RPL Konseling Individu
RPL Konseling Individu
RPL Konseling Individu
RASIONAL
Bullying merupakan fenomena yang tidak asing dan biasa didengarkan terutama pada
lingkungan sekolah. Fenomena bullying ini telah memakan banyak korban baik di lingkungan
sekolah, keluarga maupun lingkungan sehari-hari. Banyak faktor yang menyebabkan bullying
baik verbal maupun non verbal (Sapitri, 2020). Adapun menurut Ali (2022) bahwa salah satu
fenomena yang menyita perhatian dalam dunia pendidikan zaman sekarang ialah kekerasan yang
terjadi di sekolah, setiap tahun ada saja kasus perilaku yang dikategorikan menyimpang baik
secara sengaja dengan niat melemahkan korban, mempermalukan yang dilakukan secara
berulang-ulang.
Hal ini juga terjadi di SMP Negeri 8 Makassar. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah
satu guru BK di SMP Negeri 8 Makassar menyatakan bahwa salah satu siswa berinisial MI
terisolir hal ini juga didukung berdasarkan hasil sosiometri pada kelas MI. Berdasarkan hal ini
kemudian, dilakukan wawancara lebih lanjut dengan wali kelas siswa MI yang menyatakan
bahwa siswa MI memanglah terlihat pendiam, sering menyendiri, dan tidak memiliki teman.
Selanjutnya dilakukan observasi terkait aktivitas MI selama di sekolah dan ditemukan bahwa MI
memanglah duduk terpisah sendirian berbeda dengan teman-teman lainnya yang memiliki teman
sebangku, tidak memiliki teman, terlihat pendiam, senantiasa menunduk dan terlihat tidak
nyaman pada saat didalam kelas. MI juga mendapatkan perlakuan seperti pemberian nama
julukan, diolok-olok, diperintah dan dipaksa oleh teman sekelasnya. Kemudian, dilakukan
wawancara mendalam dengan MI. Dan didapatkan hasil bahwa MI mengalami perlakuan tidak
mengenakkan dari teman sekelasnya atau menjadi korban bullying oleh beberapa teman di
kelasnya. MI sering mendapatkan olok-olok, julukan, diperintahkan membawa barang atau
membeli sesuatu, mendapatkan perlakuan pemalakan uang jajan, bekal, kuota serta
handphonenya bahkan mendapatkan kekerasan fisik berupa pemukulan.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa MI adalah salah satu korban
bullying. Hal ini sejalan menurut Ali (2022) bahwa bullying yang paling banyak dilakukan di
lingkungan sekolah ialah memanggil dengan panggilan yang tidak menyenangkan, memalak,
memukul, menendang, menjambak dan lainnya. Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan
akibat perilaku bullying adalah depresi karena mengalami penindasan, menurunnya minat untuk
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat mengikuti kegiatan di
sekolah. Sedangkan akibat jangka panjang dari bullying adalah mengalami kesulitan dalam
menjalin hubungan baik, selalu memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak
menyenangkan (Sapitri, 2020).
Berdasarkan perlakuan yang dialami MI ini ia menyatakan sebenarnya ingin bercerita dan
melaporkan pada guru BK namun terlalu takut akan diketahui oleh pelaku bullying. MI pernah
memiliki niat untuk melaporkan kepada guru BK namun diurungkan kembali karena ragu dan
takut akan ketahuan. Kemudian, MI juga memiliki keinginan untuk menolak secara tegas
perlakuan bullying yang dialaminya namun dia terlalu takut, tidak memiliki keberanian dan tidak
tahu cara mengatakan dan mengekspresikan apa yang diinginkannya. Menurut Fatmawati dan
Pratiwi (2020) bahwa siswa yang mengalami korban bullying pada umumnya memiliki tingkat
kemampuan asertif yang rendah. Hal ini juga sejalan menurut Soendjono dalam Kusuma dan
Partini (2017) bahwa siswa korban bullying takut jika melaporkan kepada guru dan takut
bercerita ataupun mengungkapkan bullying yang dialaminya dan ini merupakan kondisi dimana
siswa korban bullying tidak memiliki perilaku asertif. Oleh karenannya perilaku asertif perlu
dimiliki siswa korban bullying agar berani untuk melindungi dirinya dari tindakan bullying yang
dilakukan oleh orang lain.
