Muhtadi Billah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

EKSPLORASI KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL

SEBAGAI INSTRUMEN PENGELOLAAN EKONOMI MAKRO

Disusun oleh:
Muhtadi Billah / 22 / XIF-7

SMA NEGERI 1 BANGKALAN


BANGKALAN
2024

1
DAFTAR ISI

RINGKASAN ........................................................................................................... 3
GAGASAN ............................................................................................................... 5
KESIMPULAN ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15

2
RINGKASAN

Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal merupakan dua instrumen utama


yang digunakan oleh pemerintah dan bank sentral untuk mengelola ekonomi makro.
Kedua kebijakan ini memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan stabilitas
ekonomi, tetapi mereka melakukannya melalui mekanisme yang berbeda.
Kebijakan moneter, yang dijalankan oleh bank sentral, mengatur jumlah uang
beredar dan tingkat suku bunga untuk mencapai stabilitas harga dan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, kebijakan fiskal, yang dijalankan oleh
pemerintah, melibatkan pengaturan pengeluaran dan pendapatan negara untuk
mempengaruhi tingkat permintaan agregat dan mencapai keseimbangan anggaran.

Kebijakan moneter bertujuan menjaga inflasi pada tingkat yang rendah dan
stabil serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Bank sentral
menggunakan berbagai alat seperti operasi pasar terbuka, suku bunga acuan, dan
cadangan wajib bank untuk mengatur likuiditas dan mempengaruhi suku bunga di
seluruh ekonomi. Kebijakan ini berperan penting dalam menjaga stabilitas harga
dan mengurangi volatilitas ekonomi.

Di sisi lain, kebijakan fiskal berfokus pada pengelolaan anggaran negara


melalui pengeluaran dan perpajakan. Pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran
untuk infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, atau menyesuaikan tarif pajak untuk
mengatur disposable income masyarakat. Tujuan utama kebijakan fiskal adalah
menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menjaga
keseimbangan anggaran.

Interaksi antara kebijakan moneter dan fiskal sangat penting untuk mencapai
tujuan ekonomi makro. Kedua kebijakan ini dapat saling melengkapi atau
bertentangan tergantung pada kondisi ekonomi dan koordinasi antara bank sentral
dan pemerintah. Dalam situasi resesi, kombinasi kebijakan fiskal ekspansif dan

3
kebijakan moneter akomodatif dapat mendorong pemulihan ekonomi. Sebaliknya,
dalam situasi inflasi tinggi, kebijakan moneter ketat dan kebijakan fiskal kontraktif
dapat membantu mengendalikan inflasi.

Pengalaman berbagai negara, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa


koordinasi yang baik antara kebijakan moneter dan fiskal adalah kunci dalam
menjaga stabilitas ekonomi dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Pada
krisis ekonomi 1998, Indonesia menggunakan kombinasi kebijakan moneter ketat
dan reformasi fiskal untuk menstabilkan ekonomi. Selama pandemi COVID-19,
kebijakan fiskal ekspansif dan kebijakan moneter akomodatif membantu
mendukung perekonomian. Keduanya menunjukkan pentingnya fleksibilitas dan
responsifitas kebijakan dalam menghadapi tantangan ekonomi yang dinamis.

4
GAGASAN

A. KEBIJAKAN MONETER

Menurut Muana Nanga, Kebijakan moneter adalah kebijakan yang


dilakukan oleh otoritas moneter dengan mengendalikan jumlah uang yang beredar
dan tingkat suku bunga untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat dan
mengurangi ketidakstabilan ekonomi. Dapat dikatakan bahwa jumlah uang yang
beredar dan tingkat suku bunga sangat penting dalam kebijakan moneter yang dapat
mempengaruhi perekonomian secara makro.

Dilansir dari situs Sumber Belajar Kemendikbud, kebijakan moneter


merupakan satu bagian dari kebijakan makro ekonomi dalam mendukung sasaran
ekonomi makro.Melalui kebijakan moneter dalam ekonomi makro, bank sentral
mempunyai otoritas meneter yang mengatur peredaran uang di masyarakat dan
mengalokasikan uang yang beredar serta mempengaruhi tingkat suku bunga.

