ASHIFA MUTIA (Gizi)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 110

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN


KEJADIAN OBESITAS REMAJA PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DI SMP N 20 KOTA BENGKULU
TAHUN 2021

Oleh :

ASHIFA MUTIA
P0 5130217 004

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN JURUSAN GIZI
2021
SKRIPSI

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN


OBESITAS REMAJA PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DI SMP N 20 KOTA BENGKULU
TAHUN 2021

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika
Poltekkes Kemenkes Bengkulu

OLEH :

ASHIFA MUTIA
P0 5130217 004

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN JURUSAN GIZI
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN


KEJADIAN OBESITAS REMAJA PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DI SMP N 20 KOTA BENGKULU
TAHUN 2021

Yang Dipersiapkan Dan Dipresentasikan Oleh :

ASHIFA MUTIA
NIM: P05130217004

Skripsi Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Dipresentasikan Di Hadapan


Tim Penguji Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Mengetahui
Dosen Pembimbing Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

Jumiyati, SKM,. M.Gizi Kusdalinah, SST., M.Gizi


NIP. 197502122001122001 NIP. 198105162008012012

ii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
KEJADIAN OBESITAS REMAJA PADA MASA PANDEMI COVID-19
DI SMP N 20 KOTA BENGKULU TAHUN 2021

Yang Dipersiapkan Dan Dipresentasikan Oleh :


ASHIFA MUTIA
NIM: P05130217004

Skripsi Ini Telah Diuji dan Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji


Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal : 27 Mei 2021
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji,
Ketua Dewan Penguji Penguji I

Ahmad Rizal, SKM., MM Tetes Wahyu W, SST., M.Biomed


NIP. 196303221985031006 NIP. 198106142006041004

Penguji II Penguji III

Kusdalinah, SST., M.Gizi Jumiyati, SKM,. M.Gizi


NIP. 198105162008012012 NIP. 197502122001122001

Mengesahkan
Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Anang Wahyudi, S.Gz., MPH


NIP. 198210192006041002

iii
Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes
Bengkulu Skripsi, 2021
Ashifa Mutia
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
KEJADIAN OBESITAS REMAJA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI
SMPN 20 KOTA BENGKULU TAHUN 2021
xiii + 57 halaman, 8 tabel, 5 lampiran
ABSTRAK

Latar Belakang : Berbagai sebab remaja rentan mengalami masalah gizi, yaitu
pertama remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan
pertumbuhan fisik. Kedua, adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan
yang menuntut penyesuaian asupan zat gizi. Ketiga, remaja mempunyai kebutuhan
zat gizi khusus contohnya remaja yang melakukan aktifitas fisik yang tinggi.
Obesitas merupakan keadaan patologis , dimana terjadi penimbunan lemak tubuh
berlebihan atau abnormal dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal.
Obesitas menjadi masalah kesehatan di dunia yang dinyatakan oleh World Health
Organization (WHO) sebagai masalah epidemi global sehingga memerlukan
penanganan segera. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi
covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021.

Metode : Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan desain cross
sectional. Sampel yang diambil sebanyak 96 orang di SMP N 20 Kota Bengkulu
secara simple random sampling, yang terdiri atas13 orang obesitas dan 83 orang
yang non obesitas. Instrumen penelitian adalah kuesioner FFQ dan kuesioner
APARQ. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dengan tingkat signifikan
α = 0,05.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan pola makan sering dimana p=0,011, dan
aktivitas fisik kurang dimana p= 0,001.
Kesimpulan : Ada hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas remaja pada masa pandemi covid-19.
Kata kunci : Pola makan, aktivitas fisik, obesitas, remaja
54 Daftar Pustaka, 2001-2021

iv
Applied Nutrition and Dietetics Undergraduae Program of Poltekkes Ministry of
Health Bengkulu Thesis, 2021
Ashifa Mutia
RELATIONSHIP BETWEEN DIET AND PHYSICAL ACTIVITY WITH
ADOLESCENT OBESITY EVENTS IN THE COVID-19 PANDEMIC AT
SMPN 20 BENGKULU CITY IN 2021
xiii + 57 pages, 9 table, 5 attachments
ABSTRACT

Background : There are various reasons why adolescents are susceptible to


nutritional problems, namely, firstly, adolescents need higher nutrients due to
increased physical growth. Second, there are changes in lifestyle and eating habits
that require adjustments to nutrient intake. Third, adolescents have special
nutritional needs, for example, adolescents who do high physical activity. Obesity
is a pathological condition, in which there is an excessive or abnormal
accumulation of body fat that is required for normal body functions. Obesity is a
health problem in the world that is declared by the World Health Organization
(WHO) as a global epidemic problem that requires immediate treatment.
Methods : This research was conducted by analytical observation with a cross-
sectional design. Samples were taken as many as 96 people at SMP N 20 Bengkulu
City by simple random sampling, which consisted of 13 obese people and 83 non-
obese people. The research instrument was the FFQ questionnaire and the APARQ
questionnaire. The statistical test used was Chi-Square with a significant level of =
0.05.
Results : The results showed frequent dietary patterns where p = 0.011, and less
physical activity where p = 0.001.
Conclusions : There is a relationship between diet and physical activity with the
incidence of adolescent obesity during the COVID-19 pandemic.
Keywords : Physical Activity; Covid-19; Obesity; Diet; Teenager
60 Bibliography, 2004-2021

v
DAFTAR RIWAYAT PENELITI

Nama : Ashifa Mutia

NIM : P05130217004

Agama : Islam

TTL : Bengkulu, 3 Agustus 1998

Nama Orang tua

Ayah : Ardi Firdaus

Ibu : Yunidar

Alamat : Perumnas. Bumi Nusa Sejahtera I No. 34

Email : [email protected]

No. Hp : 0823-7628-8406

Riwayat 1. 2003-2005 TK Gading Cempaka Kota Bengkulu


Pendidikan
2. 2005-2011 SD Negeri 81 Kota Bengkulu
3. 2011-2014 SMP Negeri 4 Kota Bengkulu
4. 2014-2017 SMA Negeri 2 Kota Bengkulu

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan untuk Allah SWT yang maha sempurna, dengan

limpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

Skripsi dengan judul “Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian

Obesitas Remaja pada Masa Pandemi di SMP 20 N Kota Bengkulu Tahun 2021”

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Gizi di Poltekkes

Kemenkes Bengkulu. Penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak,

dalam penyusunan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada

1. Eliana, S.KM., MPH selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

2. Anang Wahyudi, S.Gz., MPH, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Bengkulu.

3. Tetes Wahyu W, SST., M.Biomed selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan

Gizi dan Dietetika Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu

4. Jumiyati, SKM., M. Gizi sebagai Pembimbing I yang telah berkenan

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi

ini.

5. Kusdalinah, SST., M. Gizi sebagai Pembimbing II yang telah berkenan

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi

ini.

vii
6. Ahmad Rizal, SKM., MM sebagai Penguji I yang telah berkenan

memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

7. Tetes Wahyu W, SST., M.Biomed sebagai Penguji II yang telah

berkenan memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi

ini.

8. Ibu Ervina, sebagai guru di SMP N 20 Kota Bengkulu yang telah

meluangkan waktu untuk membantu dalam proses penelitian, serta

siswa-siswi telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

9. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan dan

mendoakan untuk kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini serta

kakak-kakak dan keponakan tersayang.

10. Sahabatku Girls dan ukhti yang selalu memberikan semangat, dukungan

serta turut membantu dalam penelitian.

11. Teman-teman pejuang Str. Gizi 2021 yang telah menemani di kala suka

maupun duka selama 4 tahun ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran

agar dapat membantu perbaikan selanjutnya. Atas perhatian dan masukannya

penulis mengucapkan terima kasih.

Bengkulu, April 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 6

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum............................................................................... 6

1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 6

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

1.4.1 Bagi Peneliti Lain ......................................................................... 7

1.4.2 Bagi Akademik ............................................................................. 7

1.4.3 Bagi Sekolah ................................................................................. 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 7

1.6. Keaslian Penelitian ................................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja ..................................................................................................... 11

ix
2.2 Obesitas ................................................................................................... 11

2.3 Pola Makan .............................................................................................. 15

2.3.1 Hubungan Pola Makan dengan Obesitas Remaja ........................ 17

2.4 Aktivitas Fisik ......................................................................................... 20

2.4.1 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Obesitas Remaja .................... 20

2.5 Metode Food Frequency Questionaire (FFQ) ......................................... 23

2.6 Adolenscent Physical Activity Recall Questionnaire (APARQ) ............. 25

2.7 Pandemi Covid-19 .................................................................................. 26

2.8 Kerangka Teori ........................................................................................ 29

2.9 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 31

3.2 Variabel Penelitian .................................................................................. 31

3.3 Kerangka Konsep .................................................................................... 31

3.4 Definisi Operasional ................................................................................ 32

3.5 Populasi ................................................................................................... 33

3.6 Sampel Penelitian .................................................................................... 33

3.7 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................. 34

3.7.1 Tempat Penelitian .......................................................................... 34

3.7.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 34

3.8 Pengumpulan, Pengolahan, Analisis Data ............................................... 34

3.8.1 Jenis Data ...................................................................................... 34

3.8.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 35

3.9 Pengolahan Data ...................................................................................... 35

x
3.10 Analisis Data ......................................................................................... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jalannya Penelitian .................................................................................. 38

4.2 Hasil Penelitian ........................................................................................ 39

4.2.1 Univariat ........................................................................................ 39

4.2.2 Bivariat .......................................................................................... 42

4.3 Pembahasan ............................................................................................. 44

4.3.1 Gambaran Pola Makan Remaja pada Masa Pandemi Covid-19


di SMP N 20 Kota Bengkulu ........................................................ 44

4.3.2 Gambaran Aktivitas Fisik Remaja pada Masa Pandemi Covid-


19 di SMP N 20 Kota Bengkulu .................................................. 47

4.3.3 Gambaran Kejadian Obesitas Remaja pada Masa Pandemi


Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu ....................................... 49

4.3.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas


Remaja pada Masa Pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota
Bengkulu ....................................................................................... 54

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 58

5.2 Saran ........................................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 60

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian.................................................................................... 9


Tabel 2. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak ......................................... 13
Tabel 3. Definisi Operasional ................................................................................. 32
Tabel 4. Gambaran Pola Makan Berdasarkan Frekuensi Makan Remaja pada
Masa Pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021 .... 40
Tabel 5. Gambaran Pola Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Remaja
pada Masa Pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu
Tahun 2021 ............................................................................................... 40
Tabel 6. Gambaran Aktivitas Fisik Remaja pada Masa Pandemi Covid-19
di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021 .............................................. 41
Tabel 7. Gambaran Kejadian Obesitas Remaja pada Masa Pandemi Covid-19
di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021 ................................................ 42
Tabel 8. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas Remaja pada Masa
Pandemi Covid-19 Di SMP N 20 Kota Bengkulu .................................... 43
Tabel 9. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Remaja Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021 ................ 44

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori...................................................................................... 29


Gambar 2. Kerangka Konsep .................................................................................. 31

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

dimulai dari periode usia 10-18 tahun yang rentan gizi. Berbagai sebab remaja

rentan mengalami masalah gizi, yaitu pertama remaja memerlukan zat gizi yang

lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik. Kedua, adanya perubahan gaya

hidup dan kebiasaan makan yang menuntut penyesuaian asupan zat gizi. Ketiga,

remaja mempunyai kebutuhan zat gizi khusus contohnya remaja yang melakukan

aktifitas fisik yang tinggi. Sangat perlu memperhatikan keseimbangan antara

asupan energi dengan pengeluaran energi seperti melakukan aktifitas fisik agar

tidak terjadi ketidakseimbangan energi yang dapat menyebabkan masalah gizi

(Aini, 2013).

Permasalahan gizi yang dapat terjadi pada masa remaja yaitu kurang energi

(gizi kurang), anemia gizi (kekurangan zat besi), kegemukan (Obesitas) dan kurang

zat mikronutrien lain. Obesitas merupakan keadaan patologis, dimana terjadi

penimbunan lemak tubuh yang berlebihan atau abnormal dari yang diperlukan

untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2014). Obesitas menjadi masalah

kesehatan di dunia yang dinyatakan oleh World Health Organization (WHO)

sebagai masalah epidemi global sehingga memerlukan penanganan segera (Ermona

& Wirjatmadi, 2018).

1
2

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) obesitas di seluruh

dunia bertambah cukup pesat menjadi lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1980.

Prevalensi remaja pada tahun 1990 dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >2 SD

(sama dengan persentil ke-95) meningkat dari 4,2% menjadi 6,7% pada tahun 2010

dan diperkirakan akan meningkat lagi menjadi 9,1% pada tahun 2020 (Nuraini &

Murbawani, 2019). Berdasarkan indikator RPJMN 2015-2019, pada anak usia 5-12

tahun, sebanyak 18,8% kelebihan berat badan dan 10,8% mengalami obesitas

(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) prevalensi status

gizi (IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Bengkulu, kejadian obesitas tertinggi yaitu Kota Bengkulu (15,83%) sedangkan

terendah di Bengkulu Utara (5,24%). Prevalensi Obesitas pada remaja umur 13-15

tahun dengan kejadian tertinggi yaitu di Mukomuko (6,60%) dan terendah di

Rejang Lebong (1,55%), sedangkan kejadian obesitas remaja di Kota Bengkulu

termasuk urutan tertinggi kedua (6,27%).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu (2019), prevalensi

obesitas tertinggi salah satunya terdapat di wilayah kerja Puskesmas Basuki

Rahmad Kota Bengkulu yaitu mencapai 6,91%. Menurut data status gizi anak

sekolah tingkat SMP/MTS tahun 2019 di wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmad,

SMP N 20 Kota Bengkulu yang termasuk salah satu sekolah yang prevalensi

obesitas tertinggi, yaitu mencapai 7,1%. Survei pendahuluan yang dilakukan di

SMP N 20 Kota Bengkulu, dari 30 siswa yang dilakukan pengukuran terdapat

13,3% (4 siswa) yang obesitas.


