JurnalPPLHUR2013MuharamFHarahap1282 2549 1 SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/308264948

PENGOLAHAN LIMBAH IKAN PATIN MENJADI BIODIESEL Processing of


WastePatin Fish to Produce Biodiesel

Article · July 2013

CITATIONS READS

0 5,392

3 authors, including:

Syaiful Bahri
Universitas Riau, Riau University
35 PUBLICATIONS 187 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Syaiful Bahri on 19 September 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pengolahan Limbah Ikan Patin
Menjadi Biodisel

PENGOLAHAN LIMBAH IKAN PATIN MENJADI BIODIESEL

Muharram Fajrin Harahap


Alumni PascasarjanaIlmuLingkunganProgram PascasarjanaUniversitas Riau, Jl. Pattimura
No.09.Gobah, 28131. Telp 0761-23742. E-mail :[email protected]

Thamrin
DosenPascasarjanaIlmuLingkunganProgram PascasarjanaUniversitas Riau, Pekanbaru, Jl.
Pattimura No.09.Gobah, 28131.Telp 0761-23742.

Saiful Bahri
DosenFakultas TeknikUniversitas Riau, Pekanbaru, KampusBinaWidya Km 12,5SimpangBaru,
Pekanbaru, 28293. Telp 0761-63267

Processing of WastePatin Fish to Produce Biodiesel

ABSTRACT
Research executed from May to July 2011 in the village of LubukAgung Koto Masjid XIII
Koto Kampar and Laboratory Testing and Analysis Chemistry Faculty of Engineering,
University of Riau. The purpose of this research was to reduce the problem of the odor
generated from patin fish waste and determine the characteristic properties of biodiesel and
compared with the characteristic properties of biodiesel standards.From the result of
research showed that the utilization of waste belly patin fish is one effort that supports the
activities of Zero Waste. Besides with a view to reducing the impact of odor pollution and
inconvenience, it also produced another positive impact of its products, namely biodiesel is
environmentally friendly energy.Based on tests conducted level of smell, it is known that
sewage smell catfish rated by respondents with a percentage of 56.3%. Following the later
rather smell a percentage of 31.3% and expressed more smell as much as 12.5%.The process
of making biodiesel with a variation of mol% of catalyst and the comparison of results
obtained at a maximum of 85.447 grams of 1.5% treatment% catalyst and mole ratio of 3:1
and the optimal treatment for 79.173 grams of the catalyst 0.5% and the mole ratio of 3:1.
Comparison of quality characteristics of biodiesel showed values in accordance with ISO
biodiesel.

Keywords: patin fish waste, level of smell, biodiesel

113
© 2013 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau
Pengolahan Limbah Ikan Patin
Menjadi Biodisel

PENDAHULUAN

Cadangan bahan bakar yang berasal dari fosil ini terus berkurang sedangkan jumlah
konsumsinya makin lama terus meningkat, sehingga perlu dicari alternatif bahan bakar
pengganti dari bahan yang terbarukan. Salah satu alternatifnya adalah biodiesel untuk
menggantikan solar.

Disisi lain pengolahan ikan patin (Pangasius hypopthalmus) baik itu skala rumah tangga atau
industri masih memiliki masalah limbah yang dapat mencemari lingkungan. Kegiatan industri
pengolahan ikan selalu menghasilkan limbah karena yang diambil umumnya hanya
dagingnya saja, sementara kepala, jeroan (isi perut), duri dan kulitnya dibuang. Bagian ikan
yang dibuang inilah yang dimaksud dengan limbah ikan. Dalam industri pengolahan ikan
patin akan dihasilkan limbah cukup banyak yaitu sekitar 67% dari total ikan patin
(Suryaningrum, 2009). Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau tahun
2008, bahwa jumlah produksi ikan patin tahun 2007 mencapai 1.751,3 ton. Berarti dalam satu
tahun limbah dari industri ikan patin dapat mencapai seribu ton lebih untuk Provinsi Riau.

Limbah ikan jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran bau yang
menyengat, karena proses dekomposisi protein ikan. Menurut Murniyati dan Sunarman
(2000), penyebab timbulnya bau busuk pada limbah ikan adalah karena terjadi proses
penguraian protein, ataupun hasil-hasil peruraian protein dalam proses autolisis serta
substansi-substansi non nitrogen oleh bakteri. Proses ini menghasilkan pecahan-pecahan
protein sederhana dan berbau busuk seperti H2S, amonia, indol, skatol, dan lain-lain.

