Makalah TKD Kelompok 1.
Makalah TKD Kelompok 1.
Makalah TKD Kelompok 1.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
Rahmat- Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah
yang berjudul Digital Health Intervention: Nasional dan Internasional.
Makalah ini dapat diselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya lah pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan demi
kelancaran dan kelengkapan makalah ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput
dari kekurangan dan kesalahan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang Penulis miliki.
Sebab itu, semua kritik dan saran pembaca akan Penulis terima dengan senang hati
demi perbaikan makalah lebih lanjut. Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi Penulis dan pembaca. Beberapa tantangan terhadap e-health
termasuk kesulitan yang dihadapi ketika menggunakan sistem dan aplikasi, baik oleh
profesional kesehatan dan pasien, serta memastikan keamanan dan privasi data pengguna
yang dikirimkan melalui sistem ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................................. 18
ii
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu digital health intervention ?
2. Bagaimana tren nasional digital health intervention?
3. Apa itu best practices internasional?
4. Bagaimana model dan metode digital health intervention?
5. Bagaimana evaluasi dan efektivitas dari digital health intervention
6. Apa tantangan dan hambatan dari digital health intervention?
7. Apa peluang dan bagaimana arah perkembangan digital health intervention?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu konsep dasar digital health intervention
2. Untuk mengetahui bagaimana tren nasional digital health intervention
3. Untuk mengetahui best practices internasional
4. Untuk mengetahui model dan metode digital health intervention
5. Untuk mengetahui evaluasi dan efektivitas digital health intervention
6. Untuk mengetahui tantangan dan hambatan dari digital health intervention
7. Untuk mengetahui peluang dan arah pengembangan digital health intervention
2
BAB ⅠⅠ
PEMBAHASAN
3
B. Tren Nasional Digital Health Intervention
1. Penggunaan teknologi di layanan kesehatan
Perkembangan teknologi kesehatan memiliki banyak macam, salah satunya
ada e-health atau digital health untuk pengguna layanan kesehatan. Menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO), electronic health atau e-health diartikan sebagai
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang hemat biaya dan aman
untuk mendukung berbagai hal di bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan
masyarakat sangat dipengaruhi penggunaan teknologi digital, penerapan intervensi
kesehatan dalam pengembangan teknlogi digital sangat efektif dalam melayani
masyarakat namun pada pemanfaatan teknologi kesehatan di Indonesia masih
sangat sedikit, khususnya aplikasi kesehatan dimana hanya 10% yang
menggunakan aplikasi kesehatan dari total penduduk di Indonesia. Penggunaan dan
peningkatan solusi kesehatan digital dapat merevolusi cara orang di seluruh dunia
mencapai standar kesehatan yang lebih tinggi, dan mengakses layanan untuk
mempromosikan dan melindungi kesehatan dan kesejahteraan mereka. Kesehatan
seluler atau mhealth terdiri dari penggunaan perangkat seluler sehingga pasien
dapat meminta layanan secara elektronik, menggunakan aplikasi untuk
memverifikasi informasi, dan mengelola atau memantau pengobatan atau masalah
atau masalah terkait kesehatan lainnya.
2. Keberhasilan Dan Tantangan
a. Keberhasilan
Keberhasilan e-health di suatu negara terkait dengan beberapa faktor,
termasuk penerimaan pengguna dan jenis infrastruktur, sistem, dan manajemen
yang digunakan. Sementara itu, ada empat pemangku kepentingan yang terlibat
dalam hasil: pengusaha, profesional kesehatan, pasien, dan mereka yang
bertanggung jawab atas kebijakan asuransi dan bantuan kesehatan. Untuk
menerapkan penggunaan teknologi informasi dalam layanan kesehatan secara
efektif, strategi e-health harus dilakukan secara terintegrasi, termasuk
pengembangan norma, undang-undang, atau peraturan. Situasi ini berlaku baik
di bidang telehealth dan mhealth, atau kategori tertentu seperti rekam medis
elektronik atau literasi kesehatan—eLearning (pembelajaran di bidang
kesehatan). Melalui e-health, intervensi kesehatan digital (DHI), seperti terapi
berbantuan, telah terbukti efektif di antara anak-anak dan remaja yang menjalani
perawatan kesehatan mental.
