehadiran teknologi yang terus berkembang tentu memberikan dampak


positif bagi kehidupan setiap orang saat ini termasuk kesehatan mental. Masih
banyak orang-orangg yang mengesampingkan masalah kesehatann mental
sehingga perlu adanya solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut, salah
satunya menggunakan media teknologi internet untuk intervensi kesehatan mental.

Pemanfaatan teknologi digital, termasuk aplikasi perangkat lunak, perangkat


mobile, sensor, dan perangkat wearable, digital health intervention bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Melibatkan sejumlah aspek,
seperti konsultasi kesehatan jarak jauh, edukasi kesehatan, dan pengumpulan serta
analisis data kesehatan.

Keberhasilan e-health di suatu negara terkait dengan beberapa faktor,


termasuk penerimaan pengguna dan jenis infrastruktur, sistem, dan manajemen
yang digunakan. Sementara itu, ada empat pemangku kepentingan yang terlibat
dalam hasil: pengusaha, profesional kesehatan, pasien, dan mereka yang
bertanggung jawab atas kebijakan asuransi dan bantuan kesehatan. Untuk
menerapkan penggunaan teknologi informasi dalam layanan kesehatan secara
efektif, strategi e-health harus dilakukan secara terintegrasi, termasuk
pengembangan norma, undang-undang, atau peraturan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu digital health intervention ?
2. Bagaimana tren nasional digital health intervention?
3. Apa itu best practices internasional?
4. Bagaimana model dan metode digital health intervention?
5. Bagaimana evaluasi dan efektivitas dari digital health intervention
6. Apa tantangan dan hambatan dari digital health intervention?
7. Apa peluang dan bagaimana arah perkembangan digital health intervention?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu konsep dasar digital health intervention
2. Untuk mengetahui bagaimana tren nasional digital health intervention
3. Untuk mengetahui best practices internasional
4. Untuk mengetahui model dan metode digital health intervention
5. Untuk mengetahui evaluasi dan efektivitas digital health intervention
6. Untuk mengetahui tantangan dan hambatan dari digital health intervention
7. Untuk mengetahui peluang dan arah pengembangan digital health intervention

2
BAB ⅠⅠ

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Digital Health Intervention


1. Pengertian Digital Health Intervention
Dalam konteks strategi global Worl Health Organization (WHO) 2020-2025,
kesehatan digital didefinisikan sebagai bidang pengetahuan dan praktik yang terkait
dengan pengembangan dan penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan
kesehatan.
Digital Health Intervention (DHI) atau Intervensi kesehatan digital
didefinisikan sebagai layanan kesehatan yang diberikan secara elektronik melalui
perawatan formal ataupun informal. Intervensi kesehatan digital (DHI) adalah sumber
daya yang menarik untuk memperbaiki berbagai kondisi kesehatan (Kipruto, et al.,
2022). DHI dapat berupa rekam medis elektronik yang digunakan oleh penyedia
layanan kesehatan hingga aplikasi kesehatan seluler yang digunakan oleh
konsumen ( Soobiah, et al., 2020).
2. Manfaat Digital Health Intervention
Intervensi Kesehatan Digital mengacu pada pemanfaatan teknologi digital
dan seluler untuk mendukung system kesehatan dalam pemberian layanan. Dalam
beberapa tahun tahun terakhir, komputasi canggih, genomic, dan kecerdasan buatan
dianggap sebagai bagian dari kesehatan digital (Kipruto, et al., 2022).
DHI disampaikan melalui teknologi digital untuk mendukung beragam
kebutuhan sistem kesehatan dan digunakan baik secara formal maupun formal
secara informal oleh penyedia layanan, pasien, dan pemangku kepentingan
populasi. Contoh teknologi ini mencakup kesehatan nirkabel seluler perangkat
(kesehatan seluler [mHealth]) menggunakan SMS atau ponsel cerdas aplikasi,
sistem telehealth untuk layanan klinis jarak jauh, nirkabel perangkat medis,
perangkat lunak sebagai perangkat medis (misalnya, klinis pendukung keputusan),
pencitraan medis, informasi kesehatan teknologi (HIT), dan portal pasien. Aspek
kesehatan digital lainnya seperti analisis data tingkat lanjut dan kecerdasan buatan
(AI), dapat digunakan sebagai intervensi mandiri atau terintegrasi komponen dalam
teknologi digital. Kesehatan digital teknologi mungkin diatur atau tidak diatur oleh
Badan Pangan dan Pertanian US Food and Drug Administration (FDA) atau diakui
oleh World Health Organization (WHO) (Willis, et al., 2022).

3
B. Tren Nasional Digital Health Intervention
1. Penggunaan teknologi di layanan kesehatan
Perkembangan teknologi kesehatan memiliki banyak macam, salah satunya
ada e-health atau digital health untuk pengguna layanan kesehatan. Menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO), electronic health atau e-health diartikan sebagai
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang hemat biaya dan aman
untuk mendukung berbagai hal di bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan
masyarakat sangat dipengaruhi penggunaan teknologi digital, penerapan intervensi
kesehatan dalam pengembangan teknlogi digital sangat efektif dalam melayani
masyarakat namun pada pemanfaatan teknologi kesehatan di Indonesia masih
sangat sedikit, khususnya aplikasi kesehatan dimana hanya 10% yang
menggunakan aplikasi kesehatan dari total penduduk di Indonesia. Penggunaan dan
peningkatan solusi kesehatan digital dapat merevolusi cara orang di seluruh dunia
mencapai standar kesehatan yang lebih tinggi, dan mengakses layanan untuk
mempromosikan dan melindungi kesehatan dan kesejahteraan mereka. Kesehatan
seluler atau mhealth terdiri dari penggunaan perangkat seluler sehingga pasien
dapat meminta layanan secara elektronik, menggunakan aplikasi untuk
memverifikasi informasi, dan mengelola atau memantau pengobatan atau masalah
atau masalah terkait kesehatan lainnya.
2. Keberhasilan Dan Tantangan
a. Keberhasilan
Keberhasilan e-health di suatu negara terkait dengan beberapa faktor,
termasuk penerimaan pengguna dan jenis infrastruktur, sistem, dan manajemen
yang digunakan. Sementara itu, ada empat pemangku kepentingan yang terlibat
dalam hasil: pengusaha, profesional kesehatan, pasien, dan mereka yang
bertanggung jawab atas kebijakan asuransi dan bantuan kesehatan. Untuk
menerapkan penggunaan teknologi informasi dalam layanan kesehatan secara
efektif, strategi e-health harus dilakukan secara terintegrasi, termasuk
pengembangan norma, undang-undang, atau peraturan. Situasi ini berlaku baik
di bidang telehealth dan mhealth, atau kategori tertentu seperti rekam medis
elektronik atau literasi kesehatan—eLearning (pembelajaran di bidang
kesehatan). Melalui e-health, intervensi kesehatan digital (DHI), seperti terapi
berbantuan, telah terbukti efektif di antara anak-anak dan remaja yang menjalani
perawatan kesehatan mental.

