Pengertian Kebijakan Moneter

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

UJIAN EKONOMI

NAMA : PERPETUA TABUN TEME

KELAS : FASE F1C

SMA NEGERI MANAMAS

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter adalah sistem kontrol bank sentral terhadap vesarn moneter,
seperti jumlah uang beredar, uang primer, kredit perbankan dan suku bunga. Kebijakan
moneter memiliki hubungan yang sangat erat dengan kebijakan fiskal. Keduanya menjadi
instrumen kunci dalam mengatur perekonomian suatu negara. Meskipun keduanya berperan
dalam pengaturan ekonomi namun terdapat perbedaan mendasar diantara keduanya.
Perbedaan kebijakan moneter dan fiskal terletak pada siapa yang mengambil langkah
tersebut. Kebijakan moneter diimplementasikan oleh bank sentral, sementara kebijakan
fiskal diterapkan oleh pemerintah (Kementerian Keuangan)
Fokus kebijakan moneter lebih pada pengaturan uang beredar dan suku bunga,
sedangkan kebijakan fiskal lebih menitikberatkan pada anggaran pemerintah dan pajak.
Contoh kebijakan moneter yang diterapkan di Tanah Air adalah ketika Bank Indonsia (BI)
menaikkan suhu bunga acuan untuk mengendalikan inflasi saat terjadi kenaikan harga
secara signifikan. Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral yang berperan
penting dalam suatu perekonomian. Peran kebijakan tersebut dilihat dari kemampuannya
dalam mencapai sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga,
perluasan kesempatan kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran. Salah satu sasaran yang
menjadi tolak ukur kemampuan perekonomian dalam suatu negara dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Tak terkecuali untuk negara berkembang seperti
Indonesia, pertumbuhan ekonomi masih menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu, hal ini
menjadi sasaran akhir kebijakan moneter. Dalam instrumen moneter juga terdapat lima
saluran transmisi kebijakan moneter yang dapat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi
dan keuangan. Lima saluran itu diantaranya adalah saluran uang, saluran kredit, saluran
suku bunga, saluran nilai tukar dan ekspetasi inflasi.
Mekanisme transmisi moneter dimulai dari tindakan bank sentral dengan
menggunakan instrumen moneter operasi pasar terbuka (OPT) atau yang lain, dalam
melaksanakan kebijakan moneternya. Tindakan itu kemudian, berpengaruh terhadap
aktivitas ekonomi dan keuangan melalui berbagai saluran transmisi kebijakan moneter. Di
bidang keuangan, kebijakan moneter berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga, nilai
tukar dan harga saham di samping volume dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit
yang disalurkan bank kepada dunia usaha, penanaman dana pada obligasi, saham maupun
sekuritas lainnya. Sementara itu, di sektor ekonomi riil kebijakan moneter selanjutnya
mempengaruhi perkembangan konsumsi, investasi, ekspor-impor, hingga pertumbuhan
ekonomi dan inflasi yang merupakan sasaran akhir kebijakan moneter.
Untuk mencapai sasaran tersebut terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya yaitu:
1) Perubahan perilaku bank sentral, perbankan, dan para pelaku ekonomi dalam
berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya.
2) Lamanya tenggat waktu (log) sejak kebijakan moneter ditempuh sampai sasaran
inflasi tercapai.
3) Terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi moneter itu sendiri sesuai
dengan perkembangan ekonomi dan keuangan di Negara yang bersangkutan.

