Pengertian Kebijakan Moneter
Pengertian Kebijakan Moneter
Pengertian Kebijakan Moneter
Tight money policy adalah kebijakan bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar di
masyarakat. Kebijakan ini dilakukan dengan menaikkan suku bunga jangka pendek melalui
perubahan kebijakan pada tingkat diskonto, yang juga dikenal sebagai tingkat dana federal
menjual surat-surat berharga (kebijakan pasar terbuka), menaikkan cadangan kas (kebijakan
cash ratio), dan membatasi atau memperketat pemberian kredit.
Tight money policy adalah tindakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk memperlambat
pertumbuhan ekonomi yang terlalu panas, untuk membatasi pengeluaran ekonomi yang
terlihat terlalu cepat atau untuk mengekang inflasi saat itu naik terlalu cepat. Saat
mempertimbangkan kebijakan moneter, penting mlihat tingkat bunga riil. Ini adalah suku
bunga – inflasi. Jika inflasi 10% dan suku bunga nominal hanya 9 % nak suku bung riil -1%.
Namun jika inflasi 0,5 % dan suku bunga nominal 2%, maka suku bung riil lebih tinggi
1,5%.
Pada tahun 1920-an, Inggris mengalami periode inflasi dan deflasi yang rendah yang
menyebabkan suku bunga riil sangat tinggi
Ini berarti selama 1920-an Inggris menjalankan kebijakan moneter yang ketat yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi rendah, inflasi rendah, dan pengangguran tinggi.
Suku bunga yang lebih tinggi cenderung menurunkan permintaan agregat (AD) karena:
Meminjam menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, perusahaan dan konsumen tidak
disarankan untuk berinvestasi dan berbelanja.
Menabung menjadi lebih menarik. Oleh karena itu, perusahaan dan konsumen
cendrung lebih menyimpan uang di bank daripada membelanjakan.
Mengurangi pendapatan yang yang dapat dibuang. Konsumen dengan hipotek variable
akan melihat kenaikan pembayaran bunga hipotek bulanan. Oleh bkarena itu
pendapatan mereka akan lebih sedikit untuk dibelanjakan.
Efek nilai tukar. Dengan menaikkan suku bunga, nilai tukar cendrung menguat karena
aliran uang panas mengambil keuntungan dari tingkat tabungan yang lebih baik di
negara tersebut. Apresiasi nilai tukar juga membantu mengurangi tekanan inflasi
impor akan lebih murah. Selain itu, akan ada lebih sedikit permintaan untuk ekspor,
yang menyebabkan penurunan permintaan agregat.
Easy money policy adalah kebijakan bank sentral untuk menambah jumlah uang beredar di
masyarakat. Kebijakan ini dapat dilakuakan dengan menurunkan tingkat suku bunga
(kebijakan diskonto), membeli surat-surat berharga (kebijakan pasar terbuka), penurunan
cadangan kas (kebijakan cash ratio), dan mempermudah pemberian kredit.
Kebijakan ini dipilih pemerintah dan bank sentral untuk berbagai tujuan, seperti
meningktkan kesejahteran masyarakat dan menciptakan stabilitas ekonomi. Biasanya
kebijakan ini dipilih ketika suatu negara mengalami resesi atau depresi ekonomi. Ketika
perekonomin mengalami perlambatan, orang cendrung menyimpan uangnya di bank untuk
menghindari kerugian akibat penurunan nilai tukar. Akibatnya perputaran ekonomi jadi
lambat dan dalam mengatasi hal ini, pemerintah dan bank sentral mengambil langkah
melalui penerapan kebijakan uang longgar. Langka ini diambil untuk meningkatkan jumlah
uang yang beredar di masyarakat.
Easy money policy adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah uang yang
beredar di masyarakat dalam perekonomian suatu negara. Ketika jumlah uang yang beredar
meningkat, hal ini dapat mendoromg pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan permintaan
masyarakat. Berikut ini adalah dampak posetif dan negtif dari kebijkan Easy money policy
adalah sebagai berikut:
1) Dampak negative
Terjadinya peningkatan jumlah uang yang beredar di masyarakat dapat menyebabkan
terjadinya inflasi. Inflasi sendriri dapat memberikan keuntungan maupun kerugian bagi
perekonomian suatu negara. Jika bank sentral menerapkan kebijakan yang terlalu agresif,
jumlah uang beredar dapat tumbuh dengan tidak terkendali. Oleh karena itu bank sentral
perlu mengambil tindakan bijak untuk mengatasinya, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
Memastikann bahwa pertumbuhan total output tidak terlalu cepat, kren hal ini
dapat menyebabkan tekanan inflasi tinggi.
2) Dampak Posetif.
Ketika permintaan meningkat, ini akan mendorong perusahaan atau bisnis untuk
meningkatkan jumlah produksi dan merekrut lebih banyak pekerja. Secara keseluruhan,
dampak posteif dari penerapan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
Meningkatkan inflasi.
Beberapa langka yang dapat dilakukan dalam Easy money policy adalah:
Misalnya jika bank sentral menetapkan rasio cadangan wajib sebesar 10 % itu berarti
bank komersial harus menyisihkn 10 dari setiap 100 simpanan yang diterima.
