ASHIFA MUTIA (Gizi)
ASHIFA MUTIA (Gizi)
ASHIFA MUTIA (Gizi)
Oleh :
ASHIFA MUTIA
P0 5130217 004
OLEH :
ASHIFA MUTIA
P0 5130217 004
i
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
ASHIFA MUTIA
NIM: P05130217004
Mengetahui
Dosen Pembimbing Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
KEJADIAN OBESITAS REMAJA PADA MASA PANDEMI COVID-19
DI SMP N 20 KOTA BENGKULU TAHUN 2021
Tim Penguji,
Ketua Dewan Penguji Penguji I
Mengesahkan
Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
iii
Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes
Bengkulu Skripsi, 2021
Ashifa Mutia
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
KEJADIAN OBESITAS REMAJA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI
SMPN 20 KOTA BENGKULU TAHUN 2021
xiii + 57 halaman, 8 tabel, 5 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang : Berbagai sebab remaja rentan mengalami masalah gizi, yaitu
pertama remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan
pertumbuhan fisik. Kedua, adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan
yang menuntut penyesuaian asupan zat gizi. Ketiga, remaja mempunyai kebutuhan
zat gizi khusus contohnya remaja yang melakukan aktifitas fisik yang tinggi.
Obesitas merupakan keadaan patologis , dimana terjadi penimbunan lemak tubuh
berlebihan atau abnormal dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal.
Obesitas menjadi masalah kesehatan di dunia yang dinyatakan oleh World Health
Organization (WHO) sebagai masalah epidemi global sehingga memerlukan
penanganan segera. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi
covid-19 di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021.
Metode : Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan desain cross
sectional. Sampel yang diambil sebanyak 96 orang di SMP N 20 Kota Bengkulu
secara simple random sampling, yang terdiri atas13 orang obesitas dan 83 orang
yang non obesitas. Instrumen penelitian adalah kuesioner FFQ dan kuesioner
APARQ. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dengan tingkat signifikan
α = 0,05.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan pola makan sering dimana p=0,011, dan
aktivitas fisik kurang dimana p= 0,001.
Kesimpulan : Ada hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas remaja pada masa pandemi covid-19.
Kata kunci : Pola makan, aktivitas fisik, obesitas, remaja
54 Daftar Pustaka, 2001-2021
iv
Applied Nutrition and Dietetics Undergraduae Program of Poltekkes Ministry of
Health Bengkulu Thesis, 2021
Ashifa Mutia
RELATIONSHIP BETWEEN DIET AND PHYSICAL ACTIVITY WITH
ADOLESCENT OBESITY EVENTS IN THE COVID-19 PANDEMIC AT
SMPN 20 BENGKULU CITY IN 2021
xiii + 57 pages, 9 table, 5 attachments
ABSTRACT
v
DAFTAR RIWAYAT PENELITI
NIM : P05130217004
Agama : Islam
Ibu : Yunidar
Email : [email protected]
No. Hp : 0823-7628-8406
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan untuk Allah SWT yang maha sempurna, dengan
Skripsi dengan judul “Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian
Obesitas Remaja pada Masa Pandemi di SMP 20 N Kota Bengkulu Tahun 2021”
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Gizi di Poltekkes
dalam penyusunan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
Kemenkes Bengkulu.
ini.
ini.
vii
6. Ahmad Rizal, SKM., MM sebagai Penguji I yang telah berkenan
ini.
10. Sahabatku Girls dan ukhti yang selalu memberikan semangat, dukungan
11. Teman-teman pejuang Str. Gizi 2021 yang telah menemani di kala suka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
ix
2.2 Obesitas ................................................................................................... 11
x
3.10 Analisis Data ......................................................................................... 36
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
dimulai dari periode usia 10-18 tahun yang rentan gizi. Berbagai sebab remaja
rentan mengalami masalah gizi, yaitu pertama remaja memerlukan zat gizi yang
lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik. Kedua, adanya perubahan gaya
hidup dan kebiasaan makan yang menuntut penyesuaian asupan zat gizi. Ketiga,
remaja mempunyai kebutuhan zat gizi khusus contohnya remaja yang melakukan
asupan energi dengan pengeluaran energi seperti melakukan aktifitas fisik agar
(Aini, 2013).
Permasalahan gizi yang dapat terjadi pada masa remaja yaitu kurang energi
(gizi kurang), anemia gizi (kekurangan zat besi), kegemukan (Obesitas) dan kurang
penimbunan lemak tubuh yang berlebihan atau abnormal dari yang diperlukan
untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2014). Obesitas menjadi masalah
1
2
dunia bertambah cukup pesat menjadi lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1980.
Prevalensi remaja pada tahun 1990 dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >2 SD
(sama dengan persentil ke-95) meningkat dari 4,2% menjadi 6,7% pada tahun 2010
dan diperkirakan akan meningkat lagi menjadi 9,1% pada tahun 2020 (Nuraini &
Murbawani, 2019). Berdasarkan indikator RPJMN 2015-2019, pada anak usia 5-12
tahun, sebanyak 18,8% kelebihan berat badan dan 10,8% mengalami obesitas
gizi (IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
terendah di Bengkulu Utara (5,24%). Prevalensi Obesitas pada remaja umur 13-15
Rahmad Kota Bengkulu yaitu mencapai 6,91%. Menurut data status gizi anak
sekolah tingkat SMP/MTS tahun 2019 di wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmad,
SMP N 20 Kota Bengkulu yang termasuk salah satu sekolah yang prevalensi
mengenai pola makan pada 4 siswa yang obesitas, didapatkan frekuensi konsumsi
makanan yang sering dikonsumsi makanan pokok (nasi; mie; kentang; jagung; dan
bihun), lauk hewani (ayam; ikan; dan telur ayam), lauk nabati (tahu dan tempe),
sayuran (bayam dan kangkung), buah (pepaya), susu UHT dan jajanan (gorengan;
bakso; dan kue). Dapat disimpulkan bahwa frekuensi makan siswa mengonsumsi
dalam frekuensi sering makanan tinggi sumber karbohidrat, tinggi lemak, tinggi
gula serta sedikit jenis makanan tinggi serat yang dikonsumsi. Selain pola makan,
dilakukan pula survei penelitian mengenai aktivitas fisik pada 4 siswa yang
kurang.