4
b. Tantangan
Beberapa tantangan terhadap e-health termasuk kesulitan yang dihadapi
ketika menggunakan sistem dan aplikasi, baik oleh profesional kesehatan dan
pasien, serta memastikan keamanan dan privasi data pengguna yang dikirimkan
melalui sistem ini.
Tantangan lain dalam e-health adalah interoperabilitas antar sistem. Artinya,
sistem e-health baru harus berinteraksi dengan sistem yang sudah ada, dan
harus ada bahasa elektronik standar antar rumah sakit (atau klinik) untuk
memfasilitasi komunikasi dan pertukaran data, serta kesepakatan formal tentang
bagaimana sistem harus bekerja dengan cara yang terstandar. Selain itu, biaya
penerapan e-health juga menghadirkan tantangan yang mungkin membuat
penerapan sistem tersebut menjadi tidak mungkin dilakukan. Hal ini terkait
dengan tingginya tingkat investasi yang diperlukan untuk membeli peralatan guna
menerapkan praktik yang lebih berkelanjutan dibandingkan sistem tradisional
yang menyimpan catatan kertas, serta biaya untuk mempekerjakan personel
pendukung khusus di bidang teknologi informasi (TI) agar sistem tetap
berjalan.Tantangan lain dalam e-health adalah interoperabilitas antar sistem.
Artinya, sistem e-health baru harus berinteraksi dengan sistem yang sudah ada,
dan harus ada bahasa elektronik standar antar rumah sakit (atau klinik) untuk
memfasilitasi komunikasi dan pertukaran data, serta kesepakatan formal tentang
bagaimana sistem harus bekerja dengan cara yang terstandar. Selain itu, biaya
penerapan e-health juga menghadirkan tantangan yang mungkin membuat
penerapan sistem tersebut menjadi tidak mungkin dilakukan. Hal ini terkait
dengan tingginya tingkat investasi yang diperlukan untuk membeli peralatan guna
menerapkan praktik yang lebih berkelanjutan dibandingkan sistem tradisional
yang menyimpan catatan kertas, serta biaya untuk mempekerjakan personel
pendukung khusus di bidang teknologi informasi (TI) agar sistem tetap berjalan.

C. Studi Kasus Internasional – Nasional


 INTERNASIONAL : ( Digital health interventions for non-communicable disease
management in primary health care in low-and middle-income countries ) Intervensi
Kesehatan Digital Untuk Pengelolaan Penyakit Tidak Menular Di Layanan
Kesehatan Primer Di Negara-Negara Berpendapatan Rendah Dan Menengah.

Intervensi kesehatan digital—yang dikenal sebagai ―fungsi tersendiri dari


teknologi digital yang diterapkan untuk mencapai tujuan kesehatan‖— memiliki potensi
luar biasa untuk mendorong cakupan kesehatan universal dan meningkatkan pemberian

5
layanan kesehatan. Pada bulan Mei 2018, Majelis Kesehatan Dunia mengesahkan
Resolusi Kesehatan Digital, yang mengakui potensi teknologi digital untuk mendukung
sistem kesehatan dengan meningkatkan akuntabilitas, ketersediaan, aksesibilitas,
kontinuitas, pemanfaatan, dan efektivitas layanan kesehatan. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) selanjutnya mengklasifikasikan intervensi kesehatan digital berdasarkan
empat jenis pengguna, termasuk 28 kategori dan 87 subkategori. Pengguna, kategori,
dan subkategori intervensi kesehatan digital ini mencakup berbagai bidang sistem
kesehatan dengan fokus khusus pada pemberian layanan kesehatan. Salah satu bidang
yang memiliki potensi besar untuk ditingkatkan melalui intervensi kesehatan digital
adalah pengelolaan penyakit tidak menular (PTM) di layanan kesehatan primer.
Intervensi kesehatan digital dalam studi tertentu Kami mengidentifikasi total 11 jenis
intervensi kesehatan digital untuk pengelolaan PTM di layanan kesehatan primer dari
studi terpilih, yang mencakup 14 dari 28 kategori berdasarkan klasifikasi kesehatan
digital WHO (Tabel1). Delapan dari intervensi kesehatan digital yang teridentifikasi
digunakan oleh penyedia layanan kesehatan primer, seperti EHR, sistem pendukung
keputusan, dan perangkat telemonitoring. Lima intervensi digunakan oleh klien layanan
kesehatan (yaitu orang dengan NCD), termasuk layanan pesan singkat (SMS), layanan
pesan multimedia, dan respons suara interaktif atau panggilan telepon. Dua diantaranya
digunakan oleh penyedia layanan kesehatan dan klien: platform telecare berbasis
web/online, dan aplikasi ponsel pintar. Perlu dicatat, EHR juga dapat diklasifikasikan
sebagai digunakan untuk ―layanan data‖, jenis pengguna keempat menurut klasifikasi
WHO, mengingat sifat EHR yang mengumpulkan informasi kesehatan dan medis rutin
dari orang-orang yang menggunakan layanan kesehatan. Kami tidak menemukan
intervensi kesehatan digital apa pun yang digunakan oleh pengelola sistem kesehatan
dari studi terpilih.