Menurut Fatmawati dan Pratiwi (2020) bahwa siswa yang menjadi korban bullying perlu
mendapatkan berupa konseling latihan asertif agar siswa yang menjadi korban bulllying mampu
mengekspresikan apa yang mereka rasakan, jauh dari kekerasan dan penindasan yang dilakukan
oleh orang lain. Hal ini juga sejalan menurut Jakuwboski dan Lange dalam Fatmawati dan
Pratiwi (2020) bahwa dengan perilaku asertif seseorang dapat mempertahankan kepentingan
pribadi dengan cara mengungkapkan hal-hal yang sedang dirasakan baik itu perasaan positif
maupun negatif secara jujur tanpa mengurangi hak orang lain. Adapun menurut Fajriani (2023)
bahwa teknik asertif dapat membantu konseli yang mengalami kesulitan dan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan-perasaan yang tidak disukainya dan perasaan tersinggung serta
melatih korban untuk menyampaikan pendapat dan opininya dengan cara yang tepat, sama
halnya kemampuan untuk mengatakan tidak atas tekanan yang didapatkan serta berperilaku tegas
dalam mengungkapkan masalah yang terjadi pada dirinya.
Adapun menurut Fatmawati dan Pratiwi (2020) bahwa latihan asertif yang diberikan
kepada siswa yang mengalami kesulitan berkomunikasi, tidak mampu atau takut menolak
tindakan orang lain agar dapat mengungkapkan pendapatnya secara jujur maka dapat diberikan
latihan asertif agar memiliki kemampuan interpersonal berani menyatakan pendapat,
mengekspresikan perasaan dan kemampuan dalam membuka dan mengakhiri percakapan. Maka
dari itu dalam mengatasi permasalahan terkait penanganan korban bullying berinisial MI di SMP
Negeri 8 Makassar diberikan pelatihan asertif kepada siswa MI.
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING INDIVIDU
A. IDENTITAS
Nama Guru A.Magfirah S
Instansi UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar
Komponen Layanan Layanan Responsif/ Konseling Individu
Bidang Layanan Sosial
Masalah Bullying
Fase/Kelas/Kelompok Fase D/ VIII. 12
P5 Mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Pendekatan/Teknik Latihan Asertif
Waktu /pertemuan 1 X 60 Menit
B. TUJUAN LAYANAN
Gejala umum yang MI tidak memiliki teman dikelas, terlihat pendiam, duduk
nampak/keluhan konseli dibangku paling belakang, tidak betah dikelasnya, sering
diolok-olok ayah bunda oleh teman sekelasnya, diajak
bicara oleh temanya jika ada yang ingin dimintai tolong.
Tujuan Layanan Agar MI mampu mengembangkan perilaku asertif
sehingga dapat melaporkan tindakan bullying yang
diterimanya kepada guru BK serta mampu asertif dalam
menolak dan mempertahankan hak-haknya saat
dibullying.
C. KEGIATAN LAYANAN
1. Konselor membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam dan doa.
2. Konselor menanyakan keadaan dan kabar konseli MI.
3. Konselor mengucapkan terima kasih atas kesediaan
konseli MI/ untuk mengikuti konseling.
4. Konselor menjelaskan asas-asas dan kode etik dalam
Tahap Attending/ Strukturing bimbingan dan konseling.
5. Konselor menjelaskan tahapan, tujuan dan tanggung
jawab konseli selama proses konseling.
6. Konselor bersama konseli menyepakati durasi waktu
pelaksanaan layanan konseling.