4
b. Tantangan
Beberapa tantangan terhadap e-health termasuk kesulitan yang dihadapi
ketika menggunakan sistem dan aplikasi, baik oleh profesional kesehatan dan
pasien, serta memastikan keamanan dan privasi data pengguna yang dikirimkan
melalui sistem ini.
Tantangan lain dalam e-health adalah interoperabilitas antar sistem. Artinya,
sistem e-health baru harus berinteraksi dengan sistem yang sudah ada, dan
harus ada bahasa elektronik standar antar rumah sakit (atau klinik) untuk
memfasilitasi komunikasi dan pertukaran data, serta kesepakatan formal tentang
bagaimana sistem harus bekerja dengan cara yang terstandar. Selain itu, biaya
penerapan e-health juga menghadirkan tantangan yang mungkin membuat
penerapan sistem tersebut menjadi tidak mungkin dilakukan. Hal ini terkait
dengan tingginya tingkat investasi yang diperlukan untuk membeli peralatan guna
menerapkan praktik yang lebih berkelanjutan dibandingkan sistem tradisional
yang menyimpan catatan kertas, serta biaya untuk mempekerjakan personel
pendukung khusus di bidang teknologi informasi (TI) agar sistem tetap
berjalan.Tantangan lain dalam e-health adalah interoperabilitas antar sistem.
Artinya, sistem e-health baru harus berinteraksi dengan sistem yang sudah ada,
dan harus ada bahasa elektronik standar antar rumah sakit (atau klinik) untuk
memfasilitasi komunikasi dan pertukaran data, serta kesepakatan formal tentang
bagaimana sistem harus bekerja dengan cara yang terstandar. Selain itu, biaya
penerapan e-health juga menghadirkan tantangan yang mungkin membuat
penerapan sistem tersebut menjadi tidak mungkin dilakukan. Hal ini terkait
dengan tingginya tingkat investasi yang diperlukan untuk membeli peralatan guna
menerapkan praktik yang lebih berkelanjutan dibandingkan sistem tradisional
yang menyimpan catatan kertas, serta biaya untuk mempekerjakan personel
pendukung khusus di bidang teknologi informasi (TI) agar sistem tetap berjalan.
5
layanan kesehatan. Pada bulan Mei 2018, Majelis Kesehatan Dunia mengesahkan
Resolusi Kesehatan Digital, yang mengakui potensi teknologi digital untuk mendukung
sistem kesehatan dengan meningkatkan akuntabilitas, ketersediaan, aksesibilitas,
kontinuitas, pemanfaatan, dan efektivitas layanan kesehatan. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) selanjutnya mengklasifikasikan intervensi kesehatan digital berdasarkan
empat jenis pengguna, termasuk 28 kategori dan 87 subkategori. Pengguna, kategori,
dan subkategori intervensi kesehatan digital ini mencakup berbagai bidang sistem
kesehatan dengan fokus khusus pada pemberian layanan kesehatan. Salah satu bidang
yang memiliki potensi besar untuk ditingkatkan melalui intervensi kesehatan digital
adalah pengelolaan penyakit tidak menular (PTM) di layanan kesehatan primer.