Jumlah uang yaang beredar di masyarakat perlu diatur, jika tidak diatur atau
dikendalikan, hal ini akan memberikan pengaruh buruk terhadap perekonomian.
Peningkatan jumlah uang yang beredar yang berlebihan dapat mendorong kenaikan
harga dan dalam jangka panjang dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Sebaliknya jika peningkatan jumlah uang yang beredar
sangat rendah, kelesuan kegiatan ekonomi akan terjadi sehingga akan berdampak
pada penurunan kesejahteraan masyarakat. Kondisi tersebut yang melatarbelakangi
otoritas moneter, dalam hal ini Bank Indonesia selaku bank sentral berperan untuk
mengambil kebijakan pengendalian jumlah uang beredar dalam perekonomian yang
dikenal dengan istilah kebijakan moneter.

Pengaturan peredaran uang merupakan tugas dari Bank Indonesia(BI) yang


sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa
tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestablian nilai rupiah.
Dalam rangka mencapai kestabilan rupiah tersebut, Bank Infonesia melaksanakan
kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus
mempertimbangkan kebijakan umum pemerintahan di bidang perekonomian.

5
Kebijakan moneter di setiap negara dikendalikan oleh otoritas moneter,
dalam hal ini adalah bank sentral. Dalam konteks Indonesia, kebijalan moneter
dikendalikan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral Negara Republik Indonesia.

Adapun indikator stabilitas ekonomi makro yaitu :

a. Pertumbuhan ekonomi
b. Penurunan pengangguran
c. Laju inflasi rendah (kestabilan harga)

1. Jenis Kebijakan Moneter :


a. Kebijakan Moneter Eskspansif
Kebijakan Moneter Ekspansif sering disebut kebijakan uang Longgar (easy
money policy) ialah kebijakan yang mengatur jumlah uang yang dipasok dalam
perekonomian. Caranya dengan menurunkan suku bunga, membeli sekuritas
pemerintah oleh bank sentral, dan menurunkan persyaratan cadangan untuk bank.
Kebijakan ekspansif juga akan menurunkan tingkat pengangguran dan merangsang
aktivitas bisnis atau kegiatan belanja konsumen.

Secara keseluruhan di seluruh negara, tujuan kebijakan moneter ekspansif


adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan risiko inflasi akan semakin
tinggi. Kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive policy) utamanya
melakukan penambahan uang yang beredar dalam masyarakat agar roda
perekonomian semakin berjalan cepat. Kebijakan ini mampu meningkatkan daya
beli (permintaan) masyarakat dan mengurangi jumlah pengangguran pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan moneter ekspansif juga
mempengaruhi tingkat pengangguran di suatu negara.

Contohnya , kebijakan ekspansif biasa diterapkan untuk mengurangi angka


pengangguran karena ketersediaan uang dalam jumlah banyak akan merangsang
kegiatan bisnis sehingga pasar tenaga kerja semakin besar. Dengan otoritas fiskal,
bank sentral mengontrol nilai tukar mata uang dalam negeri (Rupiah) terhadap mata
uang asing. Contoh konkretnya, yaitu bank Indonesia menambah jumlah uang

6
beredar dengan mengeluarkan lebih banyak uang cetak. Mata uang Rupiah menjadi
lebih murah daripada mata uang negara lain.

Kebijakan moneter ekspansif bisa diterapkan dengan cara :


1. Menurunkan tingkat suku bunga
2. Membeli surat berharga pemerintah
3. Menurunkan cadangan wajib minimum
4. Memberlakukakan kebijakan kredit longgar.

b. Kebijakan Moneter Kontraktif


Kebijakan moneter kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat
perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight
money policy). Kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive policy) yang
disebut kebijakan uang ketat (tight money policy) ialah kebijakan mengurangi
jumlah uang yang beredar.

Tujuan utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat inflasi. Tujuan
kebijakan moneter kontraktif adalah mengurangi jumlah uang beredar dalam
perekonomian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan suku bunga,
menjual obligasi pemerintah, dan menaikkan persyaratan cadangan untuk bank.

Beberapa contoh monetary policy yang telah diterapkan di Indonesia,


adalah sebagai berikut: Bank Indonesia (BI ) melakukan lelang sertifikatnya, atau
bisa juga melalui pembelian surat berharga di pasar modal. UBI dapat menurunkan
suku bunga jika kondisi ekonomi sesuai dengan ekspektasi. Sebaliknya, BI bisa
menaikkan suku bunga bila ingin membatasi aktivitas ekonomi sehingga aliran
uang berkurang.

