Laporan PKL Citra Kep Mei 2024.
Laporan PKL Citra Kep Mei 2024.
Laporan PKL Citra Kep Mei 2024.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar Belakang Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella Typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi. Penyakit akut ditandai oleh demam berkepanjangan, sakit
kepala, mual, kehilangan nafsu makan dan sembelit atau kadang-kadang diare.
Gejala seringkali tidak spesifik dan secara klinis tidak dapat dibedakan dari
penyakit demam lainnya (WHO, 2018). Dari data WHO didapatkan perkiraan
jumlah kasus demam tifoid mencapai angka antara 11 dan 21 juta kasus dan
128.000 hingga 161.000 kematian terkait demam tifoid terjadi setiap tahun di
seluruh dunia. Penyakit serupa tetapi sering kali kurang parah, demam
paratipoid, disebabkan oleh Salmonella Paratyphi (WHO, 2018).
Insidensi penyakit demam tifoid di seluruh dunia mencapai 0,1% atau
sekitar 14,3 juta kasus haru tifoid terjadi pada tahun 2017 (Stanaway et al,
2019). Pada tahun 2019, laporan kasus pada penyakit demam tifoid sebesar 94
2 juta kasus dalam satu tahun di seluruh dunia (Colombe et al., 2019).
Di negara Indonesia kejadian kasus demam typoid berkisar 350-810 per
100.000 Penduduk Prevalensi. Penyakit Ini di Indonesia sebesar 1,6 dan
menduduki urutan ke 5 Penyakit menular yang terjadi pada semua umur di
Indonesia, yaitu sebesar 6,0% serta menduduki urutan ke 15 dalam penyebab
kematian semua umur di Indonesia, yaitu sebesar 1,6% (Khoirunairunnisa,
Hida Hidayat and Herardi, 2020)
Berdasarkan hasil penelitian profil kesehatan Provinsi Bali penyakit
demam tifoid masuk ke dalam 10 besar penyakit pada pasien rawat inap RSU
Provinsi Bali tahun 2017. Demam tifoid berada di urutan ke 5 dengan jumlah
1652 kasus / tahun. 2017 (Riskesdas, 2018) berdasarkan hasil studi
pendahuluan di RSUD Bangli didapatkan hasil pada tahun 2019 data demam
typoid pada anak di bawah umur 15 Tahun yaitu 76 kasus, di tahun 2020 yaitu
22 kasus dan di tahun 2021 yaitu sebanyak 7 kasus
1
Demam tifoid di Jawa Barat pada tahun 2013 menempati urutan ke- 3
penyakit yang banyak diderita setelah diare dan demam berdarah yaitu
sebanyak 44.422 penderita, sedangkan tahun 2015 meningkat menjadi 46.142
penderita (DINKES, 2016 dalam Prasetyo, 2019). Menurut Dinas Kesehatan
Kabupaten Cirebon (2017) demam tifoid menempati urutan ke-5 penyakit
penderita rawat inap di Rumah Sakit pada umur 15-44 tahun dengan jumlah
kasus sebanyak 722 kasus, dan menempati urutan ke-4 penyakit penderita
rawat inap di Rumah Sakit pada semua golongan umur dengan jumlah kasus
sebanyak 2.251 kasus.
Penyakit demam tifoid di RSUD dr. Slatnet Garut menempati peringkat
9 dari 10 penyakit dalam kurun waktu I tahun terakhir dengan jumlah kasus
sebanyak 738 orang atau 1,95% dari seluruh kasus yang ada.
Dinas Kesehatan kabupaten jombang Pada tahun 2018 di dapatkan
banwa Penyakit typoid sebanyak 1.873 typoid dan 2.127 Penderita dengan
widal Penderita dengan Positif klinis (Fajar 2019)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk melakukan pengkajian tentang demam tyfoid dengan kejadian
demam tyfoid di Puskesmas .
