Bab II P1337425218110

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian Karang gigi

Karang gigi merupakan kumpulan plak yang mengalami

klasifikasi dan melekat erat pada permukaan gigi serta objek keras

lainnya di dalam mulut, sehingga gigi menjadi kasar dan terasa tebal dan

banyak terdapat pada bagian gigi geraham atas dan bagian dalam gigi

depan rahang bawah dan juga gigi yang tidak sering digunakan (Putri

dkk,2010). Karang gigi adalah suatu endapan keras yang terletak pada

permukaan gigi berwarna mulai dari kuning-kekuningan, kecoklat-

coklatan, sampai dengan kehitam-hitaman dan mempunyai permukaan

kasar(Rani dalam Arini, 2013). Karang gigi terbentuk oleh adanya

pengendapan sisi makanan dengan air ludah serta kuman –kuman

sehingga terjadi proses pengapuran yang lama kelamaan menjadi keras

(Tungga, 2011).

Karang gigi timbul pada daerah-daerah permukaan gigi yang sulit

dibersihkan. Kalkulus ini menjadi tempat melekatnya kuman –kuman di

dalam mulut. akibatnya karang gigi dapat menyebabkan berbagai

penyakit gusi, seperti radang gusi (gingivitis), yang ditandai dengan gusi

tampak lebih merah, agak bengkak dan sering berdarah pada saat

menggosok gigi. Keadaan ini dapat berlanjut menjadi radang jaringan

penyangga gigi (periodontitis) apabila tidak segera dilakukan perawatan,

selain itu menjadi goyang. Akibat lain dari karang gigi adalah bau mulut,

8
9

yang dapat mengganggu dirinya pribadi dan orang disekitarnya terbentuk

karang gigi dapat terjadi pada sekelompok orang, dan proses

terbentuknya tidak biasa kita hindari, tetapi dapat kita kurangi dengan

cara rajin menjaga kebersihan gigi, dengan menyikat gigi minimal dua

kali sehari secara benar, dan semua bagian gigi tersikat dengan bersih,

serat control ke dokter gigi minimal setiap 6 bulan sekali; terutama

untuk membersihkan karang giginya. karena karang gigi tidak dapat

dibersihkan dengan cara menggosok gigi dan berkumur dengan obat

kumur, tetapi harus dengan alatkedokteran gigi khusus (Mulyawati,

2008).

Carranza (2006) menyatakan bahwa, karang gigi adalah endapan

keras hasil mineralisasi dari plak gigi, melekat erat mengelilingi

mahkota dan akar gigi. Kalkulus adalah deposit yang padat yang

terbentuk dari plak yang mengalami mineralisasi dan menempel pada

gigi atau pada tambalan gigi yang dapat menyebabkan kelainan

periodontal.

Karang gigi dikelompokkan berdasarkan lokasinya dan lebih

dikaitkan ke tepi gingiva, kalkulus digambarkan sebagai kalkulus

subgingiva dan supragingiva. Kalkulus subginggiva adalah kalkulus yang

letaknya dibawah gingiva, sedangkan kalkulus supragingiva adalah

kalkulus yang letaknya diatas margin gingiva. Seperti yang kita ketahui

penyebaran kalkulus supragingiva paling banyak terletak pada

permukaan lingual dari gigi anterior mandibula hingga menyelimuti

melewati molar ketiga.sedangkan pada maksila kalkulus supraginggiva

banyak terbentuk pada permukaan bukal dari molar pertama. Pada


10

keduanya, bagian mandibula dan maksila adalah pada tempat yang

letaknya dekat dengan saluran saliva ( Jin dan Yip 2002).

Karang gigi merupakan kumpulan plak yang mengalami

klasifikasi dan melekat erat pada permukaan gigi, sehingga gigi menjadi

kasar dan terasa tebal. Kalkulus terbentuk oleh adanya pengendapan sisa

makanan dengan air ludah serta kuman – kuman maka terjadilah proses

pengapuran yang lama - kelamaan menjadi keras. Kalkulus yang terus

dibiarkan didalam dapat menyebabkan iritasi, radang pada gusi dan

kerusakan pada jaringan penyangga gigi, serta dapat mengakibatkan gigi

menjadi goyang dan lepas dengan sendirinya (Wungkana ,2014).

