Bab 1 Current Meter

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan makhluk
hidup. Salah satu permasalahan yang mendasar di Indonesia ialah
ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan sehari hari yang terbatas karena
letak sumber air yang lebih rendah dari hunian penduduk maupun lahan
pertanian yang membutuhkan (Haryanto, 2020).
Ketersediaan air tidak terlepas dari proses hidrologi dimana dalam
prosesnya, curah hujan akan didistribusikan menjadi berbagai bentuk aliran yaitu
air tertampung. Air yang jatuh diatas permukaan tanah akan menjadi lengas tanah.
Selanjutnya akan keluar melalui celah batuan berupa mata air dan bertemu dengan
aliran dasar sebagai debit limpasan. Ketersediaan utama air adalah curah hujan.
Hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan di distribusikan melalui limpasan
permukaan, aliran antaran maupun aliran tanah. (Paul,2021).
Aspek hidrolika dan aspek ekologi sungai memiliki hubungan timbal balik
yang saling menguntungkan (mutual connection). Semakin baik kondisi ekologi
wilayah sungai maka kondisi hidraulika sungai akan semakin membaik, dalam hal
menurunnya resiko terjadinya banjir besar semakin rendah, berkurangnya erosi
dasar sungai dan berkurangnya sedimentasi sungai di wilayah hilir. Sebaliknya
jika kondisi retensi alamiah sungai berkurang, maka kecepatan aliran semakin
tinggi, erosi semakin tinggi, banjir di hilir semakin tinggi, dan sedimentasi sungai
di hilir pun semakin tinggi, yang berakibat pada penurunan kondisi ekologis
Sungai. (Rini, D.S 2015)
`Perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global (global
warming), sangat berdampak terhadap anomali cuaca, banyaknya bencana yang
diakibatkan oleh fenomena alam tersebut. Curah hujan yang tinggi ataupun
kekeringan yang berkepanjangan, kebakaran hutan dan banyak lagi bencana yang
terjadi. Di Indonesia, beberapa daerah mengalami kekeringan dan beberapa daerah
mengalami curah hujan yang tinggi bisa berdampak buruk.
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat penting. Bahasa
mengenai curah hujan dalam studi iklim di suatu area masih terbatas pada area
yang kecil. Hal ini disebabkan oleh jumlah stasiun penakar hujan yang terbatas
baik secara temporal maupun spasial. Oleh karena itu, adanya peningkatan akurasi
peramalan curah hujan secara global sangat diperlukan dalam jangka pendek
maupun panjang untuk memprediksi terjadinya bencana yang berkaitan dengan
curah hujan. Perubahan curah hujan yang terjadi di suatu wilayah memiliki
dampak terhadap kejadian bencana banjir di wilayah tersebut. Hal ini disebabkan
karena perubahan awal musim penghujan dan musim kemarau yang terjadi akan
berdampak pada kejadian bencana banjir. Bencana banjir merupakan salah satu
bencana yang disebabkan oleh curah hujan dengan intensitas yang besar. Secara
umum permasalahan dalam penelitian ini yaitu kurangnya kajian terkait
variabilitas curah hujan yang terkait dengan bencana banjir (Hilmi, 2017)
Hubungan antara curah hujan dengan kejadian banjir dapat berupa
hubungan spasial dan hubungan temporal. Hubungan spasial memuat informasi
terkait kejadian banjir yang terjadi di wilayah penelitian dan kemudian di
hubungkan dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada waktu yang sama
dengan kejadian banjir. Hubungan spasial ini akan menghasilkan hasil interpretasi
dari peta kejadian banjir dengan data curah hujan wilayah pada saat terjadi banjir,
pengendalian banjir perlu dilakukan analisis hidrologi dan hidraulika pada sungai
dengan kala ulang tertentu (Moningka dkk, 2020).
Sungai merupakan wadah-wadah ataupun tempat-tempat serta jaringan
pengaliran air dari hulu atau mata air hingga muara yang kanan kirinya atau
sepanjang pengaliran dibatasi oleh garis sempadan (sempadan sungai). Sedangkan
daerah-daerah yang mengalirkan airnya ke sungai yang sama akan terbentuk
daerah - daerah aliran yang disebut daerah aliran sungai (DAS) (Kumala, 2021)
Sungai merupakan salah satu sumber air yang di peruntukkan bagi aktivitas
manusia. Kegiatan yang mencemari aliran air sungai dan berdampak pada
penurunan kualitas air. Berbagai aktivitas manusia meliputi kebutuhan pertanian,
kebutuhan perikanan, kebutuhan peternakan, kebutuhan industri, pekerjaan rumah
tangga, dan lain-lain. Hal ini terkadang dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran sungai jika tidak di kelola dengan baik. Pencemaran sungai terutama
terjadi di perairan sungai yang di sekitarnya terdapat industri. Limbah industri
memiliki dampak buruk terhadap lingkungan, oleh karena itu dapat menimbulkan
masalah pencemaran bagi ekosistem yang hidup di sungai, pemantauan dan
pengelolaan sumber daya air sangat penting maka dari itu di perlukan pengukuran
debit aliran air sungai (Rahman dkk, 2020).
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per
waktu. Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai
(DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/dtk). Debit
aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan. Debit aliran tersebut dipengaruhi dengan
adanya siklus hidrologi, salah satunya yaitu hujan. Pada musim kemarau besar
debit air aliran air menyusut drastis sedangkan pada musim hujan debit aliran
akan semakin deras dan dipengaruhi pula oleh tingkat intensitas hujan yang
terjadi. Pada intensitas yang rendah debit aliran kecil dan pada intensitas hujan
tinggi debit aliran akan semakin besar. Besar kecilnya debit aliran mempengaruhi
sedimentasi yang terjadi pada hulu sungai.
Debit (discharge) atau besarnya aliran sungai adalah volume aliran yang
mengalir melalui suatu penampang melintang per satuan waktu, sedangkan aliran
adalah pergerakan air di alur sungai. Jadi pengukuran debit adalah proses
pengukuran dan perhitungan kecepatan aliran, kedalaman dan lebar serta luas
penampang basah untuk perhitungan debit dan pengukuran tinggi muka air.
Perhitungan kecepatan aliran air dapat dilakukan secara langsung dengan
menggunakan metode pengukuran kecepatan, juga dapat dihitung dengan
menggunakan rumus. Rumus yang biasanya digunakan untuk menghitung
kecepatan aliran adalah rumus Manning - Gauckler Strickler (MGS), Darcy
Weisbach (Franky, 2021)
Pengukuran debit dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan debit
sesaat. Data pengukuran debit yang diperoleh dari suatu pos juga air pada kondisi
muka air rendah, muka air sedang, dan muka air tinggi selanjutnya digunakan
untuk pembuatan grafik hubungan antara tinggi muka air dengan debit (Rating
Curve-Lengkung Aliran). Penggunaan metode, peralatan, dan pemilihan lokasi
pengukuran sangat berpengaruh pada kualitas data pengukuran. Pada intensitas
yang rendah debit aliran kecil dan pada intensitas hujan tinggi. Ada beberapa
metode pengukuran debit yang sering di gunakan baik pengukuran langsung
maupun pengukuran tidak langsung, demikian pula peralatan yang digunakan.
Pelaksanaan pengukuran debit aliran sungai dan saluran terbuka ini merupakan
cara langsung menggunakan alat ukur arus Current Meter (Teddy, 2021).
Oleh karena itu, kami dari kelompok 5 Universitas Muhammadiyah Kendari
melakukan praktikum Hidraulika, pada percobaan Pengukuran Langsung Debit
Aliran Sungai Nanga-Nanga, Kebun Raya, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Untuk mengetahui kondisi sungai pada lokasi pengukuran sungai
Nanga – Nanga dan untuk mengetahui cara mengukur debit aliran sungai.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada percobaan Pengukuran Langsung Debit
Aliran Sungai adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi Sungai pada lokasi pengukuran Sungai Nanga – Nanga?
2. Bagaimana cara mengukur debit aliran sungai secara langsung?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum pada percobaan pengukuran langsung debit aliran
Sungai adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi Sungai pada lokasi pengukuran Sungai Nanga –
Nanga
2. Untuk mengetahui cara mengukur debit aliran Sungai secara langsung