1. Konselor memberikan pertanyaan terbuka kepada
MI.
2. Konselor merespon pernyataan konseli (isi, perasaan
dan arti)
Tahap Eksplorasi Masalah
3. Konselor menggunakan keterampilan bertanya,
menyimpulkan, paraphrase, konfrontasi dan lainnya
jika sekiranya diperlukan selama percakapan
berlangsung guna ekplorasi masalah konseli.
a. Personalisasi Masalah
1. Konselor membantu konseli melihat bahwa
keadaanya atau permasalahannya.
2. Konselor meminta konseli MI mencoba lebih
mendalami permasalahannya sehingga mendapatkan
gambaran tentang perlunya melakukan tindakan
Tahap Personalisasi untuk mengatasi permasalahnnya. Hal ini akan
mendorong konseli untuk memiliki keinginan kuat
untuk berubah
b. Personalisasi Tujuan
Konseli MA dibantu oleh konselor untuk menetapkan
tujuan yang ingin dicapai terkait permasalahan konseli
MA.
Tahap Kerja/Initianting 1. Konselor mengidentifikasi dan melakukan analisis
kebutuhan latihan asertif yang dibutuhkan konseli.
2. Konselor bersama konseli menyepakati bersama-
sama terkait ketidak asertifan yang dialami konseli.
3. Konselor dan konseli bersama-sama membuat
kesepakatan untuk melakukan latihan asertif.
4. Konselor menjelaskan kegiatan apa saja yang akan
dilakukan dalam tahapan latihan asertif.
5. Konselor memberikan contoh atau memperagakan
praktik perilaku asertif yang diperlukan yakni contoh
melakukan penolakan dan berlatih berkata tidak.
6. Konselor mulai mengajukan pernyataan-pernyataan
kepada konseli. Kemudian meminta konseli untuk
mempraktikkan perilaku asertif yang perlu dilakukan.
7. Konselor mengajak konseli untuk mengevaluasi
apakah konseli sudah berhasil atau tidak
merealisasikan sikap asertif melakukan penolakan
dan berkata tidak.
8. Konselor memberikan tugas rumah terstruktur agar
konseli mampu menunjukkan sikap asertif yang telah
dipelajarinya.
9. Konselor mengajak konseli untuk melakukan refleksi
pengalaman dan tugas rumah yang diberikan.
10. Konseli mengevaluasi diri sebagai unjuk
keberhasilan dalam mengimplementasikan sikap
asertif.
1. Konselor menyampaikan bahwa waktu konseling
telah habis sesuai dengan kesepakatan kontrak waktu
diawal.
2. Konselor meminta konseli MA untuk menyampaikan
relfeksi perasaan, kesan dan pesan.
3. Konselor menyimpulkan hasil pertemuan yang
dilakukan pada hari ini.
Tahap Penutup
4. Konselor bersama-sama konseli melakukan
kesepatan terkait waktu dan jadwal pertemuan
selanjutnya.
5. Konselor mengucapkan terimakasih atas partisipasi
konseli MA.
6. Konselor mengakhiri kegiatan konseling dengan
mengucapkan salam.
D. PENGAKHIRAN/ TERMINASI
1. Konselor kembali memandu konseli MI untuk
mengungkapkan perubahan yang dirasakannya.
2. Konselor menanyakan apakah konseli MI masih
merasakan hambatan/ kesulitan dalam rangka
mengembangkan pikiran positifnya (Jika Ada).
3. Konselor memberikan apresiasi dan penguatan
kepada konseli MI.
4. Konselor meminta maaf jika ada salah ucap, sikap
yang tidak berkenaan pada siswa dan menjelaskan
bahwa tahapan konseling individu yang dilakukan
sudah selesai dilaksanakan.
E. EVALUASI
1. Evaluasi Proses meliputi proses pengamatan konseli
terkait hal-hal berikut ini:
Kesungguhan konseli dalam mengikuti kegiatan
konseling.