Selanjutnya Sastrawijaya (2000) menjelaskan kandungan amoniak yang tinggi dalam air
sungai dapat berasal dari pembusukan protein tanaman atau hewan, atau dalam kotorannya.
Selain itu dapat juga terbentuk dari sisa rabuk atau pupuk yang mengandung amoniak atau
senyawanya. Selain itu bisa menjadi sumber penyakit menular terhadap manusia yang
ditularkan lewat lalat misalnya muntaber.

Ikan patin merupakan jenis ikan yang memiliki kandungan lemak tinggi. Jadi perlu ada suatu
cara untuk mengolah limbah ikan tersebut agar lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis
yang tinggi. Untuk memaksimalkan potensi limbah perikanan dan mengurangi pencemaran
limbahnya terhadap lingkungan maka perlu dilakukan suatu terobosan baru dalam
memanfaatkan limbah ikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengolahnya
menjadi biodiesel.

Limbah perikanan masih banyak yang belum termanfaatkan. Untuk mendukung kegiatan zero
waste, maka perlu dilakukan suatu terobosan baru dalam memanfaatkannya. Ikan Patin
termasuk ikan yang menghasilkan limbah banyak yang bila tidak diolah akan menjadi
masalah lingkungan. Limbah yang dibiarkan membusuk akan menyebabkan bau tak enak dan
dapat menjadi sumber penyakit menular terhadap manusia yang ditularkan lewat lalat. Ikan
Patin yang memiliki kandungan lemak tinggi memungkinkan untuk diolah menjadi biodiesel
(bahan bakar ramah lingkungan) sebagai alternatif pensubstitusi bahan bakar fosil.

114
© 2013 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau
Pengolahan Limbah Ikan Patin
Menjadi Biodisel

Sebelumnya telah dilakukan penelitian pengolahan limbah ikan patin menjadi biodiesel.
Menurut Harahap (2009), rendemen minyak ikan yang dihasilkan dari pengolahan limbah
ikan patin sebesar 14%. Kemudian pengolahannya menjadi biodiesel menghasilkan rendemen
biodiesel optimal 79% pada konsentrasi metanol 75% dengan katalis NaOH 1%-berat bahan.
Pada penelitian tersebut, peneliti hanya menduga penggunaan metanol dalam proses
pembuatan biodiesel. Tidak berdasarkan perbandingan mol yang sesuai karena belum
diketahuinya jenis asam lemak yang terdapat pada minyak/ lemak ikan patin.

Pada penelitian ini akan dilakukan optimalisasi pengolahan limbah ikan patin menjadi
biodiesel dengan variasi mol metanol dan persentasi katalis. Adapun katalis yang digunakan
adalah Kalsium Oksida (CaO).

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan metode eksperimen. Metode
survei yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan mewawancarai
warga yang terlibat langsung dan atau tidak dalam proses pengolahan salai ikan patin untuk
mengetahui gambaran seberapa besar pengaruh bau limbah terhadap warga sekitar.
Penentuan responden sebagai sampel dilakukan secara Purposive Sampling. Tingkat kebauan
limbah diukur dengan menggunakan skala Likert. Jumlah alternatif respon yang digunakan
dalam skala Likert ada lima jenis, yaitu : paling tidak bau, agak bau, bau, lebih bau dan
sangat bau.

Metode eksperimen dengan melakukan percobaan pembuatan biodiesel dari minyak limbah
perut ikan patin di Laboratorium Pengujian dan Analisa Kimia Fakultas Teknik Universitas
Riau. Untuk memperoleh minyak, limbah ikan patin diekstrak dengan melakukan
pengukusan. Minyak yang diperoleh kemudian diolah menjadi biodiesel dengan dua faktor
kondisi (%katalis dan perbandingan mol), sembilan perlakuan dengan tiga kali pengulangan
menggunakan RAK Faktorial dua faktor.

Faktor pertama adalah %katalis yang terdiri atas 3 taraf yaitu :


A1 = 0,5% berat bahan
A2 = 1,0% berat bahan
A3 = 1,5% berat bahan
Sedangkan faktor kedua adalah perbandingan mol alkohol dengan mol minyak ikan
B1 = 1:1
B2 = 3:1
B3 = 6:1

Model matematis yang digunakan berpedoman pada Vincent (1994), adalah sebagai
berikut :
Yijk = µ + αi + βj + (α+ β) ij + Ɛijk

115
© 2013 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau
Pengolahan Limbah Ikan Patin
Menjadi Biodisel

Prosedur pengambilan minyak ikan :

Diagram alir pembuatan biodiesel pada gambar berikut :

