Laporan Enzim 1
Laporan Enzim 1
Laporan Enzim 1
ENZIM (1)
(Uji Terhadap Pereaksi Molisch, Uji Terhadap Pereaksi Biuret,
Uji Klorida, Uji Musin, Uji Sulfat, Uji Fosfat, dan Pengaruh Suhu
Pada Aktivitas Amilase Air Liur)
Kelompok 6
Ilmi Amalia Yasin J3P114001
Fika Andarwati J3P114004
Nur Hidayat J3P114006
Grillinda Vicky N.P J3P114007
Fazar Ismail J3P114025
METODE PRAKTIKUM
Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum mengenai uji lipid dilakukan pada Jumat, 13 Maret 2015 pada
pukul 07.00-11.00 WIB. Tempat pelaksanaan praktikum adalah laboratorium GG
Kim 05.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan diantaranya beberapa tabung
reaksi, gelas piala, pipet mohr, pipet tetes, thermometer air, kertas lakmus, pH
indikator, kertas saring, papan porselen, bak plastik dan penangas air. Bahan-
bahan yang dibutuhkan : asam asetat encer, air liur, pereaksi Molisch, asam sulfat
pekat, pereaksi Millon, albumin, gelatin, kasein, HNO 3 10%, AgNO3 2%, HCL
10%, BaCl2, urea 10%, ferosulfat khusus, aquades, dan larutan kanji 1%.
Prosedur Percobaan
Pengumpulan saliva encer, rongga mulut dibersihkan dengan cara
berkumur berkali-kali. Sepotong kapas atau kertas saring yang dibasahi dengan
sedikit asam asetat encer dan dikunyah. Sebanyak 50 ml air liur dikumpulkan
dalam gelas piala.
Pengukuran suhu, Air liur dalam gelas piala dimasukkan termometer air
dan diukur suhunya.
Uji lakmus, pewarna FF, dan pewarna MO. Air liur diteteskan pada
lempeng tetes dan diuji dengan menggunakan kertas lakmus merah, kertas lakmus
biru, pewarna FF, dan pewarna JM.
Uji Molisch. Sebanyak 2 tetes pereaksi Molisch ditambahkan ke dalam 5
mL air liur dan dikocok. Melalui dinding tabung reaksi ditambahkan H 2SO4 pekat
tetes demi tetes. Warna ungu kemerahan pada batas antara kedua lapisan
menunjukkan hasil positif sedangkan warna hijau menunjukkan hasil negatif.
Uji Biuret. Sebanyak 5 tetes pereaksi Biuret ditambahkan ke dalam 3 mL
air liur. Campuran dipanaskan baik-baik. Hasil positif jika terjadi perubahan
warna menjadi merah atau kuning. Jika pereaksi yang digunakan terlalu banyak
maka warna akan hilang pada pemanasan.
Uji klorida. Sebanyak 1 mL air liur diasamkan dengan 1 mL HNO 3 10%.
Setelah diasamkan, sebanyak 1 mL AgNO 3 2% ditambahkan ke dalam campuran.
Endapan putih yang terbentuk menunjukkan adanya klor.
Uji musin. Sebanyak 2 mL air liur ditambahkan dengan asam asetat encer.
Penambahan asam asetat encer ke dalam air liur sampai terbentuk endapan putih
yang amorfous.
Uji sulfat. Sebanyak 1 mL air liur diasamkan dengan 1 mL HCl 10%.
Setelah diasamkan, sebanyak 1 mL BaCl 2 ditambahkan ke dalam campuran.
Endapan putih yang terbentuk menunjukkan adanya sulfat.
Uji fosfat. Sebanyak 1 mL air liur ditambahkan dengan 1 mL larutan urea
10% dan 1 mL pereaksi molibdat. Campuran diaduk dengan rata dan ditambahkan
dengan 1 mL larutan ferosulfat. Pembentukan warna biru atau hijau pada larutan
yang semakin lama semakin pekat menunjukkan adanya fosfat.