Antusias dan partisipasi aktif konseli dalam
mengikuti kegiatan konseling.
Sikap kooperatif konseli dalam proses konseling.
Konseli merasa nyaman dan terbuka selama
proses konseling.
Kemampuan konseli dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan.
Kemampuan konseli dalam mengemukakan
pendapatnya.
Kemampuan konseli mengemukakan hambatan
yang dirasakan dalam rangka perubahan.
2. Evaluasi Hasil:
Cara merespon konseli
LEMBAR KOMITMEN KONSELI
Nama : ....................................................................................
Sekolah : ....................................................................................
1. Bersediah mengikuti segala rangkaian proses konseling dan mengikuti tahapan konseling
individu yang dilakukan dalam rangka pementasan permasalahan saya
2. Bersedia membagi informasi penting tentang diri dan situasi permasalahan saya jika itu
sesuai dengan pelaksanaan konseling.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran diri dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Makassar, 2024
................................... ...................................
LEMBAR EVALUASI PROSES LAYANAN KONSELING INDIVIDU
Nama Observer :
Kelas :
Hari/ Tanggal :
Petunjuk Pengisian
Opsi
Jawaba
No Pernyataan n
4 3 2 1
Total Skor
Skor Keseluruhan
Kategori
Keterangan :
1 Skor minimal penilaian evaluasi proses : 1x7=7
2 Skor maksimal penilaian evaluasi proses : 4 x 7 = 28
3 Penentuan interval kategori penilaian evaluasi proses (Nilai Max – Nilai Min / 4 ) : 28 – 7 / 4 = 5
22 – 28 Sangat Baik
17 – 21 Baik
12 – 16 Cukup
7 – 11 Kurang
KONSELING INDIVIDU “KEPERCAYAAN DIRI RENDAH”
RASIONAL
Fenomena ini juga terlihat pada siswa kelas VIII. 12 berinisial MF yang terindikasi
memiliki kepercayaan diri yang rendah. Ketidakpercayaan diri yang dialami MF dengan
wajahnya. Ia akan cenderung menutup wajahnya menggunakan masker, tidak ingin
memperlihatkan wajahnya bahkan hal ini menganggu aktifikasnya di sekolah seperti makan
bersembunyi dibawah kolong mejanya. Hal ini akan berakibat buruk bagi siswa. Siswa yang
tidak percaya diri akan cenderung menjadi rendah diri, pemalu bahkan sampai dapat
menanggunya dalam proses adaptasi dengan lingkungannya. Siswa yang tidak percaya diri atau
merasa insecure sudah pasti akan mengalami hambatan dalam perkembangannya. Karena mereka
akan selalu berfikir negatif dan juga tidak percaya diri dan merasa tidak mampu seperti orang
lain (Ria dkk, 2023).
Cognitive Behavior Therapy (CBT) dengan teknik Thought Stopping untuk siswa yang
memiliki rasa insecure yang berlebihan. Alasan digunakannya teknik thought stopping ini sesuai
dengan tujuan dari teknik thought stopping ini sesuai dengan tujuan dari pendekatan Cognitive
Behavior Therapy (CBT) teknik Thought Stopping yang merupakan penghentian pikiran negatif
menjadi pikiran positif. Cognitive Behavior Therapy (CBT) adalah pendekatan konseling yang
fokus pada penyembuhan pikiran yang menyimpang karena pengalaman yang terjadi pada
dirinya baik pada fisik ataupun psikis (Ria dkk, 2023).
Terapi perilaku kognitif umumnya jangka pendek dan berfokus pada membantu klien
menghadapi masalah yang sangat spesifik. Selama pengobatan, orang belajar bagaimana
mengidentifikasi dan mengubah pola berpikir yang merusak atau mengganggu yang memiliki
pengaruh negatif pada perilaku (Kendra dalam Sulistyowati, 2020 ). Sebuah penelitian yang
bertujuan mengetahui keefektifan teknik CBT untuk meningkatkan percaya diri siswa.
