LP Typhoid
LP Typhoid
LP Typhoid
Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah
Praktik Klinik Keperawatan Dasar
Tahun Ajaran 2022/2023
Dosen Pengampu:
Aida Rachmawati, M.Kep
Oleh:
Nisa Muharani E2214401022
Neng Amalia Lestiawati E2214401036
2023
1
1. Definisi typhoid
Menurut (Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015) Typhoid merupakan suatu
penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia
tanpa keterlibatan struktur endhotelia atau endokardial dan invasi bakteri
sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar
limfe usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan
atau air yang terkontaminasi. Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus
yang di sebabkan oleh Salmonella tipe A, B dan C yang dapat menular melalui
oral, fekal, makanan dan minuman yang terkontaminasi. (Dewi & Meira, 2016)
Typhoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus, dan terkadang pada
aliran darah, yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi atau salmonella
paratyphi A, B dan C, yang terkadang juga dapat menyebabkan gastroenteritis
(keracunan makanan) dan septicemia (tidak menyerang usus).
Menurut Ardiansyah (2012) dalam buku yang di tulis oleh Dewi & Meira
(2016). Typhoid ialah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pencernaan
yang ditandai dengan demam yang berlangsung lebih dari satu minggu, gangguan
pencernaan dan bisa sampai terjadi gangguan kesadaran.
2. Etiologi
2
b. Antigen H : Hauch ( menyebar ), terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil.
Salmonella parathyphi terdiri dari 3 jenis yaitu A, B, dan C. ada dua sumber
penularan Salmonella thyphi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
carrier. Carrier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekskresi Salmonella typhi dalam tinja. Padila (2013) dalam buku yang di
tulis Dewi dan Meira (2016). Dan air kemih selama lebih dari satu tahun. (Dewi &
Meira, 2016)
3. Fatofisiologi
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan basil yang diserap di usus halus.
Melalui pembuluh limfe halus masuk kedalam peredaran darah sampai di organ-
organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak
dalam hati dan limpa sehingga organ – organ tersebut akan membesar disertai
nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakterimia)
dan menyebar ke seluruh tubuh terutama dalam kelenjar limfoid usus halus,
4
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak peyeri. Tukak
tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan pada usus.
4. Pathway
5
5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis penyakit typhoid pada anak biasanya lebih ringan dibandingkan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah
empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan, jika infeksi melalui
minuman mana tunas terlama berlangsung 30 hari.( Dewi dan Meira (2016)
Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak
enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat, yang kemudian
disusul dengan gejala – gejala klinis sebagai berikut :
a. Demam
Napas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput
putih kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, anoreksia, mual,
dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen kembung, hepatomegali, dan
splenomegli, kadang normal, dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma,
atau gelisah. (Ardiansyah, 2012)
a. Minggu 1
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama pada sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anoreksia, dan mual,
6
batuk, epistaksis, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut. b. Minggu ke
Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan
tingkat kesadaran. (Dewi dan Meira, 2016).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan leukosit
Didalam beberapa literature dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leucopenia dan limpositosis relative tetapi kenyataannya leucopenia
tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan
kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau
infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOPT dan SGPT pada klien typhoid sering kali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan adanya penyakit typhoid,
tetapi bila biakan darah negative tidak menutup kemungkinan juga tetap
dapat terjadi penyakit typhoid. Hal ini karena hasil biakan darah
tergantung dari beberapa factor yaitu ;
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah saat demam tinggi, yaitu pada saat
bakterimia berlangsung.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan trerhambat dan hasil biakan mungkin
negative.
d. Uji widal
Menurut (Dewi dan Meira, 2016) Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi
antara antigen dan antibody (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap
Salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat
pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji
widal adalah suspense Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah
dilaboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutini dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
e. Uji Typhidot
Uji thypidot dapat mendeteksi antibody IgM dan IgG yang terdapat pada
protein membrane luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot
didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara
spesifik antibody IgM dan IgG terhadapa antigen s.typhi seberat 50kD,
yang terdapat pada strip nitroselulosa.
f. Uji IgM Dipstik
Menurut (Djoko widodo, 2014) Uji ini khusus mendeteksi antibody IgM
spesifik terhadap somnella typhi pada specimen serum atau whole blood.
8
Uji ini menggunakan strip yang mengandung antigen lipopolisakarida
(LKS) S.typhi dan antigen IgM (sebagai control), reagen deteksi yang
mengandung antibody antigen IgM yang dilekati dengan lateks pewarna,
cairan membasahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum
pasien, tabung uji. Komponen perlengkapan ini stabil untuk disimpan
selama 2 tahun pada suhu 4-25 C ditempat kering tanpa paparan sinar
matahari. Pemeriksaan dimulai dengan inkubasi strip pada larutan
campuran reagen deteksi dan serum, selama 3 jam pada suhu kamar.