 NASIONAL : Penggunaan mHealth Mampu Memperbaiki Perilaku Kesehatan


Pasien Penyakit Tidak Menular

Baru-baru ini, aplikasi mhealth juga menarik perhatian di negara dengan


pendapatan rendah dan menengah karena aplikasi mhealth memiliki potensi sebagai
solusi untuk sistem kesehatan yang minim sumber daya dan kualitasnya yang rendah.
Intervensi seluler memiliki fungsi untuk berinteraksi dengan individu dengan frekuensi
yang tinggi dan berfokus pada perilaku (4). Terlepas dari pesatnya perkembangan
teknologi dan tingginya penetrasi penggunaan aplikasi mhealth, tren penyakit saat ini
bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular dan kejadiannya kian
meningkat seperti obesitas, diabetes, penyakit kardiovaskular, kanker, dsb. Penyakit

6
kronis dan faktor risikonya sekarang adalah penyebab utama kematian, disabilitas, dan
kesakitan.

Di seluruh dunia, penyakit kardiovaskular menyebabkan 16.7 juta kematian


setiap tahun, 80% di antaranya terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengahdan diperkirakan menyebabkan tiga perempat beban penyakit di negara
berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun 2030. Studi Bank Dunia
memperkirakan NCD akan membebani ekonomi global sekitar $35 triliun dari 2005
hingga 2030 karena hilangnya produktivitas dan meningkatnya biaya perawatan
kesehatan. Kondisi tersebut membuat target aplikasi mhealth berfokus pada penyakit
kronis, karena dalam mengelola kondisi kronis, layanan konsultasi, resep dan saran
medis yang dilakukan secara periodik dan tepat waktu dianggap lebih efektif
dibandingkan dengan perawatan layanan kesehatan intensif dan teknologi medis yang
mutakhir.

Berdasarkan serangkaian tren perkembangan mHealth dan munculnya masalah


baru terkait penyakit tidak menular atau penyakit kronis yang kian meningkat, perlu
dilakukan penelitian untuk menilai apakah penggunaan mHealth berhubungan dengan
perubahan perilaku kesehatan (Health behavior changes) khususnya pada kasus
penyakit kronis. Hal ini dimaksudkan karena faktor efektifitas dalam pengembangan
mHealth agar lebih bermanfaat dan menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna
(pasien dan penyedia pelayanan kesehatan).

 Perbandingan Keberhasilan Implementasi

Studi kasus Internasional membahas mengidentifikasi kesenjangan dalam


penggunaan intervensi kesehatan digital untuk pengelolaan PTM di layanan kesehatan
primer di negara-negara LMIC dengan membandingkan penelitian yang ada dengan
klasifikasi kesehatan digital WHO sedangkan Studi kasus Nasional membahas
pengaruh penggunaan mHealth terhadap perubahan perilaku kesehatan pada penderita
penyakit kronis dan penderita penyakit tidak menular.

Dari kedua studi kasus tersebut dapat dipahami bahawa pada SKI pedoman
WHO mengenai intervensi digital mengharapkan lebih banyak lagi penguatan sistem
kesehatan3, termasuk peningkatan cakupan layanan kesehatan dan SKN intervensi
perubahan perilaku kesehatan sebaiknya mempertimbangkan teori perilaku yang sesuai
dan metode penyampaian informasi yang relevan.

7
D. Model dan Metode Digital Health Intervention
Beberapa model dan metode digital health intervention secara umum :

1. Mobile health

Mobile health (mHealth) adalah inovasi di sektor kesehatan digital dengan


menyediakan dukungan dan intervensi perawatan kesehatan melalui teknologi
seperti gawai, tablet, dan perangkat elektronik untuk mendukung perawatan
medis. mHealth dijadikan sebagai informasi awal maupun second opinion untuk
mengetahui penyebab sakit hingga penanganan medis yang diperlukan untuk
meredakan simptom (gejala) yang yang dirasakan seseorang (Jannah et al.,
2021). mHealth merupakan inovasi dalam bidang kesehatan yang berguna
membuat perubahan perilaku dan mempromosikan terkait manajemen
kesehatan diluar perawatan di rumah sakit (Arjuna & Sukihananto, 2018).
Definisi m-health yang diungkapkan oleh Global Observatory for eHealth (GOe),
yaitu m-health sebagai praktis medis dan kesehatan masyarakat yang didukung
oleh perangkat seluler, seperti ponsel, perangkat pemantauan pasien, asisten
digital pribadi (Personal Digital Assistants/ PDA), serta perangkat nirkabel
lainnya (Permatasari et al., 2021).

2. Telemedicine

Telemedicine telah menjadi model alternatif untuk menghapus kesenjangan


dalam pemanfaatan layanan kesehatan. Dengan perkembangan pesat
penggunaan teknologi informasi, Telemedicine menawarkan kemungkinan dan
kenyamanan yang lebih besar dalam menyediakan layanan kesehatan melalui
aplikasi internet dan smartphone (Hong et al., 2020). Kemajuan teknologi telah
menyediakan layanan Telemedicine menjadi lebih canggih dalam menyediakan
informasi dan layanan perawatan kesehatan di banyak lokasi (Primaria et al.,
2020).

Telemedicine diartikan sebagai pengobatan jarak jauh, mencakup seluruh


rangkaian aktivitas medis termasuk diagnosis, pengobatan dan pencegahan
penyakit, pendidikan berkelanjutan serta penelitian (Falco et al., 2014).
Telemedicine bertujuan untuk mendukung petugas kesehatan memberikan
perawatan sedekat mungkin dengan pasien, diharapkan untuk dapat mencegah
adanya rujukan ke rumah sakit besar dan mendukung perawatan di tingkat yang
lebih kecil (Falco et al., 2014). Dalam pelayanan kebidanan, Telemedicine telah
digunakan dalam perawatan prenatal, perawatan kesehatan mental, konseling

8
genetik, ekokardiografi janin, USG, pemantauan gangguan penyakit kronis pada
kehamilan, dan aborsi medis (Greiner, 2017)

3. Electronic Health Records (EHR)

EHR adalah catatan online dari data pribadi dan klinis terkait kesehatan
pasien yang dihasilkan dan disimpan dalam pengaturan pemberian layanan
kesehatan. EHR telah menjadi semakin diperlukan, dan digambarkan sebagai
tulang punggung kesehatan digital dan platform utama untuk penyimpanan dan
pengambilan informasi pasien (Issa, 2020). EHR telah diterapkan di organisasi
kesehatan dan keperawatan di seluruh dunia. Sistem ini diaplikasikan agar
organisasai/rumah sakit mencapai beberapa manfaat seperti keselamatan
pasien, dokumentasi yang lebih baik, dan meningkatkan kualitas perawatan
(Strudwick, 2018).