Intervensi kesehatan digital dalam studi tertentu Kami mengidentifikasi total 11 jenis
intervensi kesehatan digital untuk pengelolaan PTM di layanan kesehatan primer dari
studi terpilih, yang mencakup 14 dari 28 kategori berdasarkan klasifikasi kesehatan
digital WHO (Tabel1). Delapan dari intervensi kesehatan digital yang teridentifikasi
digunakan oleh penyedia layanan kesehatan primer, seperti EHR, sistem pendukung
keputusan, dan perangkat telemonitoring. Lima intervensi digunakan oleh klien layanan
kesehatan (yaitu orang dengan NCD), termasuk layanan pesan singkat (SMS), layanan
pesan multimedia, dan respons suara interaktif atau panggilan telepon. Dua diantaranya
digunakan oleh penyedia layanan kesehatan dan klien: platform telecare berbasis
web/online, dan aplikasi ponsel pintar. Perlu dicatat, EHR juga dapat diklasifikasikan
sebagai digunakan untuk ―layanan data‖, jenis pengguna keempat menurut klasifikasi
WHO, mengingat sifat EHR yang mengumpulkan informasi kesehatan dan medis rutin
dari orang-orang yang menggunakan layanan kesehatan. Kami tidak menemukan
intervensi kesehatan digital apa pun yang digunakan oleh pengelola sistem kesehatan
dari studi terpilih.
6
kronis dan faktor risikonya sekarang adalah penyebab utama kematian, disabilitas, dan
kesakitan.
Dari kedua studi kasus tersebut dapat dipahami bahawa pada SKI pedoman
WHO mengenai intervensi digital mengharapkan lebih banyak lagi penguatan sistem
kesehatan3, termasuk peningkatan cakupan layanan kesehatan dan SKN intervensi
perubahan perilaku kesehatan sebaiknya mempertimbangkan teori perilaku yang sesuai
dan metode penyampaian informasi yang relevan.
7
D. Model dan Metode Digital Health Intervention
Beberapa model dan metode digital health intervention secara umum :
1. Mobile health
2. Telemedicine
8
genetik, ekokardiografi janin, USG, pemantauan gangguan penyakit kronis pada
kehamilan, dan aborsi medis (Greiner, 2017)
EHR adalah catatan online dari data pribadi dan klinis terkait kesehatan
pasien yang dihasilkan dan disimpan dalam pengaturan pemberian layanan
kesehatan. EHR telah menjadi semakin diperlukan, dan digambarkan sebagai
tulang punggung kesehatan digital dan platform utama untuk penyimpanan dan
pengambilan informasi pasien (Issa, 2020). EHR telah diterapkan di organisasi
kesehatan dan keperawatan di seluruh dunia. Sistem ini diaplikasikan agar
organisasai/rumah sakit mencapai beberapa manfaat seperti keselamatan
pasien, dokumentasi yang lebih baik, dan meningkatkan kualitas perawatan
(Strudwick, 2018).
Chatbot adalah sebuah sistem atau perangkat lunak dalam komputer yang
dibangun untuk membuat simulasi sebuah komunikasi atau dialog yang mampu
interaktif kepada manusia melalui suara, teks, atau visual. dialog yang terjadi
antar komputer dan manusia adalah respon program yang telah dibuat dalam
database program komputer.
9
atau di topik tertentu dengan masukan dalam kalimat bahasa alami. Sebagian
besar chatbot berfungsi oleh pengguna yang mengajukan beberapa pertanyaan
atau memulai topik diskusi baru.
10
dalam sistem kesehatan mental di Indonesia. Namun, bila temuan yang
dihasilkan justru sebaliknya, maka kita perlu mengkaji kembali bentuk layanan
lainnya yang mungkin lebih bisa menjangkau secara efektif sesuai dengan
kondisi kultural, geografis, dan sosio-demografis masyarakat Indonesia.
6. e-Health
Health belief model yaitu setiap individu pasti mempunyai kesediaan untuk
berpartisipasi dalam intervensi atau perilaku kesehatan didasari persepsi positif
bahwa sehat adalah sebuah hasil yang sangat berharga. Oleh karena itu, hal ini
bisa untuk memprediksi jika seseorang melaksanakan perilaku kesehatan yang
positif dengan menentukan persepsi seseorang terhadap penyakitnya, kesakitan
atau kecelakaan, mengidentifikasi faktor-faktor pengubah serta kecenderungan
seseorang untuk bertindak Pramono (2018).