3

Berdasarkan hasil survei tersebut, dilakukan pula survei penelitian

mengenai pola makan pada 4 siswa yang obesitas, didapatkan frekuensi konsumsi

makanan yang sering dikonsumsi makanan pokok (nasi; mie; kentang; jagung; dan

bihun), lauk hewani (ayam; ikan; dan telur ayam), lauk nabati (tahu dan tempe),

sayuran (bayam dan kangkung), buah (pepaya), susu UHT dan jajanan (gorengan;

bakso; dan kue). Dapat disimpulkan bahwa frekuensi makan siswa mengonsumsi

dalam frekuensi sering makanan tinggi sumber karbohidrat, tinggi lemak, tinggi

gula serta sedikit jenis makanan tinggi serat yang dikonsumsi. Selain pola makan,

dilakukan pula survei penelitian mengenai aktivitas fisik pada 4 siswa yang

obesitas, didapatkan 4 siswa tersebut memiliki aktivitas fisik dalam kategori

kurang.

Menurut penelitian Larson, et al (2015), mengenai pola makan remaja di

Amerika Serikat terdapat 54% remaja yang mengkonsumsi tiga kali makanan

utama (sarapan, makan siang dan makan malam). Sebanyak 75% remaja

mengkonsumsi ≥ 2 makanan dan minuman ringan setiap hari. Hal ini menunjukkan

bahwa terjadi penambahan seperempat dari total asupan energi harian. Selain itu,

saat ini kebanyakan remaja dan lebih tertarik makan di restoran cepat saji dibanding

makan di rumah.

Mayoritas saat ini anak-anak mempunyai aktivitas fisik yang menurun

setiap tahunnya. Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan remaja akan mengacu

pada peningkatan perilaku sedentari seperti sering melakukan kegiatan di depan

layar gadget, membaca, duduk dan bersantai. Hidup dengan gaya hidup menetap ini

tidak selalu identik dengan kemalasan, karena seseorang bisa sangat sibuk dengan
4

pelajaran atau pekerjaan di rumah sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk

berolahraga. Terdapat sebuah studi yang menunjukkan bahwa orang dengan

perilaku kurang aktivitas fisik mempunyai resiko tinggi terjadinya obesitas (Putra,

2017).

Masa pandemi Covid-19 dengan diberlakukannya Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB) dan untuk remaja berlaku peraturan sekolah daring,

cenderung aktivitas anak banyak dilakukan di rumah. Beberapa penelitian

menunjukkan terjadinya perubahan pola makan dan aktivitas fisik saat anak lebih

banyak menghabiskan waktu di rumah. Perubahan tersebut berupa penurunan

aktivitas fisik (38%), peningkatan frekuensi duduk (28,6%), peningkatan frekuensi

makan, dan mengonsumsi makanan tidak sehat dibanding sebelum pandemi Covid-

19 (Utami, 2020).

Berdasarkan penelitian Zachary et al (2020), selama masa pandemi

menunjukkan peningkatan frekuensi perilaku makan pada responden sebagai

respons melihat dan mencium makanan, sebagai respons terhadap stres, dan

responden sebagai respons saat bosan. Selain itu, responden menyatakan terjadi

peningkatan perilaku makan kudapan setelah makan malam dan responden

memiliki keinginan terhadap jenis makanan tertentu. Jenis makanan yang

dikonsumsi selama pandemi yaitu makanan berkalori tinggi (makanan manis dan

berlemak), makanan kemasan. Perubahan frekuensi makan dan pilihan jenis

makanan selama masa pandemi Covid-19 mengarah pada peningkatan berat badan

sebanyak 5 – 10 kg.
5

Menurut Bredbenner et al (2020), pandemi Covid-19 menyebabkan banyak

aspek yang terganggu dalam kehidupan karena untuk mencegah supaya tidak

terjadinya penyebaran virus SARS-CoV-2. Hal ini terlihat mulai dari kelas online,

kerja dari rumah, beberapa tempat yang dibatasi untuk didatangi. Menurut Chen et

al (2020), menyatakan bahwa pembatasan yang dilakukan (physical distancing)

dapat mengganggu kegiatan rutin sehari-hari puluhan juta orang. Ada kemungkinan

bahwa tinggal di rumah yang lama dapat menyebabkan peningkatan perilaku

duduk, berbaring, bermain game, menonton televisi, dan menggunakan perangkat

seluler sehingga membuat pengeluaran energi yang kurang dan akibatnya adalah

mengarah pada peningkatan resiko penyakit tidak menular.

Survei pendahuluan yang dilakukan di SMP N 20 Kota Bengkulu, dari 30

siswa yang dilakukan pengukuran terdapat 13,3% (4 siswa) yang obesitas.

Berdasarkan hasil survei tersebut, dilakukan pula survei penelitian mengenai pola

makan pada 4 siswa yang obesitas, didapatkan frekuensi konsumsi makanan yang

sering dikonsumsi makanan pokok (nasi; mie; kentang; jagung; dan bihun), lauk

hewani (ayam; ikan; dan telur ayam), lauk nabati (tahu dan tempe), sayuran (bayam

dan kangkung), buah (pepaya), susu UHT dan jajanan (gorengan; bakso; dan kue).

Dapat disimpulkan bahwa frekuensi makan siswa mengonsumsi dalam frekuensi

sering makanan tinggi sumber karbohidrat, tinggi lemak, tinggi gula serta sedikit

jenis makanan tinggi serat yang dikonsumsi. Selain pola makan, dilakukan pula

survei penelitian mengenai aktivitas fisik pada 4 siswa yang obesitas, didapatkan 4

siswa tersebut memiliki aktivitas fisik dalam kategori kurang.


6

Terjadi perubahan perilaku dan kebiasaan tersebut dapat mempengaruhi

kejadian obesitas remaja pada masa pandemi saat ini. Oleh karena itu, perlu sekali

untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik

dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP N 20 Kota Bengkulu pada masa

pandemi Covid-19.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian

obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik

dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMP

N 20 Kota Bengkulu.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui gambaran pola makan siswa di SMP N 20 Kota Bengkulu

2. Diketahui gambaran aktivitas fisik siswa di SMP N 20 Kota

Bengkulu

3. Diketahui gambaran kejadian obesitas remaja di SMP N 20 Kota

Bengkulu

4. Diketahui hubungan antara pola makan siswa dengan kejadian

obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota

Bengkulu
7

5. Diketahui hubungan antara aktivitas fisik siswa dengan kejadian

obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota

Bengkulu.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti Lain

Sebagai penerapan proses berpikir secara ilmiah dalam menganalisis

masalah, sebagai media pembelajaran dalam melakukan penelitian

serupa.

1.4.2 Bagi Akademik

Dapat memberikan informasi ilmiah bagi mahasiswa Jurusan Gizi

mengenai hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian

obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19. Sehingga dapat

dilakukannya pencegahan untuk mengurangi potensi terjadinya obesitas

pada remaja.

1.4.3 Bagi Sekolah

Dapat dijadikan masukan dan sumbangan pemikiran yang diharapkan

sertamenjadi bahan pertimbangan pihak sekolah SMP N 20 Kota

Bengkulu.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Data Penelitian ini didapatkan melalui survey lapangan yang dilakukan

dengan metode wawancara kepada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk


8

mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas

remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu.


9

1.6. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Desain Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Penelitian
1. Wismoyo Hubungan Pola Jenis penelitian a. Hasil uji Chi-square
Nugraha Makan, yang digunakan menunjukkan terdapat
Putra Aktivitas Fisik adalan penelitian hubungan bermakna antara
(2017) dan Aktivitas obeservasional pola makan dengan overweight
Sedentari analitik dengan (p value = 0,035
dengan desain cross b. Hasil uji Chi-square
Overweight di sectional menunjukkan bahwa terdapat
SMA Negeri 5 hubungan yang bermakna
Surabaya antara aktivitas fisik dengan
overweight (p value = 0,015)
2. Erlina Hubungan Desain penelitian a. Pada kelompok status gizi
Nurlali antara Aktivitas yang digunakan normal mayoritas aktivitas
Rahma Fisik dan dalam penelitian fisiknya pada kategori baik
(2020) Aktivitas ini yaitu desain sebesar 31,8%. Sedangkan
Sedentari kasus kontrol pada kelompok status gizi lebih
dengan Status (case control) mayoritas mempunyai aktivitas
Gizi Lebih pada fisiknya rendah yaitu sebesar
Anak Sekolah 68,2%.
Dasar b. Hasil uji statistik didapatkan
nilai p 0,016 < 0,05
menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara aktivitas fisik
dengan status gizi lebih di SD
Negeri Ploso I-172 Tambaksari
Kota Surabaya
3. Karina Risiko Desain penelitian Hasil penelitian yang telah
Belinda Kesehatan ini menggunakan dikumpulkan menunjukkan
Ardella Akibat desain Literature adanya peningkatan risiko
Perubahan Pola review atau penyakit tidak menular dan
Makan dan tinjauan pustaka kerentanan tubuh terhadap
Aktivitas Fisik penyakit menular akibat
Selama perubahan pola makan dan
Pandemi Covid- tingkat aktivitas fisik selama
19 masa pandemi Covid-19

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah variabel

dependen. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian sebelumnya remaja


10

overweight dan status gizi lebih anak, sedangkan pada penelitian ini menggunakan

variabel dependen kejadian obesitas remaja. Selain itu, perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya yaitu desain penelitiannya. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian cross sectional, sedangkan pada penelitian

sebelumnya menggunakan desain case control. Perbedaan penelitian sebelumnya

yang membahas masa pandemi Covid-19 menggunakan metode literature review.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah variabel

independennya sama-sama membahas mengenai pola makan dan aktivitas fisik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

Menurut World Health Organization (WHO) remaja adalah masa peralihan

dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Masa ini merupakan salah satu fase

transisi yang sangat penting dalam kehidupan. Hal ini ditunjukkan dengan

munculnya ciri-ciri seks sekunder, kematangan seksual, perkembangan biologik

yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan, dan perkembangan psikologik yang

ditandai dengan perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, serta

perkembangan sosial ekonomi yang ditandai dengan peralihan dari ketergantungan

sosial ekonomi yang penuh menjadi lebih mandiri. Periode remaja dimulai sejak

umur 11-21 tahun (Margawati & Iriantika, 2017).

Klasifikasi remaja dibagi menjadi tiga fase sesuai dengan usia yang dilalui.

Fase-fase remaja tersebut menurut (Mastuti, 2018) adalah remaja awal (early

adolenscence) yaitu remaja yang berada pada rentang usia 12 – 15 tahun, remaja

pertengahan (middle adolescence) yaitu remaja yang berada pada rentang usia 15 –

18 tahun, dan remaja akhir (late adolescence) yaitu remaja yang berada pada

rentang usia 18 – 21 tahun.

2.2 Obesitas

Kata obesitas yang berasal dari bahasa latin mempunyai arti makan

berlebihan, tetapi saat ini obesitas atau gemuk didefinisikan sebagai suatu kelainan

atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara

11
12

berlebihan. Kategori dan ambang batas status gizi Indeks massa tubuh

menurut umur (IMT/U) pada anak umur 5-18 tahun dengan kategori normal yaitu -

3 SD s/d <-2 SD, kategori gemuk (overweight) yaitu >1 SD s/d 2 SD, dan obesitas

yaitu >2 SD (Fairudz, 2015).

Secara umum obesitas pada remaja disebabkan kelebihan asupan makanan

dan minuman yang mengandung kalori tinggi, kurang aktivitas fisik, dan terdapat

faktor genetik. Berat badan seseorang diatur melalui berbagai mekanisme fisiologis

dengan menjaga keseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi.

Faktor genetik memiliki dampak yang signifikan terhadap predisposisi individu,

namun faktor perilaku dan lingkungan lainnya berperan juga dalam terjadinya

obesitas pada remaja (Suryani, 2018).

Obesitas pada remaja dinilai dengan berbagai metode pemeriksaan. Salah

satunya adalah pengukuran Body Mass Index (BMI) atau sering disebut Indeks

Massa Tubuh (IMT). Pengukuran IMT dilakukan dengan cara membagi nilai berat

badan (kg) dengan nilai kuadrat tinggi badan (m2). IMT merupakan metode yang

paling mudah dan paling banyak digunakan di seluruh dunia untuk menilai

timbunan lemak yang berlebihan dalam tubuh secara tidak langsung. Perhitungan

IMT pada orang dewasa, anak maupun remaja berbeda, dikarenakan kriteria IMT

pada anak dan remaja spesifik terhadap umur dan jenis kelamin. Hal tersebut

dipertimbangkan karena jumlah lemak tubuh yang berubah sesuai dengan umur dan

jumlah lemak tubuh yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Pada anak dan

remaja hasil perhitungan IMT juga dapat diinterpretasikan pada grafik IMT

menurut umur baik pada laki-laki maupun perempuan (Suto, 2017).