Layanan kesehatan diseluruh dunia saat ini sudah banyak beralih ke


catatan kesehatan elektronik dan mulai meninggalkan catatan kesehatan pada
kertas. Manfaat dari catatan kesehatan elektronik ini telah dipahami dengan baik
oleh pihak manajemen rumah sakit dan tenaga kesehatan namun dalam proses
perubahannya mengalami banyak kendala (Austin, 2016). Perubahan layanan
kesehatan dari kertas ke elektronik berdampak tidak hanya pada kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan tetapi juga pada budaya organisasi lebih luas.
Transformasi harus didukung secara menyeluruh dalam sistem organisasi agar
transisi ini dapat berjalan dan dikelola dengan baik karena apabila tidak
diaplikasikan dengan baik akan menyebabkan kualitas layanan menjadi buruk.
(Austin, 2016).

4. Pesan otomatis atau biasa disebut chatbot

Chatbot adalah sebuah sistem atau perangkat lunak dalam komputer yang
dibangun untuk membuat simulasi sebuah komunikasi atau dialog yang mampu
interaktif kepada manusia melalui suara, teks, atau visual. dialog yang terjadi
antar komputer dan manusia adalah respon program yang telah dibuat dalam
database program komputer.

Chatbot adalah aplikasi dengan kecerdasan buatan yang dapat


berkomunikasi dengan manusia. Ini bisa berbasis teks, atau lisan. chatbot
adalah pada dasarnya digunakan untuk pemberian informasi. Itu bisa berjalan di
PC dan ponsel, meskipun sebagian besar waktu ini diakses melalui internet. Ini
adalah agen percakapan yang berinteraksi dengan pengguna di domain tertentu

9
atau di topik tertentu dengan masukan dalam kalimat bahasa alami. Sebagian
besar chatbot berfungsi oleh pengguna yang mengajukan beberapa pertanyaan
atau memulai topik diskusi baru.

5. Digital Mental Health Services

Di Indonesia, salah satu bentuk layanan telepsikologi yang populer adalah


pemberian konseling daring yang dapat dilakukan melalui media pertemuan,
seperti Zoom atau Google Meet. Di negara maju, layanan telepsikologi seperti ini
bermanfaat sebanding dengan kunjungan langsungdalam hal aliansi terapeutik
dan kepuasan pasien (Gratzer dkk., 2021). Hingga saat ini, di Indonesia baru
ada satu uji coba klinis acak (randomized controlled trial) yang mengevaluasi
kemanjuran program intervensi berbasis internet. Arjadi dkk. (2018)
mengembangkan program aktivasi perilaku secara daring dan terpandu yang
disesuaikan dengan budaya Indonesia. Hasilnya menjanjikan karena dapat
mengurangi gejala depresi dan mengungguli kelompok kontrol yang hanya
diberikan psikoedukasi darin. Data menunjukkan bahwa pengetahuan tentang
efektivitas intervensi berbasis internet di negara berkembang, seperti Indonesia,
memang masih kurang (Fu dkk., 2020).

Khususnya di Indonesia, efektivitas dan manfaat intervensi berbasis internet


juga membutuhkan lebih banyak bukti klinis ilmiah. Hal ini penting mengingat
model intervensi yang tersedia saat ini banyak berasal dari Barat, yang bisa jadi
kurang cocok untuk budaya Indonesia. Isu dalam konteks makro pada layanan
kesehatan mental digital, seperti kondisi keterbatasan jaringan infrastruktur
internet di seluruh wilayah Indonesia yang belum merata, level pengetahuan dan
penerimaan masyarakat mengenai bentuk layanan kesehatan mental digital,
hingga ke level mikro yang mencakup karakteristik individu seperti apa yang
paling cocok mendapatkan layanan dalam bentuk ini, serta bentuk layanan
digital seperti apa yang paling menghasilkan perbaikan klinis yang signifikan,
sangat penting dikaji.

Kita perlu menghindari situasi di mana layanan kesehatan mental digital di


Indonesia hanya menjadi sekedar tren dari kebutuhan yang muncul di
masyarakat. Oleh karena itu, penting sekali bagi peneliti, pemerintah, pemberi
dana, ataupun industri untuk saling bekerja sama dalam mengevaluasi bentuk
layanan ini secara objektif dan ilmiah. Dengan demikian, jika memang terbukti
bahwa bentuk layanan digital ini benar-benar dapat membantu dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, maka ini dapat menjadi sebuah alternatif solusi

10
dalam sistem kesehatan mental di Indonesia. Namun, bila temuan yang
dihasilkan justru sebaliknya, maka kita perlu mengkaji kembali bentuk layanan
lainnya yang mungkin lebih bisa menjangkau secara efektif sesuai dengan
kondisi kultural, geografis, dan sosio-demografis masyarakat Indonesia.

6. e-Health

E-health merupakan salah satu alat untuk promosi kesehatan terbaru


dengan menggunakan alat smartphone menyesuaikan dengan era digital saat ini
(revolusi industri 4.0). Melihat fenomena perkembangan era digital saat ini dan
tingginya deman atas teknologi ini maka peneliti berencana mengembangkan
desain promosi kesehatan khususnya malaria dalam kehamilan, deteksi malaria,
solusi tindakan selanjutnya apabila menderita malaria.

Metode e-Health ―Malaria dan Kehamilan‖ Aplikasi ini memberikan


informasi tentang konsep malaria dalam kehamilan, penyebab malaria, tanda
dan gejala,deteksi dini, pencegahan malaria, dampak malaria bagi ibu dan janin,
perawatan, dan pengobatan. Sejalan dengan teori tentang e-Health berasal dari
kata ―e‖ electronic yang artinya elektronik dan ―health‖ yang berarti kesehatan.