Konsep utama dari model CIPP adalah bahwa tujuan yang paling penting
dari evaluasi adalah tidak untuk membuktikan, tapi untuk meningkatkan
11
(Stufflebeam, 2007). Stufflebeam (2002) konsep inti model CIPP adalah evaluasi
context, evaluasi input, evaluasi process, dan evaluasi product. Evaluasi model
CIPP termasuk dalam kategori memperbaiki atau pertanggungjawaban, dan
salah satu model evaluasi yang paling banyak diterapkan (Zhang, et al., 2011).
12
E. Evaluasi dan Efektivitas Digital Health Intervention
Data menunjukkan bahwa pengetahuan tentang efektivitas intervensi berbasis
internet di negara berkembang, seperti Indonesia, memang masih kurang (Fu dkk.,
2020). Khususnya di Indonesia, efektivitas dan manfaat intervensi berbasis internet juga
membutuhkan lebih banyak bukti klinis ilmiah. Hal ini penting mengingat model
intervensi yang tersedia saat ini banyak berasal dari Barat, yang bisa jadi kurang cocok
untuk budaya Indonesia. Isu dalam konteks makro pada layanan kesehatan mental
digital, seperti kondisi keterbatasan jaringan infrastruktur internet di seluruh wilayah
Indonesia yang belum merata, level pengetahuan dan penerimaan masyarakat
mengenai bentuk layanan kesehatan mental digital, hingga ke level mikro yang
mencakup karakteristik individu seperti apa yang paling cocok mendapatkan layanan
dalam bentuk ini, serta bentuk layanan digital seperti apa yang paling menghasilkan
perbaikan klinis yang signifikan, sangat penting dikaji. Termasuk adalah mungkin
tidaknya solusi alternatif yang bisa dilakukan untuk lebih bisa menjangkau lebih banyak
individu yang mengalami tantangan dalam keterbatasan infrastruktur internet, misalnya
sejauh mana Puskesmas nantinya dapat menjadi salah satu pusat untuk mengakses
layanan digital. Berikut merupakan kriteria evaluasi dalam intervensi kesehatan digital :
a. Keberlanjutan intervensi kesehatan digital melibatkan faktor-faktor seperti
dukungan pembiayaan jangka panjang, integrasi dengan sistem kesehatan yang
ada, penerimaan masyarakat, pemeliharaan. teknologi, serta adaptasi terhadap
perkembangan teknologi dan kebutuhan pengguna.
b. Keamanan data dalam intervensi kesehatan digital menjadi krusial, melibatkan
enkripsi data, kepatuhan 2 regulasi privasi, perlindungan terhadap ancaman
siber, akses terbatas, dan transparansi terkait penggunaan serta penyimpanan
informasi kesehatan.
c. Keterlibatan pengguna dalam intervensi kesehatan digital mencakup desain
yang ramah pengguna, partisipasi aktif, umpan balik pengguna, pelibatan
masyarakat, dan penyesuaian solusi dengan kebutuhan serta preferensi
individu.
d. Efektivitas klinis dalam intervensi kesehatan digital diukur melalui hasil
kesehatan yang terukur secara objektif, bukti ilmiah, serta kemampuan intervensi
untuk mencapai tujuan medis atau kesehatan yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan parameter klinis yang relevan.