1.4 Manfaat Praktikum


1.4.1 Diri Sendiri
Manfaat praktikum percobaan pengukuran langsung debit aliran sungai
untuk diri sendiri adalah sebagai pemenuhan persyaratan kelulusan mata kuliah
hidrolika II, serta menambah wawasan praktikan dalam memahami kondisi sungai
Nanga-Nanga di antaranya adalah kondisi debit air pada saat musim hujan dan
pada saat musim kemarau, kemudian dapat mengetahui ekosistem yang ada pada
Sungai nanga–nanga. Kemudian dapat memperdalam ilmu pengukuran langsung
yang menggunakan alat Current Meter serta pengaplikasian atau penerapan ilmu
Teknik sipil pada kehidupan sehari hari

1.4.2 Universitas
Mengembangkan Keterampilan Teknis Melalui praktikum, mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Kendari dapat mengembangkan keterampilan teknis
yang spesifik sesuai dengan bidang studi Teknik Sipil. Misalnya, praktikum di
laboratorium Keairan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Kendari mengasah
keterampilan penggunaan alat-alat laboratorium dan praktikum mengasah
kemampuan penggunaan alat-alat teknik.

1.4.3 Pemerintah Kota


Sumber daya air tidak bisa dikelola dengan baik jika kita tidak tahu keadaan
sumber daya air itu, kuantitas dan kualitasnya serta bagaimana perubahannya di
masa yang akan datang. Perlunya data aliran sungai didorong oleh keperluan
pengembangan sumber daya air yang berkelanjutan. Sehingga Pemerintah kota
dapat menggunakan data tersebut untuk membuat suatu pencegahan Ketika terjadi
banjir kedepannya.

1.5 Batasan Masalah


Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan waktu maupun
kemampuan penelitian, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dibatasi hanya untuk menghitung debit aliran sungai secara
langsung yang diakibatkan oleh hujan di Sungai nanga – nanga.
2. Hanya menggunakan dua kali pengukuran.
3. Data yang di hitung hanya pada lokasi Sungai nanga – nanga
4. Data yang di gunakan hanya pada data pengukuran langsung yang di
lakukan oleh praktikan.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam percobaan pengukuran langsung debit
aliran Sungai adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
praktikum, manfaat manfaat praktikum yang terdiri dari manfaat untuk diri
sendiri, universitas dan pemerintah kota, batasan masalah, serta sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas tentang teori-teori serta rumus-rumus yang digunakan
untuk menunjang praktikum dari berbagai sumber.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam praktikum untuk
mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam proses pengolahan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini akan berisi tentang pelaksanaan penelitian dilakukan yang mencakup hasil
pengumpulan data, pengolahan data, dan pembahasan data yang diperoleh dari
teori yang ada.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan berisi kesimpulan yang dapat diambil dari hasil rumusan masalah
dan saran mengenai topik tugas akhir ini.
DAFTAR PUSTAKA