Amerika Serikat terdapat 54% remaja yang mengkonsumsi tiga kali makanan
utama (sarapan, makan siang dan makan malam). Sebanyak 75% remaja
mengkonsumsi ≥ 2 makanan dan minuman ringan setiap hari. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi penambahan seperempat dari total asupan energi harian. Selain itu,
saat ini kebanyakan remaja dan lebih tertarik makan di restoran cepat saji dibanding
makan di rumah.
setiap tahunnya. Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan remaja akan mengacu
layar gadget, membaca, duduk dan bersantai. Hidup dengan gaya hidup menetap ini
tidak selalu identik dengan kemalasan, karena seseorang bisa sangat sibuk dengan
4
perilaku kurang aktivitas fisik mempunyai resiko tinggi terjadinya obesitas (Putra,
2017).
Berskala Besar (PSBB) dan untuk remaja berlaku peraturan sekolah daring,
menunjukkan terjadinya perubahan pola makan dan aktivitas fisik saat anak lebih
makan, dan mengonsumsi makanan tidak sehat dibanding sebelum pandemi Covid-
19 (Utami, 2020).
respons melihat dan mencium makanan, sebagai respons terhadap stres, dan
responden sebagai respons saat bosan. Selain itu, responden menyatakan terjadi
dikonsumsi selama pandemi yaitu makanan berkalori tinggi (makanan manis dan
makanan selama masa pandemi Covid-19 mengarah pada peningkatan berat badan
sebanyak 5 – 10 kg.
5
aspek yang terganggu dalam kehidupan karena untuk mencegah supaya tidak
terjadinya penyebaran virus SARS-CoV-2. Hal ini terlihat mulai dari kelas online,
kerja dari rumah, beberapa tempat yang dibatasi untuk didatangi. Menurut Chen et
dapat mengganggu kegiatan rutin sehari-hari puluhan juta orang. Ada kemungkinan
seluler sehingga membuat pengeluaran energi yang kurang dan akibatnya adalah
Berdasarkan hasil survei tersebut, dilakukan pula survei penelitian mengenai pola
makan pada 4 siswa yang obesitas, didapatkan frekuensi konsumsi makanan yang
sering dikonsumsi makanan pokok (nasi; mie; kentang; jagung; dan bihun), lauk
hewani (ayam; ikan; dan telur ayam), lauk nabati (tahu dan tempe), sayuran (bayam
dan kangkung), buah (pepaya), susu UHT dan jajanan (gorengan; bakso; dan kue).
sering makanan tinggi sumber karbohidrat, tinggi lemak, tinggi gula serta sedikit
jenis makanan tinggi serat yang dikonsumsi. Selain pola makan, dilakukan pula
survei penelitian mengenai aktivitas fisik pada 4 siswa yang obesitas, didapatkan 4
kejadian obesitas remaja pada masa pandemi saat ini. Oleh karena itu, perlu sekali
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik
dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP N 20 Kota Bengkulu pada masa
pandemi Covid-19.
Apakah ada hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian
N 20 Kota Bengkulu.
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
7
Bengkulu.
serupa.
pada remaja.
Bengkulu.
mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
overweight dan status gizi lebih anak, sedangkan pada penelitian ini menggunakan
variabel dependen kejadian obesitas remaja. Selain itu, perbedaan penelitian ini
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Masa ini merupakan salah satu fase
transisi yang sangat penting dalam kehidupan. Hal ini ditunjukkan dengan
sosial ekonomi yang penuh menjadi lebih mandiri. Periode remaja dimulai sejak
Klasifikasi remaja dibagi menjadi tiga fase sesuai dengan usia yang dilalui.
Fase-fase remaja tersebut menurut (Mastuti, 2018) adalah remaja awal (early
adolenscence) yaitu remaja yang berada pada rentang usia 12 – 15 tahun, remaja
pertengahan (middle adolescence) yaitu remaja yang berada pada rentang usia 15 –
18 tahun, dan remaja akhir (late adolescence) yaitu remaja yang berada pada
2.2 Obesitas
Kata obesitas yang berasal dari bahasa latin mempunyai arti makan
berlebihan, tetapi saat ini obesitas atau gemuk didefinisikan sebagai suatu kelainan
atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara
11
12
berlebihan. Kategori dan ambang batas status gizi Indeks massa tubuh
menurut umur (IMT/U) pada anak umur 5-18 tahun dengan kategori normal yaitu -
3 SD s/d <-2 SD, kategori gemuk (overweight) yaitu >1 SD s/d 2 SD, dan obesitas
dan minuman yang mengandung kalori tinggi, kurang aktivitas fisik, dan terdapat
faktor genetik. Berat badan seseorang diatur melalui berbagai mekanisme fisiologis
namun faktor perilaku dan lingkungan lainnya berperan juga dalam terjadinya
satunya adalah pengukuran Body Mass Index (BMI) atau sering disebut Indeks
Massa Tubuh (IMT). Pengukuran IMT dilakukan dengan cara membagi nilai berat
badan (kg) dengan nilai kuadrat tinggi badan (m2). IMT merupakan metode yang
paling mudah dan paling banyak digunakan di seluruh dunia untuk menilai
timbunan lemak yang berlebihan dalam tubuh secara tidak langsung. Perhitungan
IMT pada orang dewasa, anak maupun remaja berbeda, dikarenakan kriteria IMT
pada anak dan remaja spesifik terhadap umur dan jenis kelamin. Hal tersebut
dipertimbangkan karena jumlah lemak tubuh yang berubah sesuai dengan umur dan
jumlah lemak tubuh yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Pada anak dan
remaja hasil perhitungan IMT juga dapat diinterpretasikan pada grafik IMT
a. Lingkungan
yang dapat menurunkan aktivitas fisik. Saat ini, anak-anak dan remaja lebih
Saat makan di luar mereka cenderung makan lebih banyak karena ukuran
c. Hereditas / Genetik
dua kali lipat dalam tiga dekade terakhir pada individu dengan riwayat
Adanya transisi demografi saat ini membawa perubahan life style dan pola
(western food) yang mengandung tinggi kalori, tinggi lemak, rendah serat.