13
F. Tantangan Dan Hambatan Digital Health Intervention
a. Keamanan Data
Pendaftaran DHI dalam basis data bersifat sukarela. Hal ini menimbulkan
kemungkinan hilangnya DHI yang tidak terdaftar di Afrika Sub-Sahara. Ketiga,
hanya sedikit DHI yang berkembang setelah tahap uji coba. Hal ini
mengakibatkan minimnya atau tidak adanya dokumentasi intervensi kesehatan
digital ini dalam jurnal, repositori, dan literatur abu-abu. DHI semacam itu pasti
akan terlewatkan oleh tinjauan cakupan. Untuk meminimalkan efek dari
keterbatasan ini, kami menyusun pencarian dengan cara yang meningkatkan
kelengkapan dan inklusivitas sambil meminimalkan kekhususan.
b. Integrasi Sistem Kesehatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi daftar DHI
prioritas yang dapat diimplementasikan di lingkungan dengan sumber daya
terbatas untuk memperkuat sistem kesehatan. Daftar tersebut mencakup
teknologi untuk meningkatkan pendaftaran statistik vital, intervensi untuk
memfasilitasi manajemen rantai pasokan, platform untuk implementasi
telemedicine, saluran untuk berkomunikasi dengan klien, peluang untuk
meningkatkan akses ke rekam medis, repositori pengetahuan untuk mendukung
keputusan klinis, dan intervensi pembelajaran dan pelatihan digital untuk tenaga
kesehatan. Selain itu, WHO telah mengembangkan panduan investasi
implementasi digital (DIG) yang menyediakan peta jalan untuk memfasilitasi
integrasi DHI ke dalam program kesehatan. Panduan ini menguraikan proses
identifikasi DHI yang ideal untuk konteks tertentu berdasarkan pengalaman
sebelumnya dan menawarkan pendekatan sistematis terhadap siklus proyek
untuk meningkatkan peluang keberhasilan integrasi DHI . Para peneliti telah
menunjukkan potensi DHI untuk mendukung sistem kesehatan secara global;
bukti yang dihasilkan sebagian besar dalam skala kecil dan menargetkan area
fokus kesehatan tertentu. Hal ini termasuk tetapi tidak terbatas pada: penggunaan
teknologi digital untuk mendukung
Keputusan klinis, dan intervensi pembelajaran dan pelatihan digital untuk
tenaga kesehatan. Selain itu, WHO telah mengembangkan panduan investasi
implementasi digital (DIIG) yang menyediakan peta jalan untuk memfasilitasi
integrasi DHI ke dalam program kesehatan. Panduan ini menguraikan proses
identifikasi DHI yang ideal untuk konteks tertentu berdasarkan pengalaman
sebelumnya dan menawarkan pendekatan sistematis terhadap siklus proyek
untuk meningkatkan peluang keberhasilan integrasi DHI Para peneliti telah
menunjukkan potensi DHI untuk mendukung sistem kesehatan secara global;
14
bukti yang dihasilkan sebagian besar dalam skala kecil dan menargetkan area
fokus kesehatan tertentu. Hal ini termasuk tetapi tidak terbatas pada: penggunaan
teknologi digital untuk mendukung pemberian layanan selama wabah penyakit
seperti yang terjadi selama pandemi Covid-19 untuk menawarkan layanan dengan
hasil yang positif. Sistem informasi kesehatan merupakan tulang punggung untuk
proses pengambilan keputusan berbasis bukti di semua tingkat sistem kesehatan.
Teknologi digital menawarkan kesempatan untuk meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan data untuk mendukung sistem kesehatan. Tinjauan ruang lingkup ini
akan mengidentifikasi dan merangkum upaya kesehatan digital yang bertujuan
untuk mengurangi tantangan sistem kesehatan di Afrika Sub-Sahara. Kajian ini
akan menghasilkan bukti terkini untuk memandu investasi di masa depan dan
menyoroti area-area yang berpotensi mengatasi tantangan yang masih ada dalam
sistem kesehatan.