Ketika perekonomian mengalami resesi maka peredaran uang akan


meningkat sehingga aktivitas perekonomian meningkat. Contohnya adalah
membeli sekuritas (surat-surat berharga) Saat terjadi inflasi, BI akan mengurangi

7
aliran uang ke masyarakat dengan menjual surat berharga untuk mengurangi
aktivitas ekonomi yang berlebihan.

Prof. Dr. Ali Wardhana selaku Gubernur Bank Dunia dan Dana Moneter
Internasional mengungkapkan betapa beratnya usaha untuk beliau meloloskan diri
dari tekanan rumusan kebijakan negara maju dalam krisis ekonomi global yang
dibahas pada buku Prof. Dr. Ali Wardhana: Pembaharu Kebijakan Moneter dan
Fiskal di Indonesia.

Kebijakan moneter kontraktif bisa diterapkan dengan cara :


1. Menaikkan tingkat suku bunga
2. Menjual surat berharga pemerintah
3. Menaikkan cadangan wajib minimum
4. Memberlakukan. Kebijakan kredit ketat

2. Instrumen Kebijakan Moneter


Terdapat 4 instrumen kebijakan moneter, yaitu :
a. Fasilitas Politik Diskonto
Pengaturan tingkat suku bunga uang diberikan bank sentral kepada bank umum.
Instrumen ini bisa di terapkan dengan cara menaikkan atau menurunkan tingkat
suku bunga.
b. Operasi Pasar Terbuka (OPT)
Merupakan kegiatan jual beli surat berharga pemerintah oleh bank sentral baik di
pasar primer maupun sekunder melalui mekanisme lelang maupun non lelang.
Contoh : Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

c. Cadangan Kas atau Giro Wajib Minimum (GWM)


Adalah cadangan kas minimum yang wajib dimiliki oleh setiap bank umum.
Instrumen ini juga di kenal dengan cash rasio.
Penerapan kebijakan moneter dengan instrumen ini bisa diterapkan dengan cara
menaikkan dan menurunkan cadamgan kasnya.

8
d. Kebijakan Kredit
Kebijakan ini bisa diterapkan dengan memberlakukan kredit secara ketat maupun
longgar.
3. Dampak Penerapan Kebijakan Moneter terhadap Perekonomian
a. Pengaturan Tingkat Suku Bunga
Apabila pemerintah melalui Bank Indonesia memberlakukan peningkatan
suku bunga, maka masyarakat akan lebih senang menabung uangnya di Bank,
sehingga jumlah peredaran uang akan turun. Sebaliknya, apabila tingkat suki bunga
diturunkan, masyarakat akan menggunakan uangnya, sehingga jumlah peredaran
uang naik.
b. Jual Beli Surat Berharga Pemerintah
Bentuk surat berharga pemerintah bisa berupa Sertifikat Bank
Indonesia(BSI), obligasi pemerintah, dan lain-lain. Apabila pemerintah menjual
surat berharganya, uang di masyarakat akan di tarik oleh bank, sehingga jumlah
peredaran uang berkurang. Sebaliknya apabila pemerintah melalui BI membeli
surat berharga pemerintah dari masyarakat, maka jumlah peredaran uang akan naik.
c. Cadangan Wajib Minimum
Kebijakan ini disebut juga Giro Wajib Minimum(GWM) atau cash rasio
yang berlaku untuk bank umum. Apabila pemerintah menaikkan giro wajib
minimum, maka cadangan wajib bagi bank umum akan naik, dampaknya adalah
jumlah peredaran uang di masyarakat akan berkurang. Sebaliknya apabila
pemerintah menurunkan giro wajib minimum, maka cadangan wajib bagi bank
umum akan turun, dampaknya adalah jumlah peredaran uang di masyarakat akan
bertambah.
d. Pemberlakuan Kredit
Kebijakan pemberlakukan kredit juga memliki pengaruh terhadap jumlah
peredaran uang. Apabila pemerintah memberlakukan kebijakan kredit dengan
menerapkan 5C (capital, character, capacity, condition of economies, and
collateral) maka akan mengurangi jumlah peredaran uang. Apabila kebijakan kredit
diperlonggar, maka akan mengakibatkan jumlah peredaran uang akan semakin naik.