energi tinggi atau padat kalori. Hasil penelitian pada beberapa dekade
e. Sosial-Ekonomi
Anak yang berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah berisiko lebih
yang mengandung tinggi energi, lemak dan gula. Tingkat pendidikan orang
informasi yang tepat tentang gizi dan pilihan makanan yang sehat. Hal ini
konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan : makanan pokok, sumber
protein, sayur, buah dan berdasarkan frekuensi : harian, mingguan, pernah, dan
tidak pernah sama sekali. Pola makan merupakan perilaku yang sangat penting
yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Dalam hal ini pemilihan makanan dan
waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi, kebiasaan, budaya dan
sosial ekonomi (Almatsier, 2009). Gizi optimal sangat penting bagi pertumbuhan
normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan seluruh kelompok umur. Gizi
yang tidak optimal akan berkaitan dengan kesehatan yang buruk, yaitu yang
2014).
16
(Heryuditasari, 2018) :
a. Peran Keluarga
b. Teman Sebaya
teman sebaya. Apa yang diterima oleh kelompok (berupa figur idola,
informasi yang baik dan benar kepada kelompok atau teman sebaya
c. Lingkungan
media cetak.
d. Kebiasaan Makan
keterbiasaan makan dalam jumlah tiga kali makan dengn frekuensi dan
e. Pendidikan
baru yang semakin lama semakin meluas. Keadaan ini sering dialami oleh
adanya hubungan kuat antara pola makan dengan kejadian obesitas pada
18
remaja. Hal ini terjadi karena sebagian besar remaja yang mengalami
frekuensi sering (>3× seminggu). Makanan tinggi energi, tinggi lemak, dan
karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi remaja adalah nasi, mie instan,
minuman bersoda, telur ayam, dan daging ayam. Hasil penelitan ini juga
makanan jajanan seperti cokelat, susu kental manis, bakso, gorengan, mie
instan, kue basah, biskuit dalam frekuensi sering berhubungan erat dengan
bahwa terdapat hubungan pola makan gorengan dalam frekuensi harian dan
(terutama nasi) dengan status gizi. Hal ini karena karbohidrat merupakan
salah satu penyumbang energi terbesar dalam tubuh dan nasi merupakan
jaringan otot dan juga dalam bentuk lemak yang akan disimpan dalam
atau sangat sering (≥6 kali seminggu) adalah telur ayam, ayam serta
dalam jumlah berlebihan. Selain itu, rasa makanan berlemak yang gurih
terhadap kesehatan karena bila kapasitas energi dan lemak tidak dibakar,
Terdapat 3 komponen aktivitas fisik, yaitu aktivitas yang dilakukan selama bekerja
merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari, aktivitas yang dilakukan pada saat
luang di luar pekerjaan dan aktivitas harian meliputi latihan fisik dan olahraga.
(Sofiatun, 2017).
kuat. Aktivitas fisik dengan jumlah lebih dari 60 menit sehari akan memberikan
manfaat kesehatan. Selain itu, ada baiknya juga melakukan kegiatan yang
Faktor risiko kedua setelah pola makan yaitu dari tingginya obesitas
ditemani camilan yang cukup banyak sehingga tanpa disadari terjadi asupan
hari yang melibatkan otot - otot skeletal dan pengeluaran energi dan
Aktivitas fisik meliputi semua gerakan tubuh dari gerakan kecil hingga
gerakan berat dan cepat seperti lari maraton. Aktivitas fisik yang teratur
fisik yang dilakukan secara teratur terus menerus sesuai umur dan
Siswa yang melakukan aktivitas ringan lebih beresiko 6,5 kali terkena
obesitas dari pada siswa yang melakukan aktivitas sedang (Sari et al, 2017).
asupan energi yang masuk hanya sedikit terpakai untuk beraktivitas dan
sebagaian besar tersimpan sebagai lemak tubuh, dengan kata lain kelompok
obesitas yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah sebanyak 32 anak
Adapun anak yang normal yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi
(18,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa, anak
yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi cenderung memiliki berat badan
yang normal. Sedangkan pada anak yang memiliki aktivitas fisik yang
fisik yang tinggi namun, mengalami obesitas. Begitupun dengan anak yang
memiliki aktivitas fisik yang rendah namun, berat badannya normal. Hal ini
pendidikan ayah dan ibu, pendapatan orang tua, frekuensi makan, snacking,
tentang pola konsumsi makanan. Metode ini sangat bergantung pada daya ingat,
baik yang ditanya / sampel individu maupun yang bertanya / pewawancara. Oleh
minggu, bulan dan tahun. Berdasarkan data yang diperoleh, maka dilakukan
analisis rata-rata tingkat frekuensi konsumsi bahan / makanan dalam satuan hari,
Ketika mencari rata-rata konsumsi makanan / bahan dalam sehari, kita harus
mencari data berapa kali jumlah konsumsi makanan tertentu dalam satu hari. Data
dalam seminggu kemudian dibagi 7 hari, sebulan dibagi 30 hari, dan setahun dibagi
360 hari untuk mendapatkan rata-rata konsumsi per hari. Kuesioner frekuensi
makanan berisi daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut
frekuensi konsumsi diberikan skor atau nilai. Kategori skor yang biasa digunakan
menurut Widajanti (2014) adalah : A (sering sekali dikonsumsi) = lebih dari 1 kali
sehari (tiap kali makan), skor = 50; B (sering dikonsumsi) = 1 kali sehari (4-6 kali
seminggu), skor = 25; C (biasa dikonsumsi) = tiga kali perminggu, skor = 15; D
perminggu), skor = 10; E (jarang dikonsumsi) = kurang dari satu kali perminggu,
et al. 2011). Total skor ditulis pada baris paling bawah (skor konsumsi pangan).
