Sumber Sumber Ajaran Islam
Sumber Sumber Ajaran Islam
Sumber Sumber Ajaran Islam
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, utusan Allah yang
membawa cahaya petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini, serta kepada semua pembaca yang telah
menyempatkan waktu untuk membaca dan memahami isi makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sumber-sumber
ajaran Islam dan kontribusi mereka dalam membentuk identitas dan pandangan
dunia umat Islam.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menjadi sumbangan kecil dalam
peningkatan pemahaman tentang Islam dan memperkuat nilai-nilai harmoni,
kedamaian, dan toleransi di tengah-tengah masyarakat yang beragam.
penulis
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
(Pendahuluan)
A. Latar Belakang
Islam, sebagai salah satu agama dunia yang memiliki sejarah panjang dan
jumlah pengikut yang besar, memiliki sistem ajaran yang kompleks dan mendalam.
Ajaran Islam mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari keyakinan, prinsip
moral, hukum, ibadah, hingga pandangan dunia. Agama ini memberikan pedoman
yang kuat bagi umatnya untuk menjalani kehidupan dengan benar, mengikuti nilai-
nilai yang ditentukan oleh Allah SWT.
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Keislaman.
2. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan akan sumber-sumber ajaran
agama islam.
1
BAB II
(Pembahasan)
Sumber hukum dalam Islam digolongkan menjadi tiga, yaitu Al-Qur'an, hadis,
dan ijtihad. Al-Qur'an merupakan sumber pertama hukum Islam yang memuat
panduan kehidupan manusia. Adapun hadis merupakan sumber hukum Islam
setelah Al-Qur'an yang berisi perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad
saw.
1. Al-Quran
a. Pengertian Al-Quran
Secara mutawatir, ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surah al-Fatihah dan
diakhiri dengan surah an-Nas. Membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai
mukjizat Nabi Muhammad saw. dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat
manusia. Allah Swt. berfirman:
“Sungguh, al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa
mereka akan mendapat pahala yang besar.” (Q.S. al-Isra/17:9).
• Al-Kitab: Artinya "Kitab," yang merujuk pada fakta bahwa Al-Quran adalah kitab
suci dalam Islam.
2
• Al-Furqan: Artinya "Pembeda" atau "Pemisah," yang menyoroti peran Al-Quran
dalam membedakan antara yang benar dan yang salah.
Sebagai sumber ajaran Islam, al-Qur’an memiliki kedudukan yang sangat tinggi.
Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua persoalan harus
merujuk dan berpedoman kepadanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.
dalam al-Qur’an:
3
Berdasarkan dua ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa al-Qur’an adalah kitab
yang berisi sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.
AlQur’an sumber dari segala sumber hukum baik dalam konteks kehidupan di dunia
maupun di akhirat kelak. Namun demikian, hukum-hukum yang terdapat dalam
Kitab 4 Suci al-Qur’an ada yang bersifat rinci dan sangat jelas maksudnya, dan ada
yang masih bersifat umum dan perlu pemahaman mendalam untuk memahaminya.
a) . Hukum ibadah
Hukum ini mengatur bagaimana seharusnya melaksanakan ibadah yang
sesuai dengan ajaran Islam. Hukum ini mengandung perintah untuk
mengerjakan salat, haji, zakat, puasa, dan lain sebagainya.
b) Hukum muamalah
Hukum ini mengatur interaksi antara manusia dan sesamanya, seperti hukum
tentang tata cara jual beli dalam Islam, hukum pidana, hukum perdata, hukum
warisan, pernikahan, politik, dan lain sebagainya
2. Hadist
a. Pengertian Hadist
Secara bahasa, hadist berarti perkataan atau ucapan. Sedangkan menurut istilah,
hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (takrir) yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad saw. Hadis juga dinamakan sunnah. Namun demikian, ulama
hadis membedakan hadis dengan sunnah. Hadis adalah ucapan atau perkataan
4
Rasulullah saw., sedangkan sunnah adalah segala apa yang dilakukan oleh
Rasulullah saw. yang menjadi sumber hukum Islam.