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING INDIVIDU
A. IDENTITAS
Nama Guru A.Magfirah S
Instansi UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar
Komponen Layanan Layanan Responsif/ Konseling Individu
Bidang Layanan Pribadi
Masalah Tidak percaya diri
Fase/Kelas/Kelompok Fase D/ VIII. 12
P5 Mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Pendekatan/Teknik Thought Stoping
Waktu /pertemuan 1 X 60 Menit
B. TUJUAN LAYANAN
Gejala umum yang Siswa berinisial MF tidak percaya diri terutama pada
nampak/keluhan konseli wajahnya. Ia selalu memakai masker, tidak ingin
memperlihatkan wajahnya, bahkan saat makan siang pun
ia akan bersembunyi dibawah kolong meja karena tidak
percaya diri akan wajahnya.
Tujuan Layanan
Agar siswa berinisial MF kembali percaya diri
C. KEGIATAN LAYANAN
1. Konselor membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam dan doa.
2. Konselor menanyakan keadaan dan kabar konseli
MF.
3. Konselor mengucapkan terima kasih atas kesediaan
konseli MF untuk mengikuti konseling.
Tahap Attending/ Strukturing 4. Konselor menjelaskan asas-asas dan kode etik dalam
bimbingan dan konseling.
5. Konselor menjelaskan tahapan, tujuan dan tanggung
jawab konseli selama proses konseling.
6. Konselor bersama konseli menyepakati durasi waktu
pelaksanaan layanan konseling.
1. Konselor memberikan pertanyaan terbuka kepada
MF.
2. Konselor merespon pernyataan konseli (isi, perasaan
dan arti)
Tahap Eksplorasi Masalah
3. Konselor menggunakan keterampilan bertanya,
menyimpulkan, paraphrase, konfrontasi dan lainnya
jika sekiranya diperlukan selama percakapan
berlangsung guna ekplorasi masalah konseli.
a. Personalisasi Masalah
1. Konselor membantu konseli melihat bahwa
Tahap Personalisasi
keadaanya atau permasalahannya.
2. Konselor meminta konseli MF mencoba lebih
mendalami permasalahannya sehingga mendapatkan
gambaran tentang perlunya melakukan tindakan
untuk mengatasi permasalahnnya. Hal ini akan
mendorong konseli untuk memiliki keinginan kuat
untuk berubah
b. Personalisasi Tujuan
Konseli MA dibantu oleh konselor untuk menetapkan
tujuan yang ingin dicapai terkait permasalahan konseli
MF.
1. Konselor bertanya terkait persepsi/ pemikiran konseli
mengenai tidak percaya diri terkait wajahnya.
2. Konselor menjelaskan bahwa konseli akan
menyampaikan satu persatu fikiran negatif yang
membuatnya tidak percaya diri.
3. Konselor menjelaskan bahwa konseli tidak percaya
diri karena adanya pikiran-pikiran negatif yang
muncul pada diri konseli disituasi tertentu.
4. Konselor membagikan lembar kerja kepada konseli
yang berguna untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran
negatif yang memungkinkan timbulnya rasa tidak
percaya diri konseli dan menuliskan situasi yang
memungkinkan munculnya fikiran negatif tersebut.
5. Konselor memberikan contoh praktik melakukan
tought stoping.
6. Konselor mempersilahkan konseli untuk
menyampaikan pikiran yang muncul pada situasi
Tahap Kerja/Initianting
tersebut dan konselor segera menghentikan/
memotong pikiran negatif tersebut dengan berkata
“stop”.
7. Kemudian konselor akan menggambarkan situasi
yang memungkinkan munculnya rasa tidak percaya
diri dan konseli diminta untuk menghentikan hal
tersebut dengan berkata “stop”.
8. Konselor memberikan arahan agar konseli
melakukan latihan tought stoping dirumah secara
mandiri.