7. Health Belief Model Approach

Health belief model yaitu setiap individu pasti mempunyai kesediaan untuk
berpartisipasi dalam intervensi atau perilaku kesehatan didasari persepsi positif
bahwa sehat adalah sebuah hasil yang sangat berharga. Oleh karena itu, hal ini
bisa untuk memprediksi jika seseorang melaksanakan perilaku kesehatan yang
positif dengan menentukan persepsi seseorang terhadap penyakitnya, kesakitan
atau kecelakaan, mengidentifikasi faktor-faktor pengubah serta kecenderungan
seseorang untuk bertindak Pramono (2018).

Konsep Health Belief Model memberikan gambaran bahwa terdapat 5


variabel independen yang diteliti yaitu persepsi individu untuk dilihat hubungan
dengan variabel dependen berupa kepatuhan menjalankan protokol kesehatan.
Persepsi kerentanan pada Health Belief Model menurut Notoadmojo (2007)
bahwa persepsi kerentanan mengacu pada keyakinan seseorang tentang
kemungkinan mendapatkan penyakit atau suatu kondisi.

8. Model Context, Input, Process & Product (CIPP)

Konsep utama dari model CIPP adalah bahwa tujuan yang paling penting
dari evaluasi adalah tidak untuk membuktikan, tapi untuk meningkatkan

11
(Stufflebeam, 2007). Stufflebeam (2002) konsep inti model CIPP adalah evaluasi
context, evaluasi input, evaluasi process, dan evaluasi product. Evaluasi model
CIPP termasuk dalam kategori memperbaiki atau pertanggungjawaban, dan
salah satu model evaluasi yang paling banyak diterapkan (Zhang, et al., 2011).

Model CIPP didasarkan pada definisi evaluasi secara umum dan


secaoperasional, penggunaan evaluasi, dan standar profesional untuk
membimbing dan menilai evaluasi. Stufflebeam dan Coryn (2014)
mendefinisikan evaluasi secara umum yakni merupakan penyelidikan sistematis
pada nilai-nilai suatu objek, dan secara operasional, evaluasi merupakan proses
menggambarkan, memperoleh, pelaporan, dan menerapkan dan
mendeskripsikan dan mengambil keputusan dari informasi tentang nilai suatu
objek, seperti yang didefinisikan oleh kriteria seperti kualitas, kegunaan,
kejujuran, ekuitas, kelayakan, biaya, efisiensi, keamanan dan signifikansi.

9. Media Android-Based Digital Radio

Perancangan media radio digital berbasis android menggunakan model


ADDIE. Model ini merupakan model yang melibatkan tahap-tahap
pengembangan model dengan lima langkah meliputi analisis, desain,
pengembangan, implementasi dan evaluasi. Model ini dapat digunakan untuk
berbagaimacam model, strategi pembelajaran, media dan bahan ajar. Akses
internet yang mudah dan lancar membuat kebutuhan untuk menggunakan
teknologi informasi meningkat. Hampir semua masyarakat Indonesia memiliki
media informasi digital seperti smartphoneatau HP canggih. Pada model ADDIE
dilakukan terlebih dahulu tahapan analysis untuk mengidentifikasi masalah
mengenai kebutuhan perancangan media radio digital berbasis android.

Pengembangan model radio digital berbasis android ini menggunakan


penelitian pengembangan (research and development). Pelaksanaan research
and development menggunakan model ADDIE. Model pengembangan ADDIE
terdiri dari lima tahapan yang meliputi analisis (analysis), desain (design),
pengembangan (development), implementasi (implementation) dan evaluasi
(evaluation). Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya melakukan tiga tahapan
yaitu analisis (analysis), desain (design) dan pengembangan (development).
Model digital berbasis android memberikan dampak positif bagi pengetahuan
dan sikap dikalangan mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa model dapat
dikembangkan di kalangan masyarakat yang lebih luas.

12
E. Evaluasi dan Efektivitas Digital Health Intervention
Data menunjukkan bahwa pengetahuan tentang efektivitas intervensi berbasis
internet di negara berkembang, seperti Indonesia, memang masih kurang (Fu dkk.,
2020). Khususnya di Indonesia, efektivitas dan manfaat intervensi berbasis internet juga
membutuhkan lebih banyak bukti klinis ilmiah. Hal ini penting mengingat model
intervensi yang tersedia saat ini banyak berasal dari Barat, yang bisa jadi kurang cocok
untuk budaya Indonesia. Isu dalam konteks makro pada layanan kesehatan mental
digital, seperti kondisi keterbatasan jaringan infrastruktur internet di seluruh wilayah
Indonesia yang belum merata, level pengetahuan dan penerimaan masyarakat
mengenai bentuk layanan kesehatan mental digital, hingga ke level mikro yang
mencakup karakteristik individu seperti apa yang paling cocok mendapatkan layanan
dalam bentuk ini, serta bentuk layanan digital seperti apa yang paling menghasilkan
perbaikan klinis yang signifikan, sangat penting dikaji. Termasuk adalah mungkin
tidaknya solusi alternatif yang bisa dilakukan untuk lebih bisa menjangkau lebih banyak
individu yang mengalami tantangan dalam keterbatasan infrastruktur internet, misalnya
sejauh mana Puskesmas nantinya dapat menjadi salah satu pusat untuk mengakses
layanan digital. Berikut merupakan kriteria evaluasi dalam intervensi kesehatan digital :
a. Keberlanjutan intervensi kesehatan digital melibatkan faktor-faktor seperti
dukungan pembiayaan jangka panjang, integrasi dengan sistem kesehatan yang
ada, penerimaan masyarakat, pemeliharaan. teknologi, serta adaptasi terhadap
perkembangan teknologi dan kebutuhan pengguna.
b. Keamanan data dalam intervensi kesehatan digital menjadi krusial, melibatkan
enkripsi data, kepatuhan 2 regulasi privasi, perlindungan terhadap ancaman
siber, akses terbatas, dan transparansi terkait penggunaan serta penyimpanan
informasi kesehatan.
c. Keterlibatan pengguna dalam intervensi kesehatan digital mencakup desain
yang ramah pengguna, partisipasi aktif, umpan balik pengguna, pelibatan
masyarakat, dan penyesuaian solusi dengan kebutuhan serta preferensi
individu.
d. Efektivitas klinis dalam intervensi kesehatan digital diukur melalui hasil
kesehatan yang terukur secara objektif, bukti ilmiah, serta kemampuan intervensi
untuk mencapai tujuan medis atau kesehatan yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan parameter klinis yang relevan.