13

Tabel 2. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak


Usia 5 - 18 Tahun Bedasarkan IMT Menurut Umur
Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Gizi Buruk (severely thinness) < -3 SD
Gizi Kurang (thinnes) -3 SD sd < -2 SD
Gizi Baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Gizi Lebih (overweight) +1 SD sd +2 SD
Obesitas (obese) >+2 SD
Sumber : (Kemenkes RI, 2020)

Berikut ini penjelasan penyebab obesitas pada remaja menurut Obesity

Action Coalition (Suryani, 2018).

a. Lingkungan

Faktor lingkungan berperan utama dalam membentuk kebiasaan dan

persepsi anak-anak dan remaja. Pengaruh iklan televisi yang

mempromosikan makanan dan kebiasaan makan yang tidak sehat memberi

kontribusi besar. Selain itu, anak-anak dikelilingi oleh pengaruh lingkungan

yang dapat menurunkan aktivitas fisik. Saat ini, anak-anak dan remaja lebih

memilih konsumsi makanan di luar rumah seperti di restoran atau kafetaria.

Saat makan di luar mereka cenderung makan lebih banyak karena ukuran

porsi yang lebih besar dibandingkan saat mereka makan di rumah.

b. Kurang Aktivitas Fisik

Faktor risiko kedua dari tingginya kejadian obesitas di masyarakat adalah

aktivitas fisik yang kurang (sedentary activities). Kemajuan di bidang

teknologi dan informasi memanjakan masyarakat terutama anak dan remaja

dengan berbagai fasilitas yang mengurangi aktivitas fisiknya dalam

melaksanakan kegiatan (Hardinsyah, 2017). Anak-anak saat ini

menunjukkan penurunan aktivitas secara keseluruhan. Meningkatnya


14

penggunaan komputer, handphone, meningkatnya menonton televisi dan

menurunnya pendidikan jasmani di sekolah, secara keseluruhan

menyebabkan anak-anak menjalani gaya hidup yang lebih santai.

c. Hereditas / Genetik

Peran faktor genetik dapat dibuktikan oleh peningkatan prevalensi obesitas

dua kali lipat dalam tiga dekade terakhir pada individu dengan riwayat

obesitas. Faktor genetik berperang terhadap terjadinya obesitas sekitar 30 –

40% dari seluruh kejadian obesitas. Namun demikian, pemahaman tentang

peran faktor genetik sebagai penyebab obesitas bersifat kompleks, dengan

adanya kenyataan bahwa obesitas tidak semua diwariskan dalam keluarga

pada pola yang dapat diprediksi akibat penyakit lain.

d. Pola dan Perilaku Makan

Adanya transisi demografi saat ini membawa perubahan life style dan pola

makan masyarakat dari pola tradisional mengarah kepada pola barat

(western food) yang mengandung tinggi kalori, tinggi lemak, rendah serat.

Masyarakat saat ini seolah-olah bergantung pada makanan dengan densitas

energi tinggi atau padat kalori. Hasil penelitian pada beberapa dekade

terakhir. Perilaku mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan tidak

seimbang dapat menyebabkan keadaan gizi lebih yang selanjutnya

membawa risiko masalah terutama penyakit degeneratif.

e. Sosial-Ekonomi

Anak yang berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah berisiko lebih

besar mengalami obesitas. Hal ini terkait beberapa faktor yang


15

mempengaruhi perilaku dan aktivitas. Anak-anak kelompok ini tidak selalu

dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, sehingga mengakibatkan

menurunnya aktivitas fisik. Selain itu, ditambah dengan asupan makanan

yang mengandung tinggi energi, lemak dan gula. Tingkat pendidikan orang

tua berkontribusi juga pada status sosioekonomi yang berkaitan dengan

obesitas. Orang tua dengan pendidikan rendah cenderung tidak terpapar

informasi yang tepat tentang gizi dan pilihan makanan yang sehat. Hal ini

mempengaruhi pemberian makan kepada anak-anak mereka.

2.3 Pola Makan

Pola makan adalah suatu kebiasaan menetap dalam hubungan dengan

konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan : makanan pokok, sumber

protein, sayur, buah dan berdasarkan frekuensi : harian, mingguan, pernah, dan

tidak pernah sama sekali. Pola makan merupakan perilaku yang sangat penting

yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Dalam hal ini pemilihan makanan dan

waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi, kebiasaan, budaya dan

sosial ekonomi (Almatsier, 2009). Gizi optimal sangat penting bagi pertumbuhan

normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan seluruh kelompok umur. Gizi

yang tidak optimal akan berkaitan dengan kesehatan yang buruk, yaitu yang

memiliki faktor resiko penyakit tidak menular, penyakit kardiovaskular, diabetes,

serta kanker yang merupakan penyebab kematian di indonesia (Kemenkes RI,

2014).
16

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makanan antara lain

(Heryuditasari, 2018) :

a. Peran Keluarga

Peranan keluarga sangat penting bagi anak, bahkan pada pemilihan

makanan sekalipun. Makan bersama keluarga dengan suasana yang akrab

dapat meningkatkan nafsu makan.

b. Teman Sebaya

Asupan makan juga sangat mempengaruhi oleh kebiasaan makan teman-

teman sebaya. Apa yang diterima oleh kelompok (berupa figur idola,

makanan, minuman) juga dengan mudah akan diterima. Dalam pemilihan

bahan makanan perlu menciptakan suatu kondisi agar mendapatkan

informasi yang baik dan benar kepada kelompok atau teman sebaya

mengenai kebutuhan dan kecukupan gizinya sehingga perlu sekali

mengkonsumsi makanan yang bergizi.

c. Lingkungan

Pola makan sangat berpengaruh terhadap pembentuk perilaku makan

berupa lingkungan keluarga melalui promosi, media elektronik, dan

media cetak.

d. Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan merupakan suatu cara seseorang yang mempunyai

keterbiasaan makan dalam jumlah tiga kali makan dengn frekuensi dan

jenis makan yang dimakan.


17

e. Pendidikan

Dalam pendidikan, pola makan merupakan salah satu pengetahuan yang

dipelajari dengan pengaruh tethadap pemilihan bahan makanan dan

penentuan kebutuhan gizi.

2.3.1 Hubungan Pola Makan dengan Obesitas Remaja

Pola makan yang merupakan pencetus terjadinya obesitas adalah

mengonsumsi makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makan tinggi

energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat.

Sementara itu, perilaku makan yang salah ialah tindakan mengonsumsi

makanan dengan jumlah yang berlebihan tanpa diimbangi dengan

pengeluaran energi yang seimbang, salah satunya berupa aktivitas fisik

(olahraga) (Sudargo, 2014).

Pola makan yang tidak sesuai akan menyebabkan asupan makanan

yang berlebihan atau sebaliknya kekurangan. Asupan makanan yang kurang

dari kebutuhan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus, sedangkan asupan

makanan yang lebih dari kebutuhan akan menyebabkan kelebihan berat

badan atau overweight. Pola makan yang berlebihan merupakan fenomena

baru yang semakin lama semakin meluas. Keadaan ini sering dialami oleh

masyarakat menengah keatas dengan adanya perubahan pola makan, yakni

menyebabkan munculnya obesitas (Indriati, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian Sineke et al (2019), membuktikan

adanya hubungan kuat antara pola makan dengan kejadian obesitas pada
18

remaja. Hal ini terjadi karena sebagian besar remaja yang mengalami

obesitas mengonsumsi makanan yang dapat memicu obesitas dalam

frekuensi sering (>3× seminggu). Makanan tinggi energi, tinggi lemak, dan

gula dalam jangka waktu panjang. Hasil penelitian Mokolensang et al

(2016), menjelaskan bahwa frekuensi makanan sumber lemak dan

karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi remaja adalah nasi, mie instan,

minuman bersoda, telur ayam, dan daging ayam. Hasil penelitan ini juga

menjelaskan asupan energi, karbohidrat dan lemak yang paling berpengaruh

terhadap kejadian obesitas pada remaja

Menurut hasil penelitian Nisak dan Mahmudiono (2017), anak dan

remaja yang mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, tinggi gula,

makanan jajanan seperti cokelat, susu kental manis, bakso, gorengan, mie

instan, kue basah, biskuit dalam frekuensi sering berhubungan erat dengan

terjadinya obesitas. Lebih lanjut, hasil penelitiannya juga menjelaskan

bahwa terdapat hubungan pola makan gorengan dalam frekuensi harian dan

mingguan dengan kejadian overweight/obesitas pada anak sekolah.

Hasil penelitian Dewi & Mahmudiono (2013) mengenai pola makan,

diketahui terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi karbohidrat

(terutama nasi) dengan status gizi. Hal ini karena karbohidrat merupakan

salah satu penyumbang energi terbesar dalam tubuh dan nasi merupakan

sumber karbohidrat yang paling sering dikonsumsi oleh sebagain besar

masyarakat di Indonesia. Konsumsi karbohidrat dapat mempengaruhi status

gizi karena apabia berlebih akan disimpan dalam bentuk glikogen di


19

jaringan otot dan juga dalam bentuk lemak yang akan disimpan dalam

jaringan adiposa seperti perut, bagian bawah kulit.

Berdasarkan hasil penelitian Sugianto (2017), responden yang

mengalami obesitas akan cenderung memiliki kebiasaan konsumsi lemak

yang lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak obesitas. Sebagian

besar responden mengonsumsi makanan berlemak dengan kategori selalu

atau sangat sering (≥6 kali seminggu) adalah telur ayam, ayam serta

gorengan. Selain itu, frekuensi konsumsi sumber lemak dengan kategori

sering (4-6 kali seminggu) juga mengonsumsi ayam, gorengan serta

konsumsi makanan cepat saji. Kebiasaan konsumsi lemak berlebihan dapat

menyebabkan obesitas karena makanan berlemak akan melemahkan,

menunda dan mencegah rasa kenyang sehingga seseorang dapat makan

dalam jumlah berlebihan. Selain itu, rasa makanan berlemak yang gurih

mengakibatkan nafsu makan meningkat.

Pola makan tinggi lemak yang berkelanjutan akan berdampak buruk

terhadap kesehatan karena bila kapasitas energi dan lemak tidak dibakar,

maka akan disimpan dalam jaringan adiposa. Peningkatan jaringan lemak

pada jaringan adiposa akan meningkatkan hormon leptin sehingga memiliki

pengaruh pengaturan keseimbangan energi di dalam tubuh yang pada

akhirnya akan menyebabkan obesitas.


20

2.4 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan istilah umum untuk segala sesuatu pergerakan

tubuh karena aktivitas otot akan menghasilkan peningkatan kebutuhan energi.

Terdapat 3 komponen aktivitas fisik, yaitu aktivitas yang dilakukan selama bekerja

atau berhubungan dengan pekerjaan. Aktivitas yang dilakukan di rumah,

merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari, aktivitas yang dilakukan pada saat

luang di luar pekerjaan dan aktivitas harian meliputi latihan fisik dan olahraga.

(Sofiatun, 2017).

Menurut WHO (2017) aktivitas fisik yang kurang dapat mengakibatkan

terjadinya obesitas, non communicable disease, dan gangguan muskuloskeletal.

Sehingga WHO merekomendasikan anak-anak dan remaja berusia 5-17 tahun

sebaiknya melakukan minimal 60 menit aktivitas fisik intensitas sedang hingga

kuat. Aktivitas fisik dengan jumlah lebih dari 60 menit sehari akan memberikan

manfaat kesehatan. Selain itu, ada baiknya juga melakukan kegiatan yang

menguatkan otot dan tulang minimal 3 kali per minggu.

2.4.1 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Obesitas Remaja

Faktor risiko kedua setelah pola makan yaitu dari tingginya obesitas

di masyarakat adalah aktivitas fisk yang kurang. Kemajuan di bidang

teknologi dan informasi memanjakan seseorang dengan berbagai fasilitas

yang dapat mengurangi aktivitas fisiknya dalam melaksanakan kegiatan.

Seseorang hanya duduk dengan di sekelilingnya dilengkapi dengan fasilitas

kerja, belajar dan komunikasi. Adanya berbagai fasilitas di rumah yang


21

serba otomatis mengurangi gerak seseorang, karena mereka dapat

mengerjakan tugas bermalas-malasan, menonton televisi, bermain gadget,

ditemani camilan yang cukup banyak sehingga tanpa disadari terjadi asupan

berlebihan akibat aktivitas yang kurang (Hardinsyah dan Supariasa, 2017).

Aktivitas fisik adalah berbagai jenis gerakan yang dilakukan sehari -

hari yang melibatkan otot - otot skeletal dan pengeluaran energi dan

merupakan suatu bentuk perilaku rutinitas yang menggerakkan tubuh.

Aktivitas fisik meliputi semua gerakan tubuh dari gerakan kecil hingga

gerakan berat dan cepat seperti lari maraton. Aktivitas fisik yang teratur

merupakan penanganan yang baik terhadap stress, serta mempengaruhi

kebugaran sehingga akan memperpanjang dan meningkatkan kualitas hidup

(Sari et al, 2017).

Jenis aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan antara lain seperti

berjalan, berolahraga, belajar, menonton TV, bermain dan lainnya. Aktivitas

fisik yang dilakukan secara teratur terus menerus sesuai umur dan

kemampuan akan menurunkan berbagai resiko dan mencegah serta

mengurangi mengurangi lapisan lemak tubuh yang menyebabkan obesitas.

Siswa yang melakukan aktivitas ringan lebih beresiko 6,5 kali terkena

obesitas dari pada siswa yang melakukan aktivitas sedang (Sari et al, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko terhadap

kejadian obesitas dimana remaja dengan aktivitas ringan lebih berisiko


22

menjadi obesitas, dibandingkan dengan remaja dengan aktivitas fisik

sedang. Teori terjadinya obesitas karena rendahnya aktivitas fisik sehingga

asupan energi yang masuk hanya sedikit terpakai untuk beraktivitas dan

sebagaian besar tersimpan sebagai lemak tubuh, dengan kata lain kelompok

obesitas hanya menggunakan sedikit energi untuk melakukan aktivitasnya.

Hasil penelitian Syam (2017), menunjukkan terdapat hubungan

aktivitas dengan kejadian obesitas pada anak. Anak yang mengalami

obesitas yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah sebanyak 32 anak

(33,3%) sedangkan aktivitas fisik yang tinggi hanya 16 anak (16,7%).

Adapun anak yang normal yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi

sebanyak 30 anak (31,2%) sedangkan yang rendah sebanyak 18 anak

(18,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa, anak

yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi cenderung memiliki berat badan

yang normal. Sedangkan pada anak yang memiliki aktivitas fisik yang

rendah cenderung mengalami obesitas.

Penelitian Syam (2017), juga terdapat anak yang memiliki aktivitas

fisik yang tinggi namun, mengalami obesitas. Begitupun dengan anak yang

memiliki aktivitas fisik yang rendah namun, berat badannya normal. Hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya obesitas seperti jenis kelamin, riwayat obesitas orang tua,

pendidikan ayah dan ibu, pendapatan orang tua, frekuensi makan, snacking,

mengkonsumsi fast food dan soft drink (Syam, 2017).


23

2.5 Metode Food Frequency Questionaire (FFQ)

Metode frekuensi makanan merupakan metode untuk mengukur kebiasaan

makan sehari-hari seseorang atau keluarga untuk memperoleh gambaran kualitatif

tentang pola konsumsi makanan. Metode ini sangat bergantung pada daya ingat,

baik yang ditanya / sampel individu maupun yang bertanya / pewawancara. Oleh

karena itu, pewawancara harus memiliki keahlian dan kemampuan dalam

mempersepsikan segala sesuatu yang akan disampaikan oleh narasumber, mengenai

frekuensi narasumber dalam mengkonsumsi bahan pangan tertentu dalam hari,

minggu, bulan dan tahun. Berdasarkan data yang diperoleh, maka dilakukan

analisis rata-rata tingkat frekuensi konsumsi bahan / makanan dalam satuan hari,

minggu atau bulan, dan tahun. (Hardinsyah dan Supariasa, 2017).

Ketika mencari rata-rata konsumsi makanan / bahan dalam sehari, kita harus

mencari data berapa kali jumlah konsumsi makanan tertentu dalam satu hari. Data

dalam seminggu kemudian dibagi 7 hari, sebulan dibagi 30 hari, dan setahun dibagi

360 hari untuk mendapatkan rata-rata konsumsi per hari. Kuesioner frekuensi

makanan berisi daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut

dalam jangka waktu tertentu (Hardinsyah dan Supariasa, 2017).

Peneliti memerlukan nilai baru untuk pengolahan lebih lanjut, sehingga

frekuensi konsumsi diberikan skor atau nilai. Kategori skor yang biasa digunakan

menurut Widajanti (2014) adalah : A (sering sekali dikonsumsi) = lebih dari 1 kali

sehari (tiap kali makan), skor = 50; B (sering dikonsumsi) = 1 kali sehari (4-6 kali

seminggu), skor = 25; C (biasa dikonsumsi) = tiga kali perminggu, skor = 15; D

(kadang-kadang dikonsumsi) = kurang dari tiga kali perminggu (1-2 kali


24

perminggu), skor = 10; E (jarang dikonsumsi) = kurang dari satu kali perminggu,

skor = 1; F (tidak pernah), skor = 0 (Widajanti, 2014).

Menghitung skor konsumsi pangan menggunakan formulir FFQ adalah

menjumlahkan semua skor konsumsi pangan subjek berdasarkan jumlah skor

kolom konsumsi untuk setiap pangan yang pernah dikonsumsi (Benítez-Arciniega

et al. 2011). Total skor ditulis pada baris paling bawah (skor konsumsi pangan).

Interpretasi skor ini harus didasarkan pada nilai rerata skor konsumsi pangan pada

populasi. Jika nilai ini berada diatas median populasi maka skor konsumsi pangan

baik. Hal ini ditujukan untuk mengukur keragaman konsumsi pangan maka

semakin tinggi skornya akan semakin beragam konsumsi makanan individu

(Sirajuddin dkk, 2018).

Langkah-langkah metode FFQ adalah sebagai berikut.

a. Terlebih dahulu harus disiapkan daftar bahan makanan yang akan diukur

b. Responden diminta untuk memberi tanda pada dafta makanan yang tersedia

pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaan bahan makanan yang sering

dikonsumsi di kolom yang tersedia.

c. Lakukan penghitungan terhadap data yang telah didapatkan

d. Bandingkan / rujuk ke kategori yang berlaku untuk menentukan hasil

akhirnya.

Adapun Kelebihan metode FFQ antara lain (Hardinsyah dan Supariasa,

2017) :

a. Relatif murah dan sederhana

b. Dapat dilakukan sendiri oleh responden


25

c. Dapat membantu dalam menjelaskan hubungan antara penyakit dan

kebiasaan makan

Sedangkan kekurangan metode FFQ adalah sebagai berikut (Hardinsyah dan

Supariasa, 2017) :

a. Tidak dapat menghitung asupan zat gizi sehari

b. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data

c. Cukup menjemukan bagi pewawancara

d. Perlu percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang

akan masuk dalam kuesioner

e. Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi

2.6 Adolenscent Physical Activity Recall Questionnaire (APARQ)

Aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner yang disebut APARQ

(Adolescent Physical Activity Recall Questinnaire). Kuesioner ini mengukur

aktivitas harian seperti kegiatan olahraga, aktivitas domestik, hingga aktivitas

sedentary. Anak menuliskan jenis, frekuensi dan durasi aktivitas yang biasa

dilakukan selama seminggu ke dalam kuesioner ini. Selanjutnya aktivitas di nilai

menjadi dua yaitu aktif, kurang aktif dan inaktif. Anak dikatakan aktif apabila

berpartisipasi dalam aktivitas vigorous (berat) paling sedikit 3 kali seminggu untuk

minimal 20 menit per hari, dikatakan kurang aktif apabila anak hanya melakukan

aktivitas moderat (sedang) paling sedikit 3 jam perhari dalam 1 minggu, dan anak

dikatakan tidak aktif apabila tidak memenuhi syarat di atas (Booth, 2006).
26

Salah satu metode yang bisa digunakan untuk memperkirakan Aktifitas fisik

sesuai dengan kalori yang ingin kita bakar atau sebaliknya yaitu MET (Metabolic

Equivalent). MET adalah satuan yang digunakan untuk mengestimasi energi yang

dikeluarkan dari setiap melakukan suatu aktivitas. Cara menghitung aktivitas fisik

menggunakan kuesioner APARQ adalah (Fajar, 2018) :

Aktivitas Fisik = Skor METs × Frekuensi × Durasi (menit atau jam)

Aktivitas fisik dikategorikan menjadi tiga, yaitu ringan (<1202,0), sedang (1202,0 –

2406,6) dan berat (>2406,7) (Zuhdy, 2015).

2.7 Pandemi Covid-19

Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah penyakit infeksi disebabkan

oleh novel coronavirus, sekarang disebut severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2 (SARS-CoV2). Kemunculan severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2 (SARS-CoV-2) telah menyebabkan Pandemic Global dan menjadi

masalah kesehatan masyarakat serius (PDGKI, 2020).

Corona Virus Disease-2019 atau Covid-19 merupakan penyakit infeksi baru

yang memiliki kemampuan penularan yang tinggi sehingga transmisi penyakit

berlangsung dengan cepat. Pada bulan Maret, World Health Organization (WHO)

menyatakan Covid-19 sebagai pandemi (Ardella, 2020). Infeksi virus ini pertama

kali di temukan di Kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini

menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke negara-

negara lainnya (Kemenkes RI, 2020).


27

Pembatasan aktivitas di luar ruangan yang diterapkan selama pandemi

Covid-19 menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat berupa penurunan

partisipasi dalam aktivitas fisik dan perubahan pola makan. WHO menyatakan 31%

individu remaja tidak aktif secara fisik. Penurunan tingkat aktivitas fisik tersebut

disertai dengan peningkatan perilaku sedentari. Gaya hidup sedentari dapat

meningkatkan nafsu makan yang dikaitkan dengan perubahan hormonal, mediator

saraf, dan pola metabolisme glukosa. Selain itu, nafsu makan juga dapat

dipengaruhi oleh stres yang ditimbulkan di rumah selama pandemi. Perubahan pola

makan tersebut cenderung mengarah pada perilaku makan berlebihan dengan

pilihan makanan yang tinggi kalori. Sebuah studi menyatakan terdapat peningkatan

asupan makanan yang digoreng dan makanan manis yang signifikan saat karantina

mandiri selama pandemi Covid-19 (Ardella, 2020).

Pandemi Covid-19 (corona virus) menyebabkan banyak perubahan dalam

kehidupan sehari-hari. Gizi yang baik juga sangat penting sebelum, selama dan

setelah infeksi. Karena Infeksi menyebabkan tubuh penderita demam, sehingga

membutuhkan asupan energi dan zat gizi. Menjaga pola makan yang baik dan sehat

sangat penting selama pandemi Covid-19. Walaupun tidak ada makanan atau

suplemen makanan yang dapat mencegah penularan virus Covid-19, mengubah

pola makan dengan mengkonsumsi makan bergizi seimbang yang sehat dan sangat

penting dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang baik. Konsumsi

makanan dengan gizi seimbang dan aman dapat meningkatkan sistem kekebalan

tubuh dan menurunkan resiko penyakit kronis dan penyakit infeksi. Cobalah untuk
28

membuat variasi dalam menu makanan saat dirumah agar keluarga tidak menjadi

bosan dengan menu makanan yang sama. (Kemenkes RI, 2020).

Saat ini Indonesia sedang dilanda wabah Covid-19 hal ini menyebabkan

pemerintah Indonesia melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

dengan menerapkan kebijakan berdiam di dalam rumah. Kebijakan ini juga menjadi

tantangan tersendiri bagi beberapa kalangan salah satunya bagi mahasiswa yang

melakukan proses pembelajaran online di rumah. Jika siswa biasanya aktif berada

di luar rumah, social distancing dan kewajiban untuk di rumah dapat menjadi

masalah besar. Siswa akan merasa terkurung di dalam rumah dan tidak bisa

melakukan apa-apa, selain rebahan, menonton, dan sebagainya hal ini bisa menjadi

faktor pencetus lainnya seseorang mengalami gejala stress (Gimon, 2020).

Kebijakan berdiam di dalam rumah juga dapat menyebabkan aktivitas fisik

akan berkurang dan aktivitas makanlah yang akan sering dilakukan hal tersebut

dapat memicu kenaikan berat badan dan akan menyebabkan ketidakpuasan bentuk

tubuh atau body image pada siswa hal ini dikarenakan faktor yang berpotensi

menyebabkan body image yang negatif pada seseorang antara lain yaitu berat badan

yang tergolong kelebihan atau gemuk (Gimon, 2020).


29

2.8 Kerangka Teori

Faktor Umur
Genetik
Jenis Kelamin
Faktor
Obesitas Demografi Ras/Suku
dan Biologis
Faktor biologis

Sosial -Ekonomi

Faktor Faktor Sosio


Tingkat pendidikan
Kultural
Lingkungan dan pengetahuan

Fasilitas tempat
makan

Media massa

Pola makan

Faktor
Perilaku Aktivitas Fisik

Konsumsi alkohol

Keterangan :

1) = Variabel yang diteliti

2) = Variabel yang tidak


diteliti

Gambar 1. Kerangka Teori Kombinasi Hardinsyah, 2017


30

2.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. H0 : Tidak ada hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian

obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota

Bengkulu.

2. Ha : Ada hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian

obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota

Bengkulu.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik,

dengan desain cross sectional untuk mengukur hubungan pola makan dan

aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19

di SMP N 20 Kota Bengkulu.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah pola makan

dan aktivitas fisik.

3.2.2 Variabel Terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah kejadian

obesitas remaja.

3.3 Kerangka Konsep

Penelitian ini menggunakan 2 variabel, yaitu variabel independen dan

variabel dependen.

Variabel Independent Variabel Dependent

Pola Makan

Kejadian Obesitas
Remaja
Aktivitas Fisik

Gambar 2. Kerangka Konsep

31
32

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur

1. Kejadian Suatu keadaan Data Penimbang a. Obesitas, bila Ordinal


Obesitas pada remaja sekunder an berat ambang batas
yang memiliki berdasarka badan dan > +2SD
jumlah massa n data (BB) dan
lemak tubuh skrinning pengukuran b. Non obesitas,
tinggi siswa tinggi bila ambang
dihitung badan (TB) batas : <-3
dengan IMT SD, -3 SD sd
dan <-2 SD, -2SD
diinterpretasik sd +1SD,
an pada grafik +1SD sd
IMT menurut +2SD
umur pada
laki-laki dan
perempuan.

2. Pola Kebiasaan FFQ Wawancara a. Sering, bila Ordinal


Makan dalam skor ≥
mengonsumsi median
makanan b. Jarang , bila
berdasarkan skor <
frekuensi dan median
jenis bahan
makanan
3. Aktivitas Setiap Adolescen Wawancara 1. Ringan : bila Ordinal
Fisik gerakan tubuh t Physical aktivitas fisik
yang Aktivity <1202,01
meningkatkan Recall 2. Sedang : bila
pengeluaran Questionn 1202,02 –
tenaga dan aire 2406,64
energi atau (APARQ)
pembakaran
kalori
33

3.5 Populasi

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas VIII di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021 sebanyak 240 siswa.

3.6 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling atau sampel acak

sederhana remaja kelas VIII di SMP N 20 Kota Bengkulu yang dihitung

dengan rumus :

( )
n =

( ) ( ) ( )
=
( )

( ) ( ) ( )
=
( )

= = 96 Sampel

Keterangan :

n : Jumlah sampel

d : Presisi absolut (0,1)

P : proporsi kejadian obesitas di SMP 20 13,3% (0,13)

: Tingkat kemaknaan (1,96)

P : Proporsi (50% atau 0,5)

Q : (1 - P)
34

3.7 Tempat dan Waktu Penelitian

3.7.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah

di SMP N 20 Kota Bengkulu.

3.7.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah

dimulai dari studi pustaka sampai pengolahan data yakni mulai Maret

2021.

3.8 Pengumpulan, Pengolahan, Analisis Data

3.8.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden,

penelitian pola makan diambil dengan menggunakan kuesioner FFQ,

penelitian aktivitas fisik diambil dengan menggunakan kueosioner

APARQ, dan status gizi diambil dengan melakukan pengukuran

antropometri yaitu dengan menimbang berat badan menggunakan

timbangan digital dan pengukuran tinggi badan menggunakan

mikrotoise.

b. Data Sekunder

Data sekunder terdiri dari data identitas siswa yang diperoleh

melalui sekolah yaitu SMP N 20 Kota Bengkulu.


35

c. Alat Pengumpulan Data

1. Kuesioner berupa identitas reponden

2. Kuesioner FFQ

3. Kuesioner APARQ

3.8.2 Teknik Pengumpulan Data

a. Data yang diperlukan dalam penelitian ini

b. Data antropometri diperoleh dengan cara pengukuran berat bada

menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg dengan

kapasitas maksimal 150 kg dan pengukuran tinggi badan

menggunakan mikrotois.

c. Data mengenai pola makan dan aktivitas fisik dilakukan dengan

menggunakan kuesioner.

d. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adakah format

pengumpulan data dan kuesioner.

3.9 Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpul, diolah dengan menggunakan program

computer dengan tahap berikut

a. Penyuntingan data (Editing)

Editing adalah pengecekan kembali apakah data pada lembar formulir

Food Frequency Questionaire dan formulir Adolescent Physical Activity

Recall Questinnaire Questionnaire telah diisi.


36

b. Pengkodean data (Coding)

Setelah data pada formulir Food Frequency Questionaire dan formulir

Adolescent Physical Activity Recall Questinnaire telah diisi maka

dilakukan pengkodean data yang dilakukan sendiri oleh peneliti.

c. Tabulasi data (Tabulating)

Setelah dilakukan editing dan coding data, maka dilakukan

pengelompokan data tersebut ke dalam suatu tabel tertentu dan

memberikan skor masing-masing jawaban responden.

d. Memasukkan data (Entry)

Data yang diperoleh seperti identitas siswa, pola makan, aktivitas fisik,

dan status gizi terlebih dahulu direkap menjadi data mentah lalu diketik

dan diolah menggunakan aplikasi di komputer.

e. Pembersihan data (Cleaning)

Sebelum melakukan analisis data, data mentah yang diperoleh terlebih

dahulu dilakukan pengecekan, jika ditemukan kesalahan pada entry data.

Data yang tidak lengkap dikeluarkan dari master data. Data-data yang

telah dientri diperiksa kembali dan sudah bebas dari kesalahan-

kesalahan.

3.10 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, dievaluasi dengan menggunakan

format yang menjadi acuan dalam nenetukan penelitian, selajutnya data hasil
37

penelitian tersebut dianalisis dengan menggunakan aplikasi komputer,

adapun analisis data dilakukan dengan dua tahapan, yaitu :

a. Analisis Univariat

Teknik analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya

dalam penelitian ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari

setiap variabel yang diteliti. Hasil analisis univariat akan disajikan dalam

bentuk tabel dan narasi variabel yang akan disajikan dalam penelitian ini

adalah variabel dependen (kejadian obesitas remaja) dan variabel

independen (pola makan dan aktivitas fisik). Hasil analisis tersebut akan

diketahui gambaran distribusi dan frekuensi setiap tabel.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan

dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi

covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu. Analisis bivariat yang digunakan

adalah statistik uji Chi square.


38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 20 Kota Bengkulu pada bulan Maret

sampai April 2020. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

independen (Pola Makan dan Aktivitas Fisik) dengan variabel dependen (Kejadian

Obesitas). Pengambilan data antropometri dilakukan pengukuran berat badan

menggunakan timbangan injak digital dan pengukuran tinggi badan menggunakan

alat mikrotois. Data pola makan dilakukan dengan metode wawancara

menggunakan form Food Frequency Questionnaire (FFQ), sedangkan data aktivitas

fisik dilakukan dengan metode wawancara menggunakan form Adolescent Physical

Recall Activity (APARQ).

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap persiapan dan

tahap pelaksanaan. Adapun tahap persiapan meliputi penetapan judul, pengurusan

surat izin pra penelitian dari institusi pendidikan yaitu Poltekkes Kemenkes

Bengkulu dan dilanjutkan pengurusan surat izin penelitian ke Kesbangpol Kota

Bengkulu. Setelah mendapatkan tembusan dari Kesbangpol Kota Bengkulu,

selanjutnya surat tembusan diserahkan ke Dinas Pendidikan Kota Bengkulu dan

kemudian tembusan diberi kepada kepala sekolah SMP N 20 Kota Bengkulu yang

dijadikan lokasi penelitian.

Tahap pelaksanaan meliputi pengambilan data yang dilakukan selama 1

bulan pada tanggal 26 Maret – 26 April 2021 di SMP N 20 Kota Bengkulu.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random atau acak sederhana (simple

38
39

random sampling), dimana pengacakan dilakukan pada siswa kelas VIII sebanyak 8

kelas dengan diukur berat badan dan tinggi badan. Setelah diketahui data

antropometri sampel, maka dilanjutkan dengan wawancara mengenai pola makan

dan aktivitas fisik menggunakan formulir FFQ dan APARQ. Pengambilan data

dilakukan selama 3 minggu tidak berturut-turut selama bulan Maret – April 2021 di

SMP N 20 Kota Bengkulu.

Setelah data terkumpul dan diperiksa kembali apakah sesuai dan mencukupi

sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. Data antopometri, pola makan dan

aktivitas fisik dihitung. Kemudian dilakukan editing, pengkodean, tabulasi data,

pemasukan data, pengecekan dan pembersihan data, lalu dilakukan pengolahan data

menggunakan SPSS Statistik 22. Tahap selanjutnya yaitu laporan hasil penelitian

dan pembahasan penelitian yang telah dianalisis.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi

frekuensi dan persentase pada variabel kejadian obesitas remaja, pola makan,

dan aktivitas fisik di SMP N 20 Kota Bengkulu. Adapun hasil analisis dilihat

pada tabel dibawah ini :

a. Gambaran Pola Makan Remaja pada Masa Pandemi Covid-19 di SMP N 20

Kota Bengkulu Tahun 2021

Gambaran responden berdasarkan pola makan dikategorikan menjadi

dua kategori yaitu sering dan jarang. Pola makan dengan kategori sering bila
40

skor ≥ rata-rata frekuensi bahan makanan, sedangkan pola makan dengan

kategori jarang bila skor < rata-rata frekuensi bahan makanan.

Tabel 4. Gambaran Pola Makan Berdasarkan Frekuensi Makan


Remaja pada Masa Pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota
Bengkulu Tahun 2021
Pola Makan Frekuensi Persentase (%)
Sering 46 49 %
Jarang 50 51 %
Total 96 100%

Berdasarkan tabel 4. Gambaran pola makan responden dikategorikan

menjadi dua kategori yaitu sering dan jarang. Pola makan siswa di SMP N

20 Kota Bengkulu tahun 2021 sebagian besar yaitu pola makan dengan

frekuensi jarang sebanyak 50 (51%) siswa.

Tabel 5. Gambaran Pola Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan


Remaja pada Masa Pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota
Bengkulu Tahun 2021
No. Pola Makan Berdasarkan Jenis Bahan Frekuensi Persentase
Makanan (%)
1. Makanan Pokok
Sering 53 55,2%
Jarang 43 44,8%
Jumlah 96 100%
2. Lauk Hewani
Sering 50 52,1%
Jarang 46 47,9%
Jumlah 96 100%
3. Lauk Nabati
Sering 49 51%
Jarang 47 49%
Jumlah 96 100%
4. Sayuran
Sering 47 49%
Jarang 49 51%
Jumlah 96 100%
41

5. Buah
Sering 51 53,1%
Jarang 45 46,9%
Jumlah 96 100%
6. Susu
Sering 48 50%
Jarang 48 50%
Jumlah 96 100%
7. Makanan Jajanan
Sering 51 53,1%
Jarang 45 46,9%
Jumlah 96 100%
8. Soft Drink
Sering 62 64,6%
Jarang 34 35,4%
Jumlah 96 100%

Berdasarkan tabel 5. Adapun sebagian besar jenis bahan makanan yang

dikonsumsi dalam frekuensi sering pada siswa SMP N 20 Kota Bengkulu

antara lain makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, buah, susu, makanan

jajanan dan soft drink.

b. Gambaran Aktivitas Fisik Remaja pada Masa Pandemi Covid-19 di SMP N

20 Kota Bengkulu Tahun 2021

Aktivitas fisik dikategorikan menjadi 2 yaitu kategori ringan dan

sedang. dapat dikatakan aktivitas fisik dengan kategori ringan bila skor

<1202,01. Sedangkan aktivitas fisik dengan kategori sedang bila skor

1202,02 – 2406,64.

Tabel 6. Gambaran Aktivitas Fisik Remaja pada Masa Pandemi Covid-


19 di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021
Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase (%)
Ringan 43 44,8 %
Sedang 53 55,2 %
Total 96 100 %
42

Berdasarkan tabel 6. Aktivitas fisik siswa di SMP N 20 Kota Bengkulu

tahu 2021 sebagian besar adalah aktivitas sedang sebanyak 53 siswa

(55,2%).

c. Gambaran Kejadian Obesitas Remaja pada Masa Pandemi Covid-19 di SMP


N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021
Tabel 7. Gambaran Kejadian Obesitas Remaja pada Masa Pandemi
Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021
Kejadian Obesitas Frekuensi Persentase (%)
Obesitas 13 13,5 %
Non Obesitas 83 86,5 %
Total 96 100 %

Berdasarkan tabel 4. Didapatkan status gizi siswa di SMP N 20 Kota

Bengkulu sebagian besar termasuk non obesitas yaitu sebanyak 83 (86,5%)

siswa.

4.2.2 Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan pola makan

dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi Covid-

19 di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021, dapat dilihat pada tabel di bawah

ini :

a. Hubungan pola makan dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi

covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021

Hasil analisis hubungan pola makan dengan kejadian obesitas

remaja pada analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square adalah

sebagai berikut.
43

Tabel 8. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas Remaja


pada Masa Pandemi Covid-19 Di SMP N 20 Kota
Bengkulu
Kejadian Obesitas
Non Jumlah
Pola Makan Obesitas p-value
Obesitas
n % n % n %
Sering 11 23,9 35 76,1 46 100
Jarang 2 4 48 96 50 100 0,011
Total 13 83 96

Berdasarkan hasil analisis hubungan pola makan dengan kejadian

obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19 diperoleh sebanyak 11

(23,9%) siswa yang mengalami obesitas dengan pola makan frekuensi

sering, sedangkan siswa non obesitas dengan pola makan frekuensi sering

yaitu sebanyak 35 (76,1%) siswa. Hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p =

0,011 (p < 0,05), artinya ada hubungan antara pola makan dengan kejadian

obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu

Tahun 2021.

b. Hubungan ativitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa

pandemi covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021

Hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas

remaja pada analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square adalah

sebagai berikut.
44

Tabel 9. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas


Remaja pada Masa Pandemi Covid-19 Di SMP N 20 Kota
Bengkulu Tahun 2021
Kejadian Obesitas
Aktivitas Non Jumlah
Obesitas p-value
Fisik Obesitas
n % n % n %
Ringan 12 27,9 31 72,1 43 100
Sedang 1 1,9 52 98,1 53 100 0,001
Total 13 83 96

Berdasarkan hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian

obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu

tahun 2021 diperoleh bahwa sebanyak 12 (27,9%) siswa yang mengalami

obesitas memiliki aktivitas fisik ringan, sedangkan siswa non obesitas yang

memiliki aktivitas fisik ringan sebanyak 31 (72,1%) siswa. Hasil uji Chi-

Square diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05), artinya ada hubungan antara

aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi covid-19

di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Gambaran Pola Makan Remaja pada Masa Pandemi Covid-19 di

SMP N 20 Kota Bengkulu

Pada penelitian ini, pola makan dikategorikan menjadi dua yaitu sering

dan jarang. Dapat dikatakan sering apabila jumlah skor berada di atas median.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 46 (47,9%) siswa dengan pola makan

frekuensi sering dan sebanyak 50 (52,1%) siswa dengan pola makan frekuensi

jarang. Artinya sebagian besar pola makan siswa di SMP N 20 Kota Bengkulu

termasuk frekuensi jarang. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan remaja yang
45

memiliki kebiasaan jarang sarapan dan jenis makanan yang dikonsumsi kurang

bervariasi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nushrotun Nisa (2019),

didapatkan remaja yang pola makannya dalam frekuensi jarang sebanyak 24

responden (54,9%). Hal ini biasanya disebabkan remaja hanya mengkonsumsi

makanan yang disukainya saja dengan jenis yang tidak beranekaragam.

Sedangkan remaja yang pola makannya dalam frekuensi sering sebanyak 13

responden (15,9%). Hal ini di sebabkan banyaknya makanan dan jenis yang

dikonsumsi dan kebiasaan makan remaja. Remaja yang memiliki pola makan

sering karena mereka memiliki nafsu makan yang lebih. Mereka juga tidak

mempunyai pantangan makanan sehingga mereka bebas makan apa saja yang

diinginkan.

Adapun pola makan berdasarkan jenis bahan makanan yang diteliti yaitu

pola makan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah, susu,

makanan jajanan dan soft drink. Dapat dilihat dari frekuensi pola makan yang

termasuk dalam kategori sering yaitu pola makan makanan pokok, lauk

hewani, lauk nabati, buah, susu, makanan jajanan, dan soft drink.

Makanan yang mengandung karbohidrat dan protein menjadi menjadi

frekuensi makanan yang paling banyak dikonsumi dikarenakan mudah untuk

didapat. Jenis bahan makanan yang paling sering dikonsumsi masyarakat di

Indonesia adalah bahan makanan sumber makanan pokok, terutama nasi

dengan frekuensi konsumsinya >1 kali perharinya.


46

Konsumsi buah dan sayur di Indonesia memang masih tergolong rendah.

Berdasarkan survey, rata-rata 83,64% remaja di Indonesia kurang

mengkonsumsi buah dan sayur. Berdasarkan data riset kesehatan, konsumsi

sayuran untuk umur di atas 10 tahun masih rendah yaitu sebesar 36,7%.

Padahal sayuran dan buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin,

mineral dan serat pangan yang berperan sebagai antioksidan (Suryaputra dkk,

2012).

Menurut penelitian Hapsari (2013), rata-rata konsumsi makanan jajanan

pada remaja termasuk kategori sering. Hal ini dapat dikarenakan jajanan

tersebut tersedia di daerah sekolah dan sekitar rumah. Rata-rata kandungan

energi dan protein yang di dapat dari makanan jajanan tergolong rendah

sehingga sumbangan energi dan protein terhadap total konsumsi sehari masih

rendah. Makanan jajanan sering kali di konsumsi remaja untuk mengganti

sarapan. Menurut Khomsan (2003), tidak lengkapnya gizi dalam makanan

jajanan menyebabkan makanan jajanan tidak dapat menggantikan sarapan pagi

/ makan siang. Banyaknya konsumsi makanan jajanan hanya akan memberikan

rasa kenyang karena padatnya kalori yang masuk. Sementara gizi seperti

protein, vitamin, dan mineral masih sangat kurang.

Biasanya para remaja senang dengan pola makan yang tidak sehat

misalnya makanan cepat saji, soft drink, susu yang mengandung tinggi gula

seperti susu kental manis sehingga menimbulkan efek yang kurang bagus

terhadap kesehatan mereka (Harahap, 2012).


47

Masa pandemi Covid-19 saat ini, memilih asupan gizi memang

diutamakan untuk daya tahan tubuh, dengan pengaturan pola makan mulai dari

frekuensi makan, porsi dan jenis makanan, karena pola makan akan berperan

dalam penentuan gizi seseorang. Gizi seimbang yaitu komposisi pangan setiap

hari yang kandungan gizi nya mencukupi tidak berlebihan dan tidak

kekurangan disesuaikan kebutuhan tubuh. ditengah pandemi Covid-19 dengan

mengkonsumsi makanan seimbang dan sehat dalam meningkatkan sistem

kekebalan tubuh (Tobelo et al, 2021).

Pola makan siswa di SMP N 20 Kota Bengkulu pada masa pandemi

belum dapat dikatakan bervariasi karena sebagian besar pola makan siswa

tergolong pola makan kurang. Hal tersebut disebabkan berbagai faktor

diantaranya masih banyak siswa yang cenderung makan makanan yang disukai

saja tanpa memperhatikan kebutuhan gizi yang seimbang yang terdapat pada

makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, buah dan sayur. Selain itu, ketika

bosan dengan makanan di rumah, meskipun saat masa pandemi ini mereka

tetap memilih makanan dari luar yang kandungan gizinya belum terjamin

dibanding makanan yang dimasak sendiri di rumah.

4.3.2 Gambaran Aktivitas Fisik Remaja pada Masa Pandemi Covid-19 di

SMP N 20 Kota Bengkulu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 53 siswa (55,2%) yang

melakukan aktivitas fisik sedang, sedangkan responden yang melakukan

aktivitas fisik dengan kategori ringan sebanyak 43 siswa (44,8%). Aktivitas


48

fisik siswa di SMP N 20 Kota Bengkulu sebagian besar termasuk kategori

sedang. Hal ini disebabkan karena siswa melakukan aktivitas belajar yang

termasuk kategori aktivitas sedang, selain itu juga beberapa anak masih

melakukan aktivitas fisik seperti bermain sepak bola, jogging, dan beberapa

aktivitas lainnya

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Afriyeni (2018) diketahui

bahwa siswa lebih banyak menghabiskan waktu melakukan aktivitas fisik

ringan dan sedang dibandingkan dengan aktivitas fisik yang berat. Hal ini

dikarenakan karena status mereka yang menjadi seorang pelajar, yang kegiatan

utamanya adalah menghabiskan waktu belajar, dan diketahui juga terdapat

beberapa siswa memiliki kegiatan les, bersantai di rumah sambil menonton TV

dan sebagian besar siswa lebih memilih bermain gadget untuk mengisi waktu

luang di rumah. Selain itu, juga sejalan dengan WHO (2013) yang menyatakan

bahwa aktivitas fisik remaja atau usia sekolah pada umumnya memiliki

kegiatan aktivitas fisik sedang, kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar.

Aktivitas fisik siswa di SMP N 20 Kota Bengkulu dimasa pandemi

covid-19 ini sebagian besarnya masih dalam kategori sedang, meskipun para

siswa belajar daring di rumah masing-masing mereka masih menerima banyak

tugas dari sekolah dan masih melakukan aktivitas pekerjaan rumah serta masih

melakukan olahraga seperti jogging, bersepeda dan kegiatan lainnya disekitar

rumah.

Masa pandemi Covid-19 saat ini sangat terbatas dalam melakukan

aktivitas fisik di luar rumah dikarenakan untuk memutus rantai penularan virus
49

covid-19, dimana semua orang dihimbau untuk tidak keluar rumah jika tidak

ada hal yang mendesak. Namun selain belajar di rumah, mereka juga tetap

melakukan olahraga di rumah maupun di lingkungan dekat rumah mereka,

bahkan mereka yang tidak terbiaa berolahraga menjadi suka dan mulai

membiasakan diri untuk berolahraga. Aktivitas fisik yang rutin sangat

bermanfaat baik bagi kesehatan seseorang terlebih saat masa pandemi Covid-

19 ini. Melakukan aktivitas fisik bahkan juga membantu meningkatkan

kesehatan mental dan menurunkan risiko depresi pada masa pandemic (Liando

et al, 2021).

4.3.3 Gambaran Kejadian Obesitas Remaja pada Masa Pandemi Covid-19

di SMP N 20 Kota Bengkulu

Kejadian obesitas pada penelitian ini dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu

Obesitas dan Non Obesitas. Kategori obesitas bila status gizi IMT menurut

umur berada di ambang batas lebih dari +2 SD. Sedangkan kategori non

obesitas, bila status gizi IMT menurut umur berada di ambang batas kurang

dari -3 SD, - 3SD sampai dengan kurang dari -2 SD, -2 SD sampai dengan +1

SD dan +1 SD sampai dengan +2 SD.

Hasil penelitian menunjukkan dari 96 siswa didapatkan 13 (13,5%) siswa

yang mengalami obesitas, sedangkan siswa yang tidak mengalami obesitas

sebanyak 83 (86,6%) yang terdiri dari 3 (3,1%) siswa dengan status gizi

kurang, 58 (60,4%) siswa dengan status gizi baik dan 22 (22,9%) siswa dengan
50

status gizi lebih. Artinya kejadian obesitas di SMP N 20 Kota Bengkulu

sebagian besar siswa termasuk kategori non obesitas.

Obesitas pada remaja penting untuk diperhatikan karena remaja yang

mengalami obesitas 80% berpeluang untuk mengalami obesitas pula pada saat

dewasa (Suryaputra dkk, 2012). Menurut Sargowo D dkk (2011), Hal ini telah

dibuktikan bahwa insiden obesitas pada periode transisi antara remaja dan

dewasa muda dalam kurun waktu lima tahun meningkat, yaitu dari 10,9%

menjadi 22,1% dan 4,3% di antaranya mempunyai IMT 40. Selain itu,

penelitian lain menyebutkan bahwa remaja yang mengalami obesitas memiliki

risiko lebih tinggi untuk dapat menderita penyakit penyerta seperti diabetes

mellitus tipe 2, liver, sindrom metabolik, dan penyakit kardiovaskular

dibanding dengan anak yang tidak mengalami obesitas (Emelia dkk, 2016).

4.3.4 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas Remaja pada

Masa Pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat sebanyak 11 (23,9%) remaja yang

mengalami obesitas dengan pola makan frekuensi sering, sedangkan remaja

non obesitas dengan pola makan frekuensi jarang sebanyak 35 (76,1%).

Artinya, sebagian besar remaja non obesitas memiliki frekuensi pola makan

sering dibandingkan dengan remaja obesitas. Namun sebanyak 85% dari

remaja di SMP N 20 Kota Bengkulu tahun 2021 yang mengalami obesitas

frekuensi pola makannya sering, sedangkan remaja non obesitas sebagian besar

frekuensi makannya jarang.


51

Hasil penelitian hubungan pola makan dengan kejadian obesitas remaja

pada analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square membuktikan bahwa

terdapat hubungan pola makan dengan kejadian obesitas remaja pada masa

pandemi covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu tahun 2021.

Penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian Ester (2020), di SMA

Kota Bandung yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara pola makan dengan kejadian obesitas pada remaja di SMA Kota

Bandung. Dapat dilihat dari hasil penelitiannya juga menyatakan bahwa remaja

dengan pola makan lebih cenderung mengalami obesitas yaitu 71,4% yang

menujukkan bahwa semakin berlebih pola makan seseorang maka semakin

meningkat pula kejadian obesitas. Pola makan yang dapat menyebabkan

terjadinya obesitas pada seseorang adalah dengan mengonsumsi makanan

dengan jumlah yang melebihi kebutuhan, makanan yang mengandung tinggi

energy, lemak, karbohidrat dan rendah serat. Selain itu, juga sejalan dengan

penelitian Dewita (2021) yang menyatakan bahwa ada hubungan pola makan

dengan kejadian obesitas di SMA Negeri 2 Tambang.

Adapun pola makan berdasarkan jenis bahan makanan yang diteliti yaitu

pola makan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah, susu,

makanan jajanan dan soft drink. Dapat dilihat dari frekuensi pola makan

sebagian besar sering yaitu pola makan makanan pokok, lauk hewani, lauk

nabati, buah, makanan jajanan, dan soft drink. Perlu diketaui makanan pokok,

lauk hewani, makanan jajanan dan soft drink merupakan makanan yang

mengandung tinggi energi, lemak, karbohidrat.


52

Hal ini sejalan dengan penelitian menurut Evan dkk (2017), yang

menjelaskan bahwa Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya

kelebihan asupan energi (energi intake) dibandingkan dengan yang diperlukan

(energi expenditure) oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energi tersebut

disimpan dalam bentuk lemak. Makanan merupakan sumber dari asupan

energi. Di dalam makanan yang akan diubah menjadi energi adalah zat gizi

penghasil energi yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Apabila asupan

karbohidrat, protein, dan lemak berlebih, makan karbohidrat akan disimpan

sebagai glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan

dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan

disimpan sebagai lemak. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak yang

tidak terbatas.

Menurut Suryaputra (2012), frekuensi jenis pangan yang dijadikan dasar

adalah jenis makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi remaja setiap

hari. Frekuensi makan kelompok remaja obesitas lebih sering bila

dibandingkan dengan kelompok non obesitas. Remaja pada kelompok obesitas

terbiasa makan berulang kali sehingga dapat dikatakan total kalori harian

remaja pada kelompok obesitas lebih besar daripada kebutuhan kalori

hariannya.

Lauk nabati merupakan sumber protein yang kandungan lemaknya lebih

rendah, namun kandungan seratnya tinggi. Protein pada lauk hewani

mengandung asam amino yang lebih lengkap, namun memiliki kandungan

kolesterol dan lemak jenuh yang lebih tinggi. Konsumsi protein hewani
53

meskipun dibutuhkan oleh tubuh namun konsumsinya harus dibatasi.

Konsumsi protein hewani yang berlebihan dapat memicu timbulnya berbagai

penyakit dan kelebihan berat badan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara asupan protein hewani dan nabati dengan

kejadian obesitas (Triandhini dkk, 2018).

Hasil penelitian Triandini dkk (2018) juga menyatakan ada perbedaan

bermakna pada kebiasaan mengonsumsi serat (sayur dan buah) antara anak

obesitas dan non obesitas. Anak obesitas mengonsumsi lebih sedikit makanan

yang mengandung serat dibandingkan anak non-obesitas. Penelitian di Inggris

mengungkapkan bahwa kurangnya konsumsi serat makanan berhubungan

dengan kegemukan yang lebih tinggi pada anak-anak.

Lingkungan rumah dan sekolah merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi asupan makan anak yang diperoleh dari konsumsi makanan

jajanan di sekolah maupun di rumah. Konsumsi makanan jajanan yang

berlebihan juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan apabila pilihan

jajanan berupa makanan yang tinggi kalori, lemak, gula dan rendah zat gizi

(Sineke, 2019).

Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan resiko

terjadinya masalah nutrisi. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja

antara lain makanan camilan (makanan padat kalori), melewatkan waktu

makan terutama sarapan pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast

food, jarang mengkonsumsi sayur, dan buah ataupun produk pertenakan (dairy

food) serta pengontrolan berat badan yang salah pada remaja. Hal tersebut
54

dapat mengakibatkan asupan makanan tidak sesuai kebutuhan dan gizi

seimbang dengan akibatnya gizi kurang atau gizi lebih (Rikandi, 2020).

Kondisi Pandemi ini menyebabkan berbagai perubahan utamanya

terhadap gaya hidup masyarakat Indonesia, tidak terkecuali perubahan pada

pola makan. Perubahan gaya hidup yang terjadi, termasuk perubahan pada pola

makan ini disebabkan adanya kebijakan untuk tetap berada di rumah dan

membatasi kegiatan di luar rumah (Noviasty dkk, 2020).

Menurut penelitian yang dilakukan Rikandi Meta dkk (2020), semenjak

adanya wabah Covid-19 mahasiswa melakukan kuliah secara online yang

membuat mahasiswa tidak dapat mengontrol dirinya dirumah, banyak tidur

serta kurangya aktivitas fisik. Pola makan mahasiswa juga tidak teratur dan

biasanya tidak sarapan pagi, banyak yang mengkonsumsi makanan yang

melebihi pola makan sebelumnya, kurang mengkonsumsi serat dan lebih

banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak, pola makan yang tidak sesuai

akan menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya kekurangan.

4.3.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Remaja pada

Masa Pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa remaja non obesitas

sebagian besar memiliki aktivitas ringan dibanding dengan remaja yang

mengalami obesitas. Namun, terdapat 92,3% remaja yang mengalami obesitas

memiliki aktivitas fisik ringan, sedangkan remaja non obesitas sebesar 62,6%

memiliki aktivitas fisik sedang.


55

Hasil penelitian hubungan pola makan dengan kejadian obesitas remaja

pada analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square membuktikan bahwa

terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada

masa pandemi covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vina

Miristia (2018), menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik

dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP Dharma Pancasila (p = 0,000 <

0,05). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian menurut Ferinawati

dkk (2018), yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara aktivitas fisik

terhadap kejadian obesitas. Aktivitas fisik yang ringan 6 kali lebih berisiko

mengalami obesitas dibanding dengan remaja yang melakukan aktivitas fisik

berat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widyantari dkk (2018), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

aktivitas fisik dengan ke-jadian obesitas. Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa anak dengan aktivitas fisik yang baik memiliki risiko 0,012 lebih kecil

untuk terkena obesitas dibandingkan dengan anak yang aktivitas fisiknya

kurang.

Obesitas pada remaja terjadi karena interaksi antara makan yang banyak

dengan sedikit aktivitas. Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya proses

pembakaran energi sehingga apabila remaja melakukan aktivitas yang banyak

maka semakin banyak energi yang dipakai (Suryaputra, 2012). Aktivitas fisik

dapat membakar lemak dan kalori sesuai dengan jenis aktivitas fisik tersebut.
56

Apabila seseorang tersebut berkategori inaktif maka kandungan lemak dan

kalori di dalam tubuh akan semakin menumpuk tanpa ada proses pembakaran.

Sebaliknya, obesitas juga dapat mempengaruhi aktivitas fisik. Massa tubuh

yang tinggi dapat memicu orang untuk cenderung malas untuk melakukan

kegiatan dan lebih memilih tidur, duduk, atau istirahat dan makan (Candra,

2016).

Pada situasi dunia saat ini, tengah dikejutkan dengan wabah suatu

penyakit yang disebabkan oleh virus corona atau dikenal dengan covid-19.

Upaya yang dilakukan pemerintah di Indonesia yaitu social distancing atau

menjaga jarak sosial di masyarakat, menjauhi kerumunan, dan menghindari

perkumpulan banyak orang. Selama pandemi covid-19 sebagian orang hanya

menghabiskan waktu di rumah seperti bekerja dan belajar secara virtual, hal

inipun membuat sulit untuk berolahraga karena beberapa alasan (Makalew,

2021).

Status gizi pada remaja sangat penting untuk diperhatikan. Selama pandemi

Covid-19, aktivitas fisik pada remaja cenderung berkurang. Penelitian dilakukan

pada remaja di Kota Medan menunjukkan bahwa aktivititas fisik yang tidak

dilakukan remaja di Kota Medan selama pandemi sebesar 59,6% dan jumlah

persentase status gizi gemuk dan obese pada remaja sebesar 23%. Aktivitas fisik

yang dilakukan remaja pada saat pandemi Covid-19 berbeda dengan sebelum

pandemi. Extrakurikuler sekolah ataupun di kampus seperti olahraga renang, tari,

pramuka, paskibra dan lainnya tidak dilakukan oleh remaja dikarenakan masa
57

pandemi, sehingga aktivitas yang dilakukan juga berkurang dari sebelumnya

(Rukmana et al., 2020).

Aktivitas fisik yang dilakukan remaja di SMP N 20 Kota Bengkulu pada

masa pandemi Covid-19, terdapat sebagian besar remaja yang mengalami

obesitas melakukan aktivitas ringan yaitu sebanyak 12 (92,3%) orang. Dapat

diketahui obesitas juga merupakan salah satu penyakit yang teridentifikasi

komorbid yang dapat memperparah apabila terpapar covid-19. Oleh karena itu,

sangat penting dilakukannya aktivitas fisik untuk mencegah terjadi

peningkatan berat badan serta untuk menjaga imunitas tubuh. Meskipun

terbatasnya dalam melakukan aktivitas fisik di luar rumah, dengan

melakukannya di dalam rumah atau dipekarangan rumah juga dapat dilakukan

seperti senam pagi, yoga, dan aktivitas pekerjaan di rumah seperti halnya

menyapu, mengepel dan lainnya itu juga termasuk aktivitas fisik.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Hubungan Pola Makan Dan

Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Remaja pada Masa Pandemi Covid-19 di

SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021 maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Kejadian Obesitas Remaja di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021 dari 96

siswa terdapat siswa yang mengalami obesitas sebanyak 13 (13,5%) siswa

dan sebanyak 83 (86,5%) siswa yang termasuk non obesitas.

2. Pola makan siswa di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021 lebih dominan

jarang yaitu sebanyak 50 (52,1%) siswa.

3. Aktivitas fisik siswa di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021 terdapat 43

(44,8%) siswa dengan kategori aktivitas fisik ringan dan 53 (55,2%) siswa.

4. Ada hubungan pola makan dengan kejadian obesitas remaja pada masa

pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021

5. Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa

pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021

58
59

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan peneliti ingin memberikan

saran kepada pihak yang terkait antara lain :

1. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat dijadikan sebagai

bahan referensi studi penelitian lebih lanjut sehingga dapat menemukan

gagasan terbaru dalam membahas penelitian masalah kesehatan dengan

kaitan pada masa pandemi Covid-19.

2. Diharapkan bagi akademik dapat memberikan masukan dan

pengetahuan bagi mahasiswa yang memberikan pelayanan dan edukasi

kepada masyarakat secara langsung khususnya mengenai status gizi

yang baik untuk anak sekolah.

3. Diharapkan bagi sekolah agar dapat memberikan edukasi kepada siswa

mengenai pola makan seimbang dan pentingnya aktivitas fisik untuk

siswa serta dapat mengadakan senam rutin setiap 1-2 kali dalam

seminggu ataupun aktivitas lainnya yang dapat meningkatkan aktivitas

fisik siswa menjadi lebih aktif.


DAFTAR PUSTAKA

Afriyeni, Dian. (2018). Gambaran Pengetahuan, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik
Siswa Yang Mengalami Kegemukan Di Sma Negeri 1 Bukittinggi Tahun
2018. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Skripsi

Aini, S. N. (2013). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi Lebih
Pada Remaja Di Perkotaan. Unnes Journal of Public Health, 2(1).

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arciniega, A Banìtez. (2011). Concurrent and construct validity of Mediterranean


diet scores as assessed by an FFQ. Public Health Nutr. 14(11)
Ardella, K. B. (2020). Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Pola Makan Tingkat
Aktivitas Fisik Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Medika Hutama, 02(01)

Booth, Michael L. et al. (2002). The Reability and Validity of the Adolescent
Physical Activity Recall Questionnaire. Meducube & Science in Sport &
Exercise. 34(12).

Chen, P., Mao, L., Nassis, G. P., Harmer, P., Ainsworth, B. E., & Li, F. (2020).
Coronavirus disease (COVID-19): The need to maintain regular physical
activity while taking precautions. Journal of Sport and Health Science, 9(2)

Dewi, A., & Mahmudiono, T. (2013). Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik,
Sikap, dan Pengetahuan Tentang Obesitas dengan Status Gizi Pegawai
Negeri Sipil di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Jurnal Media
Gizi Indonesia, 9(1)

Dewita, Ebni. (2021). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas pada
Remaja Di SMA Negeri 2 Tambang. Jurnal Kesehatan Tambusai. 2(1)

Emelia, Retno Dkk. (2016). Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Obesitas
Pada Siswa Di Sma Negeri 1 Kota Bitung. Akultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado

Ermona, N. D. N., & Wirjatmadi, B. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dan


Asupan Gizi Dengan Status Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di
Sdn Ketabang 1 Kota Surabaya Tahun 2017. Amerta Nutrition, 2(1), 97.

Ester, A. L. (2020). Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian

60
Obesitas pada Remaja di SMA Kota Bandung. Bandung: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bandung.

Evan, dkk. (2017). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada
Mahasiswa Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Nursing News, 2 (3)

Fairudz, A. (2015). Pengaruh Serat Pangan Terhadap Kadar Kolesterol Penderita


Overweight. Jurnal Majority, 4(8)

Fajar, S. A. (2018). MET (Metabolic Equivalent). DPP ISNA. Retrieved from


https://isna-persagi.id/2018/10/17/met-metabolic-equivalent/

Ferinawati, dkk. (2018). Pengaruh Kebiasaan Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap
Kejadian Obesitas pada Remaja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen. Journal of Healthcare
Technology and Medicine. 4(2)

Gimon, N. et al. (2020). Gambaran Stres Dan Body Image Pada Mahasiswa
Semester VI Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas SAM Ratulangi
Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal KESMAS, Vol. 9(No. 6)

Harahap, VY. (2012). Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi
pada Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh

Hardinsyah dan Supariasa, I. (2017). Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Heryuditasari, K. (2018). Hubungan Pola Makan dengan kejadian obesitas (Studi


Di SMK Bakti Indonesia Medika Jombang ). Skripsi Stikes Insan Cendekia
Medika.

Huriyati E, Hadi H, Julia M. (2004). Aktivitas fisik pada remaja SLTP 24. Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta hubungannya dengan kejadian
obesitas. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 1(2)

Indriati, M. (2020). Perilaku Makan Dan Status Gizi Anak Usia Sekolah Dasar Di
Sd Cikancung 04 Desa Mandalasari. XIV

Kemenkes RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Pedoman Gizi Seimbang

Kemenkes RI. (2020). Panduan Gizi Seimbang pada Masa Pandemi Covid-19.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). FactSheet Obesitas Kit Informasi Obesitas.


Jurnal Kesehatan

61
Larson, N., Eisenberg, M. E., Berge, J. M., Arcan, C., & Neumark-Sztainer, D.
(2015). Ethnic/racial disparities in adolescents’ home food environments and
linkages to dietary intake and weight status. Eating Behaviors, 16

Liando, Lestari E., et al. (2021). Gambaran Aktivitas Fisik Mahasiswa Semester
IvVFakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat Saat Pembatasan Sosial Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal KESMAS, 10(1)

Makelaw, Megawati dkk. (2021). Gambaran Aktivitas Fisik Mahasiswa Semester


VI Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat Saat Pembatasan Sosial Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal KESMAS, 10(1)

Margawati, A., & Iriantika, K. A. (2017). Studi Kualitatif Pengaruh Pemberian


Konseling Gizi Terhadap Perubahan Sikap Dan Pemilihan Makan Pada
Remaja Putri Overwight. Journal of Nutrition College, 6

Mastuti, N. (2018). Pengaruh Pemberian Pisang Ambon Kuning ( Musa


Paradisiaca Sapientum L .) Terhadap Berat Badan Dan Status Gizi Remaja
Gizi Lebih Program Studi S1 Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( Stikes )
Pku Muhammadiyah Surakarta.

Miristia, Vina. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas


padaRemaja di SMP Dharma Pancasila Medan. Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Skripsi

Mokolensang, O. G., Manampiring, A. E., & . F. (2016). Hubungan Pola Makan


Dan Obesitas Pada Remaja Di Kota Bitung. Jurnal E-Biomedik, 4(1).

Nisa, Nushrotun. (2019). Gambaran Pola Makan Pada Remaja Kelas Vii Dan Viii
Di Smp N 1 Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Program studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi
Waluyo Ungaran. Skripsi

Nisak, A.J., Mahmudiono, T. (2017). Pola Konsumsi Makanan Jajanan Di


Sekolah Dapat Meningkatkan Resiko Overweight/Obesitas Pada Anak (Studi
di SD Negeri Ploso I-172 Kecamatan Tambaksari Surabaya Tahun 2017).
Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(3)

Noviasty, Reni, dkk. (2020). Perubahan Kebiasaan Makan Mahasiswa Peminatan


Gizi Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Mulawarman, 2 (2)

Nuraini, A., & Murbawani, E. A. (2019). Hubungan Antara Ketebalan Lemak

62
Abdominal Dan Kadar Serum High Sensitivity C-Reactive Protein (Hs-Crp)
Pada Remaja. Journal of Nutrition College, 8(2), 81.

Intan, Nur Ratna. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas


Berdasarkan Persen Lemak Tubuh pada Remaja di SMA Islam Terpadu
Nurul Fikri Depok Tahun 2008. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Putra, W. N. (2017). Hubungan pola makan, aktivitas fisik, dan aktivitas sedentari
dengan overweight di SMA Negeri 5 Surabaya. Jurnal FKM, 5(3)

Kemenkes RI. (2020). Permenkes RI Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar


Antropometri Anak.

Rahma, N. R & Wirjatmadi, B. (2020). Hubungan antara Aktivitas Fisik dan


Aktivitas Sedentari dengan Status Gizi Lebih pada Anak Sekolah Dasar.
Jurnal Amerta Nutrition. 4(1).

Rikandi, Meta dkk. (2020). Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Lebih
dalam Wabah Covid-19 Pada Mahasiswa Akper `Aisyiyah Padang. Jurnal
Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 3(1)

Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal


of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8)

Sargowo D, dkk. (2011). Pengaruh komposisi asupan makanan terhadap


komponen sindrom metabolik. Jurnal Kardiologi Indonesia, 32(1)

Sari, A. M., Ernalia, Y., & Bebasari, E. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Obesitas Pada Siswa Smpn Di Pekanbaru. Jom Fk, 4(1)

Sineke, J., Kawulusan, M., Purba, R. B., & Dolang, A. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Gizi Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa
Smk Negeri 1 Biaro. Jurnal GIZIDO, 11(01)

Sirajuddin, dkk. (2018). Bahan Ajar Gizi : Survey Konsumsi Pangan. PPSDMK

Soetjiningsih, R. (2014). Tumbuh Kembang Anak (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Sofiatun, T. (2017). Gambaran Status Gizi, Asupan Zat Gizi Makro, Aktivitas
Fisik, Pengetahuan dan Praktik Gizi Seimbang pada Remaja di Pulau
Barrang Lompo Makassar. Skripsi Prodi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin Makkasar.

63
Sudargo, T. et al. (2014). Pola Makan dan Obesitas. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Sugiyanto, Nida Alhusna. (2017). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Lemak dan


Aktivitas Fisik terhadap Status Gizi pada Pegawai di Kantor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri
Yogyakarta. Skripsi Prodi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Suryaputra, Kartika dkk. (2012). Perbedaan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik
Antara Remaja Obesitas Dengan Non Obesitas. Makara, Kesehatan, 16(1)

Suryani, I. et al. (2018). Bahan Ajar : Dietetik Penyakit Tidak Menular. BPPSDM
Kesehatan.

Suto, P. K. (2017). Hubungan Kejadian Obesitas dengan Kualitas Hidup pada


Anak Sekolah di SDN 30 Kubu Dalam Kota Padang Tahun 2017. Skripsi.

Syam, Y. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Anak
Usia Sekolah di SD Negeri Mangkura 1 Makassar. Skripsi.

Triandhini, dkk. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Lebih Dalam
Wabah Covid-19 Pada Mahasiswa Akper `Aisyiyah Padang. Jurnal Gizi
Indonesia, 6(2)

Tobelo, Christina Dora., et al. (2021). Gambaran Pola Makan Pada Mahasiswa
Semester Vi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Selama
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal KESMAS, 10(2)

Utami, Alisha Milenia. (2020). Perilaku Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran


di Palembang Selama Pandemi Covid-19. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Palembang.

WHO. (2017). Malnutrition. Retrieved from


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/malnutrition/en/

Widajanti, L. (2014). Survei Konsumsi Gizi (2nd ed.). Semarang: BP UNDIP


Semarang.

Zachary, Z., Brianna, F., Brianna, L., Garrett, P., Jade, W., Alyssa, D., & Mikayla,
K. (2020). Self-quarantine and weight gain related risk factors during the
COVID-19 pandemic. Obesity Research and Clinical Practice, 14(3)

64
Zuhdy, Nabila dkk. Aktivitas Fisik, Pola Makan dan Status Gizi Pelajar Putri
SMA di Denpasar Utara. Public and Preventive Medicine Archive, 3(1)

65
L

66
67
68
OUTPUT SPSS

1. Gambaran Pola Makan di SMP N 20 Kota Bengkulu


a. Pola Makan Berdasarkan Frekuensi Makan

Statistics
Pola Makan

N Valid 96

Missing 0
Mean 431.18
Median 441.50
Minimum 257
Maximum 637
Sum 41393

Gambaran Pola Makan Berdasarkan Frekuensi Makan


Pola Makan Kat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sering 46 47.9 47.9 47.9

jarang 50 52.1 52.1 100.0

Total 96 100.0 100.0

b. Gambaran Pola Makan Berdasarkan Frekuensi Makan Per Jenis


Makanan
Statistics

PM
PM Makanan PM Lauk PM Lauk PM Makanan PM Soft
pokok hewani nabati Sayuran PM Buah PM Susu Jajanan Drink

N Valid 96 96 96 96 96 96 96 96

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 95.73 95.73 60.88 66.26 33.19 19.51 61.90 4.57
Median 94.50 94.50 60.00 53.00 38.00 15.00 48.50 1.00
Minimum 54 54 2 27 5 0 5 0
Maximum 155 155 140 117 90 70 126 36
Sum 9190 9190 5844 6361 3186 1873 5942 439

69
Makanan Pokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sering 48 50.0 50.0 50.0

jarang 48 50.0 50.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Lauk Hewani

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sering 41 42.7 42.7 42.7


jarang 55 57.3 57.3 100.0

Total 96 100.0 100.0

Lauk Nabati

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sering 49 51.0 51.0 51.0

jarang 47 49.0 49.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Sayuran

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sering 49 51.0 51.0 51.0

jarang 47 49.0 49.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Buah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sering 48 50.0 50.0 50.0

jarang 48 50.0 50.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

70
Susu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sering 51 53.1 53.1 53.1

jarang 44 45.8 45.8 99.0

12 1 1.0 1.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Makanan Jajanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 48 50.0 50.0 50.0

jarang 48 50.0 50.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Soft Drink

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sering 62 64.6 64.6 64.6

jarang 34 35.4 35.4 100.0

Total 96 100.0 100.0

2. Gambaran Aktivitas Fisik di SMP N 20 Kota Bengkulu

Aktivitas Fisik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 43 44.8 44.8 44.8

sedang 53 55.2 55.2 100.0

Total 96 100.0 100.0

71
3. Gambaran Kejadian Obesitas di SMP N 20 Kota Bengkulu

Kejadian Obesitas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid obesitas 13 13.5 13.5 13.5

non obesitas 83 86.5 86.5 100.0

Total 96 100.0 100.0

4. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas Remaja pada Masa


Pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pola Makan Kat * Kejadian


96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%
Obesitas

Pola Makan Kat * Kejadian Obesitas Crosstabulation

Kejadian Obesitas

obesitas non obesitas Total


Pola Makan Kat sering Count 11 35 46

Expected Count 6.2 39.8 46.0

jarang Count 2 48 50

Expected Count 6.8 43.2 50.0


Total Count 13 83 96

Expected Count 13.0 83.0 96.0

72
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.114 1 .004
b
Continuity Correction 6.503 1 .011
Likelihood Ratio 8.737 1 .003
Fisher's Exact Test .006 .005
Linear-by-Linear Association 8.030 1 .005
N of Valid Cases 96

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.23.
b. Computed only for a 2x2 table

5. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Remaja pada Masa


Pandemi Covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas Fisik * Kejadian


96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%
Obesitas

Aktivitas Fisik * Kejadian Obesitas Crosstabulation

Kejadian Obesitas

obesitas non obesitas Total

Aktivitas Fisik kurang Count 12 31 43

Expected Count 5.8 37.2 43.0

sedang Count 1 52 53

Expected Count 7.2 45.8 53.0


Total Count 13 83 96

Expected Count 13.0 83.0 96.0

73
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 13.728 1 .000
b
Continuity Correction 11.596 1 .001
Likelihood Ratio 15.299 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.585 1 .000
N of Valid Cases 96

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.82.
b. Computed only for a 2x2 table

74
75
76
77
78
79
80
Formulir Kuesioner Frekuensi Pangan
(Food Frequency Questinnaire)
Nama :
No. Responden :
Berilah tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan kebiasaan kamu
dalam mengonsumsi makanan (dalam 1 bulan terakhir)

No. Bahan Makanan >1× 4-6× / 3×/ <3 × / 1-3 × Tidak


/ minggu minggu minggu / pernah
hari bulan
50 25 15 10 1 0
1. Makanan Pokok
Beras/nasi
Mie
Kentang
Singkong/ubi
Roti tawar
Jagung
Bihun
Lainnya, sebutkan
.............................
2. Lauk Hewani dan olahannya
Ikan segar
Ikan asin
Udang
Daging sapi
Daging kambing
Daging ayam
Telur ayam
Nugget
Sosis
Lainnya, sebutkan
.............................
4. Lauk Nabati
Kacang hijau
Kacang tanah
Tahu
Tempe
Lainnya, sebutkan
.............................
5. Sayur-sayuran
Bayam
Kangkung

81
No. Bahan Makanan >1× 4-6× / 3×/ <3 × / 1-3 × Tidak
/ minggu minggu minggu / pernah
hari bulan
50 25 15 10 1 0
Daun singkong
Sawi hijau
Kol
Kembang kol
Brokoli
Timun
Kacang panjang
Buncis
Lainnya, sebutkan
.............................
6. Buah-buahan
Jeruk
Pepaya
Apel
Pisang
Mangga
Lainnya, sebutkan
.............................
7. Susu dan hasil olahannya
Yoghurt
Susu bubuk
Susu UHT
Lainnya, sebutkan
.............................
8. Makanan jajanan
Hamburger
Pizza
Martabak
Donat
Bakso
Siomay
Batagor
Pempek
Gorengan
Kue
Puding/agar-agar
Coklat
Lainnya, sebutkan
.............................
9. Soft Drink
Coca-

82
No. Bahan Makanan >1× 4-6× / 3×/ <3 × / 1-3 × Tidak
/ minggu minggu minggu / pernah
hari bulan
50 25 15 10 1 0
cola/fanta/sprite
Minuman boba
Thai tea
Lainnya, sebutkan
.............................
Sumber : Nur Ratna, 2008

83
Formulir Kuesioner Aktivitas Fisik Remaja
(Adolescent Physical Activity Recall Questionnaire / APARQ)
Isilah formluir di bawah ini dengan menyesuaikan olahraga atau kegiatan yang
biasanya anda lakukan, berapa kali dalam sekali biasanya anda melakukannya,
dan jumlah waktu yang biasa anda habiskan untuk melakukannya.

No. Olahraga Frekuensi Durasi (jumlah Total


(Jumlah kali per waktu yang
minggu yang dihabiskan
anda setiap kali
melakukannya anda
melakukannya)
1 Jogging
2 Renang
3 Badminton
4 Basket
5 Bersepeda
6 Jalan cepat
7 Voli
8 Sepak bola
9 Lompat tali / skipping
10 Aerobik
11 Futsal
12 Silat
13 Maraton
14 Baseball
15 Sepatu roda
16 Yoga
17 Taekwondo
18 Jalan santai
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

84
Aktivitas Fisik Lainnya
Ini merupakan aktivitas lainnya di luar kegiatan yang sudah anda lakukan misalnya
ekstrakurikuler dan les tambahan.

No. Kegiatan Frekuensi (Jumlah Durasi (jumlah Total


kali per minggu waktu yang
yang anda dihabiskan
melakukannya setiap kali anda
melakukannya)

1. Pembelajaran sore

2. Pramuka

3. Les

4. Paskibra

5. Lainnya

..................

..................

Aktivitas Domestik
Ini merupakan aktivitas fisik domestik yang anda lakukan di rumah.

No. Kegiatan Frekuensi Durasi (jumlah Total


(Jumlah kali waktu yang
per minggu dihabiskan
yang anda setiap kali anda
melakukannya melakukannya)

1. Menyapu

2. Mengepel

3. Mencuci baju

4. Memasak

5. Mencuci piring

85
No. Kegiatan Frekuensi Durasi (jumlah Total
(Jumlah kali waktu yang
per minggu dihabiskan
yang anda setiap kali anda
melakukannya melakukannya)

6. Menyetrika

7. Duduk, belajar,
membaca, menulis

8. Beribadah

9. Duduk menonton
televisi

10. Duduk bermain


gadget

11. Aktivitas rumah


tangga lainnya

..................

12.

13.

14.

15.
(Sumber : ML Booth, 2002)

86
Tabel METS

No. Aktivitas Fisik METs/hours METs/min


1. Jogging 7 0,12
2. Renang 6 0,10
3. Badminton 4,5 0,08
4. Basket 6 0,10
5. Bersepeda 8 0,13
6. Jalan cepat 5 0,08
7. Voli 4 0,07
8. Sepak bola 8 0,13
9. Lompat tali / skipping 8 0,13
10. Aerobic 6,5 0,13
11. Futsal 8 0,13
12. Silat 10 0,17
13. Marathon 7 0,12
14. Baseball 2,5 0,04
15. Sepatu roda 12 0,12
16. Yoga 5 0,08
17. Taekwondo 10 0,17
18. Jalan santai 3 0,05
19. Pramuka 6,5 0,11
20. Paskibra 6,5 0,11
21. Karate 10 0,17
22. Tari 4,5 0,08
23. Menyapu 3,3 0,06
24. Mengepel 3,5 0,06
25. Mencuci baju 2,5 0,03
26. Memasak 2,3 0,04
27. Mencuci piring 2,3 0,4
28. Menyetrika 2,3 0,04
29. Belajar, membaca, menulis, 1,8 0,03
mengetik
30. Beribadah, berdo’a 2 0,03
31. Duduk menonton televisi 1 0,02
32. Duduk bermain gadget 1 0,02
Sumber : Indonesia Sport Nutritionist Association (ISNA)

87
88
89
90
91
92
93
94
95
96

Anda mungkin juga menyukai