B. TUJUAN KEBIJAKAN MONETER


Kebijakan moneter meiliki tujuan utama, yakni mencapai stabilitas nilai mata
uang, menjaga stabilitas sistem pembayaran, dan mendukung stabilitas sistem keuangan
guna mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Ketika stabilitas ekonomi
terganggu, aturan itu dapat digunakan sebagai alat untuk memulihkannya, serta
memberikan dukungan kepada pemerintah dalam menjalankan program yang belum atau
yang tidak terealisasi.
Beberapa tujuan kebijakan moneter diantaranya:
1) Menjaga kestabilan ekonomi, artinya, pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang
dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
2) Menjaga kestabilan harga, artinya harga suatu barang merupakan hasil interaksi
antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar.
3) Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (Medium of exchange) dalam
perekonomian.
4) Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan
stabilitas harga barang.
5) Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi
yang diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.
6) Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi
melalui sumber penerimaan yang normal.
7) Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian stabil, pengusaha akan
mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya
investasi akan membuka lapanagan kerja baru sehingga memperluas kesempatan
kerja masyarakat.
8) Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan
jalan meningkatkan kspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke
dalam negeri atau sebaliknya.

C. FUNGSI KEBIJAKAN MONETER


Kebijakan moneter merupakan instrumen penting pada setiap negara untuk
menjaga kondisi perekonomian agar tetap stabil.
Secara umum, fungsi dari kebijakan moneter adala :
1) Menjaga iklim investasi dalam sebuah negara.
2) Meningkatkan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
3) Menjaga stabilitas terhadap mata uang asing.
4) Menjaga keseimbangan antara ketersediaan barang dengan permintaan masyarakat.
5) Mengndalikan laju inflasi dan mencgah aktivitas ekonomi yang berlebihan.

D. JENIS-JENIS KEBIJKAN MONETER


Jenis Kebijakan moneteer trbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Tight Money Policy (Kebijakan Uang Ketat)

Tight money policy adalah kebijakan bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar di
masyarakat. Kebijakan ini dilakukan dengan menaikkan suku bunga jangka pendek melalui
perubahan kebijakan pada tingkat diskonto, yang juga dikenal sebagai tingkat dana federal
menjual surat-surat berharga (kebijakan pasar terbuka), menaikkan cadangan kas (kebijakan
cash ratio), dan membatasi atau memperketat pemberian kredit.

Tight money policy adalah tindakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk memperlambat
pertumbuhan ekonomi yang terlalu panas, untuk membatasi pengeluaran ekonomi yang
terlihat terlalu cepat atau untuk mengekang inflasi saat itu naik terlalu cepat. Saat
mempertimbangkan kebijakan moneter, penting mlihat tingkat bunga riil. Ini adalah suku
bunga – inflasi. Jika inflasi 10% dan suku bunga nominal hanya 9 % nak suku bung riil -1%.
Namun jika inflasi 0,5 % dan suku bunga nominal 2%, maka suku bung riil lebih tinggi
1,5%.

Pada tahun 1920-an, Inggris mengalami periode inflasi dan deflasi yang rendah yang
menyebabkan suku bunga riil sangat tinggi

Ini berarti selama 1920-an Inggris menjalankan kebijakan moneter yang ketat yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi rendah, inflasi rendah, dan pengangguran tinggi.

Kebijakan moneter yang ketat melibatkan:


1) Menaikkan suku bunga.

Suku bunga yang lebih tinggi cenderung menurunkan permintaan agregat (AD) karena:

 Meminjam menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, perusahaan dan konsumen tidak
disarankan untuk berinvestasi dan berbelanja.

 Menabung menjadi lebih menarik. Oleh karena itu, perusahaan dan konsumen
cendrung lebih menyimpan uang di bank daripada membelanjakan.

 Mengurangi pendapatan yang yang dapat dibuang. Konsumen dengan hipotek variable
akan melihat kenaikan pembayaran bunga hipotek bulanan. Oleh bkarena itu
pendapatan mereka akan lebih sedikit untuk dibelanjakan.

 Efek nilai tukar. Dengan menaikkan suku bunga, nilai tukar cendrung menguat karena
aliran uang panas mengambil keuntungan dari tingkat tabungan yang lebih baik di
negara tersebut. Apresiasi nilai tukar juga membantu mengurangi tekanan inflasi
impor akan lebih murah. Selain itu, akan ada lebih sedikit permintaan untuk ekspor,
yang menyebabkan penurunan permintaan agregat.

2) Oprasi pasar terbuka.