9
B. KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan fiskal merupakan upaya pemerintah untuk mempengaruhi


perekonomian secara makro melalui sistem pemerintahan dan belanja negara.
Komponen penerimaan diantaranya diperoleh melalui pajak dan hibah sedangkan
komponen pengeluaran meliputi pengeluaran konsumsi pemerintah dan
pembayaran transfer.

Menurut Mankiw (2002), kebijakan fiskal merupakan aktivitas pemerintah


terkait upay a(pengumpulan) penerimaan negara dan membelanjakannya.

Menurut Sadono Sukarni (2015), menyatakan bahwa kebijakan fiskal


merupakan langkah – langkah pemerintah untuk membuat perubahan – perubahan
dalam sisten pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi
masalah – masalah ekonomi yang di hadapi.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebijakan


fiskal merupakan kebijakan pemerintah yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi
perekonomian melalu penerimaan atau pengeluaran negara. Instrumen kebijakan
fiskal di Indonesia tercermin dalam pengelolaan anggaran penerimaan dan belanja
negara (APBN). Di Indonesia, yang berwewenang untuk melaksanakan kebijakan
fiskal adalah Kementrian Keuangan.

Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan


ekonomi secara makro. Dalam kondisi perekonomian yang lesu, pengeluaran
pemerintah dapat memberi stimulasi kepada perekonomian untuk bertumbuh
melalui peningkatan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak untuk
meningkatkan permintaan agregat didalam perekonomian menyebabkan
pendapatan naik yang akan mengurangi pengangguran yang ada untuk mencapai
tingkat pendapatan kesempatan kerja penuh (full-employment level of income).
Sebaliknya dalam kondisi overheating akibat terlalu tingginya permintaan agregat,
kebijakan fiskal dapat berperan melalui penurunan pengeluaran pemerintah atau
peningkatan pendapatan pajak untuk menyeimbangkan kondisi permintaan dan
penyediaan.

10
1. Jenis Kebijakan Fiskal
a. Kebijakan Fiskal Ekspansif
Kebijakan fiskal ekspansif merupakan peningkatan belanja pemerintah
dan/atau penurunan pajak yang dirancang untuk meningkatkan permintaan agregat
dalam perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan produk
domestik bruto dan menurunkan angka pengangguran. Kebijakan fiskal ekspansif
adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian
untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah, pada saat munculnya kontraksional gap. Konstraksional gap adalah
suatu kondisi dimana output potensial (Yf) lebih tinggi dibandingkan dengan output
Actual (Y1). Pada saat terjadi kontraksional gap ini kondisi perekonomian ditandai
oleh tingginya tingkat pengangguran dimana U actual > U alamiah.

Kebijakan fiskal eskpansif dilakukan dengan cara :


1. Menaikkan pengeluaran pemerintah
2. Menaikkan pembayaran transfer (transfer payment)
3. Menurunkan pajak
b. Kebijakan Fiskal Kontraktif
Kebijakan fiskal ekspansif merupakan pengurangan belanja pemerintah
dan/atau peningkatan pajak yang dirancang untuk menurunkan permintaan
agregat dalam perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengontrol
inflasi. Kebijakan fiskal ekspansif adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran
surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai
memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. pada saat
munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary gap adalah suatu kondisi dimana
output potensial (Yf) lebih kecil dibandingkan dengan output Actual (Y1).

Kebijakan fiskal kontraktif diterapkan dengan cara :


1. Menurunkan pengeluaran pemerintah
2. Menurunkan pembayaran transfer (transfer payment)
3. Menaikkan pajak

11
2. Instrument Kebijakan Fiskal

Instrument kebijakan fiskal di Indonesia tercermin dalam pengelolaan


anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN). Terdapat 3 instrumen kebijakan
fiskal yaitu :

a. Pengeluaran Pemerintah (Government Expediture)


Instrumen ini bisa digunakan dengan cara menambah atau mengurangi
pengeluaran pemerintah atau belanja negara.
b. Pembayaran Transfer (Transfer Payment)
Instrumen ini bisa digunakan dengan cara menambah atau mengurangi
pembayaran transfer. Pembayaran transfer merupakan pembayaran atau pemberian
dana dari pemerintah tanpa perlu adanya balas jasa atau timbal balik.

Contoh : pemberian jaminan social dan beasiswa kepada mahasiswa.

c. Pajak (Tax)
Penerapan kebijakan fiskal menggunakan instrument pajak dapat diterapkan
dengan cara menaikkan atau menurunkan pajak.