Setelah inkubasi, strip dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Secara
semi kuantitatif, diberikan penilaian terhadap garis uji dengan
membandingkan dengan reference strip. Garis control harus terwarna
dengan baik.
7.Penatalaksanaan
a) Non farmakologi
1) Bed rest
2) Diet, diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi
sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah
serat.
b) Farmakologi
1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau IV selama 14 hari.
2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis
200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intervena saat
belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilan dengan dosis
100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena
selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2-3 kali pemberian oral selama 14 hari.
3) Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50
mg/kgBB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali
sehari, intravena, selama 5-7 hari.
9
4) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika
adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
8. Komplikasi
a. Usus halus
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal
ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila
terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat
udara di antara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam
keadaan tegak.
3) Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan
gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang
(defense musculair) dan nyeri pada tekanan.
9. Kebutuhan Nutrisi
10
1. Definisi
a. Zat gizi
Zat gizi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air.
Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat didalam makanan, pada umumnya
dalam bentuk amilum. Pembentukan amilum ini terjadi dalam mulut melalui
enzim ptyalin yang ada dalam air ludah. Amilum diubah menjadi maltose.
Maltose ini kemudian diteruskan kedalam kedalam lambung. Dari lambung hidrat
arang dikirim terus ke usus dua belas jari. Getah pancreas yang dialirkan ke usus
dua belas jari mengandung amylase. Dengan demikian sisa amilum yang belum
diubah menjadi maltose, oleh amylase pancreas ini diubah seluruhnya menjadi
maltose. Maltose ini kemudian diteruskan ke dalam usus halus. Usus halus
mengeluarkan getah pancreas hidrat arang yaitu maltose yang bertugas mengubah
maltose menjadi dua molekul glukosa saccharose menjadi fructose dan glukosa.
Lactose bertugas mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Setelah di
usus halus seluruhnya menjadi monosakarida oleh enzim-enzim tadi.
Selanjutnya dalam usus dua belas jari terdapat enzim tripsin yang berasal
dari pancreas, dan tripsin mengubah sisa protein ynag belum sempurna diubah
menjadi albuminosa dan pepton. Setelah dalam usus halus, dimana terdapat enzim
pepsin, maka oleh enzim pepsin ini albuminosa dan pepsin seluruhnya menjadi
asam-asam amino yang siap untuk diserap oleh dinding usus halus. Penyerapan
protein yang dimakan setelah mengalami proses pemcernaan menjadi bentuk
asam amino, mempunyai sifat larutbdalam air, seperti halnya hidrat arang, asam
amino yang mudah larut didalam air ini juga dapat diserap secara pasif dan
langsung memasuki pembuluh darah.
12
Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi molekul- molekul
yang lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa penyerapan
vitamin dilakukan dengan difusi sederhana, tetapi system transportasi aktif sangat
penting untuk memastikan pemasukan yang cukup.
Air merupakan zat makanan yang paling mendasar, tubuh manusia terdiri
kira-kira 50% - 70% air. Pemasukan air secara teratur sangat penting untuk
bertahan hidup dibandingkan pemenuhan nutrisi yang lain.
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
13
Biasanya pasien dengan penyakit typhoid ini rentan terjadi demam.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum dan tanda-tanda vital Keadaan umum pasien lemah dan terlihat
sakit dan seringkali meringis mengeluh nyeri dan tidak bisa melakukan aktifitas.
3) Kepala
14
4) Leher: terjadi pembesaran vena jugularis.
5) Dada dan toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan
kusmaul serta krekels, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub pericardial.
7) Ekstremitas: Capitally revil time > 3 detik, kuku rapuh dan kusam serta tipis,
kelemahan pada tungkai, edema, akral dingin, kram otot dan nyeri otot, nyeri
kaki, dan mengalami keterbatasan gerak sendi.
15
dan/atau aktif
E:
K:
16
merintih/menangi bertanya
s
E:
- Klien tampak
gelisah - Jelaskan manfaat Kesehatan
dan efek fisiologis olahraga
Ds : - klien mengatakan
- Jelaskan jenis Latihan yang
sulit tidur
sesuai dengan kondisi
- Klien mengatakan Kesehatan
tidak mampu - Ajarkan Teknik pemanasan
rileks yang tepat untuk
- Klien mengatakan memaksimalkan penyerapan
tidak nyaman oksigen selama Latihan fisik
17