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid
di ruang rawat inap aster 4 UPT Puskesmas Cilawu
b) Melakukan penegakan intervensi pada pasien demam tifoid di ruang
rawat inap aster 4 UPT Puskesmas Cilawu
c) Menyusun perencaan keperawatan pada pasien demam tifoid di ruang
rawat inap aster 4 UPT Puskesmas Cilawu
d) Melakukan tindakan keperawatn pada pasien demam tifoid di ruang
rawat inap aster 4 UPT puskesmas cilawu
e) Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien tifoid di ruang rawat
inap aster 4 UPT Puskemas Cilawu
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
gram (-) dan bergerak dengan rambut getar, transmisi salmonella typhi
kedalam tubuh manusia dapat melalui hal-hal berikut:
1. Transmisi oral, melalui makanan yang terkontaminasi kuman salmonella
typhi
2. Transmisi dari tangan kemulut, dimana tangan yang tidak higienis yang
mempunyai salmonella typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang
dimakan
3. Transmisi kotoran, dimana kotoran individu yang mempunyai basil
sanmonella typhi ke sungai atau sumber air yang digunakan sebagai air
minum yang kemudian langsung diminum tanpa di masak (Britto, Wong
Dougan dan pollard, 2018)
C. Patofisiologi
Kuman Salmonella typhi yang masuk kesaluran gastro intestinal akan
ditelan oleh sel-sel fagosoit ketika masuk melewati mukosa dan oleh
makrofag yang ada di dalam lamina propina. Sebagian dari salmonella typhi
ada yang masuk ke usus halus mengadakan invanigasi ke jaringan limfoid
usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Kemudian
Salmonella typhi masuk melalui folikel limfatik dan sirkulasi darah sistemik
sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang system
retikulo endothelial (RES) yaitu: hati, limpa dan tulang, kemudian
selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain sistem saraf
pusat, ginjal dan jaringan limfa
Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal tetapi kadang begian
lain usus halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada mulanya. plakat
peyer penuh dengan fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infitrat
atau hyperplasia di mukosa usus. Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi
nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih besar di ileum dari pada di kolon sesuai
dengan ukuran plak peyer yang ada disana. Kebanyakan tukaknya dangkal,
tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan perdarahan.
Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah penderita
sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan parut di
4
fibrosis. Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi padsa minggu pertama
dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya. suhu tubuh akan
naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Deman yang
terjadi pada masa ini disebut demam intermitet (suhu yang tinggi, naik turun,
dan turunnya dapat mancapai normal), di samping peningkatan suhu tubuh
juga akan terjadi obstipasi sebagi akibat motilitas penurunan suhu tubuh,
nunun hal ini tidak selalu terjadi dan dapat pula terjadi sebaliknya. Setelah
kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk kesirkulasi sistemik
dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dengan tanda tanda
infeksi pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali dan
hepatomegali. Pada minggu selanjutnya dimana infeksi intestinal terjadi
dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tingi, tetapi nilainya lebih rendah
dari fase bakterimia dan berlangsung terus menerus (demam kontinu), lidah
kotor, tetapi lidah hiperemis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan
absorpsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien akan merasa tidak
nyaman. Pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi dan peritonitis
dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltik usus menurun bahkan hilang.
melena, syok, dan penurunan kesadaran (Awofisayo-Okuyelu, McCarthy,
Mgbakor, & Hall, 2018)
5
D. Pathway
Http://Puskesmaspeibenga.wordpress.com
E. Manifestasi Klinis
Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal
(gejala awal tumbuh nya penyakit/gejala yang tidak khas)
6
a. Perasaan tidak enak badan
b. Nyeri kepala
c. Pusing
d. Anoreksia
e. Batuk
f. Nyeri otot
g. Muncul gejala klinis yang lain
F. Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
Pendarahan usus yang terjadi sedikit perdarahan hanya dapat
ditemukan jika dilakukan pemeriksaan pada tinja dan benzidin, sebaliknya
jika pendarahan pada usus terjadi banyak dapat menjadi melena, yang bisa
disertai dengan tanda-tanda renjatan, perforasi usus yang terjadi tidak
disertai dengan perintonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat rongga
peritoneum, yaitu terdapat udara diantara hati dan diafragma pada poto
rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak serta terdapat pekak
hati menghilang
2. Komplikasi extra intestinal
a) Komplikasi kardiovaskuler: Miakarditis, trombosis dan trombo
flebitis
7
b) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma
uremia hemolitik.