Interpretasi skor ini harus didasarkan pada nilai rerata skor konsumsi pangan pada
populasi. Jika nilai ini berada diatas median populasi maka skor konsumsi pangan
baik. Hal ini ditujukan untuk mengukur keragaman konsumsi pangan maka
a. Terlebih dahulu harus disiapkan daftar bahan makanan yang akan diukur
b. Responden diminta untuk memberi tanda pada dafta makanan yang tersedia
akhirnya.
2017) :
kebiasaan makan
Supariasa, 2017) :
sedentary. Anak menuliskan jenis, frekuensi dan durasi aktivitas yang biasa
menjadi dua yaitu aktif, kurang aktif dan inaktif. Anak dikatakan aktif apabila
berpartisipasi dalam aktivitas vigorous (berat) paling sedikit 3 kali seminggu untuk
minimal 20 menit per hari, dikatakan kurang aktif apabila anak hanya melakukan
aktivitas moderat (sedang) paling sedikit 3 jam perhari dalam 1 minggu, dan anak
dikatakan tidak aktif apabila tidak memenuhi syarat di atas (Booth, 2006).
26
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk memperkirakan Aktifitas fisik
sesuai dengan kalori yang ingin kita bakar atau sebaliknya yaitu MET (Metabolic
Equivalent). MET adalah satuan yang digunakan untuk mengestimasi energi yang
dikeluarkan dari setiap melakukan suatu aktivitas. Cara menghitung aktivitas fisik
Aktivitas fisik dikategorikan menjadi tiga, yaitu ringan (<1202,0), sedang (1202,0 –
berlangsung dengan cepat. Pada bulan Maret, World Health Organization (WHO)
menyatakan Covid-19 sebagai pandemi (Ardella, 2020). Infeksi virus ini pertama
kali di temukan di Kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini
menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke negara-
partisipasi dalam aktivitas fisik dan perubahan pola makan. WHO menyatakan 31%
individu remaja tidak aktif secara fisik. Penurunan tingkat aktivitas fisik tersebut
saraf, dan pola metabolisme glukosa. Selain itu, nafsu makan juga dapat
dipengaruhi oleh stres yang ditimbulkan di rumah selama pandemi. Perubahan pola
pilihan makanan yang tinggi kalori. Sebuah studi menyatakan terdapat peningkatan
asupan makanan yang digoreng dan makanan manis yang signifikan saat karantina
kehidupan sehari-hari. Gizi yang baik juga sangat penting sebelum, selama dan
membutuhkan asupan energi dan zat gizi. Menjaga pola makan yang baik dan sehat
sangat penting selama pandemi Covid-19. Walaupun tidak ada makanan atau
pola makan dengan mengkonsumsi makan bergizi seimbang yang sehat dan sangat
makanan dengan gizi seimbang dan aman dapat meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dan menurunkan resiko penyakit kronis dan penyakit infeksi. Cobalah untuk
28
membuat variasi dalam menu makanan saat dirumah agar keluarga tidak menjadi
Saat ini Indonesia sedang dilanda wabah Covid-19 hal ini menyebabkan
dengan menerapkan kebijakan berdiam di dalam rumah. Kebijakan ini juga menjadi
tantangan tersendiri bagi beberapa kalangan salah satunya bagi mahasiswa yang
melakukan proses pembelajaran online di rumah. Jika siswa biasanya aktif berada
di luar rumah, social distancing dan kewajiban untuk di rumah dapat menjadi
masalah besar. Siswa akan merasa terkurung di dalam rumah dan tidak bisa
melakukan apa-apa, selain rebahan, menonton, dan sebagainya hal ini bisa menjadi
akan berkurang dan aktivitas makanlah yang akan sering dilakukan hal tersebut
dapat memicu kenaikan berat badan dan akan menyebabkan ketidakpuasan bentuk
tubuh atau body image pada siswa hal ini dikarenakan faktor yang berpotensi
menyebabkan body image yang negatif pada seseorang antara lain yaitu berat badan
Faktor Umur
Genetik
Jenis Kelamin
Faktor
Obesitas Demografi Ras/Suku
dan Biologis
Faktor biologis
Sosial -Ekonomi
Fasilitas tempat
makan
Media massa
Pola makan
Faktor
Perilaku Aktivitas Fisik
Konsumsi alkohol
Keterangan :
1. H0 : Tidak ada hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian
Bengkulu.
Bengkulu.
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan desain cross sectional untuk mengukur hubungan pola makan dan
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi Covid-19
3.2.1 Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah pola makan
obesitas remaja.
variabel dependen.
Pola Makan
Kejadian Obesitas
Remaja
Aktivitas Fisik
31
32
3.5 Populasi
kelas VIII di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021 sebanyak 240 siswa.
penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling atau sampel acak
dengan rumus :
( )
n =
( ) ( ) ( )
=
( )
( ) ( ) ( )
=
( )
= = 96 Sampel
Keterangan :
n : Jumlah sampel
Q : (1 - P)
34
dimulai dari studi pustaka sampai pengolahan data yakni mulai Maret
2021.
a. Data Primer
mikrotoise.
b. Data Sekunder
2. Kuesioner FFQ
3. Kuesioner APARQ
menggunakan mikrotois.
menggunakan kuesioner.