c. Penerimaan Masyarakat
Tantangan yang sama (seperti halnya UKM) juga terjadi dalam menavigasi
infrastruktur sistem layanan kesehatan yang kompleks, menghadapi penolakan
budaya terhadap solusi digital, dan mengidentifikasi peneliti utama yang tepat
untuk studi evaluasi. Meskipun terdapat kolaborasi yang sudah lama terjalin
antara perusahaan besar di bidang ilmu kesehatan dan ilmu hayati dan peneliti
utama, misalnya uji klinis untuk pengembangan obat, kelompok peneliti ini
mungkin tidak bersedia melakukan penelitian untuk mengevaluasi solusi digital,
karena memerlukan pengaturan, kemampuan, dan juga solusi yang berbeda.
memberikan keluaran ilmiah yang berbeda—manfaat pada tingkat operasional
yang berdampak pada biaya dan hasil pasien secara tidak langsung
dibandingkan dengan obat yang dapat meningkatkan hasil pasien secara
langsung.
15
kesehatan digunakan untuk mendukung pemberian pelayanan kesehatan yang
lebih baik. Inovasi teknologi mobile seperti aplikasi pelacakan kontak, penilaian
risiko kesehatan, pemantauan, dan pemberian informasi kesehatan. untuk kasus
depresi di seluruh layanan kesehatan mental komunitas menunjukkan bahwa
sebagian besar peserta menyambut baik inovasi penerapan ICBT karena dapat
meningkatkan akses ke perawatan untuk orang-orang yang terisolasi secara
geografis dan mengurangi stigma yang terkait dengan perawatan kesehatan
mental Mobile Health adalah suatu bentuk inovasi dan kemajuan dari teknologi e-
health yang dimanfaatkan dalam dunia kesehatan dimana inovasi ini diharapkan
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan
smartphone.
b. Kolaborasi
Kolaborasi global dapat membantu menyelesaikan uji coba lebih cepat untuk
mendapatkan jawaban yang dapat menyelamatkan nyawa. kolaborasi
internasional untuk mengurangi duplikasi upaya dan merupakan seruan bagi
para peneliti untuk mengambil tindakan untuk menggabungkan data individu
pasien di seluruh uji coba serupa dan untuk menilai kemanjuran dan keamanan
intervensi di seluruh subkelompok pasien utama. konsep kolaborasi global untuk
melakukan dan menyelesaikan uji coba dengan lebih baik dan lebih cepat,
sehingga mengurangi biaya dan pemborosan penelitian. Dengan bekerja sama.
kolaborasi internasional yang mendesak dan solusi inovatif di masa depan untuk
memecahkan masalah ini. Hal ini juga menyoroti perlunya memperkuat jaringan
dan kolaborasi interdisipliner karena tujuan penelitian dan hasil utama mungkin
berbeda meskipun mempelajari intervensi serupa pada populasi yang sama.,
Dengan belajar dari pengalaman kolektif dan berkolaborasi dengan rekan-rekan
industri dan pembuat kebijakan, kita dapat menerapkan dan mengoptimalkan
teknologi digital untuk membangun peta jalan global. kolaborasi antarprofesional
dan antarorganisasi semakin dianggap penting untuk mempertahankan dan
meningkatkan kualitas layanan. kolaborasi akan membantu mendorong tujuan,
dampak, dan kesenjangan lebih lanjut dari intervensi tertentu, baik yang
berkaitan dengan aspek fungsional maupun aspek normatif dari kolaborasi.
c. Peningkatan Keterlibatan Masyarakat
Pendekatan digital terhadap keterlibatan masyarakat sangat penting karena
dua alasan. Pertama, pandemi COVID-19 telah menyebabkan transisi dari
banyak aktivitas keterlibatan masyarakat yang biasanya dilakukan secara tatap
muka menjadi adaptasi digital. Meskipun terdapat manfaat bagi keterlibatan
masyarakat, terdapat juga kelemahan yang terkait dengan teknologi digital ketika
16
menerapkan komponen atau proses uji coba. Pertama, masih adanya
kesenjangan digital membuat masyarakat tidak dapat berpartisipasi dalam
aktivitas digital tersebut27. Seringkali orang lanjut usia, penyandang disabilitas,
dan orang-orang yang kurang mampu secara finansial dikucilkan secara digital.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat melalui pendekatan digital dapat
mendukung proses dan hasil yang adil dalam uji klinis.