c) Komplikasi paru: pneumonia, empiema dan pleuritis.
d) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu: hepatitis, kolesistitis.
e) Komplikasi ginjal: glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f) Komplikasi pada tulang: osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis (Izzaty et.al 2019)
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Thypoid Fever
1. Pemeriksaan darah tepi 5 pada penderita Thypoid Fever bisa didapatkan
anemia, jumlah leukosit normal, bisa menurun atau meningkat, mungkin
didapatkan trombositopenia dan hitung jenis biasanya normal atau sedikit
bergeser ke kiri, mungkin didapatkan aneosinofilia dan limfositosis
relatif, terutama pada fase lanjut.
2. Uji Widal ip, uji Widal adalah memeriksa reaksi. Prinsip uji Widal adalah
memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang
telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatic (O)
dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga
terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan
aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum. Teknik aglutinasi ini
dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau uji
tabung (tube test). Hasil uji Widal pada pasien Thypoid Fever adalah
positif baik pada antigen O, H, paratypi A dan B (Veeraraghavan,
Pragasam, Bakthavatchalam, & Ralph, 2018). Pada anak yang mengalami
demam thypoid akan mengalami peningkatan pemeriksaan widal dari
1/801/320
H. Penatalaksanan
1. Farmakologi
a. Kloramfenikol
8
Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam lebih
cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang
dewasa 4x500 mg sehari oral. Dengan penggunaan kloramfenikol,
demam pada demam typoid turun rata-rata setelah 5 hari.
b. Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam typoid sama dengan
kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada penggunaan
tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan
tiamfenikol demam pada demam typoid akan turun sekitar 5-6 hari.
c. Kotrimaksazol (kombinasi dan sulfamitoksasol)
Dosis untuk orang dewasa adalah 2 kali 2 tablet sehari, digunakan
sampai 7 hari bebas demam. Dengan kotrimaksazol demam pada
demam typoid akan turun sekitar 5-6 hari.
d. Ampicillin dan Amoksillin
Indikasi mutlak penggunaannya adalah pasien demam typoid
dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-150
mg/kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam.
Dengan ampicillin dan amoksilin pada demam typoid akan turun
sekitar 7-9 hari.
e. Sefalosforin generasi ketiga
Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sefalosforin generasi
ketiga antara lain sefiperazon, seftriakson, dan cefotaksim. Obat
anti mikroba ini sangat efektif untuk demam typoid, tetapi lama
pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.
f. Fluorokinolon
Fluorokinolon efektif untuk demam typoid, tetapi dosis dan
lampemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.
g. Cefixime
Cefixime saat ini sering digunakan sebagai alternatif. Obat ini
diberikan jika ada indikasi penurunan jumlah leukosit hingga <
9
2000/μl atau dijumpai adanya resistensi terhadap Salmonella typhi.
Obat ini diberikan secara per oral
h. Seflosporin
Hingga saat ini golongan Seflosporin generasi ketiga yang terbukti
efektif untuk demam typhoid adalah Seflosporin, dosis yang
dianjurkan adalah 3-4 gram dalam dektrose 100cc diberikan selama
1/2 jam perinfus sekali sehariselama 3 sampai 5 hari.
