Bab Ii P1337425215006
Bab Ii P1337425215006
Bab Ii P1337425215006
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Plak Gigi
a. Definisi Plak gigi
Deposit lunak yang menempel erat pada permukaan gigi adalah
plak gigi, yang terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam
suatu matrik interseluler hal ini terjadi jika seseorang melalaikan
kebersihan gigi dan mulutnya. Plak gigi tidak bisa dihilangkan jika
hanya dengan cara berkumur atau disemprot air saja dan jika hanya
membersihkan secara sempurna dengan mekanis. Berbeda halnya dengan
lapisan terdahulu. Jika jumlah plak sedikit tidak dapat dilihat dengan
langsung, kecuali diwarnai dengan larutan disklosing atau sudah
mengalami diskolorasi oleh pigmen-pigmen yang berada di dalam
rongga mulut. Jika plak menumpuk, plak akan nampak menjadi berwarna
abu-abu, abu-abu kekuningan, dan kuning. Plak biasanya mulai
terbentuk pada sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi
yang cacat dan kasar (Putri dkk., 2013).
b. Proses Pembentukan Plak Gigi
Menurut Putri dkk (2013) ada 3 tahap Pembentukan plak diantaranya :
1) Tahap pertama
Bakteri mulai berproliferasi juga diserta pembentukan matriks
interbakterial yang terdiri dari polisakarida ekstraseluler yakni levan
dan dextran dan juga mengandung protein saliva. Hanya bakteri yang
dapat membentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh pada
tahap pertama, yaitu streptococcus mutans, streptococcus bovis,
streptococcus sanguis, streptococcus salivarius sehingga pada 24 jam
pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri atas jenis kokus pada
tahap awal proliferasi bakteri. Bakteri tidak membentuk lapisan
kontinu di atas permukaan acquaired pelicle melainkan sebagai suatu
kelompok – kelompok kecil yang terpisah. Perkembangan bakteri
membuat lapisan plak bertambah tebal dan karena adanya hasil
7
8
pertama kiri atau kanan tidak ada, maka tidak ada penilian untuk
segmen tersebut.
3. Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan - keadaan seperti : gigi
hilang karena dicabut, gigi yang merupakan sisa akar, gigi yang
merupakan mahkota jaket, baik yang terbuat dari akrilik maupun
logam, mahkota gigi sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya
pada permukaan indeks akibat karies maupun fraktur gigi yang
erupsinya belum mencapai ½ tinggi mahkota klinis. Penilaian dapat
dilakukukan jika minimal dua gigi indeks yang dapat diperiksa. Untuk
mempermudah penilaian, sebelum melakukan penilaian debris, kita
dapat membagi permukaan gigi yang akan dinilai dengan garis khayal
menjadi 3 bagian yang sama besar / luasnya secara horizontal.
f. Faktor yang mempengaruhi terjadinya plak
Carlsson mengungkapkan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan plak gigi diantaranya yaitu:
a. Faktor klinis
1) Lingkungan Fisik yaitu anatomi, posisi gigi, anatomi jaringan
sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas terlihat setelah
dilakukan pewarnaan dengan larutan disklosing. Pada daerah
terlindung karena kecembungan permukaan gigi, pada gigi yang
posisinya salah, pada permukaan gigi dengan kontur tepi gusi yang
buruk, pada permukaan email yang banyak cacat, dan pada daerah
pertautan semento email yang kasar, terlihat jumlah plak lebih
banyak plak.
2) Friksi atau gesekan karena dari makanan yang dikunyah hal ini
hanya terjadi pada permukaan gigi yang terlindung. Dengan
memperhatikan dan memelihara kesehatan dan kebersihan mulut
dapat mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada
permukaan gigi.
3) Pengaruh diet terhadap pembentukan plak telah diteliti dalam dua
aspek, yaitu pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai
sumber makanan bagi bakteri di dalam plak. Dan Jenis makanan,
yaitu yang berstekstur lembur dan kasar, berpengaruh terhadap
11
Skor Kondisi
PI
Gambar 2.1 Lima Subdivisi Permukaan Gigi dalam Indeks Plak PHP (Putri
dkk., 2013)
c) Pemeriksaan dilakukan dengan cara sistemis diantaranya pada :
i. Permukaan Labial gigi insisif pertama kanan atas;
ii. Permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah;
iii. Permukaan bucal gigi molar pertama kanan atas;
iv. Permukaan bucal gigi molar pertama kiri atas;
v. Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah;
vi. Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah
d) Cara penilaian plak
Nilai 0 : tidak ada plak gigi
Nilai 1 : ada plak gigi
e) Cara pengukuran menggunakan rumus :
IP PHP = Jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa
Jumlah gigi yang diperiksa
f) Kriteria penilaian
Sangat baik = 0
Baik = 0,1 – 1,7
Sedang = 1,8 – 3,4
Buruk = 3,5 – 5
3) Pengukuran kebersihan mulut menurut Personal Hygiene performance
modified (PHPM) oleh Maerten dan Meskin dalam Putri dkk, (2013)
Metode PHPM sering digunakan pada masa gigi campuran,
Prinsip pemeriksaan hampir sama dengan PHP, Namun permukaan
yang diperiksa yaitu bagian bukal dan lingual. Dan gigi yang diperiksa
15
adalah gigi paling belakang yang tumbuh kuadran kanan atas, gigi
kaninus atas kanan atau gigi terseleksi, gigi premolar atau molar
kuadran kiri atas, gigi paling belakang yang tumbuh pada kuadran kiri
bawah, gigi kaninus kiri bawah atau gigi yang terseleksi, dan gigi
premolar dan molar kuadran kanan bawah.