17
BAB ⅠⅠⅠ
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. Digital Health Intervention (DHI) atau Intervensi kesehatan digital didefinisikan
sebagai layanan kesehatan yang diberikan secara elektronik melalui perawatan
formal ataupun informal. Intervensi kesehatan digital (DHI) adalah sumber daya
yang menarik untuk memperbaiki berbagai kondisi kesehatan. Intervensi Kesehatan
Digital mengacu pada pemanfaatan teknologi digital dan seluler untuk mendukung
system kesehatan dalam pemberian layanan. Dalam beberapa tahun tahun terakhir,
komputasi canggih, genomic, dan kecerdasan buatan dianggap sebagai bagian dari
kesehatan digital.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi penggunaan teknologi digital,
penerapan intervensi kesehatan dalam pengembangan teknlogi digital sangat efektif
dalam melayani masyarakat namun pada pemanfaatan teknologi kesehatan di
Indonesia masih sangat sedikit, khususnya aplikasi kesehatan dimana hanya 10%
yang menggunakan aplikasi kesehatan dari total penduduk di Indonesia.
3. Keberhasilan e-health di suatu negara terkait dengan beberapa faktor, termasuk
penerimaan pengguna dan jenis infrastruktur, sistem, dan manajemen yang
digunakan. Sementara itu, ada empat pemangku kepentingan yang terlibat dalam
hasil: pengusaha, profesional kesehatan, pasien, dan mereka yang bertanggung
jawab atas kebijakan asuransi dan bantuan kesehatan. Adapun Beberapa tantangan
terhadap e-health termasuk kesulitan yang dihadapi ketika menggunakan sistem
dan aplikasi, baik oleh profesional kesehatan dan pasien, serta memastikan
keamanan dan privasi data pengguna yang dikirimkan melalui sistem ini.
4. Adapun beberapa model dan metode digital health intervention secara umum:
Mobile health, Telemedicine, Electronic Health Records (HER), Pesan otomatis atau
biasa disebut chatbot, Digital Mental Health Services, E-health, Health Belief Model
Approach, Model Context, Input, Process & Product (CIPP) dan Media Android-
Based Digital Radio.
5. Efektivitas dan manfaat intervensi berbasis internet juga membutuhkan lebih banyak
bukti klinis ilmiah. Hal ini penting mengingat model intervensi yang tersedia saat ini
banyak berasal dari Barat, yang bisa jadi kurang cocok untuk budaya Indonesia.
6. Tantangan Dan Hambatan Digital Health Intervention yaitu: keamanan data,
integrasi sistem kesehatan dan penerimaan masyarakat. Untuk peluang dan arah
perkembangan digital health intervention antara lain inovasi teknologi terkini,
kolaborasi dan peningkatan keterlibatan masyarakat.
B. Saran
Intervensi kesehatan digital dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan
kesehatan, maka dari itu perlu adanya pertimbangan pengembangan aplikasi untuk
memantau kondisi kesehatan, mengintegrasikan catatan medis elektronik, dan menyediakan
18
informasi kesehatan yang mudah diakses. Penting juga untuk memastikan keamanan data
pasien dan melibatkan para profesional kesehatan dalam pengembangan solusi digital.
19
DAFTAR PUSTAKA
Soobiah, C., Cooper, M., Kishimoto, V. & Zelmer, J., 2020. Identifying optimal frameworks to
implement or evaluate digital health interventions: a scoping review protocol. BMJ
Open, 10(11), pp. 1-5.
Kipruto, H., Muneene, . D. & Droti, B., 2022. Use of Digital Health Interventions in Sub-
Saharan Africa for Health Systems Strengthening Over Last 10 Years: A Scoping
Review protocol. Frontiers, Volume 4, pp. 1-5.
World Health Organization., 2021. Strategi Global Kesehatan Digital 2020-2025. Jenewa:
WHO.
Willis, V. C., Craig, K. . J. T., Jabbarpou, Y. & Scheufele, . E. L., 2022. Digital Health
Interventions to Enhance Prevention in Primary Care: Scoping Review. JMIR
MEDICAL INFORMATICS, 10(1), pp. 1-27.
Sutabri, T., Enjelika, D., Mujiranda, S., & Virna, L. (2023). Transformasi Digital di Puskesmas
Menuju Pelayanan Kesehatan yang Lebih Efisien dan Berkualitas. IJM: Indonesian
Journal of Multidisciplinary, 1(5), 1705-1716.
20
Kemp S. Digital 2019: Global Digital Overview [Internet]. 2019. Available from:
https://datareportal.com/reports/digit al-2019-global-digital-overview
Cho YM, Lee S, Islam SMS, Kim SY. Theories applied to m-health interventions for behavior
change in low- and middle-income countries: A systematic review. Telemedicine and
e-Health. 2018;24(10):727–41.
U.S. Food & Drug Administration. Device Software Functions Including Mobile Medical
Applications | FDA [Internet]. 2019. Available from: https://www.fda.gov/medical-
devices/digital-health-center-excellence/device-software-functions-including-mobile-
medical-applications
Annur, C. M. (2022, Februari 15). Ada 204,7 juta pengguna internet di Indonesia awal
2022.https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/23/ada-2047-juta-
pengguna-internet-di- indonesia-awal-2022
Arjadi, R., Nauta, M. H., Scholte, W. F., Hollon, S. D., Chowdhary, N., Suryani, A. O.,
Uiterwaal, C. S. P. M., & Bockting, C. L. H. (2018). Internet-based behavioural
activation with lay counsellor support versus online minimal psychoeducation without
support for treatment of depression: A randomised controlled trial in Indonesia. The
Lancet Psychiatry, 5(9), 707–716. https://doi.org/10.1016/S2215-0366(18)30223-2
Martin GP, Jenkins DA, Bull L. Sisk R, Lin L, Hulme W, dkk Menuju kerangka kerja untuk
desain, implementasi, dan pelaporan tinjauan cakupan metodologi. Clin Epidemiol.
(2020) 127: 191-7. doi: 10.1016 2020.07.014
Guo, C., Ashrafian, H., Ghafur, S., Fontana, G., Gardner, C., & Prime, M. (2020). Challenges
for the evaluation of digital health solutions—A call for innovative evidence
generation approaches. NPJ digital medicine, 3(1), 110.
Voliana, Frida, and Yunita Sari. "Evidence Based Nursing Penatalaksanaan Stroke melalui
Penggunaan Mobile Health Terhadap Pengendalian Paska Stroke." Journal of
Telenursing (JOTING) 5.1 (2023): 1103-1113.
21
Listiyandini, R. A. (2023). Layanan kesehatan mental digital: Urgensi riset dan
penerapannya di Indonesia. Jurnal Psikologi Ulayat, 10(1), 1-4.
Kapitan, M., Beta, M. O., Selasa, P., Mulhaeriah, M., & Meme, M. Y. (2023). Artikel Metode
e-Health‖ Malaria dan Kehamilan‖. Window of Health: Jurnal Kesehatan, 190-198.
Afro, R. C., Isfiya, A., & Rochmah, T. N. (2020). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Terhadap Protokol Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Pada Masyarakat
Jawa Timur: Pendekatan Health Belief Model. Journal of community mental health
and public policy, 3(1), 1-10.
Widdefrita, W., Amos, J., & Pratiwi, M. I. (2023). Perubahan Perilaku Kesiagaan Bencana
melalui Penggunaan Media Android-Based Digital Radio pada Mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Padang. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health
Promotion and Behavior, 5(1), 42-52.
22