2. Non Farmakologi
Penatalaksanaan penyakit typhoid sampai saat ini dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:
10
harus diistirahatkan. beberapa penelitian menunjukan bahwa
pemberian makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah
selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat
diberikan dengan aman pada anak yang mengalami typhoid fever
(Journurnal of nutrition ,and Health)2019
I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkagian keperawatan merupakan langkah awal yang digunakan
untuk mengumpulkan data-data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikat status kesehatan pasien. Oleh karna itu
pengkajian yang akurat, lengkap sesuai dengan kenyataan kebenaran data
sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan
memberikan pelayaran keperawatan sesuai dengan respon individu
(Widyoningrat 2017)
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalan suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau kelompok dimana dan
memberikan restka perubahan) pola dari individu perawat sebagai
akuntabilitas dapat mengidentifikası intervenst secara paset untuk
menjaga status kesehatan (Cerpentino 2017)
1. Kelidak seimbangan nutrisi = kurang dari dan kurang asupan
makanan yang dicerna oleh tubuh
2. Gangguan rasa nyaman = kondisi kebutuhan tubuh berhubungan
dicerna oleh tubuh Ini bisa berhubungan dan tentang suatu kondisi
pisikospirtual yang dialami secara efektif seperti pada fisik dan
pisikospiritual
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan huburuan dan volume
cairan Secara aktif.
c. Intervensi (3S)
11
Intervensi pemecahan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan
penentuan langkah masalah dan peroritasnya, perumusan tujuan
keperawatan, diagnosa keperawatan i rencana tindakan pada pasien
berdasarkan (Sunileage et al. 2022)
Intervensi keperawatan adalah segala yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan 2s. Penilaian klinis untuk
mencapai iuran (outcome) yang diharapkan (tim pokja perawat Siki PPP
PPNI 2017)
12
13
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. B (17 TH)
(DEMAM THYPOID)
DI UPT PUSKESMAS CILAWU GARUT
TAHUN 2024
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. B
Umur : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Laki -Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Sekolah
Alamat : Kp. Sindangrasa RT 01 RW 08 Kel.
Ngamplang
No.Rekamedik : 186969
Ruangan : Aster 4
Tanggal Masuk : 16 Januari 2024
Tanggal Pengkajian. : 16 Januari 2024
Diagnosa Medis : Typoid fever
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kp.Sindangrasa RT 01 RW 08 Kel.
Ngamplang
Hubungan dengan klien : Kaka kandung
3. Keluhan Utama
15
Demam
4. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 16 Januari 2024 Pukul 09:26 WIB, Tn. B datang ke UGD
dengan keluhan demam, pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16 januari
2024 pukul 21.20 pasien mengeluh demam, demam terjadi karena pasien
sering terkena paparan sinar matahari secara berlebihan dan jarang cuci
tangan sebelum makan. Demam berkurang pada saat pasien minum obat
Paracetamol dan kompres hangat, demam dirasakan diseluruh tubuh
seperti terbakar dan selain demam pasien juga mengeluh pusing dan nyeri
ulu hati, suhu tubuh pasien 38°c demam terjadi sejak 8 hari sebelum
masuk puskesmas.
5. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di RS
6. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat maupun
makanan.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami atau
