Metode Skrinning Gizi Lansia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

METODE SKRINNING GIZI LANSIA

1. Malnutrition Screening Tool (MST) adalah alat skrinning yang dirancang khusus
untuk cepat dan efisien mengidentifikasi individu, khususnya lansia, yang berisiko
mengalami malnutrisi. Alat ini sangat berguna dalam setting kesehatan, seperti
rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang, karena prosedurnya yang
sederhana dan tidak memerlukan pelatihan khusus yang intensif. Berikut adalah
uraian mengenai cara kerja MST dan aplikasinya dalam praktek klinis:
a. Komponen MST
MST terdiri dari dua pertanyaan utama yang dirancang untuk mengidentifikasi
tanda-tanda awal malnutrisi:
1) Kehilangan Nafsu Makan
 Pertanyaan: "Apakah Anda telah kehilangan nafsu makan karena
alasan apapun (misalnya perubahan suasana hati, masalah gigi,
atau sebagai efek samping dari obat-obatan)?"
 Tujuan: Pertanyaan ini bertujuan untuk menilai apakah ada
penurunan dalam keinginan atau kemampuan pasien untuk
makan, yang bisa mengindikasikan masalah yang lebih besar
seperti malnutrisi atau kondisi kesehatan yang mempengaruhi
asupan nutrisi.
2) Penurunan Berat Badan Tidak Terencana
 Pertanyaan: "Apakah Anda telah mengalami penurunan berat
badan yang tidak disengaja dalam 6 bulan terakhir?"
 Tujuan: Pertanyaan ini mengeksplorasi apakah terjadi penurunan
berat badan yang signifikan tanpa usaha diet atau olahraga.
Penurunan berat badan yang tidak terencana adalah indikator
klasik dari malnutrisi atau kondisi medis yang mempengaruhi
metabolisme dan penyerapan nutrisi.
b. Proses Skoring MST
Setelah pertanyaan diajukan, jawaban dari pasien akan digunakan untuk
menentukan skor malnutrisi:
 Jawaban positif pada salah satu atau kedua pertanyaan biasanya
memerlukan tindak lanjut lebih lanjut.
Skor dihitung berdasarkan jawaban:
 Jawaban "ya" pada pertanyaan tentang kehilangan nafsu makan dapat
diberikan skor 1 atau 2, tergantung pada derajat kehilangan nafsu
makan.
 Jawaban "ya" pada pertanyaan tentang penurunan berat badan juga
dapat diberikan skor 1 atau 2, tergantung pada jumlah berat badan yang
hilang.
c. Interpretasi Skor
 Skor 0: Risiko malnutrisi rendah.
 Skor 1-2: Risiko malnutrisi sedang, memerlukan evaluasi lebih lanjut.
 Skor 3-4 atau lebih: Risiko malnutrisi tinggi, intervensi dan tindakan
nutrisi mendesak diperlukan.
d. Aplikasi dalam Praktek Klinis
MST sangat efektif dalam setting perawatan kesehatan karena kecepatan dan
kemudahan administrasinya. Ini memungkinkan petugas kesehatan untuk
dengan cepat mengidentifikasi pasien yang memerlukan penilaian nutrisi lebih
mendalam dan memulai intervensi secepat mungkin. Dalam lingkungan
perawatan jangka panjang atau rumah sakit, MST dapat digunakan sebagai
bagian dari penilaian awal pasien dan secara berkala untuk memantau status
gizi.

2. Mini Nutritional Assessment (MNA) adalah sebuah alat skrinning dan penilaian
yang difokuskan secara khusus pada mengidentifikasi masalah gizi pada lansia.
Berbeda dengan Malnutrition Screening Tool (MST) yang lebih sederhana, MNA
adalah metode yang lebih komprehensif yang dirancang untuk memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang status gizi seseorang. Berikut adalah uraian
mengenai bagaimana MNA bekerja dan mengapa alat ini sangat dihargai dalam
pengelolaan gizi pada populasi lansia:
a. Komponen MNA:
1) Pertanyaan Skrinning:
 MNA dimulai dengan serangkaian pertanyaan skrinning yang
mencakup berbagai aspek kehidupan dan kesehatan lansia, termasuk
penurunan berat badan, penurunan asupan makanan, mobilitas, stres
psikologis, penyakit akut baru-baru ini, masalah neuropsikologis,
dan indeks massa tubuh (IMT). Pertanyaan ini dirancang untuk
mengidentifikasi tanda-tanda awal masalah gizi.
2) Penilaian Detail:
Bagian kedua dari MNA melibatkan penilaian lebih detail dari status gizi
seseorang. Ini mencakup:
 Penilaian Dietetik: Evaluasi lebih rinci tentang pola makan,
termasuk jumlah dan variasi konsumsi makanan.
 Penilaian Antropometrik: Pengukuran fisik seperti lingkar lengan
dan lingkar betis digunakan untuk menilai status nutrisi dan
kekuatan otot.
 Penilaian Global: Evaluasi lebih lanjut dari data medis dan
pemeriksaan fisik yang mencakup berbagai aspek kesehatan dan
riwayat medis lansia.
b. Proses Skoring MNA
 Berdasarkan hasil dari pertanyaan skrinning dan penilaian detail, MNA
menghasilkan skor yang mencerminkan status gizi individu.
 Skor MNA biasanya terdiri dari tiga kategori: normal, berisiko
malnutrisi, atau malnutrisi.
c. Interpretasi Skor
 Skor Normal: Menunjukkan bahwa individu memiliki status gizi yang
memadai dan tidak memerlukan intervensi nutrisi tambahan.
 Skor Berisiko Malnutrisi: Indikasi bahwa individu berada pada risiko
mengalami masalah gizi, memerlukan perhatian lebih lanjut dan
mungkin intervensi nutrisi yang sesuai.
 Skor Malnutrisi: Menunjukkan bahwa individu sudah mengalami
kekurangan gizi yang signifikan dan memerlukan intervensi nutrisi
segera.
d. Aplikasi dalam Praktek Klinis
MNA adalah alat yang sangat dihargai dalam pengelolaan gizi pada lansia
karena kemampuannya yang komprehensif dalam memberikan gambaran yang
lengkap tentang status gizi seseorang. Dengan menggunakan MNA, petugas
kesehatan dapat mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi atau yang
sudah mengalami malnutrisi, sehingga mereka dapat melakukan intervensi
nutrisi yang sesuai dan memantau perubahan dalam status gizi seiring waktu.
Dalam lingkungan klinis, MNA membantu memandu perencanaan perawatan
yang tepat dan memberikan dasar untuk intervensi nutrisi yang spesifik dan
efektif. Dengan demikian, MNA menjadi alat yang sangat berharga dalam
meningkatkan kualitas hidup dan hasil kesehatan bagi populasi lansia.

3. Subjective Global Assessment (SGA) adalah metode penilaian gizi yang


komprehensif yang memadukan elemen subjektif dan objektif untuk mengevaluasi
status gizi individu, terutama fokus pada populasi lansia. Dibandingkan dengan alat
skrining gizi lainnya, SGA menawarkan tinjauan yang lebih luas tentang aspek-
aspek yang mempengaruhi status gizi, termasuk riwayat dietetik, riwayat medis,
dan pemeriksaan fisik. Berikut adalah uraian bagaimana SGA bekerja dan mengapa
itu menjadi alat yang berharga dalam praktik klinis:
a. Komponen SGA
1) Riwayat Dietetik:
SGA memulai penilaiannya dengan mengumpulkan informasi tentang pola
makan dan asupan makanan dari individu. Ini mencakup jenis makanan
yang dikonsumsi, frekuensi makan, dan perubahan dalam pola makan yang
mungkin terjadi.
2) Riwayat Medis:
Selanjutnya, SGA menilai riwayat medis individu, termasuk kondisi
kesehatan kronis, penyakit akut, dan riwayat pengobatan. Ini membantu
dalam menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi,
seperti gangguan pencernaan, penyakit kronis, atau kehilangan nafsu makan
karena pengobatan tertentu.
3) Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh dilakukan untuk menilai tanda-tanda
visual dari malnutrisi, seperti kehilangan lemak subkutan, atrofi otot, dan
edema. Antropometri juga digunakan untuk mengukur parameter fisik,
seperti lingkar lengan, lingkar betis, dan indeks massa tubuh.
b. Proses Penilaian
 Setelah mengumpulkan informasi dari ketiga komponen di atas, seorang
ahli gizi atau petugas kesehatan akan mengevaluasi dan
menginterpretasi data untuk menentukan status gizi individu.
 Individu diklasifikasikan ke dalam salah satu dari tiga kategori: gizi
baik, gizi sedang, atau gizi buruk, berdasarkan pada hasil evaluasi
komprehensif dari riwayat dietetik, riwayat medis, dan pemeriksaan
fisik.
c. Aplikasi dalam Praktek Klinis
 SGA memberikan gambaran yang komprehensif tentang status gizi
seseorang, memungkinkan petugas kesehatan untuk merencanakan
intervensi gizi yang tepat.
 Dalam praktik klinis, SGA digunakan untuk merencanakan perawatan
nutrisi yang individual dan memantau perubahan status gizi seiring
waktu.
 Alat ini sangat berguna dalam pengaturan klinis, terutama di rumah
sakit, pusat perawatan jangka panjang, dan fasilitas perawatan lansia, di
mana deteksi dini dan manajemen malnutrisi sangat penting untuk hasil
yang lebih baik bagi pasien.

Anda mungkin juga menyukai