PKN File
PKN File
PKN File
Hingga saat ini, organisasi masyarakat tertua di Indonesia ini masih eksis
dan terus berupaya mengembangkan dakwah islam ke seluruh penjuru
dunia.
Al Irsyad Al Islamiyah
Selisih dua tahun setelah organisasi Muhammadiyah dideklarasikan, pada
tanggal 6 September 1914 di Jakarta, bermula dari beberapa orang
berdarah Arab yang bersepekat untuk membuat satu pergumulan yang
fokus untuk memurnikan tauhid, ibadah, dan amaliyah Islam di mana
fokus pergerakannya di bidang pendidikan dan dakwah, mereka itu
adalah Ahmad Surkati, Syaikh Umar Mangqush, Said Mash’abi, Saleh
Ubayd Abat dan Salim bin Alwad Bawa’i.
Agama Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M, yaitu tepat
pada masa kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Hal ini dibuktikan oleh para
pengamat sejarah bahwa masa itu telah terdapat pedagang-pedagang
Arab yang melakukan aktivitas di Kerajaan Sriwijaya. Dalam satu
penelitian mengatakan bahwa mereka telah memiliki perkampungan
sementara yang dijadikan tempat tinggal di pusat Kerajaan Sriwijaya. Ini
menurut salah satu teori masuknya Islam ke tanah air.
Nuuu
NU didirikan pada tahun 1926 sebagai organisasi ulama Muslim Asy'ari yang berbeda
pandangan dengan kebijakan modernis Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis), dan
munculnya gerakan Salafi dari organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyyah di Indonesia yang sama sekali
menolak adat istiadat setempat yang dipengaruhi oleh tradisi Hindu dan Buddha Jawa pra-Islam.
Organisasi ini didirikan setelah Komite Hijaz telah memenuhi tugasnya dan akan dibubarkan.
Organisasi ini didirikan oleh Hasyim Asy'ari, kepala pesantren di Jawa Timur. Organisasi NU
berkembang, tetapi basis dukungannya tetap di Jawa Timur. Pada tahun 1928, NU
menggunakan bahasa Jawa dalam khotbahnya, di samping bahasa Arab.[12]:169[13]:168[14]:233–236
Pada tahun 1937, meskipun hubungan NU dengan organisasi-organisasi Islam Sunni lainnya di
Indonesia buruk, organisasi-organisasi tersebut membentuk Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI)
sebagai forum diskusi. Mereka bergabung dengan sebagian besar organisasi Islam lainnya yang
ada pada saat itu. Pada tahun 1942, Jepang menduduki Indonesia dan pada bulan September
diadakan konferensi para pemimpin Islam di Jakarta.[12]:191,194[14]:233–236
Jepang ingin menggantikan MIAI, tetapi konferensi tidak hanya memutuskan untuk
mempertahankan organisasi, tetapi juga memilih tokoh-tokoh politik yang tergabung dalam Partai
Syarikat Islam Indonesia (PSII) untuk kepemimpinan, daripada anggota non-politik NU atau
Muhammadiyah seperti yang diinginkan penjajah. Lebih dari setahun kemudian, MIAI dibubarkan
dan digantikan oleh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang disponsori Jepang.
Hasjim Asjari adalah ketua nasional, tetapi dalam praktiknya organisasi baru itu dipimpin oleh
putranya, Wahid Hasyim. Tokoh NU dan Muhammadiyah lainnya memegang posisi
kepemimpinan.[12]:191,194[14]:233–236
Pada tahun 1945, Soekarno dan Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.
Selama perang kemerdekaan Indonesia, NU menyatakan bahwa peran g melawan pasukan
kolonial Belanda adalah jihad/perang suci, wajib bagi semua umat Islam. Di antara kelompok
gerilya yang memperjuangkan kemerdekaan adalah Hizbullah dan Sabililah yang dipimpin oleh
NU.
Sumber: https://www.nu.or.id/page/sejarah
___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap!
https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)
ADVERTISEMENT
Dari pertemuan ini, lahirlah Komite Hijaz yang bertugas untuk menemui
raja Ibnu Saud guna menyampaikan masukan dari para ulama di Indonesia.
Mengutip buku Kiai haji Mas Mansur, 1896-1946 oleh Darul Aqsha,
pembentukan komite Hijaz diprakarsai oleh KH. Wahab Hasbullah atas
restu K.H Hasyim Asyari. Posisi Kiai Hasyim Asyari saat itu dikenal
sebagai Bapak Umat Islam Indonesia. Beliau juga menjadi tempat
meminta nasihat bagi para tokoh pergerakaan nasional.
Adapun ulama yang hadir dalam perumusan komite Hijaz antara lain:
5. KH. Maksum
6. KH. Ridwan
7. KH. Nawawi