Ketika pemerintah dan bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang yang beredar di
masyarkat, bank sentral dapat menurunkan rasio cadangan wajib menjadi 5% .
penurunan rasio cadangan ini diharapkan akan meningkatkan likuiditas dalam ekonomi
dan menurunkan suku bunga pinjaman. Dengan demikian, diharapkan bahwa masyarakat
dan bisnis dapat dengan mudah mendapatkan pinjaman dengan suku bunga terjangkau.
Kebijakan operasi pasar terbuka (open market policy) adalah salah satu kebijakan
yang diambil bank sentral untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar dengan
cara menjual atau membeli surat-surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Oprasi pasar terbuka menjadi instrumen saat pemerintah mengontrol peredaran uang melalui
penjualan atau pembelian surat-surat berharga pemerintah. Jika bank sentral membeli surat
berharga, harganya akan naik, diikuti penurunan tingkat suku bunga dan jumlah uang
beredar meningkat. Ssebaliknya, untuk menekan jumlah uang beredar, bank sentral akan
menjual surat berhargam yang menyebabkan harganya jatuh, dan suku bunga naik.
Bank sentral akan menjual SBI jika jumlah uang beredar di masyarakat sangat tinggi, hal ini
dimaksudkan untuk menarik uang yang beredar kembali masuk ke bank sentral. Sebaliknya
jika jumlah uang yang beredar lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah barang dan
jasa bank sentral bisa melakukan dengan membeli SBI dari masyarakat dengan tujuan untuk
menambah jumlah uang yang beredar.
Kebijakan Diskonto (Discount Policy) Adalah kebijakan bank sentral untuk mengatur
jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan mengubah (menaikkan atau menurunkan)
tingkat suku bunga bank umum. Jika jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala
inflasi), bank sentral dapat mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan suku bunga bank
umum dengan tujuan untuk merangsang masyarakat untuk menabung sehingga jumlah uang
beredar kembali masuk ke bank. Sebaliknya jika terjadi kondisi deflasi dimana jumlah uang
beredar lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa, maka bank sentral dapat
mengambil kebijakan menurunkan tingkat suku bunga bank umum dengan harapan
masyarakat banyak melakukan pinjaman dari bank yang pada akhirnya menambah jumlah
uang yang beredar di masyarakat.
3. Kebijakan Cadangan Kas Di Bank (Cash Ratio Policy)
Kebijakan Cadangan Kas Di Bank (Cash Ratio Policy) Adalah kebijakan bank sentral untuk
mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan menaikkan atau menurunkan
jumlah cadangan kas minimum yang ada di bank. Jika terjadi inflasi dimana jumlah uang
yang beredar melebihi dari jumlah barang dan jasa bank sentral dapat mengambil kebijakan
menaikkan jumlah cadangan kas minimum yang ada di bank umum. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengurangi kemampuan bank umum dalam memberikan kredit kepada
masyarakat yang pada akhirnya jumlah uang yang beredar menjadi semakin berkurang.
Demikian pula sebaliknya jika terjadi deflasi dimana jumlah uang yang beredar di
masyarakat lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa, bank sentral dapat
mengambil kebijakan menurunkan jumlah cadangan kas minimum di bank umum. Hal ini
dengan tujuan untuk menambah kemampuan bank umum dalam memberikan pinjaman
kepada masyarakat.
4. Kebijakan Kredit Selektif
Kebijakan ini dapat diambil oleh bank sentral pada saat ekonomi sedang mengalami gejala
inflasi. Kebijakan ini dilakukan dengan memperketat syarat-syarat pemberian kredit kepada
masyarakat atau yang sering disebut dengan syarat 5C (Character, Capacity, Collateral,
Capital, dan Condition).
5. Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion).
Bank sentral dapat memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai pengumuman,
pidato, dan edaran yang ditujukan kepada bank umum dan pelaku moneter lainnya. lsinya
dapat berupa ajakan ataupun larangan untuk menahan atau melepaskan pinjaman dan
tabungan.
6. Kebijakan Rasio Cadangan Wajib.
Instrumen rasio cadangan wajib digunakan ketika Bank Indonesia berusaha mengurangi
cadangan kas uang bank, dengan mengedarkan uang melalui pinjaman. Sebaliknya untuk
menambah cadangan kas, uang yang beredar di masyarakat ditarik dengan peningkatan suku
bunga tabungan.
8. Imbauan Moral
Instrumen terakhir adalah himbauan moral, di mana Bank Indonesia sebagai bank sentral
memberikan imbauan kepada seluruh bank umum untuk menjalankan kebijakan penurunan
atau peningkatan suku suku bunga pinjaman.
9. Politik Saneering
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No 3 tahun 2004 pasal 7 tntang Bank
Indonesia. Kebijkan moneter yang dilakukan oleh bank sentral dengan cara pngguntingan
(Pemotongn) uang disebut dengn politik saneering. Politik Saneering diterapkan ketika
terjadi hiperinflasi.
10. Devaluasi
Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai rupiah terhadap mata uang
asing.
11. Revaluasi
Revaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menaikkan nilai mata uang dalam negeri
terhadap mata uang asing.