Data yang diperoleh seperti identitas siswa, pola makan, aktivitas fisik,
dan status gizi terlebih dahulu direkap menjadi data mentah lalu diketik
Data yang tidak lengkap dikeluarkan dari master data. Data-data yang
kesalahan.
format yang menjadi acuan dalam nenetukan penelitian, selajutnya data hasil
37
a. Analisis Univariat
setiap variabel yang diteliti. Hasil analisis univariat akan disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi variabel yang akan disajikan dalam penelitian ini
independen (pola makan dan aktivitas fisik). Hasil analisis tersebut akan
b. Analisis Bivariat
dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi
BAB IV
sampai April 2020. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen (Pola Makan dan Aktivitas Fisik) dengan variabel dependen (Kejadian
surat izin pra penelitian dari institusi pendidikan yaitu Poltekkes Kemenkes
kemudian tembusan diberi kepada kepala sekolah SMP N 20 Kota Bengkulu yang
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random atau acak sederhana (simple
38
39
random sampling), dimana pengacakan dilakukan pada siswa kelas VIII sebanyak 8
kelas dengan diukur berat badan dan tinggi badan. Setelah diketahui data
dan aktivitas fisik menggunakan formulir FFQ dan APARQ. Pengambilan data
dilakukan selama 3 minggu tidak berturut-turut selama bulan Maret – April 2021 di
Setelah data terkumpul dan diperiksa kembali apakah sesuai dan mencukupi
sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. Data antopometri, pola makan dan
pemasukan data, pengecekan dan pembersihan data, lalu dilakukan pengolahan data
menggunakan SPSS Statistik 22. Tahap selanjutnya yaitu laporan hasil penelitian
4.2.1 Univariat
frekuensi dan persentase pada variabel kejadian obesitas remaja, pola makan,
dan aktivitas fisik di SMP N 20 Kota Bengkulu. Adapun hasil analisis dilihat
dua kategori yaitu sering dan jarang. Pola makan dengan kategori sering bila
40
menjadi dua kategori yaitu sering dan jarang. Pola makan siswa di SMP N
20 Kota Bengkulu tahun 2021 sebagian besar yaitu pola makan dengan
5. Buah
Sering 51 53,1%
Jarang 45 46,9%
Jumlah 96 100%
6. Susu
Sering 48 50%
Jarang 48 50%
Jumlah 96 100%
7. Makanan Jajanan
Sering 51 53,1%
Jarang 45 46,9%
Jumlah 96 100%
8. Soft Drink
Sering 62 64,6%
Jarang 34 35,4%
Jumlah 96 100%
antara lain makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, buah, susu, makanan
sedang. dapat dikatakan aktivitas fisik dengan kategori ringan bila skor
1202,02 – 2406,64.
(55,2%).
siswa.
4.2.2 Bivariat
dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi Covid-
19 di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021, dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
a. Hubungan pola makan dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi
sebagai berikut.
43
sering, sedangkan siswa non obesitas dengan pola makan frekuensi sering
0,011 (p < 0,05), artinya ada hubungan antara pola makan dengan kejadian
Tahun 2021.
sebagai berikut.
44
obesitas memiliki aktivitas fisik ringan, sedangkan siswa non obesitas yang
memiliki aktivitas fisik ringan sebanyak 31 (72,1%) siswa. Hasil uji Chi-
Square diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05), artinya ada hubungan antara
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa pandemi covid-19
4.3 Pembahasan
Pada penelitian ini, pola makan dikategorikan menjadi dua yaitu sering
dan jarang. Dapat dikatakan sering apabila jumlah skor berada di atas median.
frekuensi sering dan sebanyak 50 (52,1%) siswa dengan pola makan frekuensi
jarang. Artinya sebagian besar pola makan siswa di SMP N 20 Kota Bengkulu
termasuk frekuensi jarang. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan remaja yang
45
memiliki kebiasaan jarang sarapan dan jenis makanan yang dikonsumsi kurang
bervariasi.
responden (15,9%). Hal ini di sebabkan banyaknya makanan dan jenis yang
dikonsumsi dan kebiasaan makan remaja. Remaja yang memiliki pola makan
sering karena mereka memiliki nafsu makan yang lebih. Mereka juga tidak
mempunyai pantangan makanan sehingga mereka bebas makan apa saja yang
diinginkan.
Adapun pola makan berdasarkan jenis bahan makanan yang diteliti yaitu
pola makan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah, susu,
makanan jajanan dan soft drink. Dapat dilihat dari frekuensi pola makan yang
termasuk dalam kategori sering yaitu pola makan makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, buah, susu, makanan jajanan, dan soft drink.
sayuran untuk umur di atas 10 tahun masih rendah yaitu sebesar 36,7%.
mineral dan serat pangan yang berperan sebagai antioksidan (Suryaputra dkk,
2012).
pada remaja termasuk kategori sering. Hal ini dapat dikarenakan jajanan
energi dan protein yang di dapat dari makanan jajanan tergolong rendah
sehingga sumbangan energi dan protein terhadap total konsumsi sehari masih
rasa kenyang karena padatnya kalori yang masuk. Sementara gizi seperti
Biasanya para remaja senang dengan pola makan yang tidak sehat
misalnya makanan cepat saji, soft drink, susu yang mengandung tinggi gula
seperti susu kental manis sehingga menimbulkan efek yang kurang bagus
diutamakan untuk daya tahan tubuh, dengan pengaturan pola makan mulai dari
frekuensi makan, porsi dan jenis makanan, karena pola makan akan berperan
dalam penentuan gizi seseorang. Gizi seimbang yaitu komposisi pangan setiap
hari yang kandungan gizi nya mencukupi tidak berlebihan dan tidak
belum dapat dikatakan bervariasi karena sebagian besar pola makan siswa
diantaranya masih banyak siswa yang cenderung makan makanan yang disukai
saja tanpa memperhatikan kebutuhan gizi yang seimbang yang terdapat pada
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, buah dan sayur. Selain itu, ketika
bosan dengan makanan di rumah, meskipun saat masa pandemi ini mereka
tetap memilih makanan dari luar yang kandungan gizinya belum terjamin
sedang. Hal ini disebabkan karena siswa melakukan aktivitas belajar yang
termasuk kategori aktivitas sedang, selain itu juga beberapa anak masih
melakukan aktivitas fisik seperti bermain sepak bola, jogging, dan beberapa
aktivitas lainnya
ringan dan sedang dibandingkan dengan aktivitas fisik yang berat. Hal ini
dikarenakan karena status mereka yang menjadi seorang pelajar, yang kegiatan
dan sebagian besar siswa lebih memilih bermain gadget untuk mengisi waktu
luang di rumah. Selain itu, juga sejalan dengan WHO (2013) yang menyatakan
bahwa aktivitas fisik remaja atau usia sekolah pada umumnya memiliki
kegiatan aktivitas fisik sedang, kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar.