3. Dampak Penerapan Kebijakan Fiskal terhadap Perekonomian


a. Pengeluaran Pemerintah (Government Expediture)
Kebijakan ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan maupun
menurunkan pengeluaran pemerintah
Kebijakan meningkatkan pengeluaran atau belanja negara dapat dilakukan
ketika suatu negara mengalami resesi atau lambatnya kegiatan ekonomi.
Apabila pemerintah menaikka pengeluarannya untuk dialokasikan pada
kegiatan yang bermanfaat atau produktif seperti pemberian modal usaha atau
insentif. Sedangkan, pemerintah bisa menerapkan kebijakan penurunan anggaran
atau memperketat anggaran ketika terjadi inflasi, sehingga dampaknya adalah
harga-harga kembali terkendali dan anggaran pemerintah menjadi surplus.

12
b. Pembayaran Transfer (Transfer Payment)
Adanya pemberian transfer payment baik untuk pensiunan, masyarakat, atau
mahasiswa diharapkan dapat menjadi stimulus untuk menaikkan daya beli
masyarakat.

c. Pajak (Tax)
Kebijakan fiskal dengan instrumen ini bisa dilakukan dengan cara
pemerintah bisa memberlakukan kebijakan menaikkan pajak ketika terjadi inflasi
sehingga dampaknya adalah inflasi menjadi terkendali. Sedangkan, kebijakan
penurunan pajak bisa diterapkan ketika terjadi inflasi. Dampaknya ketika tariff
pajak diturunkan, akan mengakibatkan kegiatan ekonomi kembali tumbuh.

C. MANFAAT PENERAPAN KEBIJAKAN EKONOMI


1. Stabilitas Ekonomi
2. Mengatasi Pengangguran
3. Meningkatnya Kesempatan Kerja
4. Inflasi Terkendali

13
KESIMPULAN

Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal merupakan dua instrumen penting


yang digunakan oleh pemerintah untuk mengelola ekonomi makro. Kedua
kebijakan ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mencapai stabilitas ekonomi,
namun dengan cara yang berbeda.

Kebijakan moneter difokuskan pada pengendalian jumlah uang beredar


dalam perekonomian. Bank sentral dapat menggunakan berbagai instrumen
kebijakan moneter, seperti operasi pasar terbuka, penetapan suku bunga, dan
kebijakan cadangan wajib, untuk mencapai tujuan ini. Kebijakan moneter efektif
dalam mengendalikan inflasi dan stabilitas nilai tukar, namun kurang efektif dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, kebijakan fiskal difokuskan pada pengaturan penerimaan dan


pengeluaran pemerintah. Pemerintah dapat menggunakan berbagai instrumen
kebijakan fiskal, seperti pajak, subsidi, dan belanja pemerintah, untuk mencapai
tujuan ini. Kebijakan fiskal efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan
mengurangi pengangguran, namun kurang efektif dalam mengendalikan inflasi dan
stabilitas nilai tukar.

Agar efektif dalam mencapai stabilitas ekonomi, kebijakan moneter dan


kebijakan fiskal perlu dijalankan secara sinergis dan terkoordinasi. Kombinasi yang
tepat dari kedua kebijakan ini dapat membantu pemerintah untuk mencapai tujuan
ekonomi makro yang diinginkan, seperti stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan, dan lapangan kerja yang penuh.

Penerapan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang tepat membutuhkan


pemahaman yang mendalam tentang kondisi ekonomi makro dan berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Pemerintah perlu melakukan analisis ekonomi secara
berkala dan menyesuaikan kebijakannya sesuai dengan kondisi yang berkembang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Salim, Jul Fahmi. "Pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi


di Indonesia." Ekombis: Jurnal Fakultas Ekonomi 3.2 (2018).

Sudirman, I. Wayan, and SU SE. Kebijakan Fiskal dan Moneter: Teori dan
Empirikal. Prenada Media, 2017.

https://gramedia.com/literasi/kebijakan-moneter/

https://tirto.id/kebijakan-moneter-dalam-ekonomi-makro-serta-tujuan-dan-
pengaruhnya-gmtP

https://tirto.id/kebijakan-moneter-dalam-ekonomi-makro-serta-tujuan-dan-
pengaruhnya-gmtP

https://www.kajianpustaka.com/2021/03/kebijakan-fiskal.html

15

Anda mungkin juga menyukai