Bank sentral juga dapat memeperketat kebijakan moneter dengan membatasi suplai uang.
Untuk melakukan ini, mereka dapat mencetak lebih sedikit uang atau menjual obligasi
pemerintah jangka panjang ke sektor perbankan. Dengan menjual obligasi bank melihat
penurunan likuiditas dan karenanya mngurangi pinjaman.

2. Easy Money Policy (Kebijakan Uang Longgar)

Easy money policy adalah kebijakan bank sentral untuk menambah jumlah uang beredar di
masyarakat. Kebijakan ini dapat dilakuakan dengan menurunkan tingkat suku bunga
(kebijakan diskonto), membeli surat-surat berharga (kebijakan pasar terbuka), penurunan
cadangan kas (kebijakan cash ratio), dan mempermudah pemberian kredit.
Kebijakan ini dipilih pemerintah dan bank sentral untuk berbagai tujuan, seperti
meningktkan kesejahteran masyarakat dan menciptakan stabilitas ekonomi. Biasanya
kebijakan ini dipilih ketika suatu negara mengalami resesi atau depresi ekonomi. Ketika
perekonomin mengalami perlambatan, orang cendrung menyimpan uangnya di bank untuk
menghindari kerugian akibat penurunan nilai tukar. Akibatnya perputaran ekonomi jadi
lambat dan dalam mengatasi hal ini, pemerintah dan bank sentral mengambil langkah
melalui penerapan kebijakan uang longgar. Langka ini diambil untuk meningkatkan jumlah
uang yang beredar di masyarakat.

Easy money policy adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah uang yang
beredar di masyarakat dalam perekonomian suatu negara. Ketika jumlah uang yang beredar
meningkat, hal ini dapat mendoromg pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan permintaan
masyarakat. Berikut ini adalah dampak posetif dan negtif dari kebijkan Easy money policy
adalah sebagai berikut:
1) Dampak negative
Terjadinya peningkatan jumlah uang yang beredar di masyarakat dapat menyebabkan
terjadinya inflasi. Inflasi sendriri dapat memberikan keuntungan maupun kerugian bagi
perekonomian suatu negara. Jika bank sentral menerapkan kebijakan yang terlalu agresif,
jumlah uang beredar dapat tumbuh dengan tidak terkendali. Oleh karena itu bank sentral
perlu mengambil tindakan bijak untuk mengatasinya, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:

 Memastikann bahwa pertumbuhan total output tidak terlalu cepat, kren hal ini
dapat menyebabkan tekanan inflasi tinggi.

 Mengendalikan pertumbuhan total output untuk mencegah terjadinya inflasi yang


tinggi, dalam kasus yang ekstrem dapat menyebabkan hiperinflasi.

2) Dampak Posetif.

Ketika permintaan meningkat, ini akan mendorong perusahaan atau bisnis untuk
meningkatkan jumlah produksi dan merekrut lebih banyak pekerja. Secara keseluruhan,
dampak posteif dari penerapan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

 Mendorong pertumbuhan ekonomi.

 Menurunkan angka pengangguran.

 Meningkatkan inflasi.

Beberapa langka yang dapat dilakukan dalam Easy money policy adalah:

1) Oprasi Pasar Terbuka.


Contoh kebijakan moneter uang longgar yang pertama adalah melalui oprasi pasar
terbuka yaitu dengan membeli surat berharga pemerintah.

2) Menurunkan Rasio Cadangan Wajib.


Setiap bank komersial harus mempertahankan jumlah minimum dan cadangan di bank
sentral dan brangkasnya untuk menghadapi resiko-resiko potensial. Oleh Karena itu bank
tidak menggunakan seluruh simpanan yang dimilikinya untuk memberikan pinjaman.
Bank komersial harus mengaloksikan presentase tertentu dari deposito mereka sebagai
cadangan sesuai dengan regulasi bank sentral.

Misalnya jika bank sentral menetapkan rasio cadangan wajib sebesar 10 % itu berarti
bank komersial harus menyisihkn 10 dari setiap 100 simpanan yang diterima.