116
© 2013 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau
Pengolahan Limbah Ikan Patin
Menjadi Biodisel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan survey yang dilakukan di Desa Lubuk Agung Koto Masjid XIII Koto Kampar
diketahui bahwa di Desa Lubuk Agung terdapat sebuah aktivitas penyalaian ikan patin dan
untuk keseluruhan daerah Koto Masjid, ada lima aktivitas penyalaian ikan patin. Kegiatan
penyalaian ikan biasanya dilakukan sebanyak 4 kali dalam seminggu dan 16 kali dalam
sebulan. Berikut rincian kegiatan penyalaian ikan patin di Desa Lubuk Agung :
Tabel . Kegiatan Penyalaian Ikan Patin

Banyak ikan Hasil ikan salai Banyak limbah Keterangan


1 ton 300 kg 150-200 kg 1 kali penyalaian
16 ton 4,8 ton 2,4-3,2 ton 16 kali penyalaian (1 bulan)
Sumber : data primer

Dari tabel dapat kita ketahui bahwa limbah yang dihasilkan oleh sebuah penyalaian ikan patin
dengan kapasitas 1 ton tiap produksi, menghasilkan ikan salai sebanyak 4,8 ton/bulan dan
limbah 2,4-3,2 ton/bulan. Berarti untuk keseluruhan daerah Koto Masjid produksi ikan salai
mencapai 24 ton/bulan limbah yang dihasilkan mencapai 12-16 ton tiap bulan. Dari data ini
dapat kita lihat bahwa kegiatan penyalaian di Koto Masjid termasuk besar. Kapasitas bahan
baku yang besar sejalan dengan banyaknya limbah yang dihasilkan.

Dari hasil wawancara dengan warga sekitar dan pelaku/pekerja penyalaian ikan, diketahui
bahwa mereka hanya tahu limbah padat ini bisa untuk pakan tambahan untuk budidaya ikan
patin. Limbah padat ini terkadang mereka jadikan pakan untuk budidaya ikan patin, tetapi
jumlahnya tidak banyak. Padahal dengan teknologi yang ada sekarang, limbah padat ikan
patin memungkinkan untuk diolah agar lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis. Diketahui
juga bahwa sebenarnya mereka merasa terganggu dengan keberadaan limbah padat ini. Hal
ini dapat diketahui dari hasil pengujian tingkat kebauan limbah dengan menggunakan skala
Likert

60
50
40
% 30
20
10
0
paling tidak bau Agak Bau Bau Lebih Bau sangat bau

Gambar. Persentase tingkat kebauan


117
© 2013 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau
Pengolahan Limbah Ikan Patin
Menjadi Biodisel

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat
Kebauan menyatakan pada pasal 1 dan 2 bahwa : bau adalah suatu rangsangan dari zat yang
diterima oleh indera penciuman ; kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan
waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(Kepmen LH, 1996).

Limbah ikan jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran bau yang
menyengat, karena proses pembusukan protein ikan. Selain itu bisa menjadi sumber penyakit
menular terhadap manusia yang ditularkan lewat lalat (misalnya muntaber). Secara alami ikan
mengandung enzim dan bakteri di dalam tubuhnya. Pada saat ikan mati, enzim yang
terkandung dalam tubuh ikan akan merombak bagian-bagian tubuh ikan dan mengakibatkan
perubahan rasa (flavor), bau (odor), rupa (appearance) dan tekstur (texture). Aktivitas
kimiawi adalah terjadinya oksidasi lemak daging oleh oksigen. Oksigen yang terkandung
dalam udara mengoksidasi lemak daging ikan dan menimbulkan bau tengik (rancid).
Perubahan yang diakibatkan oleh bakteri dipicu oleh terjadinya kerusakan komponen-
komponen dalam tubuh ikan oleh aktivitas enzim dan aktivitas kimia. Aktivitas kimia
menghasilkan komponen yang yang lebih sederhana. Kondisi ini lebih disukai bakteri
sehingga memicu pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan (SmallCrab online, 2011).