Rini, D. S. (2015). PENERAPAN REKAYASA EKOHIDROLIKA UNTUK


PENGUATAN TEBING SUNGAI DAN PEMULIHAN HABITAT KAWASAN
SUAKA IKAN KALI SURABAYA.
https://jurnal.itats.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai
Sungai merupakan badan air yang bersifat terbuka dan mudah menerima
limbah berbagai aktivitas manusia dari daerah permukiman, pertanian dan industri
di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Salah satu indikator terjadinya degradasi
terhadap air sungai dapat dilihat dari adanya perubahan parameter kualitas air.
Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh adanya aktivitas pembuangan limbah,
baik limbah pabrik/industri, pertanian, maupun limbah dosmetik dari suatu
pemukiman penduduk ke dalam badan air suatu perairan.
Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukan kondisi
cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan. (Masykur.dkk.2019)
2.1.1 Siklus Hidrologi
siklus hidrologi adalah suatu siklus air yang terjadi akibat adanya pengaruh
dari radiasi matahari yang mengakibatkan sebagian volume air permukaan dan
bawah permukaan menguap. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan
faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada
permukaan vegetasi dan tanah, di laut atau badan-badan air lainnya. Uap air
sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang
bergunung maupun datar, dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian
dari uap air tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai hujan.
Siklus hidrologi sendiri tak hanya bertujuan untuk mempertahankan
ketersediaan air namun juga menjaga intensitas hujan. Tak hanya itu siklus air
juga turut menjaga cuaca dan suhu di bumi agar semuanya tetap teratur. Siklus air
ini juga turut membantu keseimbangan ekosistem serta menjaga semua lingkup
kehidupan berjalan dengan sebagaimana mestinya. Siklus ini juga melewati proses
yang panjang sebelum akhirnya terus berlangsung tanpa terhenti. Siklus hidrologi
sendiri memiliki sembilan tahap mulai dari evaporasi sebagai tahap pertama
kemudian transpirasi, kondensasi, evapotranspirasi dan sublimasi.

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi


Sumber : (Google Image,2024)
2.1.2 Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS), dapat dipandang sebagai bagian dari
permukaan bumi tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan mengumpul ke
sungai menuju suatu titik sebelah hilir (down stream point) sebagai titik
pengeluaran (catchment outlet).
Setiap DAS besar yang bermuara ke laut merupakan gabungan dari
beberapa DAS sedang (sub DAS) dan sub DAS adalah gabungan dari sub DAS
kecil-kecil. Dengan kata lain daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai
watershed dan basin. Umumnya untuk sub DAS kecil (bagian hulu DAS)
dinyatakan sebagai steam watershed, sedang untuk DAS besar (yang langsung
bermuara ke laut) dinyatakan sebagai stream river basin.
Berdasarkan fungsinya, Daerah Aliran Sungai mempunya 3 peran bagian,
antara lain:
1. DAS Hulu : DAS bagian hulu memiliki kondisi tutupan vegetas, kualitas air,
kemampuan menyimpan air serta curah hujan. Ciri DAS hulu ialah daerah
dengan lanskap pegunungan dengan topografi beragam, mempunyai curah
hujan tinggi dan menjadi daerah konservasi untuk mempertahankan kondisi
lingkungan agar tidak terdegradasi. DAS bagian hulu sangat penting untuk
melindungi tata kelola air, karena setiap kegiatan di daerah hulu akan
berdampak terhadap daerah hilir. Dampak tersebut meliputi fluktuasi debit
dan transportasi sedimen pada aliran sungai.
2. DAS Tengah : DASbagian tengah berfungsi sebagai wilayah pemanfaatan
air sungai bagi kepentingan ekonomi dan sosial. Ciri area ini mempunyai
kuantitas dan kualitas air yang baik, kemampuan menyalurkan air, serta
ketinggian muka air tanah. Selain itu juga berkaitan dengan prasarana
perairan seperti pengelolaan sungai, waduk dan danau.
3. DAS Hilir ; Pola aliran sungai akan menentukan bentuk DAS yang akan
berpengaruh terhadap kecapatan aliran. Meski semua jatingan sunga
bercabang dengan cara yang sama, namun setiap pila akan berbeda sesuai
medan dan kondisi geologi aliran sungai.

2.1.3 Hujan
Presipitasi adalah curahan atau turunnya air dari atmosfer ke permukaan
bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yakni curah hujan di daerah tropis, dan
curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang.
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi. Sedangkan curah hujan
adalah banyaknya hujan yang jatuh pada suatu kawasan tertentu dalam satuan
millimeter(mm). Curah hujan di daerah tropis dicirikan dengan curahan yang
singkat dan lebat, relatif memiliki ukuran diameter yang besar, dan sering disertai
angin yang kencang. Presipitasi adalah faktor utama yang mengendalikan siklus
hidrologi dalam suatu wilayah DAS, atau merupakan elemen utama yang
mempengaruhi kelembapan tanah, proses resapan air tanah dan debit aliran
sungai.

2.1.4 Banjir
Banjir adalah genangan air pada permukaan tanah sampai melebihi batas
tinggi tertentu yang mengakibatkan kerugian.Pada umumnya daerah perkotaan di
Indonesia yang berada di daerah yang kondisi topografi yang landai, dan adanya
pengaruh pengempangan dari sungai dan atau laut sebagai akibat gerakan pasang
surut muka air laut maka sering terancam banjir atau genangan. Selain itu
perluasan daerah perkotaan pada daerah genangan akan memperburuk masalah
banjir, karena pengembangan perkotaan menghambat drainase dan pengembangan
drainase kota yang sudah tidak memadai lagi.
Perubahan pola cuaca dapat memperburuk masalah kualitas air terutama di
daerah perkotaan. Terjadinya hujan dengan pola curah hujan tertentu dapat
memfasilitasi pengangkutan bakteri ke dalam perairan alami, sehingga
menyebabkan penurunan kualitas air yang ditunjukkan oleh tingkat pencemaran
mikroba di daerah aliran sungai pesisir kota di Florida. Curah hujan dengan
tingkat tertentu diperkirakan dapat meningkatkan beban pencemar di sungai
dikarenakan air limpasan yang berasal dari permukaan serta mengandung senyawa
– senyawa organik ikut masuk ke dalam sungai. status mutu air adalah tingkat
kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu
sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air
yang ditetapkan.