13
F. Tantangan Dan Hambatan Digital Health Intervention
a. Keamanan Data
Pendaftaran DHI dalam basis data bersifat sukarela. Hal ini menimbulkan
kemungkinan hilangnya DHI yang tidak terdaftar di Afrika Sub-Sahara. Ketiga,
hanya sedikit DHI yang berkembang setelah tahap uji coba. Hal ini
mengakibatkan minimnya atau tidak adanya dokumentasi intervensi kesehatan
digital ini dalam jurnal, repositori, dan literatur abu-abu. DHI semacam itu pasti
akan terlewatkan oleh tinjauan cakupan. Untuk meminimalkan efek dari
keterbatasan ini, kami menyusun pencarian dengan cara yang meningkatkan
kelengkapan dan inklusivitas sambil meminimalkan kekhususan.
b. Integrasi Sistem Kesehatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi daftar DHI
prioritas yang dapat diimplementasikan di lingkungan dengan sumber daya
terbatas untuk memperkuat sistem kesehatan. Daftar tersebut mencakup
teknologi untuk meningkatkan pendaftaran statistik vital, intervensi untuk
memfasilitasi manajemen rantai pasokan, platform untuk implementasi
telemedicine, saluran untuk berkomunikasi dengan klien, peluang untuk
meningkatkan akses ke rekam medis, repositori pengetahuan untuk mendukung
keputusan klinis, dan intervensi pembelajaran dan pelatihan digital untuk tenaga
kesehatan. Selain itu, WHO telah mengembangkan panduan investasi
implementasi digital (DIG) yang menyediakan peta jalan untuk memfasilitasi
integrasi DHI ke dalam program kesehatan. Panduan ini menguraikan proses
identifikasi DHI yang ideal untuk konteks tertentu berdasarkan pengalaman
sebelumnya dan menawarkan pendekatan sistematis terhadap siklus proyek
untuk meningkatkan peluang keberhasilan integrasi DHI . Para peneliti telah
menunjukkan potensi DHI untuk mendukung sistem kesehatan secara global;
bukti yang dihasilkan sebagian besar dalam skala kecil dan menargetkan area
fokus kesehatan tertentu. Hal ini termasuk tetapi tidak terbatas pada: penggunaan
teknologi digital untuk mendukung
Keputusan klinis, dan intervensi pembelajaran dan pelatihan digital untuk
tenaga kesehatan. Selain itu, WHO telah mengembangkan panduan investasi
implementasi digital (DIIG) yang menyediakan peta jalan untuk memfasilitasi
integrasi DHI ke dalam program kesehatan. Panduan ini menguraikan proses
identifikasi DHI yang ideal untuk konteks tertentu berdasarkan pengalaman
sebelumnya dan menawarkan pendekatan sistematis terhadap siklus proyek
untuk meningkatkan peluang keberhasilan integrasi DHI Para peneliti telah
menunjukkan potensi DHI untuk mendukung sistem kesehatan secara global;

14
bukti yang dihasilkan sebagian besar dalam skala kecil dan menargetkan area
fokus kesehatan tertentu. Hal ini termasuk tetapi tidak terbatas pada: penggunaan
teknologi digital untuk mendukung pemberian layanan selama wabah penyakit
seperti yang terjadi selama pandemi Covid-19 untuk menawarkan layanan dengan
hasil yang positif. Sistem informasi kesehatan merupakan tulang punggung untuk
proses pengambilan keputusan berbasis bukti di semua tingkat sistem kesehatan.
Teknologi digital menawarkan kesempatan untuk meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan data untuk mendukung sistem kesehatan. Tinjauan ruang lingkup ini
akan mengidentifikasi dan merangkum upaya kesehatan digital yang bertujuan
untuk mengurangi tantangan sistem kesehatan di Afrika Sub-Sahara. Kajian ini
akan menghasilkan bukti terkini untuk memandu investasi di masa depan dan
menyoroti area-area yang berpotensi mengatasi tantangan yang masih ada dalam
sistem kesehatan.
c. Penerimaan Masyarakat
Tantangan yang sama (seperti halnya UKM) juga terjadi dalam menavigasi
infrastruktur sistem layanan kesehatan yang kompleks, menghadapi penolakan
budaya terhadap solusi digital, dan mengidentifikasi peneliti utama yang tepat
untuk studi evaluasi. Meskipun terdapat kolaborasi yang sudah lama terjalin
antara perusahaan besar di bidang ilmu kesehatan dan ilmu hayati dan peneliti
utama, misalnya uji klinis untuk pengembangan obat, kelompok peneliti ini
mungkin tidak bersedia melakukan penelitian untuk mengevaluasi solusi digital,
karena memerlukan pengaturan, kemampuan, dan juga solusi yang berbeda.
memberikan keluaran ilmiah yang berbeda—manfaat pada tingkat operasional
yang berdampak pada biaya dan hasil pasien secara tidak langsung
dibandingkan dengan obat yang dapat meningkatkan hasil pasien secara
langsung.

G. Peluang dan Arah Perkembangan Digital Health Intervention


a. Inovasi Teknologi Terkini
Penggunaan teknologi informasi di pelayanan kesehatan melahirkan sebuah
istilah yang disebut digital health. Digital health merupakan suatu bentuk inovasi
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan dan memberikan intervensi kesehatan yang efektif (1).
Digital health mencakup electronic health (e-Health), mobile health (m-Health),
dan big data di bidang kesehatan (2). Digital health berperan penting dalam
pelayanan kesehatan. Berbagai jenis teknologi seperti aplikasi pemantauan
kesehatan personal, aplikasi mobile, telemedicine, dan berbagai sistem informasi