Tabel 1. Hasil analisis GC-MS minyak limbah ikan patin

Puncak Run time (min) Senyawa teridentifikasi Luas area (%)


1 14,988 Asam miristat 5,89
Asam pentadekanoat
2 17,173 Asam palmitat 2,03
Asam oleat
3 17,404 Asam palmitat 25,99
4 18,108 Asam arakidat 0,39
5 19,278 Asam oleat 41,07
6 19,459 Asam stearat 11,10
7 20,518 Asam oleat 2,64
8 20,703 Tridekanol 6,54
9 20,933 Asam arakidonat 0,85
Asam linolenat
Asam palmitat
Asam arakinonat
10 21,109 Asam oleat 2,35
Asam arakidat
11 21,305 Asam arakidat 0,51
Asam behenat
12 22,540 Decahydro 0,65
Cyclohexane

118
© 2013 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau
P
Pengolahan Lim
mbah Ikan Pattin
M
Menjadi Biodissel

Tabeel 2. Perolehhan hasil bioddiesel

kom
mbinasiperlaakuan Ulangaan
Rata-ratta (g)
% katalis
k PerrbandinganM
Mol 1 ((g) 2 (gg) 3 (g))
B1 55,1117 54,146
6 55,267 54,8443
A1 B2 69,3334 84,622
2 83,563 79,1773
B3 83,7775 82,942
2 83,743 83,4887
B1 56,8662 60,805
5 59,982 59,216
A2 B2 84,0112 73,516
6 85,428 80,9885
B3 85,1773 86,772
2 84,114 85,3553
B1 55,2889 57,378
8 55,125 55,9331
A3 B2 83,5008 86,245
5 86,587 85,4447
B3 80,6885 80,479
9 81,156 80,7773

Rata‐raata (gr)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Perba
nding
B1 B2 B3 B1 B2 B3 B
B1 B2 B3
3
an
Mol
% kataliis A1 A2
A A3
Rata‐raata (gr) 54.84 79.17 8
83.48 59.21 80
0.98 85.35 55..93 85.44 80.7
77

Gam
mbar.Nilai rata-rata
r yielld biodiesel

Dari gam
mbar dapat dilihat
d perbeedaan peroleehan biodiessel atas variaasi yang dillakukan. Padda
perlakuann A1 dan A2 A yang diikombinasikkan B1, B2 dan B3 m menunjukkan n nilai posittif
terhadap perolehann biodiesel (semakin meningkatt). Begitu juga padaa A3 yanng
dikombinnasikan terh hadap B1 dan d B2 jugga menunjuukkan hal yyang sama. Tetapi padda
perlakuann A3 dan B3,B menunju ukkan nilai negatif
n (mennurun) terhaadap perolehhan biodieseel.
Hal ini diduga
d terjaddi karena paada perlakuaan A3 dan B3 kesetimbbangan reakksinya kuranng
sesuai diitandai olehh adanya metanol yangg sisa dan banyaknya
b eendapan yanng terbentukk,
sehinggaa dapat menggurangi yield d biodiesel saaat proses peemisahan.

1119
© 2013 Pu
usat Penelitian Lingkungan Hidup
H Universiitas Riau
Pengolahan Limbah Ikan Patin
Menjadi Biodisel

Tabel 3. Perbandingan karakteristik biodiesel hasil penelitian dengan SNI Biodiesel.


Parameter dansatuannya Biodiesel HasilPenelitian SNI Biodiesel
SNI-04-7182-2006
Massa jenispada 40 oC, 857 850 –890
kg/m3
Viskositas kinematik pada 2,66 2,3 – 6,0
40 oC, mm2/s (cSt)
Titik nyala (oC) 138 min. 100
Kadar air (%-volume) 0,04 maks. 0,05
Angka asam, mg-KOH/g 0,068 maks. 0,80
Angka Iod (g iod/100) 22,23 maks. 115
Angka Setana 54,206 Min. 51

Tabel 4. Hasil analisis GC-MS biodiesel


Puncak Run time (min) Senyawa teridentifikasi Luas area (%)
1 17,222 metil ester miristat 4,1
2 19,235 metil ester palmitat 1,65
metil ester oleat
3 19,581 metil ester palmitat 29,35
4 21,112 metil ester oleat 50,97
5 21,577 metil ester stearat 9,44
6 22,767 metil ester palmitat 0,84
metil ester arakidonat
7 22,908 metil ester α-linolenat 2,64
metil ester γ-linolenat
metil ester arakidonat
8 23,088 metil ester arakidat 6,54
metil ester palmitat
metil ester oleat
9 24,457 metil ester arakidat 0,85

Dari tabel dapat kita ketahui bahwa biodiesel yang dihasilkan jika dilihat berdasarkan luas
peak area, metil ester dari asam oleat merupakan metil ester yang terbesar dengan luas area
50,97%. Kemudian metil ester dari asam palmitat dengan luas area 29,35%. Jika
dihubungkan dengan bahan pembuatan biodiesel yaitu minyak limbah ikan patin, hasil diatas
memiliki keterkaitan yang erat. Luas puncak terbesar pada penyusun minyak limbah ikan
patin (asam oleat) juga ditemukan sebagai metil ester dengan luas puncak area terbesar pula
pada biodiesel hasil (metil ester oleat), menyusul kemudian asam palmitat (metil ester
palmitat).