2.1.5 Metode Rasional


Metode rasional ini pada umumnya banyak digunakan untuk menghitung
debit banjir pada daerah aliran sungai yang tidak terlalu luas dengan batasan
hingga luas 300 km2.
Adapun rumus umum rasional adalah :

Keterangan :
Q = debit banjir maksimum (m3/detik)
C = koefisien aliran
I = Waktu (mm/jam)
A = Luas DAS (km2) (Abiharyo.2019)
Dalam pengukuran langsung debit aliran Sungai sangat berguna untuk
kehidupan sehari – hari karena berpengaruh pada aktivitas manusia. Dalam
pemilihan lokasi sungai ada banyak faktor yang perlu di pertimbangkan di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Variasi Penampang
Sungai Pastikan lokasi yang dipilih memiliki variasi penampang yang
representatif dari seluruh sungai. Hindari lokasi dengan perubahan
penampang yang tajam atau tidak wajar.
2. Keberagaman Aliran
Pilih lokasi yang mencerminkan variasi aliran di sepanjang sungai, seperti
area dengan aliran cepat dan lambat, serta area dengan kedalaman yang
bervariasi.
3. Jarak
dari Sumber kontaminasi hindari lokasi yang dekat dengan sumber
kontaminasi atau aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi kualitas air
dan kecepatan aliran, seperti pembuangan limbah atau aktivitas industri.
4. Stabilitas Tepi Sungai
Pilih lokasi dengan tepi Sungai stabil dan tidak mudah longsor. Tepi yang
tidak stabil dapat megubah penampang Sungai mempengaruhi pengukuran.
5. Pengaruh Cuaca dan Musim
Pertimbangkan pengaruh cuaca dan musim terhadap aliran sungai.
Misalnya, pengukuran sebaiknya dilakukan pada kondisi cuaca yang stabil
dan tidak saat terjadi hujan deras yang dapat menyebabkan banjir dan
perubahan aliran drastic
Gambar 2.2 Pemilihan titik yang benar
Sumber : (Modul)
Selain dari faktor – faktor yang perlu di pertimbangkan dalam pengukuran
langsung debit aliran Sungai, ada juga beberapa lokasi ideal yang bagus di
gunakan untuk melakukan pengukuran di antaranya adalah sebagai berikut ;
1. Bagian Sungai yang Lurus
Bagian sungai yang lurus lebih disukai karena aliran air cenderung lebih
stabil dan laminar.
2. Jauh dari Pengaruh Bendungan atau Bendung
Hindari pengukuran di dekat bendungan, bendung, atau struktur lainnya
yang dapat mengatur aliran air secara signifikan.
3. Area dengan Aliran Konstan
Pilih lokasi yang memiliki aliran air yang konstan dan tidak terlalu
dipengaruhi oleh pasang surut atau perubahan sementara lainnya.

Dengan mempertimbangkan kriteria dan faktor-faktor tersebut, pemilihan


lokasi pengukuran dapat dilakukan dengan lebih baik, sehingga data debit aliran
sungai yang dihasilkan lebih akurat dan representatif.
Gambar 2.3 Cara Pengambilan Data Kecepatan Sungai Dengan Beda Perlakuan
Sumber : (Modul)

2.2 Current Meter


Current Meter merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk
menghitung kecepatan arus air, dimana kecepatan arus air akan dihitung dalam
satuan (meter/detik). Kecepatan arus air didapatkan dengan cara membandingkan
jumlah putaran kincir pada current meter selama waktu tertentu, kemudian
dikonversikan dengan rumus tertentu. Banyaknya putaran kincir pada current
meter, didapatkan dengan cara mendengarkan pulsa yang dihasilkan oleh current
metermenggunakan headphone, atau menghitung pulsa yang dihasilkan
menggunakan counter mekanik, sedangkan lama waktu pengukuran ditunjukkan
oleh sebuah stopwatch. Penghitungan banyaknya putaran kincir menggunakan
headphone atau counter mekanik merupakan penghitungan secara manual
sehingga faktor kesalahan yang akan terjadi relatif besar (Handychang,dkk.2017)
Perhitungan kecepatan aliran pada sungai maupun pada saluran alami sangat
dibutuhkan untuk menghitung debit aliran. Pengukuran kecepatan sirkulasi air
menggunakan alat ukur current meter mempunyai ketelitian tinggi dalam
pengukuran kecepatan dengan alat ukur current meter mempunyai ketelitian tinggi
dalam pengukuran kecepatan aliran, namun pada keadaan darurat, jika tidak ada
alat tersebut maka alat pelampung dapat digunakan. Pengukuran kecepatan aliran
dengan menggunakan Current Meter, besaran kecepatan sirkulasi air bisa dibaca
langsung pada display, saat bagian propeller dari Current Meter dimasukkan ke
dalam air. (Hardianto,dkk.2019).
Alat pengukur arus air atau Current Meter yang dibuat berupa prototype alat
pengukur arus digital sederhana dengan konsep baling-baling yang berputar akan
memberikan fluks magnetic pada display, karena itu keberhasilan alat juga
bergantung pada kemampuan baling-baling untuk berputar ketika arus datang.
Baling-baling yang digunakan pada alat ukur ini menggunakan baling-baling
cooling pad yang sudah tidak terpakai. Untuk menghubungkan baling-baling
dengan display, diperlukan kabel speedometer. Konsep dasar pembuatan alat
pengukur arus digital ini adalah dengan system elektromagnetik. Alat pengukur
arus sistem elektromagnetik menempatkan air sebagai konduktor yang mengalir
melalui medan magnetik. Baling-baling berputar dikarenakan partikel air yang
melewatinya. Jumlah putaran baling-baling per waktu pengukuran dapat
memberikan kecepatan arus yang sedang diukur karena tegangan yang dihasilkan
dari air yang berupa konduktor dianggap sebagai kecepatan (Sakinah.dkk 2019)