covid-19 ini sebagian besarnya masih dalam kategori sedang, meskipun para
tugas dari sekolah dan masih melakukan aktivitas pekerjaan rumah serta masih
rumah.
aktivitas fisik di luar rumah dikarenakan untuk memutus rantai penularan virus
49
covid-19, dimana semua orang dihimbau untuk tidak keluar rumah jika tidak
ada hal yang mendesak. Namun selain belajar di rumah, mereka juga tetap
bahkan mereka yang tidak terbiaa berolahraga menjadi suka dan mulai
bermanfaat baik bagi kesehatan seseorang terlebih saat masa pandemi Covid-
kesehatan mental dan menurunkan risiko depresi pada masa pandemic (Liando
et al, 2021).
Obesitas dan Non Obesitas. Kategori obesitas bila status gizi IMT menurut
umur berada di ambang batas lebih dari +2 SD. Sedangkan kategori non
obesitas, bila status gizi IMT menurut umur berada di ambang batas kurang
dari -3 SD, - 3SD sampai dengan kurang dari -2 SD, -2 SD sampai dengan +1
sebanyak 83 (86,6%) yang terdiri dari 3 (3,1%) siswa dengan status gizi
kurang, 58 (60,4%) siswa dengan status gizi baik dan 22 (22,9%) siswa dengan
50
mengalami obesitas 80% berpeluang untuk mengalami obesitas pula pada saat
dewasa (Suryaputra dkk, 2012). Menurut Sargowo D dkk (2011), Hal ini telah
dibuktikan bahwa insiden obesitas pada periode transisi antara remaja dan
dewasa muda dalam kurun waktu lima tahun meningkat, yaitu dari 10,9%
menjadi 22,1% dan 4,3% di antaranya mempunyai IMT 40. Selain itu,
risiko lebih tinggi untuk dapat menderita penyakit penyerta seperti diabetes
dibanding dengan anak yang tidak mengalami obesitas (Emelia dkk, 2016).
Artinya, sebagian besar remaja non obesitas memiliki frekuensi pola makan
frekuensi pola makannya sering, sedangkan remaja non obesitas sebagian besar
terdapat hubungan pola makan dengan kejadian obesitas remaja pada masa
antara pola makan dengan kejadian obesitas pada remaja di SMA Kota
Bandung. Dapat dilihat dari hasil penelitiannya juga menyatakan bahwa remaja
dengan pola makan lebih cenderung mengalami obesitas yaitu 71,4% yang
energy, lemak, karbohidrat dan rendah serat. Selain itu, juga sejalan dengan
penelitian Dewita (2021) yang menyatakan bahwa ada hubungan pola makan
Adapun pola makan berdasarkan jenis bahan makanan yang diteliti yaitu
pola makan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah, susu,
makanan jajanan dan soft drink. Dapat dilihat dari frekuensi pola makan
sebagian besar sering yaitu pola makan makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, buah, makanan jajanan, dan soft drink. Perlu diketaui makanan pokok,
lauk hewani, makanan jajanan dan soft drink merupakan makanan yang
Hal ini sejalan dengan penelitian menurut Evan dkk (2017), yang
energi. Di dalam makanan yang akan diubah menjadi energi adalah zat gizi
sebagai glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan
dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan
tidak terbatas.
adalah jenis makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi remaja setiap
terbiasa makan berulang kali sehingga dapat dikatakan total kalori harian
hariannya.
kolesterol dan lemak jenuh yang lebih tinggi. Konsumsi protein hewani
53
ada hubungan yang signifikan antara asupan protein hewani dan nabati dengan
bermakna pada kebiasaan mengonsumsi serat (sayur dan buah) antara anak
obesitas dan non obesitas. Anak obesitas mengonsumsi lebih sedikit makanan
jajanan berupa makanan yang tinggi kalori, lemak, gula dan rendah zat gizi
(Sineke, 2019).
terjadinya masalah nutrisi. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja
makan terutama sarapan pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast
food, jarang mengkonsumsi sayur, dan buah ataupun produk pertenakan (dairy
food) serta pengontrolan berat badan yang salah pada remaja. Hal tersebut
54
seimbang dengan akibatnya gizi kurang atau gizi lebih (Rikandi, 2020).
pola makan. Perubahan gaya hidup yang terjadi, termasuk perubahan pada pola
makan ini disebabkan adanya kebijakan untuk tetap berada di rumah dan
serta kurangya aktivitas fisik. Pola makan mahasiswa juga tidak teratur dan
banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak, pola makan yang tidak sesuai
memiliki aktivitas fisik ringan, sedangkan remaja non obesitas sebesar 62,6%
terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vina
dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP Dharma Pancasila (p = 0,000 <
0,05). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian menurut Ferinawati
dkk (2018), yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara aktivitas fisik
terhadap kejadian obesitas. Aktivitas fisik yang ringan 6 kali lebih berisiko
berat.
bahwa anak dengan aktivitas fisik yang baik memiliki risiko 0,012 lebih kecil
kurang.
Obesitas pada remaja terjadi karena interaksi antara makan yang banyak
maka semakin banyak energi yang dipakai (Suryaputra, 2012). Aktivitas fisik
dapat membakar lemak dan kalori sesuai dengan jenis aktivitas fisik tersebut.