Pengaruh suhu pada aktivitas amilase air liur. Sebanyak empat tabung
masing masing diisi dengan 2 mL air liur dan 2 mL aquades, kemudian dikocok
dengan baik. Tabung 1 diletakkan pada penangas es yang bersuhu 10°C, tabung 2
pada suhu kamar, tabung 3 pada penangas air bersuhu 37°C, dan tabung 4 pada
penangas air bersuhu 80°C selama 15 menit. Setelah itu masing-masing tabung
ditambahkan 2 mL larutan kanji 1%. Tabung dikocok dan disimpan diletakkan
pada masing-masing suhu selama 10 menit. Setiap isi tabung dipindahkan menjadi
dua bagian, satu bagian isi tabung diuji dengan pereaksi yodium sedangkan bagian
yang lain diuji dengan pereaksi Benedict.
a b c
Gambar 1 Hasil uji sifat asam atau basa air liur dengan kertas lakmus merah (a),
pewarna MO (b), dan pewarna FF (c).
Gambar 9 Reaksi yang terjadi pada uji Molisch (Noveline et al. 2010)
Prinsip uji Biuret ialah ion Cu 2+ dalam suasana basa akan bereaksi dengan
polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi Biuret positif terhadap dua
buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau
dipeptida, yaitu dipeptida dari asam-asam amino histidin, serin, dan treonin.
Reaksi pun positif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus: -
CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan –CONH2. Fungsi dari uji Biuret adalah untuk
membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein (Putriyanti et al.
2012). Menurut Raras (2010), reaksi Biuret menggunakan beberapa reagen, yaitu
CuSO4 dan NaOH. CuSO4 berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya
akan membentuk komplesk dengan protein. Sementara penambahan NaOH
berfungsi untuk menyediakan basa. Suasana basa akan membantu membentuk
Cu(OH)2 yang nantinya akan menjadi Cu 2+ dan 2OH-. Reaksi positif pada uji
Biuret sesuai dengan pernyataan Raras (2010) bahwa air liur mengandung protein.
Reaksi yang terjadi pada uji Biuret dapat dilihat pada gambar 3.
DAFTAR PUSTAKA
Soesilo D, Santoso RE, dan Diyatri I. 2005. Peranan sorbitol dalam
mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses proses pencegahan
karies. Maj Ked Gigi (Dent J). 38(1): 25-28
Putriyanti F, Herda E, Soufyan A. 2012. Pengaruh saliva terhadap diametral
tensile strength micro fine hybrid resin composite yang direndam dalam
minuman isotonic. J PDGI . 61(1): 43-47
Elhadi AI, Elkhalil, Fatima YG. 2011. Biochemical characterization of
thermophilic amylase enzyme isolated from Bacillus strains. Journal of
Sience and Nature . 2(3): 616 – 620
Arunsasi, Manthirikani S, Jegadeesh G, Ravikumar M. 2010. Submerged
fermentation of amylase enzyme Byaspergillus flavus using cocos
nucifera meal. Kathmandu University Journal Of Science, Engineering
And Technology. 6(2). 75-87.
Zusfahair, Ningsih DR. 2012. Pembuatan dekstrin dari pati ubi kayu
menggunakan katalis amilase hasil fraksinasi dari Azopirillum sp.
JG3. Molekul. 7(1): 9-19.
Jayanti RT. 2011. Pengaruh pH, suhu, hidrolisis enzim α-amilase dan konsentrasi
ragi roti untuk produksi etanol menggunakan pati bekatul [skripsi].
Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret
Raras HAA. 2010. Penetapan Kadar Protein Secara Biuret. Yogyakarta (ID):
Univeritas Sanatha Dharma Pr.
Novelina S, Satyaningtijas AS, Agungpriyono S, Setijanto H, Sigit K. 2010.
Morfologi dan histokimia kelenjar mandibularis walet linchi (Collocalia
linchi) selama satu musim berbiak dan bersarang. J KH. 4(1): 1978-225.
Khopkar SM. 2011. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptorahardjo A, penerjemah;
Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Basic Concepts of Analytical
Chemistry.
Poedjiadi A. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.
Matjesh S. 2010. Kimia Organik II. Jakarta (ID): Depdikbud.
Sirajuddin. 2011. Penuntun Pratikum Biokimia. Makassar (ID): Unhas Press.
Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta (ID): EGC.