2.3 Debit
Data debit atau aliran sungai merupakan informasi paling penting bagi
pengelolaan sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang
bangunan pengendali banjir, sedangkan data debit aliran kecil diperlukan untuk
perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terurama
pada musim kemarau Panjang.
Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati
suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Satuan debit yang
digunakan adalah meter kubik per detik (m3/s). Debit aliran sungai dapat berasal
dari beberapa sumber air, yaitu:
1. Aliran permukaan atas: Bagian aliran yang melintas di atas permukaan tanah
menuju saluran sungai. Atau disebut aliran permukaan di atas lahan.
2. Aliran permukaan Bawah Permukaan: Aliran permukaan ini merupakan
sebagian dari aliran permukaan yang disebabkan oleh bagian presipitasi
yang berinfiltrasi ke tanah permukaan dan bergerak secara lateral melalui
horizon-horizon tanah bagian atas menuju Sungai.
3. Aliran Permukaan Langsung: Bagian aliran permukaan memasuki sungai
secara langsung setelah curah hujan. Aliran ini sama dengan kehilangan
presipitasi atau hujan efektif.

2.4 Rumus
2.4.1 Debit
Perhitungan Debit Segmen dengan mengalikan luas segmen (A) dengan
kecepatan rata-rata (v) pada segmen tersebut:

Qsegmen = A . v Pers …… (2.1)

Keterangan :
Q = Debit (m³/dtk)
A = Luas Penampang (m²)
v = Kecepatan (m/dtk)
Penjumlahan debit Segmen dengan menjumlahkan debit dari semua segmen
untuk mendapatkan debit total Sungai.
Qtotal = ∑Qsegmen Pers….. (2.2)
Keterangan :
Q total = Debit (m³/dtk)
Qsegmen = Debit (m³/dtk)

2.4.2 Rerata
Adapun rumus rerata adalah :
Vrerata = v1 + v2 Pers …… (2.3)
2
Keterangan :
Vrerata = Kecepatan rata – rata (m³/dtk)
V1 = Kecepatan Awal (m³/dtk)
V2 = Kecepatan akhir (m³/dtk)
2.4.3 Luas
Adapun rumus dari luas adalah
A =b.h Pers ….. (2.4)
Keterangan :
A = Luas (m²)
b = Lebar sungai (m)
h = Kedalaman (m)

2.4.4 Tinggi Muka Air


Adapun rumus dari tinggi muka air adalah :
H = √ 2 gh Pers ….. (2.5)
Keterangan :
H = Tinggi muka air (m)
g = gravitasi (m/s²)
h = Kedalaman (m)
2.4.5 Luas Penampang
Adapun rumus luas penampang adalah sebagai berikut :

A=h.b Pers ….. (2.6)


Keterangan :
A = Luas Penampang (m)
h = Kedalaman (m)
b = Lebar (m)

2.4.6 Kecepatan rata – rata


Adapun rumus dari kecepatan rata – rata adalah sebagai berikut :

Vrerata 1+Vrerata 2+Vrerata 3


v= Pers ….. (2.7)
n
Keterangan :
v = Kecepatan (m/s)
n = Jumlah (m/dtk³)
2.5 Penelitian Terdahulu
2.5.1 Pengukuran Debit di Saluran Irigasi (Studi Lokasi Daerah Irigasi
Kabupaten Jember), 2023, Saifurridzal, S., Hidayah, E., Halik, G., &
Widiarti, W. Y. .
Masalah pendistribusian air akibat perbedaan jumlah debit pada bangunan
ukur di lapangan dengan debit sebenarnya menyebabkan terjadinya konflik antar
petani, sehingga perlu adanya kalibrasi bangunan ukur irigasi untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Tujuan dilaksanakannya kegiatan pengabdian masyarakat
ini adalah memberikan edukasi dan pelatihan dalam pengukuran debit untuk
kalibrasi bangunan ukur irigasi kepada petugas juru dan pengamat Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Jember. Peserta
yang mengikuti kegiatan ini lebih dari 20 orang di setiap 16 wilayah irigasi yang
ada di Kabupaten Jember. Pengukuran dilakukan dengan current meter
menggunakan metode tampang rerata, sehingga didapatkan hasil besar debit hulu
dan hilir pada 16 wilayah pengamat mengalami perbedaan yang signifikan dimana
debit terbesar terletak pada saluran wilayah Mayang yakni 1,98 m 3/s dan debit
terkecil terletak di saluran wilayah Sumberbaru yakni 0,07 m 3/s, dengan rerata
kondisi saluran ukur mengalami kerusakan pada dinding saluran, sedimentasi dan
penumpukan sampah rumah tangga

2.5.2 Analisis Kecepatan Arus Air Menggunakan Current Meter Dan


Karakteristik Sungai Tuan Haji Besar Muhammad Arsyad Al Banjari
Kabupaten Banjar, 2022, Budi Setiawan ,Adhi Surya, Muhammad
Gunawan Perdana
Penelitian ini menganalisis kecepatan arus air Sungai Tuan dan
mengidentifikasi karakteristik Sungai Tuan Haji Besar Muhammad Arsyad Al
Banjari. Dalam pelaksanaannya menggunakan Alat Current Meter tipe “Flowatch
FL-03” sistem yang dirancang ini dapat digunakan untuk menghitung kecepatan
arus air pada Sungai Tuan yang memiliki pola arus mendatar (stream line). Tata
cara pelaksanaan menggunakan panduan dari SNI 3408-2015 dan beberapa jurnal
pendukung lainnya. Pengukuran kecepatan arus air sungai dilakukan sangat
berpengaruh bagi sistem irigasi untuk mengairi persawahan serta akibat perubahan
-perubahan karakteristik sungai disepanjang sungai tuan yang sekarang ini sangat
kritis. Seiring semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan
kondisi Sungai Tuan Kecamatan Astambul mengalami penurunan dengan
menyusutnya daerah resapan air yang menjadikan kondisi tanah yang telah jenuh
air dan tertutupnya saluran air oleh padatnya bangunan, dan juga banyak sungai
maupun bantaran sungai yang mengalami perubahan fisik sungai (penyempitan,
pendangkalan, erosi, dan penutupan mulut sungai).