56
kalori di dalam tubuh akan semakin menumpuk tanpa ada proses pembakaran.
yang tinggi dapat memicu orang untuk cenderung malas untuk melakukan
kegiatan dan lebih memilih tidur, duduk, atau istirahat dan makan (Candra,
2016).
Pada situasi dunia saat ini, tengah dikejutkan dengan wabah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus corona atau dikenal dengan covid-19.
menghabiskan waktu di rumah seperti bekerja dan belajar secara virtual, hal
2021).
Status gizi pada remaja sangat penting untuk diperhatikan. Selama pandemi
pada remaja di Kota Medan menunjukkan bahwa aktivititas fisik yang tidak
dilakukan remaja di Kota Medan selama pandemi sebesar 59,6% dan jumlah
persentase status gizi gemuk dan obese pada remaja sebesar 23%. Aktivitas fisik
yang dilakukan remaja pada saat pandemi Covid-19 berbeda dengan sebelum
pramuka, paskibra dan lainnya tidak dilakukan oleh remaja dikarenakan masa
57
komorbid yang dapat memperparah apabila terpapar covid-19. Oleh karena itu,
seperti senam pagi, yoga, dan aktivitas pekerjaan di rumah seperti halnya
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Remaja pada Masa Pandemi Covid-19 di
2. Pola makan siswa di SMP N 20 Kota Bengkulu Tahun 2021 lebih dominan
(44,8%) siswa dengan kategori aktivitas fisik ringan dan 53 (55,2%) siswa.
4. Ada hubungan pola makan dengan kejadian obesitas remaja pada masa
5. Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas remaja pada masa
58
59
5.2 Saran
siswa serta dapat mengadakan senam rutin setiap 1-2 kali dalam
Afriyeni, Dian. (2018). Gambaran Pengetahuan, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik
Siswa Yang Mengalami Kegemukan Di Sma Negeri 1 Bukittinggi Tahun
2018. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Skripsi
Aini, S. N. (2013). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi Lebih
Pada Remaja Di Perkotaan. Unnes Journal of Public Health, 2(1).
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Booth, Michael L. et al. (2002). The Reability and Validity of the Adolescent
Physical Activity Recall Questionnaire. Meducube & Science in Sport &
Exercise. 34(12).
Chen, P., Mao, L., Nassis, G. P., Harmer, P., Ainsworth, B. E., & Li, F. (2020).
Coronavirus disease (COVID-19): The need to maintain regular physical
activity while taking precautions. Journal of Sport and Health Science, 9(2)
Dewi, A., & Mahmudiono, T. (2013). Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik,
Sikap, dan Pengetahuan Tentang Obesitas dengan Status Gizi Pegawai
Negeri Sipil di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Jurnal Media
Gizi Indonesia, 9(1)
Dewita, Ebni. (2021). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas pada
Remaja Di SMA Negeri 2 Tambang. Jurnal Kesehatan Tambusai. 2(1)
Emelia, Retno Dkk. (2016). Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Obesitas
Pada Siswa Di Sma Negeri 1 Kota Bitung. Akultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado
Ester, A. L. (2020). Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian
60
Obesitas pada Remaja di SMA Kota Bandung. Bandung: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bandung.
Evan, dkk. (2017). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada
Mahasiswa Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Nursing News, 2 (3)
Ferinawati, dkk. (2018). Pengaruh Kebiasaan Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap
Kejadian Obesitas pada Remaja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen. Journal of Healthcare
Technology and Medicine. 4(2)
Gimon, N. et al. (2020). Gambaran Stres Dan Body Image Pada Mahasiswa
Semester VI Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas SAM Ratulangi
Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal KESMAS, Vol. 9(No. 6)
Harahap, VY. (2012). Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi
pada Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Hardinsyah dan Supariasa, I. (2017). Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Huriyati E, Hadi H, Julia M. (2004). Aktivitas fisik pada remaja SLTP 24. Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta hubungannya dengan kejadian
obesitas. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 1(2)
Indriati, M. (2020). Perilaku Makan Dan Status Gizi Anak Usia Sekolah Dasar Di
Sd Cikancung 04 Desa Mandalasari. XIV
Kemenkes RI. (2020). Panduan Gizi Seimbang pada Masa Pandemi Covid-19.
61
Larson, N., Eisenberg, M. E., Berge, J. M., Arcan, C., & Neumark-Sztainer, D.
(2015). Ethnic/racial disparities in adolescents’ home food environments and
linkages to dietary intake and weight status. Eating Behaviors, 16
Liando, Lestari E., et al. (2021). Gambaran Aktivitas Fisik Mahasiswa Semester
IvVFakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat Saat Pembatasan Sosial Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal KESMAS, 10(1)
Nisa, Nushrotun. (2019). Gambaran Pola Makan Pada Remaja Kelas Vii Dan Viii
Di Smp N 1 Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Program studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi
Waluyo Ungaran. Skripsi
62
Abdominal Dan Kadar Serum High Sensitivity C-Reactive Protein (Hs-Crp)
Pada Remaja. Journal of Nutrition College, 8(2), 81.
Putra, W. N. (2017). Hubungan pola makan, aktivitas fisik, dan aktivitas sedentari
dengan overweight di SMA Negeri 5 Surabaya. Jurnal FKM, 5(3)
Rikandi, Meta dkk. (2020). Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Lebih
dalam Wabah Covid-19 Pada Mahasiswa Akper `Aisyiyah Padang. Jurnal
Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 3(1)
Sari, A. M., Ernalia, Y., & Bebasari, E. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Obesitas Pada Siswa Smpn Di Pekanbaru. Jom Fk, 4(1)
Sineke, J., Kawulusan, M., Purba, R. B., & Dolang, A. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Gizi Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa
Smk Negeri 1 Biaro. Jurnal GIZIDO, 11(01)
Sirajuddin, dkk. (2018). Bahan Ajar Gizi : Survey Konsumsi Pangan. PPSDMK
Sofiatun, T. (2017). Gambaran Status Gizi, Asupan Zat Gizi Makro, Aktivitas
Fisik, Pengetahuan dan Praktik Gizi Seimbang pada Remaja di Pulau
Barrang Lompo Makassar. Skripsi Prodi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin Makkasar.