2. Klasifikasi Karang gigi

Menurut Carranza (2006) kalkulus dapat dibagi menurut lokasi

perlekatannya diantaranya :

a. Supra gingival calculus

Supra gingival calculus adalah karang gigi / kalkulus yang

melekat pada permukaan mahkota, berwarna putih, konsistensinya

keras. Kalkulus tipe ini terletak lebih koronal dari tepi gingiva dan

terlihat secara klinis. Sumber mineral dari kalkulus tipe ini diperoleh

dari saliva, sehingga dikatakan juga saliva calculus.

b. Sub gingival calculus

Sub gingiva calculus adalah karang gigi kalkulus yang

berada di lebih apical dari gingiva margin atau tepi gingiva. biasanya

pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat pada waktu

pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus

dilakukan probing dan explorer biasanya padat dan keras, warnanya

coklat tua atau hijau kehitam – hitaman konsistensinya seperti supra


11

gingival calculus dan akan ditutupi oleh supra gingival yang asli

(Adler, 2013 ).

c. Faktor – faktor penyebab karang gigi

1) Faktor Internal

a) Derajat keasaman saliva ( ph saliva )

Saliva dapat diartikan sebagai cairan yang

disekresikan kedalam mulut oleh kelenjar ludah mayor dan

kelenjar ludah minor yang berada disekitar rongga mulut

(Simanjuntak, 2009). Saliva berfungsi menjaga kelembapan

dan membasahi rongga mulut, melumasi dan melunakan

makanan sehingga memudahkan proses menelan dan

mengecap rasa makanan. membersihkan rongga mulut dari

sisa – sisa makanan, sisa sel dan bakteri, sehingga dapat

mengurangi akumulasi plak gigi dan mencegah infeksi.

Pengukuran saliva terdiri dari pengukuran pH saliva, hidrasi

saliva, viskositas saliva, volume saliva. pH saliva merupakan

sesuatu yang digunakan untuk menentukan tingkat keasaman

suatu larutan. Dimana semakin kecil nilai pH maka semakin

tinggi tingkat Keasamaman suatu larutan, dan dikatakan

netral bila pH adalah 7 (Febriyanti 2007 ). Untuk

mendapatkan data pH saliva dilakukan pemerikasaan dengan

menggunakan alat dan bahan pengukur pH saliva beserta

kartu status pemerikasaan. Dengan ketentuan sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Kategori pH Saliva


12

Kategori Nilai

Asam 5,0 - 5,8

Netral 6,0 - 6,6

Basa 6,8 - 7,8

b) Plak
Plak merupakan faktor penyebab utama dalam

terjadinya penyakit gigi dan mulut yang ada termasuk

diantanya kalkulus (Chetrus, 2013). Plak secara umum

merupakan bakteri yang berhubungan dengan permukaan

gigi, dapat disingkirkan dari permukaan gigi secara

mekanis,. Plak dapat dibedakan berdasarkan hubungan

antara lokasi huniannya dengan tepi gingiva, yaitu plak

supragingiva yang berada koronal dari tepi gingiva, dan plak

supragingiva yang berada lebih aplikal dari tepi gingiva

(Deliemunthe dalam Sugiarti, 2016). Untuk mendapatkan

data mengenai plak dilakukan pemeriksaan menggunakan

indikator plak indeks dengan diagnostik set, disclosing

solution dan kartu status pemeriksaan. Dengan ketentuan

sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kategori Plak Indeks


Kriteria Skor

Baik 0,1- 1,7

Sedang 1,8- 3,4


13

Buruk 3,5 – 5

(1) Plak Indeks

Plak gigi merupakan lapisan yang lengkap, tidak

berwarna dan melekat erat pada permukaan gigi, Plak

gigi tidak dapat dilihat secara langsung, untuk melihat

plak indeks maka digunakan bahan untuk mewarnakan

gigi yang disebut dengan disclosihg agent atau disclosing

solution.

Indeks plak yang digunakan adalah PHP atau

Personal Hygiene Performance. Gigi indek diperiksa

adalah gigi 16, 11, 26, 31 dan 46. Gigi dibagi menjadi 5

sub divisi, yang di periksa hanya bagian proksimal.

Penghitungan tersebut akan menghasilkan kriteria

sebagai berikut (Putri dkk, 2013)

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Plak Indeks


Baik 0,1 - 1,7

Sedang 1,8 – 3,4

Buruk 3,5 – 5

2). Faktor Eksternal

Menurut HL. Bloom derajat kesehatan individu

atau masyarakat dipengarui oleh 4 faktor meliputi faktor

perikalu,faktor lingkungan, faktor keturunan, dan faktor

pelayan kesehatan (Notoatmodjo, 2007)


14

HEREDITASI

LINGKUNGAN
STATUS YANKES
KESEHATAN

PERILAKU

a) Perilaku

Perilaku Kesehatan (health behaviour) adalah suatau

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek

yang berkaitan dengan sehat-sakit (kesehatan) seperti

lingkungan, makan, minuman, serta lingkungan. Perilaku

kesehatan menurut Notoatmodjo, (2014) diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok antra lain

(1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk

memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan

usaha penyembuhan bilamana sakit.