2.5.3 Kalibrasi Bangunan Ukur Debit Daerah Irigasi Pendowo


Menggunakan Alat Current Meter, 2021, Perdana Yoga,
Gilang and Utomo, Puji.
Air merupakan salah satu faktor penentu dalam proses pertumbuhan dan
produksi hasil pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai
kebutuhan usaha petani, maka air (irigasi) harus diberikan dalam jumlah dan
waktu yang tepat. Pertumbuhan tanaman akan terganggu apabila kebutuhan air
tidak sesuai dengan jumlah dan waktu yang tidak tepat, sehingga dapat
mempengaruhi hasil produksi pertanian. Koreksi pada bangunan ukur dilakukan
agar pendistribusian air irigasi sesuai dengan jumlah dan waktu yang
direncanakan. Bangunan ukur debit memiliki peranan penting dalam tingkat
akurasi atau ketepatan pendistribusian jumlah air yang dapat mepengaruhi
produktivitas pertanian, sehingga perlu dilakukan pemantauan secara berkala agar
berfungsi dengan baik. Bangunan ukur debit yang sudah dipasangi peilschaal
dapat dijadikan sebagai alat untuk memonitor dan mengevaluasi volume dan
ketinggian muka air suatu saluran irigasi. Pengukuran debit aliran memiliki
beberapa metode yang digunakan, salah satunya menggunakan persamaan yang
merupakan perkalian antara luas penampang basah aliran dengan laju aliran. Data
laju aliran didapat dengan pengukuran laju aliran menggunakan alat current meter
(horizontal-axis meter). Berdasarkan pengumpulan data, analisis dan perhitungan
yang dilakukan, didapatkan persamaan debit teoritis dari saluran Primer
Pendowo , saluran Sekunder Melikan , saluran Sekunder Bendo dan saluran
Sekunder Kopen dengan nilai koefisien korelasi (R2) pada saluran Primer
Pendowo 0,8503, saluran Sekunder Melikan 0,8959, saluran Sekunder Bendo
0,9534 dan saluran Sekunder Kopen 0,9439. Setelah dilakukan pengukuran
kecepatan aliran menggunakan alat current meter didapatkan persamaan debit
kalibrasi dari saluran Primer Pendowo , saluran Sekunder Melikan , saluran
Sekunder Bendo dan saluran Sekunder Kopen dengan koefisien korelasi (R2)
pada saluran Primer Pendowo 0,8853, saluran Sekunder Melikan 0,8974, saluran
Sekunder Bendo 0,9643 dan saluran Sekunder Kopen 0,9552. Kondisi bangunan
ukur debit Daerah Irigasi Pendowo masih berfungsi dengan baik, hanya saja perlu
dilakukan perawatan rutin, dilakukan penggalian saluran akibat endapan sedimen
dan menambal beberapa linning saluran yang mengalami kerusakan seperti retak
dan rembes yang mengakibatkan kebocoran pada aliran saluran irigasi tersebut.
Kondisi dari keempat bangunan ukur pada D. I. Pendowo masih layak untuk
digunakan dan perlu dilakukan pengecekkan serta perawatan rutin pada peilschaal
agar ketelitian pembacaan tinggi muka air tetap akurat.

2.5.4 Potensi Daerah Aliran Sungai Di Nagari Sungai Durian Kecamatan


Patamuan Kabupaten Padang Pariaman, 2020, Nefilinda, Ade Irma
Suryani, Slamet Rianto
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan penelitian tentang Potensi
Daerah Aliran Sungai di Nagari Sungai Durian Kecamatan Patamuan Kabupaten
Padang Pariaman. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini akan
dibekali dengan angket terkait penggalian potensi secara fisik daerah aliran sungai
yang ada di Nagari. Untuk memperkaya hasil penelitian di lengkapi dengan
pertanyaan penelitian merupa pedoman wawancara tentang potensi soasil daerah
aliran sungai. Pertanyaan penelitian selanjutnya lebih pada penelusuran fenomena
sosial berupa pendapat, keterangan sehingga di dapatkan potensi yang di miliki
oleh daerah aliran sungai tersebut dan dapat dirancang potensi DAS. Angket akan
di isi sesuai dengan potensi fisik DAS berupa pengukuran debit air sungai. Potensi
social DAS digali dengan melakukan wawancara ke masyarakat Nagari dan
pengambilan informan dilakukan secara snowbaal. Sedangkan key
informan adalah Wali Nagari dan pemuka adat yang lebih mengerti dengan
potensi yang ada di Nagari. Hasil penelitian adalah: 1). Debit aliran sungai
berdasarkan pengukuran dengan menggunakan current meter sebesar 0,8 m3/s, 2).
Pengukuran debit aliran sungai dengan menggunakan current meter lebih akurat
dan lebih praktis.