Ketika pemerintah dan bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang yang beredar di
masyarkat, bank sentral dapat menurunkan rasio cadangan wajib menjadi 5% .
penurunan rasio cadangan ini diharapkan akan meningkatkan likuiditas dalam ekonomi
dan menurunkan suku bunga pinjaman. Dengan demikian, diharapkan bahwa masyarakat
dan bisnis dapat dengan mudah mendapatkan pinjaman dengan suku bunga terjangkau.

3) Pemotongan suku bunga kebijakan


Ketika suatu negara sedang mengalami resesi atau perlambatan laju ekonomi, bank
sentral dapat menurunkan suku bunga cadang.

E. INSTRUMEN KEBIJKAN MONETER.


Berikut ini adalah instrument kebijakan moneter yaitu sebagai berikut:
1. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Policy)

Kebijakan operasi pasar terbuka (open market policy) adalah salah satu kebijakan
yang diambil bank sentral untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar dengan
cara menjual atau membeli surat-surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Oprasi pasar terbuka menjadi instrumen saat pemerintah mengontrol peredaran uang melalui
penjualan atau pembelian surat-surat berharga pemerintah. Jika bank sentral membeli surat
berharga, harganya akan naik, diikuti penurunan tingkat suku bunga dan jumlah uang
beredar meningkat. Ssebaliknya, untuk menekan jumlah uang beredar, bank sentral akan
menjual surat berhargam yang menyebabkan harganya jatuh, dan suku bunga naik.
Bank sentral akan menjual SBI jika jumlah uang beredar di masyarakat sangat tinggi, hal ini
dimaksudkan untuk menarik uang yang beredar kembali masuk ke bank sentral. Sebaliknya
jika jumlah uang yang beredar lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah barang dan
jasa bank sentral bisa melakukan dengan membeli SBI dari masyarakat dengan tujuan untuk
menambah jumlah uang yang beredar.

2. Kebijakan Diskonto (Discount Policy)

Kebijakan Diskonto (Discount Policy) Adalah kebijakan bank sentral untuk mengatur
jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan mengubah (menaikkan atau menurunkan)
tingkat suku bunga bank umum. Jika jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala
inflasi), bank sentral dapat mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan suku bunga bank
umum dengan tujuan untuk merangsang masyarakat untuk menabung sehingga jumlah uang
beredar kembali masuk ke bank. Sebaliknya jika terjadi kondisi deflasi dimana jumlah uang
beredar lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa, maka bank sentral dapat
mengambil kebijakan menurunkan tingkat suku bunga bank umum dengan harapan
masyarakat banyak melakukan pinjaman dari bank yang pada akhirnya menambah jumlah
uang yang beredar di masyarakat.
3. Kebijakan Cadangan Kas Di Bank (Cash Ratio Policy)

Kebijakan Cadangan Kas Di Bank (Cash Ratio Policy) Adalah kebijakan bank sentral untuk
mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan menaikkan atau menurunkan
jumlah cadangan kas minimum yang ada di bank. Jika terjadi inflasi dimana jumlah uang
yang beredar melebihi dari jumlah barang dan jasa bank sentral dapat mengambil kebijakan
menaikkan jumlah cadangan kas minimum yang ada di bank umum. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengurangi kemampuan bank umum dalam memberikan kredit kepada
masyarakat yang pada akhirnya jumlah uang yang beredar menjadi semakin berkurang.
Demikian pula sebaliknya jika terjadi deflasi dimana jumlah uang yang beredar di
masyarakat lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa, bank sentral dapat
mengambil kebijakan menurunkan jumlah cadangan kas minimum di bank umum. Hal ini
dengan tujuan untuk menambah kemampuan bank umum dalam memberikan pinjaman
kepada masyarakat.
4. Kebijakan Kredit Selektif

Kebijakan ini dapat diambil oleh bank sentral pada saat ekonomi sedang mengalami gejala
inflasi. Kebijakan ini dilakukan dengan memperketat syarat-syarat pemberian kredit kepada
masyarakat atau yang sering disebut dengan syarat 5C (Character, Capacity, Collateral,
Capital, dan Condition).
5. Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion).