15
kesehatan digunakan untuk mendukung pemberian pelayanan kesehatan yang
lebih baik. Inovasi teknologi mobile seperti aplikasi pelacakan kontak, penilaian
risiko kesehatan, pemantauan, dan pemberian informasi kesehatan. untuk kasus
depresi di seluruh layanan kesehatan mental komunitas menunjukkan bahwa
sebagian besar peserta menyambut baik inovasi penerapan ICBT karena dapat
meningkatkan akses ke perawatan untuk orang-orang yang terisolasi secara
geografis dan mengurangi stigma yang terkait dengan perawatan kesehatan
mental Mobile Health adalah suatu bentuk inovasi dan kemajuan dari teknologi e-
health yang dimanfaatkan dalam dunia kesehatan dimana inovasi ini diharapkan
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan
smartphone.
b. Kolaborasi
Kolaborasi global dapat membantu menyelesaikan uji coba lebih cepat untuk
mendapatkan jawaban yang dapat menyelamatkan nyawa. kolaborasi
internasional untuk mengurangi duplikasi upaya dan merupakan seruan bagi
para peneliti untuk mengambil tindakan untuk menggabungkan data individu
pasien di seluruh uji coba serupa dan untuk menilai kemanjuran dan keamanan
intervensi di seluruh subkelompok pasien utama. konsep kolaborasi global untuk
melakukan dan menyelesaikan uji coba dengan lebih baik dan lebih cepat,
sehingga mengurangi biaya dan pemborosan penelitian. Dengan bekerja sama.
kolaborasi internasional yang mendesak dan solusi inovatif di masa depan untuk
memecahkan masalah ini. Hal ini juga menyoroti perlunya memperkuat jaringan
dan kolaborasi interdisipliner karena tujuan penelitian dan hasil utama mungkin
berbeda meskipun mempelajari intervensi serupa pada populasi yang sama.,
Dengan belajar dari pengalaman kolektif dan berkolaborasi dengan rekan-rekan
industri dan pembuat kebijakan, kita dapat menerapkan dan mengoptimalkan
teknologi digital untuk membangun peta jalan global. kolaborasi antarprofesional
dan antarorganisasi semakin dianggap penting untuk mempertahankan dan
meningkatkan kualitas layanan. kolaborasi akan membantu mendorong tujuan,
dampak, dan kesenjangan lebih lanjut dari intervensi tertentu, baik yang
berkaitan dengan aspek fungsional maupun aspek normatif dari kolaborasi.
c. Peningkatan Keterlibatan Masyarakat
Pendekatan digital terhadap keterlibatan masyarakat sangat penting karena
dua alasan. Pertama, pandemi COVID-19 telah menyebabkan transisi dari
banyak aktivitas keterlibatan masyarakat yang biasanya dilakukan secara tatap
muka menjadi adaptasi digital. Meskipun terdapat manfaat bagi keterlibatan
masyarakat, terdapat juga kelemahan yang terkait dengan teknologi digital ketika

16
menerapkan komponen atau proses uji coba. Pertama, masih adanya
kesenjangan digital membuat masyarakat tidak dapat berpartisipasi dalam
aktivitas digital tersebut27. Seringkali orang lanjut usia, penyandang disabilitas,
dan orang-orang yang kurang mampu secara finansial dikucilkan secara digital.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat melalui pendekatan digital dapat
mendukung proses dan hasil yang adil dalam uji klinis.

17
BAB ⅠⅠⅠ

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. Digital Health Intervention (DHI) atau Intervensi kesehatan digital didefinisikan
sebagai layanan kesehatan yang diberikan secara elektronik melalui perawatan
formal ataupun informal. Intervensi kesehatan digital (DHI) adalah sumber daya
yang menarik untuk memperbaiki berbagai kondisi kesehatan. Intervensi Kesehatan
Digital mengacu pada pemanfaatan teknologi digital dan seluler untuk mendukung
system kesehatan dalam pemberian layanan. Dalam beberapa tahun tahun terakhir,
komputasi canggih, genomic, dan kecerdasan buatan dianggap sebagai bagian dari
kesehatan digital.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi penggunaan teknologi digital,
penerapan intervensi kesehatan dalam pengembangan teknlogi digital sangat efektif
dalam melayani masyarakat namun pada pemanfaatan teknologi kesehatan di
Indonesia masih sangat sedikit, khususnya aplikasi kesehatan dimana hanya 10%
yang menggunakan aplikasi kesehatan dari total penduduk di Indonesia.
3. Keberhasilan e-health di suatu negara terkait dengan beberapa faktor, termasuk
penerimaan pengguna dan jenis infrastruktur, sistem, dan manajemen yang
digunakan. Sementara itu, ada empat pemangku kepentingan yang terlibat dalam
hasil: pengusaha, profesional kesehatan, pasien, dan mereka yang bertanggung
jawab atas kebijakan asuransi dan bantuan kesehatan. Adapun Beberapa tantangan
terhadap e-health termasuk kesulitan yang dihadapi ketika menggunakan sistem
dan aplikasi, baik oleh profesional kesehatan dan pasien, serta memastikan
keamanan dan privasi data pengguna yang dikirimkan melalui sistem ini.
4. Adapun beberapa model dan metode digital health intervention secara umum:
Mobile health, Telemedicine, Electronic Health Records (HER), Pesan otomatis atau
biasa disebut chatbot, Digital Mental Health Services, E-health, Health Belief Model
Approach, Model Context, Input, Process & Product (CIPP) dan Media Android-
Based Digital Radio.
5. Efektivitas dan manfaat intervensi berbasis internet juga membutuhkan lebih banyak
bukti klinis ilmiah. Hal ini penting mengingat model intervensi yang tersedia saat ini
banyak berasal dari Barat, yang bisa jadi kurang cocok untuk budaya Indonesia.
6. Tantangan Dan Hambatan Digital Health Intervention yaitu: keamanan data,
integrasi sistem kesehatan dan penerimaan masyarakat. Untuk peluang dan arah
perkembangan digital health intervention antara lain inovasi teknologi terkini,
kolaborasi dan peningkatan keterlibatan masyarakat.

B. Saran
Intervensi kesehatan digital dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan
kesehatan, maka dari itu perlu adanya pertimbangan pengembangan aplikasi untuk
memantau kondisi kesehatan, mengintegrasikan catatan medis elektronik, dan menyediakan

18
informasi kesehatan yang mudah diakses. Penting juga untuk memastikan keamanan data
pasien dan melibatkan para profesional kesehatan dalam pengembangan solusi digital.