2.5.5 Sistem Pengukur Kecepatan Arus Air Menggunakan Current Meter


Tipe “1210 AA”, 2017, H. Handychang and F. Indriaty,
Perancangan sistem pengukur kecepatan arus air ini digunakan untuk
menghitung kecepatan arus air secara otomatis. Perhitungan secara otomatis
didukung menggunakan curent meter tipe “1210AA”. Sistem yang dirancang ini
dapat digunakan untuk menghitung kecepatan arus air pada saluran irigasi dan
sungai yang memiliki pola arus mendatar (stream line). Alat ini dipisah menjadi
dua bagian yaitu bagian pembaca dan bagian penghitung. Komunikasi antara
kedua bagian tersebut menggunakan komunikasi nirkabel. Kecepatan arus air
didapat dengan cara membandingkan jumlah putaran kincir yang terdapat pada
current meter selama waktu yang ditentukan oleh pengguna. Mikrokontroler
memproses hasil perbandingan tersebut kemudian menampilkan hasil perhitungan
tersebut pada LCD. Pengujian sistem dilakukan di Sungai Cisadane, Tangerang
dan dinilai dapat mengukur kecepatan arus air dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Adityo Abiharyo, Dr. Ir. H. K. Ir. H. N. M. (2019). ANALISA KAWASAN


BANJIR DI KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG. Adityo Abiharyo,
Dr.Ir.Hj Kartini, Ir. H. Nasrullah, MT, 12–35.

Masykur, R. H., Amin, B., Husein Siregar, S., Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Indragiri Hilir Jl Akasia No, B., Riau, T., Perikanan dan
Kelautan Universitas Riau Jalan Binawidya, F. K., & Panam, S. (2018).
Analisis Status Mutu Air Sungai Berdasarkan Metode STORET Sebagai.
https://dli.ejournal.unri.ac.id/index.php/DL/article/view/6704/6014
Hardianto, A., Wibowo, H., & Kartini. (2019). FAKTOR KOEFISIEN KOREKSI
PERHITUNGAN KECEPATAN ARUS MENGGUNAKAN CURRENT
METER DAN PELAMPUNG STUDI KASUS SUNGAI JAWI.
https://www.google.co.id

Handychang, H., & Indriaty, F. (2017). Sistem Pengukur Kecepatan Arus Air
Menggunakan Current Meter Tipe “1210 AA”. TESLA: Jurnal Teknik
Elektro, 19(1), 81-95.
Sakinah, W., & Palippui, H. (2019). Perancangan Alat Pengukur Arus Air
Sederhana dari Bahan Daur Ulang. SENSISTEK: Riset Sains dan Teknologi
Kelautan, 18-22

Staddal, I., Haridjaja, O., Hidayat, Y., Mesin, D., Pertanian, P., Gorontalo, P.,
Departemen, ), Tanah, I., Lahan, S., Faperta, G., Ipb, K., & Bogor, D.
(2016). Analisis Debit Aliran Sungai DAS Bila…(Ikrima Staddal, Oteng
Haridjaja, dan Yayat Hidayat) ANALISIS DEBIT ALIRAN SUNGAI DAS
BILA SULAWESI SELATAN THE ANALYSIS OF STREAMFLOW ON BILA
WATERSHED, SOUTH SULAWESI.
https://jurnalsda.pusair-pu.go.id/index.php/JSDA/article/view/56

Perdana Yoga, G., & Utomo, P. (2021). KALIBRASI BANGUNAN UKUR DEBIT
DAERAH IRIGASI PENDOWO MENGGUNAKAN ALAT CURRENT
METER CALIBRATION OF THE PENDOWO IRRIGATION DEBIT
MEASUREMENT BUILDING USING CURRENT METER CALIBRATION
OF THE PENDOWO IRRIGATION DEBIT MEASUREMENT BUILDING
USING CURRENT METER (Doctoral dissertation, University Technology
Yogyakarta).
Handychang, H., & Indriaty, F. (2017). Sistem Pengukur Kecepatan Arus Air
Menggunakan Current Meter Tipe “1210 AA”. TESLA: Jurnal Teknik
Elektro, 19(1), 81-95.
Setiawan, B. (2022). Analisis Kecepatan Arus Air Menggunakan Current Meter
dan Karakteristik Sungai Tuan Haji Besar Muhammad Arsyad Al Banjari
Kabupaten Banjar (Doctoral dissertation, Universitas Islam Kalimantan
MAB).
Saifurridzal, S., Hidayah, E., Halik, G., & Widiarti, W. Y. (2023). Pengukuran
Debit di Saluran Irigasi (Studi Lokasi Daerah Irigasi Kabupaten
Jember). PEKAT: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 59-66.
Nefilinda, N., Suryani, A. I., & Rianto, S. POTENSI DAERAH ALIRAN
SUNGAI DI NAGARI SUNGAI DURIAN KECAMATAN PATAMUAN
KABUPATEN PADANG PARIAMAN.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu
Adapun waktu pelaksanaan praktikum Hidraulika pada percobaan
Pengukuran langsung debit aliran sungai adalah:
Hari/Tanggal : Minggu, 26 Mei 2024
Pukul : 16 : 00 – 17 : 45

3.1.2 Tempat
Adapun lokasi praktikum ini bertempat di Sungai Nanga – Nanga, Kebun
Raya, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Gambar 3.1 Lokasi Pengukuran titik I
Sumber : (Google Earth Pro)

Gambar 3.2 Lokasi Pengukuran Titik II


Sumber : (Google Earth Pro)
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun Alat yang digunakan pada metode percobaan pengukuran langsung
debit aliran sungai adalah sebagai berikut:
1. Flow Watch Current Meter

Gambar 3.3 Flow Watch Current Meter


Sumber : (Google image.2024)

2. Helm Safety

Gambar 3.4 Helm Safety


Sumber : (Google Image.2024)

3. Sepatu Safety

Gambar 3.5 Sepatu Safety


Sumber : (Google Image.2024)

4. Rompi

Gambar 3.6 Rompi


Sumber : (Google Image.2024)
5. Global Positioning System (GPS)

Gambar 3.7 GPS


Sumber : (Google Image.2024)
6. Meteran atau Mistar

Gambar 3.8 Meteran


Sumber : (Google Image)
7. Kamera

Gambar 3.9 Kamera


Sumber : (Google Image.2024)
8. Stopwatch
Gambar 3.10 Stopwatch
Sumber ; (Google Image)

9. Papan computer dan alat tulis

Gambar 3.11 Papan computer dan alat tulis


Sumber : (Google Image)
10. Payung

Gambar 3.12 payung


Sumber : (Google Image.2024)
3.2.2 Bahan
Adapun Alat yang digunakan pada metode percobaan pengukuran langsung
debit aliran sungai adalah Kertas.