mempunyai penyakit menular.
8. Aspek psikologis
Klien tampak cemas
9. Aspek social
Pasien tampak kooperatif terhadap petugas kesehatan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh petugas kesehatan
10. Aspek spiritual
Pasien mengatakan tidak melaksanakan ibadah shalat pada saat dirawat
16
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Mandi/Gosok gigi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ket: 0 = Mandiri
1 = Alat bantu
2 = Dibantu orang
4 = Ketergantungan alat
17
B. Activity Dailiy
Tabel 3,2 Activity Daily
2. Eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi Kurang lebih 1-2x/hari Belum pernah BAB
selama dirawat
Konsitensi cair cair
Warna Kekuningan Kekuningan
Buang Air Kecil (BAK) Kurang lebih 3x/hari Kurang lebih 5-6x hari
Frekuensi Jumlah Kekuningan Kuning
Warna Tidak terpasang kateter Tidak terpasang
Terpasang kateter kateter
3. Istirahat Tidur
Lama tidur siang dan malam Siang : Jarang tidur Siang Siang: Tidur, kurang
Malam : Kurang lebih 6 jam Lebih 4-5 jam
Siang : - Malam : Kurang lebih
Waktu tidur siang dan malam Malam: 23.00 WIB 6 jam
Masalah tidur Gelisah akan penyakitnya Siang : 10.00 WIB
18
Kebiasaan sebelum tidur Main hp/ main games Malam : 9.00 WIB
Cemas dan gelisah
akan penyakitnya
tidak ada
4. Personal Hygine
Mandi
Frekuensi 2x/hari Tidak pernah
Penggunaan sabun Mengunakan sabun Tidak
Cara melakukan Sendiri Tidak
Oral Hygine
Frekuensi 3x/hari 1x/hari
Penggunaan pasta gigi Mengunakan pasta gigi Mengunakan pasta
Cara melakukan Sendiri gigi
Pemeliharaan rambut Mandiri
Frkuensi
Penggunaan shampo 2-3x/minggu
Pemeliharan kuku Menggunakan shampo Tidak pernah
Frekuensi 1x/minggu Tidak pernah
Cara melakukan Sendiri Tidak pernah
Tidak pernah
5. Aktivitas Sekolah Istirahat
C. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compas Metis (sadar penuh)
Nilai : 15
Respon mata : 4 (Membuka secara spontan/ dengan
sendirinya)
Respon motorik : 6 (Mengikut perintah)
Respon verbal : 5 (Orientasi baik/bicara jelas)
19
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 89/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 380c
Berat Badan : 49,3 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Spo : 96%
20
3) Kuku Inspeksi
Warna : Normal
Bentuk : Normal
Lesi : Tidak ada
a. Palpasi
CRT : Normal (<2 detik setelah ditekan)
Nyeri tekan : Tidak ada
4) Kepala Inpeksi
Bentuk kepala : Simestris
Bentuk wajah : Lonjong
Lesi : Tidak ada
Kulit Kepala : Bersih
a. Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
Derformitas : Tidak ada
Edema : Tidak ada
5) Telinga Inpeksi
Letak : Simestris
Serumen : Tidak ada
Fungsi pendengaran : Baik bisa merespon bila dipanggil
Lubang telinga : Normal
Daun telinga : Normal
a. Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
6) Mata
Inspeksi : Tidak ada
Sklera : Putih
Konjungtiva : Kemerahan
Pupil : Normal
Fungsi penglihatan : Normal (bisa melihat dengan jelas)
7) Hidung Inspeksi
21
Letak : Simestris
Sekret : Tidak ada
Polip : Tidak ada
9) Leher Inspeksi
Pembesaran Kelenjar tiroid
Jvp : Tidak terkaji
Warna kulit : Normal
Gerak leher : Normal
22
a. Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
Kedudukan trankea : Normal
a. Palpasi Perkusi
Suara paru : Sonor (normal)
b. Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
c. Auskultasi
Bunyi paru : Veskuler
a. Palpasi
Nyeri tekan : Ada, pada bagian ulu hati di sebelah kiri
23
Distensi : Tidak ada
Kandung kemih : Tidak ada
24
nyeri haid, atau pegal-
pegal. Paracetamol atau
acetaminophen tersedia
dalam bentuk tablet,
sirop, tetes,
suppositoria, dan infus.