19
DAFTAR PUSTAKA

Soobiah, C., Cooper, M., Kishimoto, V. & Zelmer, J., 2020. Identifying optimal frameworks to
implement or evaluate digital health interventions: a scoping review protocol. BMJ
Open, 10(11), pp. 1-5.

Kipruto, H., Muneene, . D. & Droti, B., 2022. Use of Digital Health Interventions in Sub-
Saharan Africa for Health Systems Strengthening Over Last 10 Years: A Scoping
Review protocol. Frontiers, Volume 4, pp. 1-5.

World Health Organization., 2021. Strategi Global Kesehatan Digital 2020-2025. Jenewa:
WHO.

Willis, V. C., Craig, K. . J. T., Jabbarpou, Y. & Scheufele, . E. L., 2022. Digital Health
Interventions to Enhance Prevention in Primary Care: Scoping Review. JMIR
MEDICAL INFORMATICS, 10(1), pp. 1-27.

Sutabri, T., Enjelika, D., Mujiranda, S., & Virna, L. (2023). Transformasi Digital di Puskesmas
Menuju Pelayanan Kesehatan yang Lebih Efisien dan Berkualitas. IJM: Indonesian
Journal of Multidisciplinary, 1(5), 1705-1716.

Meisari, W. A., & Nurhayati-Nurhayati, A. (2022). Pengenalan E-Health kepada Masyarakat


untuk Pengurangan Mobilitas ke Fasilatas Kesehatan di Kelurahan Pucangsawit
Jebres. Empowerment Journal, 2(1), 26-30.

Utomo, H. P. (2019). URGENCY OF LEGAL PROTECTION FOR PATIENTS PERSONAL


DATA IN TECHNOLOGY-BASED HEALTH SERVICES IN INDONESIA. Dinamika
Hukum & Masyarakat, 2(2).

World Health Organization. WHO Guideline: Recommendations on Digital Interventions for


Health System Strengthening: Executive Summary (World Health Organization,
2019).

World Health Organization. Classification of Digital Health Interventions v1. 0: AShared


Language to Describe the Uses of Digital Technology for Health (World Health
Organization, 2018).

World Health Organization. Operational Framework for Primary Health Care:Transforming


Vision into Action (World Health Organization, 2020)

20
Kemp S. Digital 2019: Global Digital Overview [Internet]. 2019. Available from:
https://datareportal.com/reports/digit al-2019-global-digital-overview

Cho YM, Lee S, Islam SMS, Kim SY. Theories applied to m-health interventions for behavior
change in low- and middle-income countries: A systematic review. Telemedicine and
e-Health. 2018;24(10):727–41.

U.S. Food & Drug Administration. Device Software Functions Including Mobile Medical
Applications | FDA [Internet]. 2019. Available from: https://www.fda.gov/medical-
devices/digital-health-center-excellence/device-software-functions-including-mobile-
medical-applications

Annur, C. M. (2022, Februari 15). Ada 204,7 juta pengguna internet di Indonesia awal
2022.https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/23/ada-2047-juta-
pengguna-internet-di- indonesia-awal-2022

Arjadi, R., Nauta, M. H., Scholte, W. F., Hollon, S. D., Chowdhary, N., Suryani, A. O.,
Uiterwaal, C. S. P. M., & Bockting, C. L. H. (2018). Internet-based behavioural
activation with lay counsellor support versus online minimal psychoeducation without
support for treatment of depression: A randomised controlled trial in Indonesia. The
Lancet Psychiatry, 5(9), 707–716. https://doi.org/10.1016/S2215-0366(18)30223-2

Martin GP, Jenkins DA, Bull L. Sisk R, Lin L, Hulme W, dkk Menuju kerangka kerja untuk
desain, implementasi, dan pelaporan tinjauan cakupan metodologi. Clin Epidemiol.
(2020) 127: 191-7. doi: 10.1016 2020.07.014

Organisasi Kesehatan Dunia. Panduan Investasi Implementasi Digital Mengintegrasikan


Intervensi Digital ke dalam Program Kesehatan. Jenewa Organisasi Kesehatan
Dunia (2020).

Guo, C., Ashrafian, H., Ghafur, S., Fontana, G., Gardner, C., & Prime, M. (2020). Challenges
for the evaluation of digital health solutions—A call for innovative evidence
generation approaches. NPJ digital medicine, 3(1), 110.

Voliana, Frida, and Yunita Sari. "Evidence Based Nursing Penatalaksanaan Stroke melalui
Penggunaan Mobile Health Terhadap Pengendalian Paska Stroke." Journal of
Telenursing (JOTING) 5.1 (2023): 1103-1113.

Sitanggang, Hotmauli BR. "Intervensi Penggunaan Telemedicine Dalam Pelayanan


Antenatal Care: Systematic Review." Journal of Health and Medical Science (2022):
164-175.

21
Listiyandini, R. A. (2023). Layanan kesehatan mental digital: Urgensi riset dan
penerapannya di Indonesia. Jurnal Psikologi Ulayat, 10(1), 1-4.

Kapitan, M., Beta, M. O., Selasa, P., Mulhaeriah, M., & Meme, M. Y. (2023). Artikel Metode
e-Health‖ Malaria dan Kehamilan‖. Window of Health: Jurnal Kesehatan, 190-198.

Afro, R. C., Isfiya, A., & Rochmah, T. N. (2020). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Terhadap Protokol Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Pada Masyarakat
Jawa Timur: Pendekatan Health Belief Model. Journal of community mental health
and public policy, 3(1), 1-10.

Raibowo, S., & Nopiyanto, Y. E. (2020). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani


Olahraga & Kesehatan pada SMP Negeri Se-Kabupaten Mukomuko melalui
Pendekatan Model Context, Input, Process & Product (CIPP). Jurnal Pendidikan
Kesehatan Rekreasi, 6(2), 146-165.

Widdefrita, W., Amos, J., & Pratiwi, M. I. (2023). Perubahan Perilaku Kesiagaan Bencana
melalui Penggunaan Media Android-Based Digital Radio pada Mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Padang. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health
Promotion and Behavior, 5(1), 42-52.

22

Anda mungkin juga menyukai