Hadis dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw. terdiri atas beberapa
bagian yang saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian hadis tersebut antara lain
sebagai berikut.
Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tingkat di bawah al-Qur’an.
Artinya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al-Qur’an, yang
harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Hal ini sebagaimana
firman Allah Swt:
“… dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apaapa
yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (Q.S. al-Ḥasyr/59:7)
Fungsi hadis terhadap al-Qur’an dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu sebagai
berikut.
5
Rasulullah saw. tentang salat, baik tentang tata caranya maupun jumlah bilangan
rakaatnya. Untuk menjelaskan perintah salat tersebut, misalnya keluarlah sebuah
hadis yang berbunyi, “Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat”. (H.R.
Bukhari).
Maksudnya adalah bahwa jika suatu masalah tidak terdapat hukumnya dalam
al-Qur’an, diambil dari hadis yang sesuai. Misalnya, bagaimana hukumnya seorang
laki-laki yang menikahi saudara perempuan istrinya. Hal tersebut dijelaskan dalam
sebuah hadis Rasulullah saw.:
d. Jenis-jenis Hadist
1. Hadis Sahih: Hadis sahih adalah jenis hadis yang memiliki rantai perawi yang kuat
dan teks yang dapat dipercaya. Semua perawi dalam rantai ini dikenal sebagai
perawi yang adil dan teksnya bebas dari kecacatan. Hadis sahih dianggap sebagai
sumber ajaran Islam yang paling dapat diandalkan.
6
2. Hadis Hasan: Hadis hasan memiliki rantai perawi yang kuat, meskipun tidak
sekuat hadis sahih. Meskipun memiliki sedikit ketidakpastian, hadis hasan masih
dianggap dapat diterima dalam ajaran Islam.
3. Hadis Dhaif: Hadis dhaif adalah hadis yang memiliki kelemahan dalam rantai
perawinya atau matannya. Ini bisa berarti ada perawi yang tidak diketahui, tidak
dapat dipercaya, atau matan yang diragukan. Hadis dhaif tidak dianggap sebagai
sumber ajaran yang kuat dan tidak boleh digunakan sebagai dasar dalam masalah
keagamaan.
4. Hadis Mawdu': Hadis mawdu' adalah hadis palsu yang disusun oleh seseorang
dengan sengaja untuk mempengaruhi ajaran Islam. Hadis ini dianggap sebagai
kebohongan dan tidak memiliki nilai dalam Islam.
5. Hadis Mutawatir: Hadis mutawatir adalah hadis yang telah disampaikan oleh
begitu banyak perawi pada setiap lapisan rantai perawi sehingga kebenarannya
diyakini secara mutlak. Ini adalah jenis hadis yang paling kuat dalam hal keabsahan.
6. Hadis Ahad: Hadis ahad adalah hadis yang tidak mencapai tingkat mutawatir. Ini
berarti memiliki jumlah perawi yang lebih sedikit daripada hadis mutawatir dan
tingkat keandalannya lebih rendah.
7. Hadis Marfu': Hadis marfu' adalah hadis yang berisi perkataan atau tindakan Nabi
Muhammad SAW yang disampaikan oleh salah satu sahabatnya.
8. Hadis Mauquf: Hadis mauquf adalah hadis yang berisi perkataan atau tindakan
seorang sahabat dan tidak mencapai tingkat marfu', yaitu tidak mencakup perkataan
atau tindakan Nabi Muhammad SAW.
9. Hadis Maqtu': Hadis maqtu' adalah hadis yang terputus dalam rantai perawinya,
yaitu tidak mencakup sampai kepada Nabi Muhammad SAW atau sahabat.
10. Hadis Mudallas: Hadis mudallas adalah hadis yang mengandung penyimpangan
dalam rantai perawinya, seperti perawi yang tidak menyebutkan perawi langsung
yang mengajarkan hadis kepada mereka.
11. Hadis Musnad: Hadis musnad adalah hadis yang disusun dalam bentuk koleksi
berdasarkan perawi tertentu.