(2) Perilaku pencarian dan pengunaan sistem atau fasilitas

pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku

pencarian pengobatan (health seeking behavior).

Adalah perilaku yang menyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan.


15

Tindakan atau perilaku ini dimulai dari pengobatan

sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan

keluar negeri.

(3) Perilaku Kesehatan Lingkungan

Bagaimana seorang merespon lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya,

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi

kesehatan

Notoatmodjo (2014) perilaku merupakan

totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang, yang

merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagi

faktor, baik faktor internal maupun eskternal. Dengan

kata lain perikalu manusia sangat kompleks, dan

mempunyai bentangan yang sangat luas, (Benyamin

Blom 1908 dalam Notoatmodjo 2014) seorang ahli

psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu

kedalam tiga domain, sesuai dengan tujuan pendidikan

Blom menyebutkan ranah atau kawasan yakni kognitif

(cognitive). afektif(affective), psikomotor(psychomotor).

Dalam perkembangannya, teori blom ini dimodifikasi

untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni :

(4) Pengetahuan (Knowledge )

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindaraan terhadap


16

suatu objek tertentu. Pengetahuan atau ranah kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang ( over behavioural ).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan ( Notoatmodjo, 2014).

(a) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk

dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.

(b) Memahami (comprehension) diartikan sebagai

suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

(c) Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

(d) Analisis (analysis) merupakan kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen- komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi, masih ada hakikatnya satu sama

lain.
17

(e) Sintesis (synthesis) merujuk kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian- bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada.

(f) Evaluasi (evaluation) merupakan suatu kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek.

(5) Sikap (attitude )

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan suatu

perilaku.Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek. Sikap mempunyai tiga

komponen pokok (Notoatmodjo, 2014 ).

Untuk aspek sikap digunakan alat ukur kuesioner dalam

bentuk skala likert dimana dalam pernyataan disediakan

tiga alternatif jawaban yaitu Setuju-S (skor 2), Ragu –


18

ragu –RR (skor 1),Tidak setuju –TS (skor 0) untuk

pernyataan positif, untuk pernyataan negatif Setuju –S

(skor 0). Ragu- ragu –RR (skor 1), Tidak setuju –TS

(skor 2).

(a) Kepercayaan (kenyakinan), ide, dan konsep

terhadap suatu objek

(b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu

objek.

(c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave ).

Menurut Notoatmodjo (2014 ) Ketiga komponen tersebut

secara bersama – sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude).

(a) Praktik atau tindakan (Practive )

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan ( overt behavior ). Untuk mewujudkan

sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping

faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan

(support ) dari pihak lain. misalnya suami atau istri.

orang tua atau mertua, dan lain – lain. Praktik

mempunyai beberapa tingkatan (Notoatmodjo,

2014).
19

(b) Respon terpimpin (guided response), dapat

melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

dan sesuai dengan contoh

(c) Mekanisme (mecanism), apabila seseorang telah

dapat melakukan sesuatu dengan benar dan sesuai

dengan contoh.

(d) Adopsi (adoption) adalah suatu praktik atau tindakan

yang sudah berkembang dengan baik. Tindakan

tersebut sudah dimodifikasikan tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut,

Penentuan kategori dari masing –masing aspek

dilakukan dengan menentukan kategori yang akan

digunakan yaitu kategori baik dan kategori kurang.

Hasil penilaain seluruh responden dan dicari mean

untuk selanjutnya dilakukan penentuan nilai

kategori, sehingga hasil dari penilaian masing –

masing aspek akan dikategorikan dengan ketentuan

sebagai berikut :

Tabel 2.4 Kategori Pengetahuan, Sikap, Tindakan


Kategori Skor Pengetahuan Skor sikap Skor tindakan

Baik >mean >mean >mean

Kurang < mean <mean <mean

b). Faktor Lingkungan


20

Faktor penyebab dari penyebab dari penyakit gigi

dan mulut dipengaruhi oleh lingkungan merupakan faktor

terbesar yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok

atau masyarakat lingkungan. Lingkungan merupakan ruang

lingkup manusia yang pada garis besarnya dibedakan

menjadi lingkungan biotik / hidup dan lingkungan non biotik

/ tidak hidup.