25
termasuk obat
2. Non farmakologi
a. Tirah Baring
b. Diet
c. Kompres Hangat
d. Banyak Minum air putih
E. Pemeriksaan Penunjang
Pendaftaran :-
Tanggal Pendaftaran : 16 Januari 2024
No Masuk Penunjang :-
Ruangan : UPT Laboratorum Puskesmas Cilawu
No Hasil Pemeriksaan Lab :
Tanggal Pemeriksaan : 16 Januari 2024
No Rekam Medik :
Nama Pasien : Tn. B
Tanggal Lahir / Umur : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat :
Diagnosa Rujukan :
26
No Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan satuan
1. NOSERELOGI
2. FATOLOGI
Hematologi rutin
F. Analisa Data
27
- Muka tampak kemerahan halus
TD:110/80mmHg
N : 77x/menit Di ileum terminalis
R : 24x/menit membentuk limfoid
S : 38,2°C plaque payeri
Spo: 97%
sebagian menembus
lamina propia
hepata megali,
Splenomegali
Infeksi Salmonella
Typhi, Paratyphi dan
Endotoksin
28
Demam Typoid
2. Ds: Pasien mengeluh mual, muntah Nutrisi kurang dari Basil salmonella
3 kali, makan kurang kebutuhan berhubungan typhosa
Do: - Pasien tampak lemas dengan nafsu makan
- Pasien tidak menghabiskan 1 menurun sebagian dimusbahkan
porsi makan asam lambung
TD: 110/80mmHg
N: 77x/menit mual,muntah
R: 24x/menit
S: 38,2°c Intake kurang
Spo: 97% (adekuat)
Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
3. Ds: Pasien mengatakan nyeri ulu Gangguan nyaman nyeri Bakteri samonela
hati seperti tertusuk-tusuk, nyeri berhubungan dengan typhi
ulu hati sangat menggangu inflamasi pada usus halus
- Pasien mengatakan nyeri secara Sebagian masuk usus
tiba tiba dan setelah makan halus
makanan pedas.
Do: Pasien tampak meringis Di ileum terminalis
kesakitan, skla nyeri 4. membentuk limfoid
TD:100/80mmHg plaque payeri
N:77x/ menit
R:24 x/ menit Sebagian hidup dan
S:38,2°C menetap
Spo:97%
Pendarahan
29
Perforasi
Peritoniti
Nyeri tekan
Gangguan rasa
nyaman
G. Intervensi Keperawatan
30
dengan anoreksia keperawatan makanan
akibat mual selama 3x 24 jam 2. Berikan makanan
muntah diharapkan dalam keadaan hangat
kebutuhan nutrisi 3. Berikan makanan
menjadi adekuat dalam porsi kecil tapi
Kriteria hasil: sering
a) Pasien terlihat
tenang
b) Pasien mau
menghabiskan
makanan yang
disediakan
c) Nafsu makan
baik
d) Ttv normal
3. Gangguan nyeman Tujuan : 1. Anjurkan pasien
nyeri berhubungan Setelah dilakukan relaksasi
dengan inflamasi tindakan 2. Anjurkan pasien
pada usus halus keperawatan untuk memonitor
diharapkan nyeri nyeri
hilang/ terkontrol. 3. Berikan obat
Kriteria hasil: analgetik untuk
a) Pasien tampak pereda nyeri.
rileks
b) Pasien
mengatakan
nyeri berkurang
atau hilang
c) Nyeri dibagian
perut
teratasi ,skla
31
nyeri 1 dari skla
0-10
d) Ttv normal
H. Implementasi Keperawatan
32
perawat untuk
memberikan
Paracetamol 500 mg
- Menganjurkan
pasien untuk
melakukan
kompres hangat
Hasil:
- Pasien dibantu
keluarga untuk
melakukan
kompres hangat
di bagian kepala
- Memberikan
cairan intra vena.
Hasil:
- Terpasang RL
infus 24 tetes/
menit.
- Menganjurkan
pasien untuk
melakan bedrest
selama dirawat.
33
Resiko penurunan 1) Mengkaji tanda S: Pasien mengeluh
nutrisi tanda vital mual, muntah 4 kali,
berhubungan Hasil: makan minum kurang
dengan anoreksia TD:110/80mmHg O: - Pasien tampak
akibat mual N: 77x/menit lemas
muntah R: 24x/menit Pasien tidak
S: 38,2°C menghabiskan 1 porsi
Spo: 96% makan
2) Menanyakan TD: 110/80mmHg
apakah pasien N: 77x/menit
memiliki alergi R: 24x/menit
makanan S: 38,2°c
3) Memberikan Spo: 96%
makanan dalam A: Masalah belum
keadaan hangat teratasi
4) Memberikan P: Lanjutkan intervensi
makanan dalam
porsi kecil tapi
sering
Gangguan 1) Menganjurkan S: Pasien mengatakan
nyaman nyeri pasien Relaksasi nyeri uluhati seperti
berhubungan Hasil: tertusuk tusuk,nyeri
dengan inflamasi - Menganjurkan uluhati sangat
pada usus halus pasien untuk menggangu
menarik nafas - Pasien mengatakan
melalui hidung nyeri secara tiba tiba
dan dan setelah makan
mengeluarkan makanan pedas.
melalui mulut O: Pasien tampak
secara perlahan meringis kesakitan,skla
dan pasien nyeri 4.