Faktor kondisi yang digunakan dalam pembuatan biodiesel ditujukan untuk memperoleh
biodiesel yang optimal. Pada penelitian ini hasil optimal biodiesel pada perlakuan katalis

120
© 2013 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau
Pengolahan Limbah Ikan Patin
Menjadi Biodisel

0,5% dan perbandingan mol 3:1. Metil ester yang terbentuk merupakan metil ester dari asam
oleat. Keadaan ini terjadi karena senyawa dominan penyusun bahan baku minyak limbah ikan
patin adalah asam oleat. Hasil pengujian karakteristik biodiesel juga memenuhi standar
karakteristik biodiesel yang ada.

Menurut Bockwinkelet al (2004), penggunaan katalis CaCO3 pada reaksi alkoholis minyak
atau lemak akan menghasilkan biodiesel yang cukup memuaskan. Pemisahan biodiesel dari
produknya cukup sederhana, yaitu dengan menggunakan penyaringan.

KESIMPULAN
Pemanfaatan limbah perut ikan patin merupakan salah satu upaya yang mendukung kegiatan
Zero Waste. Selain dengan maksud untuk mengurangi dampak pencemaran bau dan
ketidaknyamanan yang ditimbulkan, ternyata dampak positif lain juga dihasilkan dari
produknya, yaitu biodiesel yang merupakan energi ramah lingkungan.

Berdasarkan uji tingkat kebauan yang dilakukan, diketahui bahwa limbah ikan patin dinilai
bau oleh responden dengan persentase sebesar 56,3%. Menyusul kemudian agak bau dengan
persentase 31,3% dan menyatakan lebih bau sebanyak 12,5%.

Proses pembuatan biodiesel dengan variasi %katalis dan perbandingan mol didapatkan hasil
maksimal sebesar 85,447 gram pada perlakuan %katalis 1,5% dan perbandingan mol 3:1 dan
optimal sebesar 79,173 gram pada perlakuan katalis 0,5% dan perbandingan mol 3:1.
Perbandingan karakteristik mutu biodiesel menunjukkan nilai yang sesuai dengan SNI
biodiesel.

UCAPANTERIMAKASIH

PenulismenyampaikanterimakasihkepadaaparatDesaLubukAgung Koto Masjid XIII Koto


KampardanwargaDesaLubukAgung Koto Masjid XIII Koto
Kamparselakupengolahpenyalaianikanpatindanwarga yang
turutmembantuselamapenelitian.Selanjutnyaucapanterimakasihjugadisampaikankepadaseluru
hpihak yang membantudalamkelancaranpenelitianini.

121
© 2013 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau
Pengolahan Limbah Ikan Patin
Menjadi Biodisel

DAFTARPUSTAKA

Bockwinkel, K., Suppes, G.J., Mason, M.H., and Happert, J.A. 2004. Biodiesel Production
Using Calsium Carbonate and Other Heterogeneus Catalyst.
http://www.brdisolution.com. 18 November 2008.

Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau. 2008. Statistik Perikanan Tangkap Propinsi
Riau. Pekanbaru.

Gaspersz, V. 1994.MetodePerancanganPercobaan. Bandung : CV Armico.

Harahap. 2009. Studi Pengolahan Limbah Ikan Patin Menjadi Biodiesel. Skripsi.Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.

KeputusanMenteri Negara LingkunganHidup No 48. 1996. Tentang Baku Tingkat


Kebisingan.

Murniyati, A.SdanSunarman.2000. PendinginanPembekuandanPengawetanIkan.Kanisius,


Yogyakarta.

Pandia, E. 2009.PemanfaatanLimbahAyamPotongSebagaiBahan Baku Pembuatan Biodiesel


MenggunakanKatalisKalsiumOksida
(CaO).Skripsi.FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitas Riau,
Pekanbaru

Sastrawijaya, A. T. 2000. PencemaranLingkungan. PenerbitRinekaCipta.Jakarta

Suryaningrum, T.D. 2009. Ikan Patin: Peluang Ekspor. Penanganan Pascapanen, Dan
diversifikasi Produk Olahannya.
http://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html?idm=42958.diaksestanggal 19 Agustus 2011

122
© 2013 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai