Ai - HK Kontrak
Ai - HK Kontrak
Ai - HK Kontrak
Abstrak – Artikel ini membahas penyelesaian konflik dalam resiko tanggung gugat terhadap
Perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa merupakan perjanjian yang umum dalam dunia
bisnis dan properti. Resiko tanggung gugat dalam Perjanjian sewa menyewa dapat timbul dari berbagai
aspek, termasuk aspek hukum, finansial, dan operasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan data diperoleh melalui studi pustaka dan analisis dokumen terkait aperjanjian sewa
menyewa serta hukum yang mengatur tanggung gugat dalam konteks tersebut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyelesaian konflik dalam resiko tanggung gugat dapat dilakukan melalui
penyusunan Perjanjian yang jelas, pemantauan pelaksanaan Perjanjian, dan penyelesaian sengketa
melalui mekanisme alternatif. Dengan demikian, pemahaman mendalam terhadap resiko tanggung
gugat dan implementasi langkah-langkah pengelolaannya dapat membantu para pemangku kepentingan
meminimalkan potensi konflik tanggung gugat dalam Perjanjian sewa menyewa dan memastikan
kelancaran pelaksanaan perjanjian tersebut.
Kata Kunci: resiko, tanggung gugat, perjanjian sewa menyewa, hukum, wanprestasi
Abstract – This article discusses conflict resolution in the risk of liability for rental contracts. A rental
contract is a common agreement in the world of business and property. Liability risks in rental
contracts can arise from various aspects, including legal, financial and operational aspects. This
research uses a qualitative approach with data obtained through literature study and analysis of
documents related to rental contracts and the laws governing liability in that context. The research
results show that resolving conflicts regarding the risk of liability can be done through drafting clear
contracts, monitoring contract implementation, and resolving disputes through alternative
mechanisms. Thus, an in-depth understanding of liability risks and the implementation of management
measures can help stakeholders minimize potential liability conflicts in rental contracts and ensure the
smooth implementation of these agreements.
Keywords: risk, liability, rental contracts, law, default
PENDAHULUAN
Menyewa?
2. Bagaimanakah Implikasi Tanggung Gugat Sewa Menyewa pada Aspek
Hukum?
3. Bagaimanakah Cara Mengatasi Konflik Wanprestasi Perjanjian Sewa-
METODE PENELITIAN
Metode yang dipakai untuk penelitian ini adalah metode yuridis empiris,
yaitu menelaah fakta yang ada di lapangan yang bertujuan untuk menemukan data
yang diperlukan. Setelah didapatkan data, kemudian merumuskan permasalahan
guna memperoleh suatu penyelesaian.6 Data yang diperoleh melalui studi pustaka
dan analisis dokumen terkait dengan perjanjian sewa menyewa serta hukum yang
mengatur tanggung gugat dalam konteks tersebut. Pendekatan ini memungkinkan
peneliti untuk memahami secara mendalam resiko-resiko yang mungkin timbul dan
implikasinya dalam aspek hukum, finansial, dan operasional.
6
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm. 126.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko tanggung gugat dalam
perjaanjian sewa menyewa dapat timbul dari berbagai aspek, termasuk
ketidakpatuhan terhadap kewajiban perjanjian, kerugian finansial, dan sengketa
hukum. Implikasi dari resiko ini dapat berdampak pada keberlangsungan bisnis
dan hubungan antarpihak yang terlibat dalam perjanjian sewa menyewa. Selain
itu, penelitian ini juga mengidentifikasi strategi yang dapat digunakan untuk
mengelola resiko tanggung gugat dalam perjanjian sewa menyewa, termasuk
penyusunan ketentuan-ketentuan yang jelas dalam perjanjian, pemantauan yang
cermat terhadap pelaksanaan perjanjian, dan penyelesaian sengketa melalui
mekanisme alternatif penyelesaian sengketa. Dengan pemahaman mendalam
terhadap resiko tanggung gugat dan strategi pengelolaannya, para pemangku
kepentingan dapat meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul dan
memastikan keberlangsungan perjanjian sewa menyewa secara optimal.
PEMBAHASAN
7
Mustaqim & Batavia, 2021.
memiliki hak pakai barang untuk kurun waktu tertentu, dan tidak memperoleh hak
milik atas barang tersebut. Sedangkan Perjanjian sewa menyewa ini pada
dasarnya sama seperti perjanjian jual beli, hanya saja perbedaannya adalah pada
perjanjian jual beli atau barang yang telah disepakati sudah dapat dimiliki oleh si
pembeli setelah si pembeli mneyerahkan uang kepada si penjual.8
Dalam perjanjian sewa menyewa tentu ada kewajiban bagi setiap pihak.
Pihak yang menyewakan berkewajiban:
a. Menyerahkan objek sewa kepada pihak penyewa;
b. Memelihara objek sewa sehingga bisa digunakan oleh si penyewa;
c. Memberikan rasa tenteram terhadap pihak penyewa untuk menikmati
objek sewa.
Sedangkan pihak penyewa mempunyai dua kewajiban pokok, yaitu:
a. Memakai objek sewa sesuai yang telah ditentukan;
b. Membayar uang sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan;
c. Memelihara objek sewa seperti barang kepunyaannya sendiri.