34
mengikuti TD:110/80mmHg
2) Mengkaji skala N:77 x/ menit
nyeri secara R:24 x/ menit
komprehensif S:38,2°C
Hasil: Spo:96%
- Nyeri seperti A: masalah belum
ditusuk tusuk teratasi
- Nyeri P: lanjutkan intervensi
mengganggu
- Skala nyeri 4
3) Memberikan obat
analgetik untuk
pereda nyeri
sesuai dosis
dokter
Rabu,17Januari Hasil: S: Pasien mengatakan
202 - Ranitidin 300 mg badan sudah tidak
- Paracetamol 500 terasa panas
mg O: Pasien tampak lemas
Hipertermi - Mengobservasi TD: 100/70 mmHg
berhubungan TTV N:98x/ menit
dengan basil Hasil: R: 22 x/ menit
salmonella TD: 100/70 mmHg S:37,6°C
typhosa N:98x/ menit Spo:96%
R: 22x/ menit A: Masalah teratasi
S:37,6°C sebagian
spo:96% P: Intervensi lanjutkan
4) Menganjurkan 1,2,3,4,5,6,7
pasien memakai
pakaian yang
menyerap
35
keringat
5).Memberikan obat
Paracetamol
Hasil
Paracetamol 500 mg
6).menganjurkan
untuk melakukan
kompres hangat
Hasil:
Keluarga pasien
melakukan nya S: pasien mengatakan
muntah berkurang
7).Menganjurkan O:pasien tampak lemas
pasien untuk bedrest TD: 100/70 mmHg
selama dirawat N:91x/ menit
R: 22 x/ menit
S:37,6°c
Resiko penurunan Spo:96%
nutrisi 1). Mengkaji A:masalah teratasi
berhubungan tanda tanda vital sebagian
dengan anoreksia Hasil P: intervensi lanjutkan
akibat mual TD: 100/70 mmHg 1,2,3,4
muntah N:98x/ menit
R: 22 x/ menit
S:37,6°C
2). menanyakan S:pasien mengatakan
apakah pasien nyeri di bagian uluhati
memiliki alergi berkurang
makanan O:pasien tidak meringis
kesakitan skala nyeri 3
36
Kamis 18 1) Memberikan TD: 110/80 mmHg
Januari 2024 makanan dalam N:98x/menit
keadaan hangat R: 22x/menit
Hasil S:37,6°C
Keluarga Pasien Spo:96%
Gangguan melakukannya A:masalah teratasi
nyaman nyeri 2) Memberikan sebagian
berhubungan makanan dalam P: intervensi 1,2,3
dengan inflamasi porsi kecil tapi lanjutkan
pada usus halus sering S:pasien mengatakan
3) Menganjurkan demam hampir tak
pasien relaksasi terasa
Hasil: O: pasien terlihat
- Menganjurkan tenang
pasien untuk TD:120/80 mmHg
menarik nafas N:80x/menit
melalui hidung dan R:24x/menit
mengeluarkan S:36,4°c
melalui mulut Spo:97%
secara perlahan A:masalah teratasi
dan pasien P:hentikan intervensi
mengikuti. (pasien pulang)
1) Mengakaji nyeri
secara
komprehensif
skala 3(0-10)
2) Memberikan obat
analgesik untuk
pereda nyeri
37
berhubungan TTV sudah tidak ada mual
dengan basil Hasil: dan muntah
salmonella TD:120/80 mmHg O:klien tampak
typhosa N:80x/menit membaik
R:24x/menit TD:120/80 mmHg
S:36,4°C N:80x/menit
spo:97% R:24x/menit
2) Menganjurkan S:36,4°C
pasien memakai spo:97%
pakaian yang A: masalah teratasi
menyerap P: hentikan intervensi
keringat (pasien pulang)
3) Memberikan obat
Paracetamol
Hasil
Paracetamol 500 mg
4) Menganjurkan
untuk melakukan
kompres hangat
5) Menganjurkan
pasien untuk
bedrest selama
dirawat
Penurunan nutrisi 1) mengkaji tanda S: pasien mengatakan
berhubungan tanda vital nyerinya hampir tak
dengan anoreksia Hasil: terasa
akibat mual TD:120/80 mmHg O: pasien tampak
muntah N:80x/menit membaik
R:24x/menit TD:120/80mmHg
S:36,4°C N:80x/menit
spo:97% R: 24x/menit
38
2) Menanyakan S: 36,4°C
apakah pasien Spo:97%
memiliki alergi A: masalah teratasi
makanan P: intervensi
3) Memberikan dihentikan( pasien