63
Sudargo, T. et al. (2014). Pola Makan dan Obesitas. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Suryaputra, Kartika dkk. (2012). Perbedaan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik
Antara Remaja Obesitas Dengan Non Obesitas. Makara, Kesehatan, 16(1)
Suryani, I. et al. (2018). Bahan Ajar : Dietetik Penyakit Tidak Menular. BPPSDM
Kesehatan.
Syam, Y. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Anak
Usia Sekolah di SD Negeri Mangkura 1 Makassar. Skripsi.
Triandhini, dkk. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Lebih Dalam
Wabah Covid-19 Pada Mahasiswa Akper `Aisyiyah Padang. Jurnal Gizi
Indonesia, 6(2)
Tobelo, Christina Dora., et al. (2021). Gambaran Pola Makan Pada Mahasiswa
Semester Vi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Selama
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal KESMAS, 10(2)
Zachary, Z., Brianna, F., Brianna, L., Garrett, P., Jade, W., Alyssa, D., & Mikayla,
K. (2020). Self-quarantine and weight gain related risk factors during the
COVID-19 pandemic. Obesity Research and Clinical Practice, 14(3)
64
Zuhdy, Nabila dkk. Aktivitas Fisik, Pola Makan dan Status Gizi Pelajar Putri
SMA di Denpasar Utara. Public and Preventive Medicine Archive, 3(1)
65
L
66
67
68
OUTPUT SPSS
Statistics
Pola Makan
N Valid 96
Missing 0
Mean 431.18
Median 441.50
Minimum 257
Maximum 637
Sum 41393
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PM
PM Makanan PM Lauk PM Lauk PM Makanan PM Soft
pokok hewani nabati Sayuran PM Buah PM Susu Jajanan Drink
N Valid 96 96 96 96 96 96 96 96
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 95.73 95.73 60.88 66.26 33.19 19.51 61.90 4.57
Median 94.50 94.50 60.00 53.00 38.00 15.00 48.50 1.00
Minimum 54 54 2 27 5 0 5 0
Maximum 155 155 140 117 90 70 126 36
Sum 9190 9190 5844 6361 3186 1873 5942 439
69
Makanan Pokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lauk Hewani
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lauk Nabati
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sayuran
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Buah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
70
Susu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Makanan Jajanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 48 50.0 50.0 50.0
Soft Drink
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Aktivitas Fisik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
71
3. Gambaran Kejadian Obesitas di SMP N 20 Kota Bengkulu
Kejadian Obesitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
Kejadian Obesitas
jarang Count 2 48 50
72
Chi-Square Tests
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.23.
b. Computed only for a 2x2 table
Cases
Kejadian Obesitas
sedang Count 1 52 53
73
Chi-Square Tests
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.82.
b. Computed only for a 2x2 table
74
75
76
77
78
79
80
Formulir Kuesioner Frekuensi Pangan
(Food Frequency Questinnaire)
Nama :
No. Responden :
Berilah tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan kebiasaan kamu
dalam mengonsumsi makanan (dalam 1 bulan terakhir)
81
No. Bahan Makanan >1× 4-6× / 3×/ <3 × / 1-3 × Tidak
/ minggu minggu minggu / pernah
hari bulan
50 25 15 10 1 0
Daun singkong
Sawi hijau
Kol
Kembang kol
Brokoli
Timun
Kacang panjang
Buncis
Lainnya, sebutkan
.............................
6. Buah-buahan
Jeruk
Pepaya
Apel
Pisang
Mangga
Lainnya, sebutkan
.............................
7. Susu dan hasil olahannya
Yoghurt
Susu bubuk
Susu UHT
Lainnya, sebutkan
.............................
8. Makanan jajanan
Hamburger
Pizza
Martabak
Donat
Bakso
Siomay
Batagor
Pempek
Gorengan
Kue
Puding/agar-agar
Coklat
Lainnya, sebutkan
.............................
9. Soft Drink
Coca-
82
No. Bahan Makanan >1× 4-6× / 3×/ <3 × / 1-3 × Tidak
/ minggu minggu minggu / pernah
hari bulan
50 25 15 10 1 0
cola/fanta/sprite
Minuman boba
Thai tea
Lainnya, sebutkan
.............................
Sumber : Nur Ratna, 2008
83
Formulir Kuesioner Aktivitas Fisik Remaja
(Adolescent Physical Activity Recall Questionnaire / APARQ)
Isilah formluir di bawah ini dengan menyesuaikan olahraga atau kegiatan yang
biasanya anda lakukan, berapa kali dalam sekali biasanya anda melakukannya,
dan jumlah waktu yang biasa anda habiskan untuk melakukannya.
84
Aktivitas Fisik Lainnya
Ini merupakan aktivitas lainnya di luar kegiatan yang sudah anda lakukan misalnya
ekstrakurikuler dan les tambahan.
1. Pembelajaran sore
2. Pramuka
3. Les
4. Paskibra
5. Lainnya
..................
..................
Aktivitas Domestik
Ini merupakan aktivitas fisik domestik yang anda lakukan di rumah.
1. Menyapu
2. Mengepel
3. Mencuci baju
4. Memasak
5. Mencuci piring
85
No. Kegiatan Frekuensi Durasi (jumlah Total
(Jumlah kali waktu yang
per minggu dihabiskan
yang anda setiap kali anda
melakukannya melakukannya)
6. Menyetrika
7. Duduk, belajar,
membaca, menulis
8. Beribadah
9. Duduk menonton
televisi
..................
12.
13.
14.
15.
(Sumber : ML Booth, 2002)
86
Tabel METS
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96