Beberapa faktor lingkungan yang paling penting

pengaruhnya terhadap terjadinya penyakit kalkulus antara

lain air yang diminum dan kultur sosial (Artawa, 2011).

c) Faktor Keturunan

Faktor keturunan atau faktor genetik merupakan

faktor yang mempunyai pengaruh kecil dalam kesehatan gigi

dan mulut. Penyakit yang merupakan keturunan dan sering

dijumpai kalkulus pada penderitanya yaitu Diabetes Melitus

(DM). Diabates Melitus adalah penyakit yang diakibatkan

oleh kekurangan insulin yang rendah dari pankreas atau

kurangnya reaksi jaringan perifer yang cukup serius. yaitu

penyakit – penyakit yang diturunkan dimana sasaran

meminum obat yang dapat mempengaruhi keadaan

salivanya. Pada penderita diabetes melitus salah satu

indikatornya adalah buruknya kebersihan gigi dan mulut, hal

tersebut yang dapat memicu terjadinya kalkulus (Nandya

dkk, 2011).
21

d) Faktor Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu

pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas yang bertujuan

untuk mengatasi masalah kesehatan gigi yang ada melalui

upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif yang terpadu dan

berkesinambungan (Herijulianti, 2002).

e) Frekuensi Menyikat Gigi

Selain disebakan oleh faktor – faktor diatas menurut

Hermawan (2010) faktor lain yang turut andil adalah tingkat

kebersihan mulut. frekuensi makan, frekuensi menyikat gigi.

teknik/ gerakan menyikat gigi, usia dan jenis kelamin,

penyakit yang sedang diderita seperti kencing manis dan TB.

Waktu yang terbaik untuk menggosok gigi adalah

setelah makan dan sebelum tidur. menggosok gigi setelah

makan adalah bertujuan mengangkat sisa – sisa makanan

yang menenpel di permukaan ataupun di sela- sela gigi dan

gusi. Sedangkan menggosok gigi sebelum tidur berguna

untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut

karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang

berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami.

menyikat gigi yang tepat membutuhkan waktu minimal dua

menit, apabila menyikat gigi terlalu cepat tidak akan efekif

membersihkan plak, Menyikat gigi lebih lama lebih baik


22

karena kontak pasta gigi dengan gigi lebih lama sehingga

flour lebih berkontak dengan gigi ( Sariningsih, 2012 ).

Penentuan kategori frekuensi menyikat gigi

dilakukan dengan menentukan kategori yang akan

digunakan yaitu kategori baik dan kategori kurang. Hasil

penilaian total skor dikalkulasikan dengan hasil penilaian

seluruh responden dicari mean untuk selanjutnya dilakukan

penentuan nilai kategori. Sehingga hasil dari penilaian akan

dikategorikan dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 2.5 Frekuensi Menyikat Gigi


Kategori Skor

Baik ≥ mean

Kurang < mean

f) Rokok

Rokok mengandung berbagai bahan kimia yang biasa

disebut tar. Tar merupakan kumpulan dari beribu – ribu

bahan kimia dalam komponen padat asap rokok yang

bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke

dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan

menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat

pada permukaan gigi. Sebelum masuk kesaluran pernapasan

nikotin melalaui rongga mulut dan sebagian diantaranya

menempel pada permukaan gigi. Jika tidak dibersihkan,

timbunan tar pada permukaan gigi menjadi warna cokelat

kehitaman, sehingga membuat penampilan tidak bagus,


23

membentuk karang gigi menimbulkan bau mulut dan dapat

menyebabkan kondisi patologis di rongga mulut lainnya (

Susanto, 2011). Asap rokok mengandung banyak zat kimia

yang berbahaya, setelah masuk dalam rongga mulut secara

akan mempengaruhi jaringan organ yang ada dalam rongga

mulut termasuk gigi. Jumlah karang gigi pada perokok

cenderung lebih banyak dari pada yang bukan perokok,

pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi

darah ke gusisehingga mudah terjangkit penyakit

(Mulyawati, 2008).

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data

mengenai kebiasaan merokok digunakan alat ukur cheklis,

dimana peneliti yang mengisi dengan menayakan kebiasaan

menyirih kepada responden, Apabila jawaban ya diberi skor

0, apabila tidak diberi skor 1.