12. Hadis Musannaf: Hadis musannaf adalah hadis yang disusun berdasarkan topik
tertentu, bukan perawi.
13. Hadis Qudsi: Hadis qudsi adalah hadis yang berisi kata-kata Allah SWT yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, tetapi bukan bagian dari Al-Quran.
7
3. Ijtihad
a. Pengertian Ijtihad
Kata ijtihad berasal bahasa Arab ijtahada – yajtahidu -ijtihadan yang berarti
mengerahkan segala kemampuan, bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga, atau
bekerja secara optimal. Secara istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga
dan pikiran secara sungguh-sungguh dalam menetapkan suatu hukum. Orang yang
melakukan ijtihad dinamakan mujtahid.
b. Syarat-Syarat Berijtihad
Karena ijtihad sangat bergantung pada kecakapan dan keahlian para mujtahid,
dimungkinkan hasil ijtihad antara satu ulama dengan ulama lainnya berbeda hukum
yang dihasilkannya. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat melakukan ijtihad
dan menghasilkan hukum yang tepat. Berikut beberapa syarat yang harus dimiliki
seseorang untuk melakukan ijtihad.
c. Kedudukan Ijtihad
Ijtihad memiliki kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah al-Qur’an dan
hadis. Ijtihad dilakukan jika suatu persoalan tidak ditemukan hukumnya dalam
alQur’an dan hadis. Namun demikian, hukum yang dihasilkan dari ijtihad tidak
boleh bertentangan dengan al-Qur’an maupun hadis. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW:
8
suci Allah Swt. Yang memberikan bimbingan kepada utusan Rasul-Nya dengan
suatu sikap yang disetujui Rasul-Nya.” (H.R. Darami)
Rasulullah saw. juga mengatakan bahwa seseorang yang berijtihad sesuai dengan
kemampuan dan ilmunya, kemudian ijtihadnya itu benar, maka ia mendapatkan dua
pahala, Jika kemudian ijtihadnya itu salah maka ia mendapatkan satu pahala. Hal
tersebut ditegaskan melalui sebuah hadis:
“Dari Amr bin As, sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda, “Apabila seorang
hakim berijtihad dalam memutuskan suatu persoalan, ternyata ijtihadnya benar,
maka ia mendapatkan dua pahala, dan apabila dia berijtihad, kemudian ijtihadnya
salah, maka ia mendapat satu pahala.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
d. Bentuk-bentuk Ijtihad
Ijtihad sebagai sebuah metode atau cara dalam menghasilkan sebuah hukum
terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu sebagai berikut
1. Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihad dalam memutuskan suatu
perkara atau hukum. Contoh ijma’ di masa sahabat adalah kesepakatan untuk
menghimpun wahyu Ilahi yang berbentuk lembaran-lembaran terpisah menjadi
sebuah mushaf al-Qur’an yang seperti kita saksikan sekarang ini.
2. Qiyas
9
e. Maslahah mursaliah
10
BAB III
(Penutup)
A. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. (wahyu) yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril dan diajarkan kepada umatnya, dan
membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an adalah sumber hukum utama selain
sebagai kitab suci. Oleh karena itu, semua ketentuan hukum yang berlaku tidak
boleh bertentangan dengan hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’an.
Hadis atau sunnah adalah segala ucapan atau perkataan, perbuatan, serta
ketetapan (takrir) Nabi Muhammad saw. yang terlepas dari hawa nafsu dan perkara-
perkara tercela. Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Dengan
demikian, hadis memiliki fungsi yang sangat penting dalam hukum Islam. Di antara
fungsi hadis, yaitu untuk menegaskan ketentuan yang telah ada dalam al-Qur’an,
menjelaskan ayat al-Qur’an (bayan tafsir), dan menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an
yang bersifat umum (bayan takhsis).
B. Saran
11
Daftar Pustaka
Mu’thi, Fadlolan Musyaffa’. 2008. Potret Islam Universal. Tuban: Syauqi Press.
Sarwat, Ahmad. 2011. Seri Fiqih dan Kehidupan (2): Thaharah. Jakarta: DU
Publishing.
12