makanan dalam pulang)
keadaan hangat
4) Memberikan
makanan dalam
porsi kecil tapi
sering
Gangguan 1) Menganjurkan
nyaman nyeri pasien relaksasi
berhubungan Hasil:
dengan inflamasi Pasien melakukan
pada usus halus nya
2) Mengkaji nyeri
secara
komprehensif
hasil:
skala nyeri 1 (0-
10)
3) Memberikan obat
analgesik untuk
pereda nyeri
Hasil :
Paracetamol 500mg
Ranitidin 300 mg
39
I. Evaluasi Catatan Perkembangan
40
R: 22x/menit
S:37,6°c
Spo:96%
A:masalah teratasi sebagian
P: intervensi lanjutkan
41
Gangguan nyaman nyeri S: pasien mengatakan nyerinya
berhubungan dengan hampir tak terasa
inflamasi pada usus halus O: pasien tampak membaik
TD:120/80mmHg
N:80x/menit
R: 24x/menit
S: 36,4°C
Spo:97%
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan( pasien
pulang)
42
BAB IV
PEMBAHASAN
43
3. Pemeriksaan ketegangan otot, frekuensi nadi tekanan darah dan suhu
sebelum dan sesudah latihan.
4. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruangan nyaman jika memungkinkan
5. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
b) Hipertemia
1. Pantau suhu dan tanda tanda vital lainnya (perawatan demam)
2. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Adekuat (pengaturan suhu)
3. Lakukan kompres hangat untuk mengatasi demam (perawatan
demam)
4. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada
fase demam (yaitu memberikan selimut hangat untuk fase dingin)
c) Nutrisi kurang dari kebutuhan
1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
2. Kaji penurunan nafsu makan klien
3. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan
4. Ukur tinggi dan berat badan klien.
5. Berikan makanan selagi hangat
d) Evaluasi keperawatan
Hasil yang di capai untuk Tn. B setelah pemberian asuhan
keperawatan pada tanggal 16 sampai dengan 18 Januari 2024 di antaranya
masalah gangguan rasa nyaman, kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
dan hipertemia pasien mengatakan bahwa pasien tidak mengalami demam
lagi, setelah di lakukan asuhan keperawatan pada tanggal 16 sampai
dengan 18 Januari 2024 di antaranya masalah gangguan rasa nyaman,
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan dan hipertemia masalah teratasi
dengan di buktikan pasien tidak mengalami demam suhu tubuh membaik
36,4° C suhu tubuh sebelum nya 38°C pasien mengatakan bahwa Tn.B
sudah tidak lagi demam
44
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran
cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan
gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type
A, B, C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah
cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau
mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum
dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan
hindari makanan pedas.
B. Saran
1. Saran untuk Sekolah
Kami melihat begitu banyak persaingan didunia kesehatan, untuk itu saya
menyarankan kepada pihak sekolah agar menyiapkan tenaga terdidik yang
dapat mempertanggungjawabkan pekerjaan yang diberikan.
2. Saran untuk Pembaca
Makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi
oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini.
45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
46
47