3.3 Prosedur Percobaan


Berikut adalah prosedur metode percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Awali dengan niat, doa dan semangat.
2. Lengkapi alat sesuai dalam modul ini.
3. Penentuan lokasi pengukuran yang memiliki aliran stabil dan representatif
untuk pengukuran serta lokasi yang aman.
4. Melakukan pengaturan alat Flow Watch Current Meter pada wading rod
atau handle serta dikalibrasi alat sesuai petunjuk jika diperlukan
5. Melakukan pengukuran Penampang Sungai dengan menentukan beberapa
titik pengukuran kecepatan disepanjang penampang sungai dengan membagi
beberapa segmen sesuai kondisi lapangan.
6. Melakukan pengukuran kedalaman.
7. Melakukan pengukuran kecepatan aliran pada kedalaman yang sudah
ditentukan. (0.2D, 0.6D, dan 0.8D dari dasar sungai, di mana D adalah
kedalaman total).
8. Biarkan sensor beberapa saat hingga stabil dan catat kecepatan yang
ditampilkan pada display unit.
9. Lakukan pengukuran ini di semua titik sepanjang penampang sungai yang
telah ditentukan.
10. Lakukan pengulangan pengukuran kecepatan aliran di beberapa titik untuk
memastikan akurasi dan konsistensi data.
11. Pencatatan data hasil pengukuran kecepatan dan kedalaman di setiap titik ke
dalam lembar kerja.
12. Pastikan untuk mencatat kondisi cuaca dan faktor lain yang mungkin
mempengaruhi hasil pengukuran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Pada Titik Pertama


4.1.1 Data Pengamatan
Tabel 4.1 Data hasil pengamatan pada titik pertama
Kecepatan (m/dt)
Raai (m) Lebar (m) Dalam (cm) Dalam (m) Dalam Kincir (m)
1 2
0 0 0 0 0,2 0 0
1,3 1,3 30 0,3 0,2 1 0,9
2,5 1,3 32 0,32 0,2 1 1,1
3,78 1,3 0 0 0,2 0 0

15,5 0,155
Sumber : Hasil pengamatan kelompok V (lima),2024

Tabel 4.2 Data hasil pengukuran pada titik kedua


Kecepatan (m/dt)
Raai (m) Lebar (m) Dalam (cm) Dalam (m) Dalam Kincir (m)
1 2
0 0 0 0 0,2 0 0
1,1 1,1 26 0,26 0,2 1,1 1
2,1 1,1 33 0,33 0,2 0,8 0,7
3,18 1,1 0 0 0,2 0 0
14,75 0,1475
Sumber : Hasil pengamatan kelompok V (lima),2024

4.1.2 Analisis Data


1. Pada Pengukuran Titik Pertama
Menghitung Rerata (m/dtk)
Dik : v1 = 1 m/dtk
v2 = 0,9 m/dtk
Dit : Vrerata = …….?
Penyelesaian
v 1+ v 2
Vrerata =
2
1+ 0 , 9
= 2

= 0,95 m/dtk
Menghitung Luas (m²)
Dik : b = 1,3 m
h = 30 m
Dit : A = ………?
Penyelesaian
A =b.h
=1,3 x 30
= 37,8 m²
Menghitung debit (Q)
Dik : A = 37,8 m²
v = 0,95 m/dtk
Dit : Q = ………?
Penyelesaian
Q =A.v
= 27,56 x 1,05
= 35,91 m³/dtk

Kecepatan rata – rata v


Dik : vrerata1= 0
Vrerata2= 1,05
v3rerata3= 0,75
v4rerata4= 0
Dit : v = ………?

Penyelesaian

v rerata 1+ v rerata 2+ vrerata3


𝒗
ഥ =
n

0+37 , 8+1 , 05+0


=
4

= 0,5 m

Luas Penampang (A)

Dik : b = 3,78 m
h = 0,155 m

Dit : A = ………?

Penyelesaian

A =b.h

= 3,78 x 0,155

= 0,5859 m²

Debit (Q)

Dik : v = 0,5 m

A = 0,5859 m²

Dit : Q =v.A

= 0,5 x 0,5859

= 0,29295 m³/dtk

2. Pada Pengukuran Titik Kedua


Menghitung Rerata (m/dtk)
Dik : v1 = 1,1 m/dtk
v2 = 1 m/dtk
Dit : Vrerata = …….?
Penyelesaian
v 1+ v 2
Vrerata =
2
1, 1+1
= 2

= 1,05 m/dtk
Menghitung Luas (m²)
Dik : b = 1,1 m
h = 26 m
Dit : A = ………?
Penyelesaian
A =b.h
=1,1 . 26
= 27,56 m²
Menghitung debit (Q)
Dik : A = 27,56
v = 1,05
Dit : Q = ………?
Penyelesaian
Q =A.v
= 27,56 x 1,05
= 28,938
Kecepatan rata – rata v
Dik : v1 =0
v2 = 1,05
v3 = 0,75
v4 =0
Dit : v = ………?
Penyelesaian
v 1+ v 2+… ..+vn
𝒗
ഥ =
n
0+1 , 05+0 , 75+0
=
4
= 0,45 m
Luas Penampang (A)
Dik : b = 3,18 m
h = 0,1475 m
Dit : A = ………?
Penyelesaian
A =b.h
= 3,18 x 0,1475
= 0,46905 m²
Debit (Q)
Dik : v = 0,45 m
A = 0,46905 m²
Dit : Q =v.A
= 0,45 x 0,46905
= 0,2110725 m³/dtks

Anda mungkin juga menyukai