Namun pelaksanaannya di lapangan, masih ada pihak yang tidak
memahami kewajibannya, baik yang telah diatur dalam undang-undang ataupun
dalam isi perjanjian sehingga satu pihak dinyatakan telah berbuat wanprestasi dan
hal ini menimbulkan munculnya risiko tanggung gugat dalam Perjanjian Sewa
Menyewa. Mengenai wanprestasi sendiri tidak diatur secara eksplisit dalam
KUHPerdata. Akan tetapi secara implisit dapat dilihat dari Pasal 1238 KUH
Perdata yang berbunyi, “Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah
atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya
sendiri, ialah jika ia menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan
lewatnya waktu yang ditentukan”.
Bentuk-bentuk wanprestasi tersebut adalah sebagai berikut (Subekti, 2005):
8
Langi, 2016.
(a) Tidak melakukan apa yang disanggupi untuk dilakukan; (b) Melakukan apa
yang diperjanjikan tapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan; (c) Melakukan apa
yang sudah diperjanjikan tapi terlambat; dan (d) Melakukan sesuatu yang oleh
perjanjian tidak boleh dilakukan.
Wanprestasi dalam perjanjian sewa menyewa terjadi ketika pihak yang
menyewakan atau penyewa tidak melakukan perbuatan sesuai dengan undang-
undang atau isi perjanjian, atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati. Wanprestasi menyebabkan pihak-pihak yang
terlibat harus mempertanggungjawabkan kelalaiannya melalui tanggung gugat
karena tentu saja hal tersebut sangat merugikan pihak-pihak terkait, baik penyewa
maupun yang menyewakan.
Beberapa contoh dari perilaku wanprestasi dalam Perjanjian Sewa
Menyewa antara lain pembatalan perjanjian sewa menyewa tanpa memberikan
tuntutan ganti rugi atau sanksi hukum, ketidakmampuan penyewa untuk
membayar uang sewa, dan tidak mau mengembalikan objek yang telah disewa.
Oleh karena itu, penting bagi kedua belah pihak untuk memahami hak dan
kewajiban masing-masing serta menyelesaikan permasalahan dengan itikad baik
agar dapat menghindari resiko tanggung gugat dalam perjanjian sewa menyewa
Putusan yang dapat dilakukan eksekusi pada dasarnya hanya putusan yang
telah berkekuatan hukum tetap karena dalam putusan tersebut telah terkandung
wujud hubungan hukum yang tetap (res judicata) dan pasti antara pihak yang
berperkara. Akibat wujud hubungan hukum tersebut sudah tetap dan pasti
sehingga hubungan hukum tersebut harus ditaati dan harus dipenuhi oleh pihak
yang kalah.
B. Aanmaning
Permohonan eksekusi merupakan dasar bagi Ketua Pengadilan Negeri untuk
melakukan peringatan atau aanmaning. Aanmaning merupakan tindakan dan upaya
yang dilakukan Ketua Pengadilan Negeri yang memutus perkara berupa “teguran”
kepada Tergugat (yang kalah) agar ia menjalankan isi putusan secara sukarela
dalam waktu yang ditentukan setelah Ketua Pengadilan menerima permohonan
eksekusi dari Penggugat. Pihak yang kalah diberikan jangka waktu 8 (delapan) hari
untuk melaksanakan isi putusan terhitung sejak debitur dipanggil untuk menghadap
guna diberikan peringatan.
Terdapat beberapa biaya yang ada pada penyelesaian melalui jalur mediasi, antara
lain :
3. Biaya lain-lain
B. Tahap Pramediasi
1. Pada sidang pertama yang dihadiri oleh para pihak, hakim mewajibkan para
pihak untuk menempuh mediasi.
3. Hakim, melalui kuasa hukum atau langsung kepada para pihak, mendorong
para pihak untuk berperan langsung atau aktif dalam proses mediasi.
6. Hakim wajib menjelaskan prosedur mediasi dalam PERMA ini kepada para
pihak yang bersengketa.
1. Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak menunjuk
mediator yang disepakati, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume
perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator.
2. Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak gagal
memilih mediator, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume
perkara kepada hakim mediator yang ditunjuk.
3. Proses mediasi berlangsung paling lama 40 (empat puluh) hari kerja sejak
mediator dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim dan
berdasarkan kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat
diperpanjang paling lama 14 (empat belas) hari kerja.
5. Jika diperlukan dan atas kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilakukan
secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Peraturan Perundang-undangan
Website
Tarsi, Eksekusi EKSEKUSI ANTARA TEORI DAN PRAKTIK DALAM
HUKUMPERDATA,http://pastabat.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=7852:eksekusi-eksekusi-antarateori-dan-
praktik-dalam-hukum-perdata-&catid=37:kumpulan-artikel&Itemid=685, diakses
19 Desember 2023
Pengadilan Negri Karanganyar, Proses Eksekusi,
https://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/993-eksekusi, diakses
19 Desember 2023
Mahkamah Agung, Mediasi, https://pn-jakartaselatan.go.id/prosedur-
mediasi.html, diakses 19 Desember 2023