Jika ditemukan plak pada permukaan gigi yang diperksa maka
penilaian diberi tanda (+) dan jika tidak ada penumpukan plak diberi
tanda (-).
Jumlah skor perorang yaitu maksimal 60 yang diperoleh dengan
menjumlah seluruh skor (grand total).
Menurut Marten dan Meskin dalam Ratna (2018) adalah sebagai
berikut :
Buat 2 garis imajiner pada gigi dari oklusal/incial ke gingiva, garis
imajiner ini akan membagi gigi menjadi 3 bagian yang sama dari
oklusal/incisal ke gingiva, masing-masing 1/3 bagian dari panjang garis
imajiner tadi, yang akhirnya akan membagi gigi menjadi 5 area (A, B,
C, D, E).
2) Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan skor tiap plak gigi
setiap permukaan gigi, sehingga skor plak untuk tiap gigi indeks
berkisar antara 0-10.
3) Dengan demikian, skor plak untuk semua gigi indeks berkisar antara
0-60.
Dengan kriteria :
Baik = 0-20
Sedang = 21-40
Buruk = 41-60
h. Kontrol Pembentukan Plak
Upaya kontrol pembentukan plak gigi dapat dilakukan dengan cara
mekanis dan kimiawi. Kontrol plak dengan cara mekanis dapat dilakukan
diantaranya dengan menggunakan sikat gigi, dental floss, atau sikat
interdental, Namun berbeda pada kontrol plak secara kimiawi dapat
dilakukan dengan penggunaan obat kumur (Putri dkk., 2013).
i. Akibat plak gigi
1) Gigi berlubang (Karies)
iii. Sementum, yaitu bagian yang meliputi semua lapisan luar gigi,
kecuali pada bagian ujung akar gigi yang disebut foramen
apikalis.
c) Gigi susu berdasarkan bentuk dan fungsinya, dibagi menjadi 3
macam diantaranya :
i. Gigi seri (incisivus)
Berbentuk seperti pahat, berfungsi untuk memotong dan
mengiris makanan.
ii. Gigi taring (caninus)
Bentuknya runcing, berfungsi untuk merobek makanan
iii. Gigi geraham (molar)
Bentuknya agak bulat dengan dataran pengunyah ada tonjolan
dan berlekuk-lekuk. Berfungsi untuk mengunyah makanan.
d) Gigi permanen berdasarkan Fungsinya, dibagi menjadi 4
kelompok, diantaranya :
i. Gigi seri (incisivus)
Tugas gigi seri adalah memotong dan menggiling
makanan dan gigi seri terdiri dari ada 4 buah diatas dan 4 buah
dibawah, sehingga keseluruhannya berjumlah 8.
ii. Gigi taring (caninus)
Gigi taring ada 4 buah, diatas 2 dan di bawah 2. Gigi ini
terletak disudut mulut, bentuk mahkota meruncing yang
berguna untuk merobek makanan.
iii. Gigi geraham kecil (premolar)
Geraham adalah pengganti gigi geraham sulung. Letak
gigi ini dibelakang gigi taring. Berjumlah 8 yang
tersusun 4 di atas dan 4 di bawah dengan 2 di kanan dan 2 di
kiri. Berguna membantu gigi geraham besar untuk
menghaluskan makanan.
iv. Gigi geraham besar (molar)
Gigi geraham besar berada dibelakang gigi geraham
kecil permukaan dari gigi molar ini tebal dan bertonjol – tonjol.
21
Jumlah gigi ini adalah 12, yaitu 6 di atas dan 6 di bawah dengan
masing-masing 3 buah di kiri dan kanan. Gigi ini berguna untuk
menggiling makanan.
6) Langit-langit
a) Definisi langit-langit
Langit-langit merupakan atap dari rongga mulut. (Sariningsih,
2012).
b) Bagian langit-langit, diantaranya:
i. Langit- langit keras, yang merupakan sebagian dari rahang atas.
ii. Langit-langit lunak, yang terdapat di bagian belakang mulut
dekat kerongkongan.
iii. Langit-langit keras itu tidak licin, bisa dirasakan dengan ujung
lidah. Sedangkan langit-langit lunak tidak ada tulangnya,
sangat peka, maka jangan disentuh sebab bisa mengakibatkan
muntah. Langit-langit ini diperlukan waktu berbicara,
mengunyah dan menelan.
26
B. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dapat disusun kerangka teori sebagai
berikut :
Faktor Klinis :
1. Lingkungan fisik gigi
2. Gesekan Makanan
3. Diet makanan
Faktor Non Klinis :
1. Kebiasaan terhadap konsumsi
jenis makanan
2. Kebiasaan terhadap waktu
mengkonsumsi makanan
3. Kebiasaan terhadap frekuensi
mengkonsumsi makanan.
Sumber : Putri dkk (2013), (Besford, 1996).Pratiwi 2007, Judarwato (2009), Atmadi
dan Lestari (2016)
27
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pertanyaan
penelitian, hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Ha (Hipotesis alternatif)
Ha1 : Terdapat hubungan faktor kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan
terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.
Ha2 : Terdapat hubungan faktor kebiasaan waktu mengkonsumsi makanan
terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.
Ha3 :Terdapat hubungan faktor kebiasaan frekuensi mengkonsumsi
makanan terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.
b. Ho (Hipotesis nol)
Ha1 : Tidak terdapat hubungan faktor kebiasaan mengkonsumsi jenis
makanan terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.
Ha2 : Tidak terdapat hubungan faktor kebiasaan waktu mengkonsumsi
makanan terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.
Ha3 : Tidak terdapat hubungan faktor kebiasaan frekuensi mengkonsumsi
makanan terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.