9. Konselor membantu konseli untuk mengarahkan
fikiran negatifnya kearah yang lebih positif dan
meminta konseli untuk mengaplikasikan pikiran
positif tersebut secara mandiri.
10. Konselor memberikan lembar kerja evaluasi diri
untuk mengukur tingkat keberhasilan menghentikan
fikiran negatif.
Tahap Penutup 1. Konselor menyampaikan bahwa waktu konseling
telah habis sesuai dengan kesepakatan kontrak waktu
diawal.
2. Konselor meminta konseli MF untuk menyampaikan
relfeksi perasaan, kesan dan pesan.
3. Konselor menyimpulkan hasil pertemuan yang
dilakukan pada hari ini.
4. Konselor bersama-sama konseli melakukan
kesepatan terkait waktu dan jadwal pertemuan
selanjutnya.
5. Konselor mengucapkan terimakasih atas partisipasi
konseli MF.
6. Konselor mengakhiri kegiatan konseling dengan
mengucapkan salam.
D. PENGAKHIRAN/ TERMINASI
1. Konselor kembali memandu konseli MF untuk
mengungkapkan perubahan yang dirasakannya.
2. Konselor menanyakan apakah konseli MF masih
merasakan hambatan/ kesulitan dalam rangka
mengembangkan pikiran positifnya (Jika Ada).
3. Konselor memberikan apresiasi dan penguatan
kepada konseli MF.
4. Konselor meminta maaf jika ada salah ucap, sikap
yang tidak berkenaan pada siswa dan menjelaskan
bahwa tahapan konseling individu yang dilakukan
sudah selesai dilaksanakan.
E. EVALUASI
1. Evaluasi Proses meliputi proses pengamatan konseli
terkait hal-hal berikut ini:
Kesungguhan konseli dalam mengikuti kegiatan
konseling.
Antusias dan partisipasi aktif konseli dalam
mengikuti kegiatan konseling.
Sikap kooperatif konseli dalam proses konseling.
Konseli merasa nyaman dan terbuka selama
proses konseling.
Kemampuan konseli dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan.
Kemampuan konseli praktik tought stoping.
Kemampuan konseli mengemukakan hambatan
yang dirasakan dalam rangka perubahan.
2. Evaluasi Hasil:
Cara merespon konseli
Sekolah : ....................................................................................
3. Bersediah mengikuti segala rangkaian proses konseling dan mengikuti tahapan konseling
individu yang dilakukan dalam rangka pementasan permasalahan saya
4. Bersedia membagi informasi penting tentang diri dan situasi permasalahan saya jika itu
sesuai dengan pelaksanaan konseling.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran diri dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Makassar, 2024
................................... ...................................
LEMBAR EVALUASI PROSES LAYANAN KONSELING INDIVIDU
Nama Observer :
Kelas :
Hari/ Tanggal :
Petunjuk Pengisian
Opsi
Jawaba
No Pernyataan n
4 3 2 1
Total Skor
Skor Keseluruhan
Kategori
Keterangan :
1 Skor minimal penilaian evaluasi proses : 1x7=7
2 Skor maksimal penilaian evaluasi proses : 4 x 7 = 28
3 Penentuan interval kategori penilaian evaluasi proses (Nilai Max – Nilai Min / 4 ) : 28 – 7 / 4 = 5
22 – 28 Sangat Baik
17 – 21 Baik
12 – 16 Cukup
7 – 11 Kurang
DAFTAR PUSTAKA
Sulistowati. 2020. Konseling Kelompok Dengan Teknik Cognitive Behavior Therapy Untuk Meningkatkan
Kepercayaan Diri. Jurnal Prakarsa Paedagogia. Vol (2): (144-149).
Ria, N. dkk. 2023. Cognitive Behavior Therapy Teknik Thought Stopping Untuk Mengurangi Insecure.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan. Vol (07): (1-8).