Bank sentral dapat memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai pengumuman,
pidato, dan edaran yang ditujukan kepada bank umum dan pelaku moneter lainnya. lsinya
dapat berupa ajakan ataupun larangan untuk menahan atau melepaskan pinjaman dan
tabungan.
6. Kebijakan Rasio Cadangan Wajib.

Instrumen rasio cadangan wajib digunakan ketika Bank Indonesia berusaha mengurangi
cadangan kas uang bank, dengan mengedarkan uang melalui pinjaman. Sebaliknya untuk
menambah cadangan kas, uang yang beredar di masyarakat ditarik dengan peningkatan suku
bunga tabungan.

7. Penetapan Suku Bunga Acuan


Bank Indonesia mengendalikan peredaran uang melalui penetapan suku bunga. Suku bunga
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia menjadi acuan bagi bank umum di seluruh
Indonesiadalam menjalankan aktivitasnya.

8. Imbauan Moral

Instrumen terakhir adalah himbauan moral, di mana Bank Indonesia sebagai bank sentral
memberikan imbauan kepada seluruh bank umum untuk menjalankan kebijakan penurunan
atau peningkatan suku suku bunga pinjaman.

9. Politik Saneering

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No 3 tahun 2004 pasal 7 tntang Bank
Indonesia. Kebijkan moneter yang dilakukan oleh bank sentral dengan cara pngguntingan
(Pemotongn) uang disebut dengn politik saneering. Politik Saneering diterapkan ketika
terjadi hiperinflasi.

10. Devaluasi
Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai rupiah terhadap mata uang
asing.

11. Revaluasi

Revaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menaikkan nilai mata uang dalam negeri
terhadap mata uang asing.

F. FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN KEBIJAKAN MONETER.


Untuk menentukan tingkat keberhasilan kebijakan moneter, bank sentral menggunakan
3 indikator, yaitu:
1. Uang beredar (Monetary Targeting)
2. Penargetan Nilai Tukar (Exchange Rute Targeting)
3. Target Inflasi (Inflation Targeting)
Penjelasan dalam tabl berikut:

Indikator Defenisi Kelebihan Kekurangan


Uang beredar Menetapkan Dimungkinkan  Penerapannya
(Monetary pertumbuhan jumlah pelaksanaan kebijakan tergantung pada
Targeting) uang yang bredar di moneter yang kestabilan
masyarakat sebagai independen sehingga hubungan antara
sasaran menengah bank sentral dapat besaran moneter
focus pada dengan ssaran
pengendalian inflasi akhir (inflasi)
 Sulit dipahami
oleh masyarakat
awam.
Penargetan Nilai Menetapkan dan  Dapat meredam  Rentan terhadap
Tukar menyesuaikan nilai laju inflasi. tindakan spekulan.
(Exchange Rute mata uang domestik  Sederhna dn  Gejolak yang
Targeting) terhadap mata uang mudah dipahami terjadi di suatu
negara-negara besar masyrakat. negara dapat
yang memiliki laju  Penargetan nilai langsung
inflasi rendah. tukar ditetapkan berdampak
dengn aturan yang terhadap
mendisiplinkan perekonomin
monetary policy. domestik
Target Inflasi Penetpan target inflasi  Sederhana dan Sinyal terhadap
(Inflation jangka menegah dan target pencapaian pecapaian target tidak
Targeting) komitmen untuk sangat jelas. secepat dengan
mencapai stabilitas  Tidak brgantung pendekatan
harga sebagai tujuan kepada kestabilan sebelumnya.
jangka panjang. hubungan antara
besaran monter
dan sasaran akhir
(Inflasi).
 Meningkatkan
akuntabilitas bank
sentral.
 Kebijakan
moneter dapat
difokuskan pada
pencapaian
kestabilan
perekonomian
domestik.

Anda mungkin juga menyukai