Tabel 2.6 Kriteria Kebiasaan Merokok


Kriteria Skor

Ya 0

Tidak 1

g) Menyirih

Menyirih merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat pabelan untuk meramu beberapa campuran dari

beberapa komponen seperti buah pinang, buah sirih, kapur,

gambir dan tembakau dikunyah bersama dalam waktu

beberapa menit. menyirih memiliki dampak positif bagi


24

kesehatan gigi menghambat dalam proses pembentukan

karies menghilangkan bau mulut dan memperkuat gigi,

dampak negative dari menyirih timbulnya stain pada gigi

mengalami perubahan warna gigi dan karang gigi karena

didalam buah pinang terdapat oksidasi polifenol Siagian

dalam Kamisorei dan Devy (2017). Menyirih bagi

masyarakat pabelan memiliki arti dari sebuah kepercayaan

persahabatan dan tanda persaudaraan dan sudah bersifat

turun temurun, sehingga kesehatan dan kebersihan gigi dan

mulut tidak terjaga dengan baik menimbulkan karang gigi.

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data

mengenai kebiasaan menyirih digunakan alat ukur cheklis,

dimana peneliti yang mengisi dengan menanyakan kebiasaan

menyirih kepada responden, Apabila jawaban ya diberi skor

0, apabila tidak diberi skor 1.

Tabel 2.7 Kriteria Kebiasaan Menyirih


Kriteria Skor

Ya 0

Tidak 1

h) Mengunyah satu sisi

Penyakit periodontal terjadi karena akumulasi plak.

Akumulasi plak terjadi karena kurangnya kebersihan mulut

dan salah satu hal yang menyebabkan kurangnya kebersihan

mulut dan salah satu hal yang menyebabkan kurangnya

kebersihan mulut yakni adanya kebiasaan mengunyah


25

makanan dengan satu sisi saja. Pada saat terjadi

pengunyahan maka produksi saliva meningkat, Salah satu

fungsi saliva mempunyai efek self cleansing (Susanto,

2011). Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data

mengenai kebiasaan merokok digunakan alat ukur checklis,

dimana peneliti yang mengisi dengan menanyakan kebiasaan

merokok kepada responden. Apabila jawaban ya diberi skor

0, apabila tidak diberi skor 1.

Tabel 2.8 Kriteria Kebiasaan Mengunyah Satu Sisi


Kriteria Skor

Ya 0

Tidak 1

Karang gigi merupakan penyebab sebagian besar

kasus gusi mudah berdarah atau gingivitis, Adanya karang

gigi membuat gusi pada leher gigi tertekan dan meradang.

Secara berkala, karang gigi harus dibersihkan agar tidak

menumpuk dan kerusakan gigi dapat dihindari.Nutrisi yang

baik dengan banyak mengonsumsi sayur- sayuran dan buah-

buahan yang berserat akan memperkuat dan menyehatkan

gusi (Susanto, 2011). Karang gigi dapat pula timbul bila

seseorang mengunyah pada satu sisi saja sehingga pada sisi

yang tidak digunakan mengunyah biasanya mengalami

penimbunan plak kemudian menjadi karang gigi. Kebiasaan

mengunyah makanan di satu sisi disebabkan karena gigi di

salah satu terasa sakit atau tidak nyaman apabila digunakan


26

untuk mengunyah makanan atau biasa juga karena sudah

menjadi kebiasaan. Apabila kebiasaan ini tidak dihilangkan

lama-kelamaan akan menyebabkan kelainan pada sendi

rahang. Biasanya gigi yang tidak pernah digunakan

menguyah akan lebih kotor (adanya plak, debris maupun

karang gigi) karena proses pengunyahan mempunyai

kemampuan untuk membersihkan gigi (Rahmadhan, 2010).

Untuk mendapatkan data mengenai kalkulus

dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan diagnostik set

beserta kartu status pemeriksaan. Dengan ketentuan sebagai

berikut:

Tabel 2.9 Kategori Karang gigi


Kategori Skor

Baik 0,- 0,6

Sedang 0,7- 1,8

Buruk 1,9 – 3,0


27

B. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka maka dapat disusun kerangka teori

sebagai berikut :
Karang Gigi

Klasifikasi Karang Gigi


Supra Gingival Calculus dan Sub Gingival
Calculus

Faktor Penyebab Karang Gigi

Internal Eksternal

-Derajat Keasaman - Perilaku


Saliva
-Lingkungan
-Plak
-Keturunan
Masyarakat
-Pelayanan
Pengunjung
Kesehatan
Polikklinik Gigi
Puskesmas Pabelan

(Gambar 2.1 Kerangka Teori)

C. Hipotesis Penelitian

Ha : Terdapat faktor resiko karang gigi pada masyarakat pengunjung

polikklinik gigi Puskesmas Pabelan.

Ho : Tidak terdapat faktor resiko terjadinya karang gigi pada masyarakat

pengunjung polikklinik gigi Puskesmas Pabelan


28

Anda mungkin juga menyukai